Analisis Pengaruh Beta, Leverage, Dividend Payout Ratio, dan Earnings Hal 121 - 135
Persistence terhadap Earnings Response Coefficient pada Indeks Kompas
100
Dwi Husiano, Suratno
Faktor Penggelapan Pajak, Interaksi Fiskus dengan Wajib Pajak dan Hal 136 - 148
Kepatuhan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor
Surono, Nur Hidayat
Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Hal 149 - 159
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal pada
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat
Wahyu Pamuji, Willy Abdillah
Pengaruh Earning per Share, Debt to Equity Ratio, Suku Bunga dan Inflasi Hal 160 - 170
terhadap Price to Book Value pada Perbankan di Bursa Efek Indonesia
Silvi Reni Cusyana, Suyanto
Pertumbuhan Arus Kas, Pertumbuhan Laba, Inflasi, Suku Bunga, Nilai Hal 171 - 186
Kurs dan Return Saham pada Badan Usaha Milik Negara
di Bursa Efek Indonesia
Moh. Abror, Dadang Sadeli
Motivasi, Kepuasan Kerja, Komitmen Pegawai Akuntansi dan Kualitas Hal 187 - 199
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Pemerintah Kota Depok
Baja Lodhrakentjana, Elvira Luthan
Pengaruh Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Fixed Asset Turnover, Hal 200 - 210
Price to Book Value dan Interest Rate terhadap Price Earning Ratio pada
Perusahaan Property & Real Estate di Bursa Efek Indonesia
Agung Setiyawan, Oman Rusmana
Pengaruh Moralitas Pajak, Budaya Pajak, Dan Good Governance Hal 211 - 224
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Indar Khaerunnisa, Adi Wiratno
i
J UR N A L R I S E T
Bukti Empiris Penerapan Prinsip-Prinsip Good Cooperative Governance Hal 225 - 237
pada Kinerja Koperasi di Sukabumi
Tri Endar Susianto, Suyanto
Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Prediksi Hal 238 - 249
Peringkat Obligasi pada Perusahaan Sektor Non Keuangan di Bursa
Efek Indonesia
Ameilia Damayanti, J.M.V. Mulyadi
ii
J UR N A L R I S E T
Kebijakan Editorial
Jurnal JR-AP diterbitkan oleh Magister Akuntansi Universitas Pancasila yang bertujuan
untuk menyajikan artikel hasil penelitian (empiris), serta Isu Perpajakan dan Akuntansi terkini
yang mencakup Akuntansi Keuangan, Akuntansi Pemerintahan, Auditing dan Pelaporan Keuangan,
Akuntansi Perpajakan, Akuntansi Manajemen dan Keperilakuan, Akuntansi Manajemen dan
Keperilakuan, Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal.
Jurnal JR-AP diterbitkan secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Hasil publikasi diharapkan dapat
memberi kontribusi. Jurnal JR-AP menerima kiriman dalam bentuk bahasa Indonesia. Penulis harus
menyatakan bahwa artikel yang dikirim ke Jurnal JR-AP tidak dikirimkan atau telah diterbitkan oleh
jurnal yang lain dengan memberikan lembar Hak Cipta untuk diisi kepada penulis dan dikembalikan
ke Redaksi Jurnal JR-AP.
Setiap artikel yang dikirim ke Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan (JR-AP) akan ditelaah
oleh Mitra Bebestari dan Dewan Editor dengan mengacu pada pedoman Jurnal JR-AP. Artikel
dikirimkan ke Redaksi Jurnal JR-AP.
iii
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan, JRAP Vol. 1 no. 2, hal 121-135
ISSN 2339 - 1545
Analisis Pengaruh Beta, Leverage, Dividend Payout Ratio, dan Earnings Persistence
terhadap Earnings Response Coefficient pada Indeks Kompas 100
1
Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
2
Universitas Esa Unggul, Jalan Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk - Jakarta Barat 11510
ABSTRAK
informasi laba antara lain disebabkan oleh positif. Sebaliknya pada tahun berikutnya harga
penyampaian laporan keuangan yang tidak tepat saham mengalami kenaikan ketika perusahaan
waktu dan adanya praktek manajemen laba serta mengalami pertumbuhan laba negatif. Saham
ketidakcukupan informasi yang diungkapkan INDF, dan LSIP pun mengalami hal yang sama
dalam laporan keuangan (Etty, 2008). Laba pada tahun 2011, dan 2012.
memiliki keterbatasan yang dipengaruhi oleh Earnings response coefficient (ERC)
asumsi perhitungan sehingga dibutuhkan merupakan besarnya koefisien slope dalam
informasi lain untuk memprediksi return saham regresi yang menghubungkan laba sebagai
perusahaan. Respon pemegang saham akan salah satu variabel bebas dan return saham
lebih besar terhadap pertumbuhan laba positif sebagai variabel terikat (Palupi, 2006). Dengan
karena asumsi laba akan memicu kenaikan harga kata lain, ERC merupakan respon pasar yang
pasar saham. Dalam beberapa situasi terjadi terkandung dalam harga saham (cumulative
sebaliknya, saham AALI, LSIP, dan MEDC abnormal return) atas perubahan yang terjadi
pada tahun 2008 mengalami penurunan harga pada laba (Unexpected Earnings).
ketika perusahaan mencatat pertumbuhan laba
0.10
0.05
Gambar 1.
Grafik rata-rata CAR, dan ERC Perusahaan
yang Terdaftar Pada Indeks Kompas 100 BEI
Periode 2008-2013
menyajikan laporan keuangan dengan baik agar pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
nilai saham meningkat (Desi Arista, 2012). tersebut diterima oleh pasar. Reaksi tersebut
ditunjukkan dengan adanya perubahan harga
2.2 Efficient Market Hypothesis sekuritas yang bersangkutan (Mulyani et al.,
Fama (1970) dalam Cheng dan Nasir 2007). Subekti (2005) mengungkapkan bahwa
(2010) mengemukakan bahwa suatu pasar untuk mengukur adanya reaksi pasar dapat
dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, menggunakan variabel abnormal return dan
baik investor individu maupun investor volume perdagangan saham.
institusi, akan mampu memperoleh return tidak 2.4 Earnings Response Coefficient
normal (abnormal return), setelah disesuaikan
dengan risiko, dengan menggunakan strategi Scott (2000), Cho and Jung (1991)
perdagangan yang ada. Teori hipotesis pasar dalam Etty (2008) menyatakan bahwa earnings
setengah kuat melandasi tentang value relevance response coefficient (ERC) mengukur seberapa
informasi laba (pengaruh pengumuman laba besar return saham dalam merespon angka
terhadap reaksi investor) bahwa laba memiliki laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang
nilai relevansi yang diketahui dari pengaruhnya mengeluarkan sekuritas tersebut. Dengan
terhadap reaksi investor yang digambarkan kata lain ERC adalah reaksi atas laba yang
dalam harga saham. Semakin besar laba maka diumumkan (published) oleh perusahaan.
reaksi invetor akan semakin tinggi. untuk Reaksi ini mencerminkan kualitas dari laba yang
mengukur value relevance informasi laba atau dilaporkan perusahaan. Dan tinggi rendahnya
untuk mengetahui hubungan laba terhadap retur ERC sangat ditentukan kekuatan responsif yang
saham dapat diukur menggunakan earnings tercermin dari informasi (good/ bad news) yang
response coefficient (ERC). terkandung dalam laba. ERC merupakan salah
Beaver (1986) dalam Gumanti satu ukuran atau proksi yang digunakan untuk
(2002) mendefinisikan pasar efisien ditinjau mengukur kualitas laba (Collins et. al., 1984
berdasarkan distribusi informasi. Harga dalam Etty, 2008).
merupakan cermin dari adanya pemahaman Cho dan Jung (1991) dalam Etty
menyeluruh (universal) atas suatu informasi, (2008) mengklasifikasi pendekatan teoritis
sehingga jika harga memiliki kandungan ERC menjadi dua kelompok, yaitu: (1) model
informasi, maka dikatakan bahwa harga yang penilaian yang didasarkan pada informasi
terbentuk sepenuhnya mencerminkan sistem ekonomi (information economics based
informasi. Informasi yang diyakini dapat valuation model) seperti dikembangkan oleh
mencerminkan harga akan menjadi sorotan Holthausen dan Verrechia (1988) dan Lev
banyak pihak yang berkepentingan di pasar (1989) dalam Etty (2008) yang menunjukkan
modal. Pihak-pihak dimaksud antara lain bahwa kekuatan respon investor terhadap
adalah pembuat kebijakan (pemerintah, badan sinyal informasi laba merupakan fungsi dari
pengawas pasar modal atau asosiasi penentu ketidakpastian di masa mendatang. Semakin
kebijakan akuntansi), manajemen perusahaan besar noise dalam sistem pelaporan perusahaan
sebagai pembuat laporan keuangan, akuntan (semakin rendah kualitas laba) maka semakin
(auditor) sebagai pihak yang memberikan kecil ERC); dan (2) model penilaian yang
sertifikasi, dan perantara informasi, seperti didasarkan pada time series laba (time series
pelanggan dan pesaing, serta investor. based valuation model) seperti dikembangkan
oleh Beaver, Lambert dan Morse (1980).
2.3 Reaksi Pasar
2.6 Rerangka Pemikiran Teoritis
Tujuan studi peristiwa dalam penelitian
ini adalah untuk mengukur hubungan antara Pengaruh Risiko Sistematik (Beta) Terhadap
pengumuman laba dengan reaksi pasar, Earnings Response Coefficient
dengan asumsi bahwa informasi tersebut dapat
mempengaruhi perubahan harga saham atau Investor akan mengurangi tingkat risiko
besarnya volume perdagangan saham. Studi yang diterimanya dengan mempertimbangkan
peristiwa ini juga sering disebut dengan pengujian risiko spesifik suatu perusahaan dalam
kandungan informasi. Jika pengumuman pengambilan keputusan investasinya.
mengandung informasi maka diharapkan Sensitivitas investor terhadap informasi
mengenai perusahaan berisiko kecil akan
lebih besar karena perusahaan dengan risiko dividen. Lang dan Litzenberger dalam Voght
lebih kecil lebih dipercaya (Palupi, 2006). dan Vu (2000) menunjukkan bahwa reaksi
Penelitian Mulyani et al. (2007) menunjukkan harga saham perusahaan-perusahaan yang
bahwa risiko sistematik berhubungan negatif mempunyai peluang investasi rendah (poor
dengan ERC. Sejalan dengan penelitian yang investment opportunities) berasosiasi positif
dilakukan Collins dan Kothari (1989) bahwa dengan peningkatan dividen. Kallapur (1994)
risiko (riskness) yang menunjukkan variasi menguji apakah perusahaan-perusahaan besar
antar perusahaan, dan risk-free interest rate (large) dan mapan (mature) yang terdaftar
yang menunjukkan variasi antar waktu terbukti di NYSE juga merasakan dampak dari
secara empiris berpengaruh negatif signifikan masalah-masalah aliran kas bebas. Temuan
dengan earnings response coefficient. ini menujukkan bahwa reaksi harga saham
H1: Terdapat pengaruh negatif beta yang diukur dengan ERC berhubungan positif
terhadap earnings response coefficient dengan rasio pembayaran dividen.
(ERC). H3: Terdapat pengaruh positif antara
dividend payout ratio (DPR) terhadap
Pengaruh Leverage Terhadap Earnings earnings response coefficient (ERC).
Response Coefficient
Pengaruh Earnings Persistence Terhadap
Perusahaan dengan tingkat leverage Earnings Response Coefficient
yang tinggi berarti memiliki utang yang lebih
besar dibandingkan modal. Dengan demikian Persistensi laba sering digunakan
jika terjadi peningkatan laba maka yang sebagai pertimbangan kualitas laba karena
diuntungkan adalah debtholders, karena debitor persistensi laba merupakan komponen dari
mempunyai keyakinan bahwa perusahaan akan karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive
mampu melakukan pembayaran atas hutang. value (Jonas dan Blanchet, 2000). Predictive
Namun hal ini akan direspon negatif oleh investor value adalah salah satu komponen relevansi
karena investor akan beranggapan bahwa selain feedback value dan timeliness. Mulyani
perusahan akan lebih menguntungkan kreditur et al. (2007) menyimpulkan bahwa persistensi
karena lebih mengutamakan pembayaran laba memberikan pengaruh positif terhadap
hutang daripada pembayaran dividen. sehingga ERC, artinya semakin permanen perubahan laba
semakin baik kondisi laba perusahaan maka (persistensi laba tinggi) dari waktu ke waktu
semakin negatif respon pemegang saham. Hasil maka semakin tinggi ERC, hal ini berkaitan
pengujian yang dilakukan oleh Mulyani et al. dengan kekuatan laba. Hasil penelitian tersebut
(2007) menunjukkan bahwa leverage keuangan konsisten dengan penelitian yang dilakukan
berpengaruh secara signifikan terhadap earnings oleh Kormendi dan Lipe (1987), Easton dan
response coefficient (ERC). Temuan studi ini Zmijweski (1989), Chandrarin (2003), Setiati
konsisten dengan Dhaliwal et al. (1991) dan dan Kusuma (2004), Mayangsari (2004),
Etty Murwaningsari (2008) Jaswadi (2004), Palupi (2006), dan Jang et al.
H2: Terdapat pengaruh negatif leverage (2007).
terhadap earnings response coefficient H4: Terdapat pengaruh positif earnings
(ERC). persistence terhadap earnings
response coefficient (ERC).
Pengaruh Dividend Payout Ratio Terhadap
Earnings Response Coefficient Pengaruh Beta, Leverage, Dividend Payout
Ratio, dan Earnings Persistence Secara
Jensen (1986) memprediksi bahwa Simultan Terhadap Earnings Response
harga saham akan meningkat jika perusahaan Coefficient
membayar atau berjanji untuk membayar
kelebihan kas (deviden) kepada pemegang H5: Terdapat pengaruh beta, leverage,
saham. Sebaliknya, harga saham akan dividend payout ratio, dan earnings
turun jika perusahaan tidak membagikan persistence secara simultan terhadap
atau menginvestasi kembali kelebihan kas earnings response coefficient (ERC).
tersebut. Brickely (1983) menunjukkan bahwa
harga saham biasa terlihat menguntungkan
(favorable) ketika perusahaan meningkatkan
dengan earnings per share (Ang, 1997). diimplikasi oleh laba akuntansi tahun
4. Earnings Persistence (X4) berjalan (current earnings) (Pennman,
Earnings persistence adalah revisi dalam 1992). Pada penelitian ini diukur dengan
laba akuntansi yang diharapkan di masa slope regresi atas perbedaan laba saat ini
depan (expected future earnings) yang dengan laba sebelumnya (Chandarin, 2003).
Tabel. 1.
Definisi Operasional Variabel
1. Earnings CAR • Abnormal return sekuritas ke-i pada Rasio Brown dan
Response periode peristiwa ke t Warner (1985),
Coefficient • Return saham ke-i pada periodeperistiwa Suaryana (2004)
(ERC) ke t
(Y) • Return ekspektasi sekuritas ke-i pada
periode peristiwa ke t
CARit = α0 UE
+ α1UEit +
εit • Unexpected earnings perusahaan i pada
periode (tahun) t
• Laba akuntansi perusahaan i pada
periode (tahun) t
• Laba akuntansi perusahaan i pada
periode (tahun) sebelumnya(t-1)
3. Leverage DAR • Total hutang perusahaan i pada periode t Rasio Dhaliwal (1991)
(X2) • Total aset perusahaan i pada periode t
4. Dividend DPR • Dividend per share perusahaan i pada Rasio Baskin (1989),
Payout periode t Ang (1997),
Ratio (X3) • Earnings per share perusahaan i pada Yuniningsih
periode t (2002)
Gambar 2.
Indikator Autokorelasi dengan Uji Durbin Watson
Tabel. 3.
Statistik Deskriptif
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa (BDMN, 2009), nilai maksimum 2,691 (UNTR,
earnings response coefficient (ERC) memiliki 2008).
nilai minimum sebesar -0,357 (GGRM, 2013),
nilai maksimum 0,275 (BBRI, 2008). Beta
memiliki nilai minimum sebesar -0,398 (LSIP,
2013), nilai maksimum 1,797 (ANTM, 2009),
Debt to asset ratio (DAR) memiliki nilai
minimum sebesar 0,133 (INTP, 2011), nilai
maksimum 0,923 (BBNI, 2008). Dividend
payout ratio (DPR) memiliki nilai minimum
sebesar 0,0565 (BMRI, 2009), nilai maksimum
1,000 (UNVR, 2011). Earnings persistence
(EP) memiliki nilai minimum sebesar -1,376
Tabel 4
Hasil Koefisien Korelasi
Tabel 4 menunjukkan nilai koefisien variabel dependen (BETA, DAR, DPR, dan
korelasi (R) sebesar 0,311 lebih kecil dari EP) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel
0,5 yang mengindikasikan hubungan antara independen (ERC) adalah sebesar 6 %,
variabel independen dengan varaibel dependen sedangkan sisanya sebesar 94% dijelaskan oleh
adalah lemah. Koefisien determinasi (Adjusted faktor-faktor lain yang dianggap tetap yang
R-Square) model regresi dalam penelitian tidak dimasukkan ke dalam model regresi.
ini adalah 0,060. Artinya, besarnya variasi
Tabel 5
Hasil Uji F ANOVAb
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
Berdasarkan diatas, F-hitung (2,604) model regresi layak dan dapat digunakan untuk
lebih besar dari pada F-tabel (2,46) dengan memprediksi atau variabel independen (BETA,
signifikansi, yaitu p-value (0,041) lebih kecil DAR, DPR, dan EP) secara bersama-sama
dari 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa mempengaruhi variabel dependen (ERC).
Tabel. 6
Hasil Uji t
Unstandardized Standardized
Model Std. Error Coefficients t Sig.
Coefficients B
Beta
Berdasarkan tabel diatas, persamaan adalah sebesar -0,021. Hal tersebut berarti
model regresi linear berganda dalam penelitian apabila nilai koefisien regresi variabel
ini dapat dinyatakan sebagai berikut: independen lainnya tetap (tidak berubah),
ERC = -0,184 + 0,28 BETA + 0,126 DAR + 0,187 DPR – 0,021 EP + ε
maka perubahan 1 (satu) satuan EP akan
menaikkan ERC sebesar -0,021 satuan. Nilai
Penjelasan mengenai pengaruh variabel- t-hitung (-1,106) lebih kecil daripada t-tabel
variabel independen terhadap variabel dependen (1,661) dan nilai signifikansi EP (0,271)
secara parsial berdasarkan tabel 9 diuraikan lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak, yang
sebagai berikut: berarti earnings persistence (EP) tidak
1. Risiko Sistematik (BETA) berpengaruh secara signifikan terhadap
Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai earnings response coefficient (ERC).
koefisien korelasi dari risiko sistematik
(BETA) adalah sebesar 0,28. Hal tersebut 4.2 Pembahasan
berarti apabila nilai koefisien regresi variabel 1.
Pengaruh Risiko Sistematik (BETA)
independen lainnya tetap (tidak berubah), terhadap Earnings Response Coefficient
maka perubahan 1 (satu) satuan BETA akan (ERC)
menaikkan ERC sebesar 0,28 satuan. Nilai
t-hitung (0.616) lebih kecil daripada t-tabel Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(1.661) dan nilai signifikansi BETA (0,539) risiko sistematik (BETA) tidak berpengaruh
lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak, terhadap earnings response coefficient (ERC).
yang berarti risiko sistematik (BETA) tidak Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
berpengaruh secara signifikan terhadap BETA memiliki hubungan yang positif
earnings response coefficient (ERC). terhadap ERC, semakin besar BETA maka
2. Debt to asset ratio (DAR) semakin besar ERC. Dengan demikian menolak
Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai H1 yang menyatakan bahwa risiko sistematik
koefisien korelasi dari debt to asset ratio berpengaruh negatif terhadap ERC. Hasil
(DAR) adalah sebesar 0,126. Hal tersebut penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
berarti apabila nilai koefisien regresi variabel Chandarin (2003) yang didukung oleh hasil
independen lainnya tetap (tidak berubah), penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2004),
maka perubahan 1 (satu) satuan DAR akan dan Jaswadi (2004) yang menyimpulkan bahwa
menaikkan ERC sebesar 0,126 satuan. Nilai risiko sistematik tidak memberikan pengaruh
t-hitung (2,368) lebih besar daripada t-tabel terhadap ERC.
(1,661) dan nilai signifikansi DAR (0.020) Dalam penelitian ini salah satu kriteria
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, pemilihan sampel adalah perusahaan yang
yang berarti debt to asset ratio (DAR) terdaftar pada Indeks Kompas 100 BEI dan
berpengaruh secara signifikan terhadap secara konsisten menghasilkan laba selama
earnings response coefficient (ERC). periode penelitian (2008-2013). Kinerja
3. Dividend payout ratio (DPR) perusahaan yang efektif dalam menghasilkan
Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai laba mengakibatkan faktor risiko, termasuk
signifikansi dari dividend payout ratio risiko sistematis, tidak menjadi perhatian
(DPR) adalah sebesar 0,187. Hal tersebut investor dalam pengambilan keputusan,
berarti apabila nilai koefisien regresi variabel sehingga risiko tidak berpengaruh terhadap
independen lainnya tetap (tidak berubah), koefisien respon laba (ERC). Hal ini terjadi
maka perubahan 1 (satu) satuan DPR akan karena investor melihat bahwa laba merupakan
menaikkan ERC sebesar 0,187 satuan. Nilai indikator earnings power dan return di masa
t-hitung (2,573) lebih besar daripada t-tabel mendatang (Mulyani et.al., 2007). Sebagian
(1,661) dan nilai signifikansi DPR (0.012) besar investor membeli saham untuk tujuan
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, jangka pendek (capital gain), sehingga kurang
yang berarti dividend payout ratio (DPR) memperhatikan beta sebagai resiko pasar ketika
berpengaruh secara signifikan terhadap pengumuman laba.
earnings response coefficient (ERC). Hasil penelitian ini konsisten dengan
4. Earnings persistence (EP) penelitian Palupi (2006) yang menyatakan
Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai bahwa kemungkinan investor Indonesia bukan
signifikansi dari earnings persistence (EP) merupakan tipe investor risk neutral, sehingga
terhadap perusahaan dengan BETA kecil, untuk menyalurkan dana, dan hal ini akan dapat
investor cenderung tidak sensitif terhadap meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
informasi laba. Sebaliknya pada perusahaan menghasilkan laba (Cahyaningsih, 2009 dalam
dengan BETA besar, guna menghindari kerugian Imroatussolihah, 2013).
maka setiap perubahan laba mendorong investor
untuk memberikan reaksi. 3. Pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR)
terhadap Earnings Response Coefficient
2. Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR) (ERC)
terhadap Earnings Response Coefficient
(ERC) Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dividend payout ratio (DPR) secara signifikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpengaruh terhadap earnings response
debt to asset ratio (DAR) secara signifikan coefficient (ERC). Hasil analisis regresi
berpengaruh terhadap earnings response menunjukkan bahwa DPR memiliki hubungan
coefficient (ERC). Analisis regresi menunjukkan yang positif terhadap ERC, semakin besar DPR
bahwa DAR memiliki hubungan yang positif maka semakin besar ERC. Dengan demikian
terhadap ERC, semakin besar DAR maka menerima H3 yang menyatakan bahwa DPR
semakin besar ERC. Dengan demikian menolak berpengaruh positif terhadap ERC. Hasil
H2 yang menyatakan bahwa DAR berepengaruh penelitian ini konsisten dengan penelitian
negatif terhadap ERC. Hasil penelitian ini Charest (1978) dalam Uyara dan Tuasikal
menunjukkan leverage (DAR) berpengaruh (2002) menunjukkan bahwa return saham
positif terhadap ERC. Perusahaan dengan rasio negatif ketika perusahaan mengurangi dividen
leverage yang tinggi berarti bahwa perusahaan dan return saham positif ketika perusahaan
menggunakan hutang dan kewajiban lainnya menaikkan dividen. Jensen (1986) memprediksi
untuk membiayai asset dan berisiko lebih tinggi bahwa harga saham akan meningkat jika
dibandingkan perusahaan dengan leverage perusahaan membagikan kelebihan kas kepada
yang lebih rendah. Jika perusahaan dapat pemegang saham. Pengujian terhadap deviden
menggunakan aktiva tersebut pada tingkat menunjukkan bahwa peningkatan pembayaran
pengembalian lebih tinggi dari biaya utang, deviden dalam bentuk kas menghasilkan respon
maka akan meningkatkan laba. Disamping itu, positif pada harga saham dalam jangka pendek.
komposisi hutang jangka panjang yang lebih Kallapur (1994) menunjukkan bahwa reaksi
besar dibandingkan hutang jangka pendek, dan harga saham yang diukur dengan earnings
digunakan untuk membiayai aset produktif, response coefficients berhubungan positif
maka akan meningkatkan pengembalian pada dengan rasio pembayaran dividen.
modal.
Objek observasi pada penelitian ini 4. Pengaruh Earnings Persistence (EP)
mencakup seluruh industri dalam indeks terhadap Earnings Response Coefficient
Kompas 100 BEI yang termasuk kategori (ERC)
saham blue-chip dan well-managed yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan frekuensi dan kapitalisasi pasar earnings persistence (EP) tidak berpengaruh
terbesar serta faktor fundamental seusai terhadap earnings response coefficient (ERC).
standar indutri dan pola perdagangan bursa. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
Sebanyak 53% (lima puluh tiga persen) EP memiliki hubungan yang negatif terhadap
dari objek observasi memiliki nilai DAR di ERC, semakin besar EP maka semakin kecil
atas 0.50, yang terdiri dari 50% (lima puluh ERC. Dengan demikian menolak H4 yang
persen) emiten sektor perbankan, dan sisanya menyatakan bahwa earnings persistence (EP)
merupakan emiten sektor non-perbankan. berpengaruh positif terhadap ERC. Hasil
Dalam industri keuangan, utang merupakan penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
salah satu bagian dari aktivitas utama yang dilakukan oleh Ali dan Zahrowi (2002), yang
dilakukan yaitu menghimpun dan menyalurkan menyatakan bahwa persistensi laba tidak
dana. Utang merupakan salah satu sumber dana berpengaruh terhadap ERC, adanya komponen-
eksternal yang digunakan untuk menyalurkan komponen transitory dalam laba menyebabkan
dana kepada masyarakat. Semakin besar utang laba kurang dapat dijadikan pengukur ERC.
yang dimiliki maka semakin tinggi kemampuan Banyaknya komponen transitory hanya akan
berpengaruh terhadap laba saat ini akan tetapi penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
tidak memengaruhi laba di masa datang. Imroatussolihah (2013) yang menyimpulkan
Komponen transitory sifatnya tidak berulang, risiko, leverage, peluang pertumbuhan,
artinya item transitory merupakan aktifitas persistensi laba dan kualitas tanggung jawab
yang tidak biasa. dilakukan dan tidak selalu sosial perusahaan secara simultan berpengaruh
terulang dimasa depan. Komponen transitory terhadap earnings response coefficient (ERC)
ini menyebabkan kurang relavannya laba pada perusahaan high profile.
digunakan untuk memprediksi kebijakan di
masa datang. 5. Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi
Penelitian yang dilakukan Hapsari Hasil Penelitian
(2010) juga menunjukkan bahwa persistensi Hasil pengujian dengan menggunakan
laba tidak berpengaruh terhadap ERC dengan regresi linear berganda membuktikan
penjelasan bahwa investor tidak merespon bahwa variabel risiko sistematik (beta) tidak
terhadap perubahan laba meskipun perusahaan berpengaruh terhadap earnings response
telah menunjukkan persistensi laba yang positif coefficient (ERC). Variabel leverage (DAR)
untuk masa datang. Hal ini menunjukkan bahwa berpengaruh positif terhadap earnings response
dalam menentukan investasinya investor tidak coefficient (ERC). Variabel dividend payout
hanya menilai berdasarkan informasi laba, akan ratio (DPR) berpengaruh positif terhadap
tetapi investor juga menilai informasi lain yang earnings response coefficient (ERC). Variabel
mungkin berpengaruh terhadap investasinya. earnings persistence (EP) tidak berpengaruh
Kesimpulan dari hasil penelitian di atas terhadap earnings response coefficient (ERC).
menunjukkan bahwa persistensi laba tidak Hasil pengujian secara simultan dengan
selalu dapat dijadikan patokan dalam penentuan menggunakan seluruh variabel independen,
kebijakan investasi di masa depan karena yaitu risiko sistematik (beta), leverage (DAR),
dalam laba terdapat kemungkinan adanya item dividend payout ratio (DPR), dan earnings
transitory yang tidak terjadi berulang sehingga persistence (EP) secara simultan berpengaruh
tidak dapat menggambarkan laba dimasa depan, terhadap earnings response coefficient (ERC).
hal ini sejalan dengan pendapat Lev (1989) yang Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa
menyatakan bahwa meskipun laba digunakan penelitian yang telah dilakukan ini walaupun
oleh investor akan tetapikegunaan laba bagi telah diupayakan semaksimal mungkin,
investor sangat terbatas. Hasil penelitian ini akan tetapi masih mempunyai keterbatasan –
konsisten dengan penelitian yang dilakukan keterbatasan yang sulit untuk dihindari, antara
oleh Harahap (2004) yang menyimpulkan lain :
bahwa persistensi laba tidak berpengaruh 1. Periode penelitian yang relatif singkat
dan memiliki koefisien korelasi yang bernilai selama enam tahun dari tahun 2008 sampai
negatif terhadap ERC. dengan tahun 2013. Dengan pendeknya
5. Pengaruh Resiko Sistematik (BETA), Debt periode penelitian dan jumlah data yang
to Asset Ratio (DAR), Dividend Payout terbatas, yaitu 19 perusahaan yang menjadi
Ratio (DPR), dan Earnings Persistence (EP) sampel sehingga jumlah data yang terkumpul
secara simultan terhadap Earnings Response sebanyak 114, sehingga hasilnya terlihat
Coefficient (ERC) kurang optimal.
2. Penelitian ini hanya terbatas pada aspek
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuangan saja yaitu risiko sistematik (beta),
resiko sistematik (BETA), debt to asset leverage (DAR), dividend payout ratio
ratio (DAR), dividend payout ratio (DPR), (DPR), dan earnings persistence (EP),
dan earnings persistence (EP) berpengaruh tidak menggunakan aspek lain sehingga
secara simultan terhadap earnings response hasil penelitian tidak dapat menggambarkan
coefficient (ERC). Dengan demikian menerima situasi secara keseluruhan.
H5 yang menyatakan bahwa resiko sistematik Saran yang dapat digunakan bagi pihak
(BETA), debt to asset ratio (DAR), dividend yang ingin melanjutkan penelitian ini adalah:
payout ratio (DPR), dan earnings persistence 1. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan
(EP) berpengaruh secara simultan terhadap faktor akuntansi lainnya seperti growth
earnings response coefficient (ERC). Hasil opportunities, ukuran (firm size), karateristik
Faktor Penggelapan Pajak, Interaksi Fiskus dengan Wajib Pajak dan Kepatuhan
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor
1
Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
2
Universitas Jenderal Achmad Yani, Jl. Terusan Jenderal Gatot Subroto, PO.BOX 807 Bandung, 40285
JEL Classification: This study influence of tax evasion and the interaction with
H26 the tax authorities on the tax compliance of taxpayers. The population
in this study is the individual taxpayer (WPOP) in Bogor district.
Keywords: Sampling was done by the method of proportional sampling. The
tax compliance, tax evasion number of samples is determined 200. Primary data collection method
factors and interactions with used was by questionnaire (questioner). Data analysis tool used in
the tax authorities taxpayer. this study is SEM with Lisrel 8:54. Results show that, the factors that
significantly affect tax evasion on Tax compliance, interaction with
the tax authorities Taxpayer significant effect on Tax compliance.
Factors tax authorities of tax evasion and interaction with taxpayers
collectively significant effect on tax compliance.
ABSTRAK
penghasilannya yang semestinya kena pajak. Wajib Pajak (Widodo, 2010). Hubungan fiskus
Sebagaimana hal ini terjadi karena kurangnya dengan wajib pajak merupakan hubungan
pengawasan dari fiskus. Alm et.al, (2001) administratif dalam arti hubungan secara fungsi
menyebutkan bahwa kemungkinan Wajib Pajak dan tanggung jawab. Interaksi fiskus dengan
akan diperiksa justru akan berpengaruh dari Wajib Pajak dapat diukur melalui keramahan
pada sanksi administrasi dan pidana karena petugas dalam melayani Wajib Pajak,
wajib pajak mengetahui bahwa otoritas pajak kemampuan petugas pajak dalam melayani
tidak akan melakukan seleksi secara acak permasalahan perpajakan, ketanggapan
kepada wajib pajak yang akan diperiksa, akan dan kecepatan petugas dalam melayani
tetapi menggunakan informasi dari SPT yang permasalahan perpajakan dan perhatian petugas
disampaikan wajib pajak untuk menentukan dalam melayani permasalahan perpajakan.
pemeriksaan. Selain sanksi administrasi dan Dalam Kepatuhan pajak itu sendiri di
kemungkinan dilakukan audit, yang menjadi Kabupaten Bogor KPP Cibinong dan KPP
alasan mengapa wajib pajak enggan untuk Cileungsi secara khusus, hingga tahun 2011
melakukan penghindaran pajak atau pengelakan terdapat k 197.434 Wajib Pajak Orang Pribadi
pajak adalah kualitas layanan publik yang (WP OP) yang terdaftar. Namun dari jumlah
mereka peroleh serta kemungkinan wajib pajak tersebut yang menyampaikan SPT Tahun Wajib
dalam melakukan kewajiban perpajakannya Pajak Orang Pribadi (WP OP) sebanyak 88.605
dengan didukung oleh rendahnya biaya-biaya Orang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
maupun pungut apabila mereka melakukan kepatuhan WP OP di Kabupaten Bogor (KPP
kewajiban secara benar dan tepat. Cibinong dan KPP Cileungsi) hanya 44,88%.
Disamping faktor penggelapan pajak Berdasarkan data yang ada Jumlah Wajib Pajak
tersebut di atash faktor yang dapat meningkatkan terdaftar di Kabupaten Bogor dari tahun 2008
kepatuhan pajak adalah budaya pajak salah satu hingga tahun 2011 mengalami penurunan. Hal
indikatornya interaksi antara fiskus dengan ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
Tahun 2008 s/d 2011
Berdasarkan tabel di atas maka dapat Wajib Pajak dalam membayar pajak secara
dilihat bahwa dari tahun 2008 hingga tahun formal dapat dilihat dari aspek kesadaran wajib
2011, tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang pajak untuk mendaftarkan diri, ketepatan waktu
Pribadi (WP OP) di Kabuapten Bogor (KPP dalam membayar pajak dalam menyampaikan
Cibinong dan Cileungsi) senantiasa menurun. SPT tahunan, ketepatan waktu dalam
Hal ini tentu membutuhkan suatu kajian dan membayar pajak dan pelaporan wajib pajak
faktor-faktor apa yang mempengaruhi agar hal melakukan pembayaran pajak dengan tepat
tersebut tidak terjadi berlarut-larut. Kepatuhan waktu. Kepatuhan material dalam mengisi SPT
yang dimaksud adalah sebagai suatu keadaan PPh adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan
dimana wajib pajak memenuhi semua jujur, baik dan benar atas SPT tersebut sehingga
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang
perpajakannya, Nurmantu (2003). Kepatuhan perpajakan dan menyampaikan SPT ke KPP
Tabel 3.
Skala Penilaian
Tabel 4.
Definisi Operasional Variabel, Indikator, Pengukuran Sumber
Konsep
Variabel Indikator Skala Pernyataan
Variabel
Data yang diperoleh dari hasil penyebaran (Hair, et,al,. 2006). Variance extracted diperoleh
kuesioner kemudian diolah untuk menguji dari nilai loading factor hasil analisis SEM. Jika
hipotesis yang diteliti. Tahapan-tahapan yang variance extracted lebih besar dari 0,50 maka
dilakukan dalam pengolahan data tersebut item pernyataan dinyatakan valid.
adalah sebagai berikut: Reliabilitas instrumen menggambarkan
1. Tahap editing, yaitu melakukan screening pada kemantapan dan keajegan alat ukur yang
questions (hanya responden yang memenuhi digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki
karakteristik yang telah ditentukan yang akan reliabilitas atau keajegan yang tinggi atau dapat
diolah datanya), kemudian pemeriksaan atas dipercaya, apabila alat ukur tersebut stabil
jawaban yang telah diperoleh dari responden sehingga dapat diandalkan (dependability)
untuk mengetahui apakah jawaban yang dan dapat digunakan untuk meramalkan
diberikan telah sesuai dengan petunjuk (predictability) (Sekaran, 2006). Perhitungan
pengisian kuesioner. Tahap ini dilakukan reliabilitas dalam penelitian ini yaitu dengan
dengan cara mengoreksi jawaban satu melihat construct reliability yang memiliki
persatu. nilai-nilai cut off value minimal sebesar 0,70
2. Tahap tabulasi, yaitu pemberian skor/nilai (Hair, et,al,. 2006). Rumus construct reliability
terhadap jawaban responden berdasarkan dituliskan sebagai berikut:
skala Likert.
3. Tahap pengolahan data, dalam penelitian
ini akan dilakukan pengolahan data dengan Standard loading diperoleh dari
menggunakan Structural Equation Modeling standardized loading untuk tiap-tiap indikator
(SEM) dengan Lisrel 8.54
yang didapat dari hasil Output Lisrel. adalah
Uji Validitas dan Reliabilitas measurement error dari tiap indikator.
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui Analisis Struktural Equation Modeling (SEM)
apakah alat ukur yang telah disusun dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak Langkah-langkah analisis SEM adalah
diukur secara tepat. Validitas suatu instrumen sebagai berikut:
menggambarkan tingkat kemampuan alat ukur 1. Mengembangkan model dan merespesifikasi
yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu model pengukuran
yang menjadi sasaran pokok pengukuran. Bila Penelitian ini menggunakan tiga pengukuran,
instrumen tersebut mampu untuk mengukur yaitu Penggelapan pajak, Interaksi fiskus
variabel yang diukur maka disebut sebagai dengan wajib pajak dan kepatuhan pajak
valid, dan sebaliknya apabila tidak mampu yang akan digambarkan dalam bentuk path
untuk mengukur variabel yang diukur maka diagram.
akan disebut tidak valid (Sekaran, 2006). Diagram jalur yang menggambarkan
Pengujian validitas instrumen menggunakan keterkaitan antar variabel penelitian dapat
variance extracted dengan nilai minimal 0,50 dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.
δ X1.1
1
δ
2 X1.2
Faktor Penggelapan
δ Pajak (X1) δ7
3 X1.3
Y1
δ
4 X1.4 Kepatuhan Pajak
(Y) δ8
δ
5 X2.1 Y2
Interaksi fiskus
δ
6 X2.2 dan wp (X2)
δ
7 X2.3
δ
8 X2.4
Gambar 3.1
Paradigma Penelitian
tinggi kepatuhan pajak atau sebaliknya memiliki pengaruh terhadap Kepatuhan Wajib
semakin Fiskus menjauh dengan Wajib Pajak Pajak. Perbedaan ini disebabkan yang dijadikan
maka semakin rendah Kepatuhan Pajak. responden oleh peneliti terdahulu berada
Faktor yang paling mempengaruhi adalah pada satu KPP yang sama sehingga mereka
keramahan petugas pajak dalam melayani dilayani oleh petugas yang berasal dari instansi
Wajib Pajak (78%). Keramahan petugas pajak yang sama mengakibatkan adanya persmaan
yang dimaksud adalah keramahan dari fiskus pandangan terhadap petugas pajak.
dalam melayani Wajib Pajak. Diharapkan fiskus
memiliki kemampuan dalam melayani memiliki Pengaruh Faktor Penggelapan Pajak dan
sikap yang ramah. Wajib Pajak diperlakukan Interaksi Fiskus dengan Wajib Pajak terhadap
seperti pelanggan dalam perusahaan sehingga Kepatuhan Pajak
tetap mau membayar pajak. Faktor yang Hasil pengujian menunjukan bahwa faktor
paling rendah dalam interkasi fiskus dengan penggelapan pajak dan interaksi fiskus dengan
Wajib Pajak adalah kemampuan petugas Wajib Pajak secara silmutan berpengaruh
pajak dalam melayani Wajib Pajaki (35%). terhadap kepatuhan pajak sebesar 49%. Hal
Hal ini terjadi karena Wajib Pajak dalam ini berarti tinggi rendahnya kepatuhan pajak
kemampuan perpajakan sudah mulai membaik dipengaruhi secara nyata dan positif oleh
karena informasi mengenai perpajakan sudah tinggi rendahnya faktor penggelapan pajak
dapat diakses diinternet dan bahkan Wajib dan intearksi fiskus dengan Wajib Pajak.
Pajak mengikuti pelatihan–pelatihan dalam Ini mempunyai arti semakin rendah Wajib
perpajakan. Pajak menggelapkan pajak maka Wajib Pajak
Dengan demikian maka seorang petugas semakin patuh dan semakin tinggi hubungan
pajak harus dapat melayani permasalahan anatra fiskus dengan Wajib Pajak maka Wajib
Wajib Pajak dan akan menimbulkan rasa puas Pajak semakin patuh pajak.
bagi Wajib Pajak sehingga interaksi antara Berdasarkan hasil pengujian tersebut
pegawai pajak dengan Wajib Pajak mendorong juga masih terdapat sekitar 51% pengaruh
mereka untuk i untuk patuh dalam pajak. Dalam variabel lain ( diluar variabel penelitian)
kaitannya dengan dengan variabel Interkasi dalam meningkatkan kepatuhan pajak. Hal
fiskus dengan Wajib Pajak, maka pendekatan ini memperlihatkan bahwa selain faktor
yang dilakukan berhubungan dengan Wajib penggelapan pajak dan interaksi fiskus dengan
Pajak seperti pelayanan prima kepada Wajib Wajib Pajak, masih terdapat beberapa variabel
Pajak, konsultasi, Wajib Pajak dalam hal yang mempengaruhi kepatuhan pajak bahkan
perpajakan. Disamping Faktor keramahan prosentasenya lebih besar. Dalam hal kepatuhan
petugas dalam melayani Wajib Pajak dan pajak itu sendiri selain faktor penggelapan
kemampuan petugas dalam melayani Wajib pajak dan interaksi fiskus dengan Wajib Pajak,
Pajak, ada faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan formal yang ditekankan oleh Wajib
interaksi fiskus dengan Wajib Pajak diantaranya pajak mencapai (85%) dibandingkan kepatuhan
ketanggapan dan kecepatan petugas dalam material sebesar (73%). Hal ini menunjukan
melayani Wajib Pajak sebesar (40%) dan Wajib Pajak melaksanakan kewajiban
perhatiaan petugas pajak dalam melayani Wajib perpajakan hanya secara formal saja tanpa
Pajak sebesar (39%). memperhatikan materialnya.
Hal tersebut mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Widodo (2010) yang 5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Implikasi
menghasilkan bahwa kepatuhan Pajak Hasil Penelitian
dipengaruhi oleh moral dan budaya pajak, dan
Jatmiko (2006) yang menghasilkan sikap WP Berikut ini adalah kesimpulan dari
terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap WP penelitian ini :
terhadap pelayanan fiskus dan sikap wajib 1. Faktor Penggelakan Pajak terhadap
pajak terhadap kesadaran perpajakan memiliki Kepatuhan Pajak memiliki pengaruh positif
pengaruh positif yang signifikan terhadap yang signifikan terhadap Kepatuhan. Hal
kepatuhan WP. Namun tidak mendukung ini menunjukkan bahwa semakin besar
penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Wajib Pajak yang menggelapkan Pajak
Hidayati (2008) yang menghasilkan persepsi maka semakin Wajib Pajak tidak patuh
Wajib Pajak terhadap Petugas Pajak tidak atau sebaliknya semakin kecil Wajib
Komputindo. Jakarta.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung,
2012
Supriyati dan Hidayati Nur, 2008, Pengaruh
Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,
Jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi,
2008
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal
32 ayat 3 Undang–Undang tentang KUP.
Widodo Widi, 2010, Moralitas, Budaya dan
Kepatuhan Pajak, Alfabeta, Bandung, 2010.
Wijanto, Setyo Hari. 2008. Struktur Equation
Modeling. Konsep dan Tutorial Dengan
Lisrel 8.80. Edisi II. Penerbit Graha Ilmu.
Jakarta.
Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak,
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal pada
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat
1
Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
2
Universitas Bengkulu, Jl. W.R Supratman Kandang Limun, Bengkulu 38371
JEL Classification: This study aims to examine the effect of income, revenue-
H83 sharing, general allocation fund and a special allocation of funds for
M12 capital expenditure District / City in West Java province in 2008 - 2012.
The analysis method used in this research is quantitative method with
Keywords: regression testing multiple test the classic assumption before it get
original local government the best research model. The variables in this study were of income,
revenue, tax/non tax revenue revenue-sharing, general allocation fund and a special allocation fund
sharing, general allocation as an independent variable and capital expenditures as the dependent
funds, special allocation variable. These results prove that the local revenue, revenue-sharing,
funds, and capital general allocation fund and a special allocation fund a significant
expenditure. effect on of capital expenditure on Kabupaten / Kota in the province
of West Java. The results of the study provide evidence that regional
income, revenue-sharing, general allocation fund a significant effect on
capital expenditure, while the special allocation variables no significant
effect on of capital expenditure. This study shows that the potential of
the region will determine the composition of of capital expenditure in
Kabupaten / Kota in West Java Province.
ABSTRAK
signifikansi sebesar 0.000 atau lebih kecil pendapatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa
dari 0.05 (α = 5 %), sehingga hipotesis Barat masih relatif kecil yaitu sebesar 13 persen.
alternatif dua (HA1) diterima dan menolak Pemerintah daerah perlu berupaya lebih keras
hipotesis nol (Ho). Ini berarti bahwa PAD untuk meningkatkan penerimaan PAD agar
berpengaruh signifikan positif terhadap penerimaannya mendekati atau bahkan sama
belanja modal. dengan potensinya. Menurut Widayat (1994),
3. Uji statistik t variabel Dana Bagi Hasil upaya peningkatan PAD dapat dilakukan
(DBH) memiliki t hitung sebesar 4.357 dengan cara instensifikasi dan ekstensifikasi.
lebih besar dari t tabel sebesar 2.450 (α = 5 Cara instensifikasi adalah mengefektifkan
%), dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 pemungutan pajak atau retribusi dan
atau lebih kecil dari 0.05 (α = 5 %), sehingga mengefisienkan cara pemungutannya pada
hipotesis alternatif tiga (HA2) diterima dan obyek dan subyek yang sudah ada misalnya
menolak hipotesis nol (Ho). Ini berarti melakukan perhitungan potensi, penyuluhan,
bahwa DBH berpengaruh signifikan positif meningkatkan pengawasan dan pelayanan.
terhadap belanja modal. Cara ekstensifikasi adalah melakukan usaha-
4. Uji statistik t variabel DAU memiliki t usaha untuk meningkatkan PAD dengan cara
hitung sebesar 3.488 lebih besar dari t menjaring wajib pajak baru melalui pendataan
tabel sebesar 2.450 (α = 5 %), dengan nilai dan pendaftaran atau menggali pajak baru.
signifikansi sebesar 0.001 atau lebih kecil Selain itu, Pemerintah Daerah juga perlu untuk
dari 0.05 (α = 5 %), sehingga hipotesis meningkatkan daya saing daerah. Isu strategis
alternatif empat (HA3) diterima dan terkait dengan peningkatan daya saing meliputi:
menolak hipotesis nol (Ho). Ini berarti (1) peningkatan iklim investasi dan usaha; (2)
bahwa DAU berpengaruh signifikan positif percepatan pembangunan infrastruktur untuk
terhadap belanja modal. keterhubungan dalam negeri; (3) peningkatan
5. Uji statistik t variabel DAK memiliki t pembangunan industri di berbagai koridor
hitung sebesar 0.411 lebih kecil dari t ekonomi; dan (4) penciptaan kesempatan kerja,
tabel sebesar 2.450 (α = 5 %), dengan nilai khususnya tenaga kerja muda (RKP T.A. 2013).
signifikansi sebesar 0.682 atau lebih besar Dana Bagi Hasil merupakan salah satu
dari 0.05 (α = 5 %), sehingga hipotesis komponen penerimaan daerah yang bersumber
alternatif lima (HA4) ditolak dan menerima dari APBN, yang terdiri dari DBH Pajak dan
hipotesis nol (Ho). Ini berarti bahwa DAK DBH Bukan Pajak (sumber daya alam). Obyek
tidak berpengaruh signifikan terhadap DBH berada pada kabupaten/kota bersangkutan.
belanja modal. Dengan demikian sebenarnya DBH juga
6. Hasil uji statistik F diperorelh nilai F hitung merupakan potensi yang ada di kabupaten dan
sebesar 77,841 lebih besar dari nilai F tabel kota bersangkutan, yang dapat dikembangkan
sebesar 2,45 dengan nilai signifikansi potensinya oleh pemerintah daerah sehingga
sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0.05 (α = dapat memperbesar penerimaan daerah.
5 %). Ini berarti bahwa PAD, DBH, DAU, Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Dana
dan DAK secara simultan berpengaruh Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap
signifikan terhadap belanja modal (HA5). belanja modal. Namun demikian, rata-rata
Dari model persamaan regresi yang kontribusi DBH terhadap total pendapatan
dihasilkan dalam penelitian ini, terlihat bahwa daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat
belanja modal di kabupaten/kota di Provinsi hanya sebesar 11 persen, lebih rendah dari
Jawa Barat secara signifikan dipengaruhi rata-rata nasional yaitu sebesar 18 persen.
oleh PAD. Hasil penelitian ini sejalan dengan Adapun sumber utama penerimaan utama DBH
penelitian yang dilakukan oleh Daryanto dan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat berasal
Yulia Yustikasari (2007), Anggiat Situngkir dari DBH Pajak yang besarnya mencapai 81
(2009), Irma Safitri (2009), dan Vicky Nur persen, sedangkan penerimaan yang berasal
Rachma (2011). PAD merupakan pendapatan dari dana bagi hasil sumber daya alam hanya
yang berasal dari potensi daerah sehingga mencapai 19 persen.
daerah dapat dengan leluasa menggunakan Potensi penerimaan DBH yang bisa
PAD untuk membiayai kegiatan rutin maupun dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten/
belanja modal/belanja pembangunan. Namun Kota di Provinsi Jawa Barat adalah DBH
demikian kontribusi PAD terhadap total Pajak yang berasal dari penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan dan prasarana pelayanan dasar masyarakat
Hak atas Tanah dan Bangunan (BHTB), Pajak yang belum mencapai standar tertentu atau
Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib untuk mendorong percepatan pembangunan
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, dan Pajak daerah. Tidak signifikannya variabel DAK
Penghasilan Pasal 21. Selain itu, beberapa dapat dijelaskan karena rata-rata kontribusi
pajak yang masih dikelola oleh pusat sudah DAK terhadap total pendapatan daerah
saatnya untuk diserahkan kepada daerah. kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat sangat
Langkah langkah yang perlu dilakukan dalam kecil yaitu hanya sebesar 4 persen, lebih
meningkatkan penerimaan bagi hasil sektor rendah dari rata-rata nasional yaitu sebesar
perpajakan yaitu meningkatkan Sumber Daya 6 persen. Selain itu, Pemerintah daerah
Manusia aparat pemungut pajak, efisiensi biaya tidak leluasa dalam mengelola DAK karena
pemungutan pajak, meningkatkan pengawasan, kebijakan pengalokasian DAK sepenuhnya
penyuluhan kepada wajib pajak, meingkatkan ditentukan oleh Pemeringah Pusat, dengan
pelayanan dan kemudahan pembayaran pajak, beberapa kriteria, yaitu Kriteria Teknis yang
dan pemutakhiran data wajib pajak. ditentukan oleh Departemen Teknis dengan
Hasil penelitian ini juga menunjukkan mempertimbangkan luas wilayah, panjang jalan
bahwa DAU berpengaruh secara positif dan dan sebagainya. Kriteria Khusus untuk daerah
signifikan terhadap belanja modal. Elastisitas khusus, misalnya daerah bencana alam, pesisir
belanja modal terhadap DAU adalah sebesar atau pariwisata. Kriteria Fiskal yang ditentukan
0,415 yang berarti bahwa setiap kenaikan Departemen Keuangan.
DAU sebesar 1%, maka belanja modal akan Implikasi dari hasil penelitian ini
meningkat sebesar 0,415% cateris paribus. menunjukkan bahwa pengeluaran belanja
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian modal Pemerintah Kabupaten/Kota di
yang dilakukan oleh Daryanto dan Yulia Provinsi Jawa Barat sangat dipengaruhi oleh
Yustikasari (2007), Anggiat Situngkir (2009) sumber-sumber penerimaan utama baik yang
yaitu bahwa DAU berpengaruh signifikan merupakan Pendapatan Asli Daerah itu sendiri
positif terhadap belanja Modal. maupun dana tranfer dari Pemerintah Pusat
Rata-rata kontribusi DAU terhadap dalam bentuk Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
total pendapatan daerah kabupaten/kota di Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Hal ini
Provinsi Jawa Barat sebesar 51 persen, sedikit didukung masih tingginya ketergantungan
lebih rendah dari rata-rata nasional yaitu fiskal Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi
sebesar 54 persen. Tingginya kontribusi DAU Jawa Barat kepada Pemerintah Pusat yang
terhadap penerimaan daerah mencerminkan dicerimkan oleh besarnya kontribusi dana
adanya ketergantungan yang tinggi terhadap tranfer dari Pemerintah Pusat selama periode
Pemerintah Pusat. Terjadi transfer dana penelitian. Dengan struktur anggaran yang
yang cukup signifikan di dalam APBN dari masih bergantung pada pemerintah pusat
pemerintah pusat ke pemerintah daerah, perlu maka perubahan kebijakan dana transfer
dibarengi adanya penyerahan kewenangan, akan berimplikasi terhadap belanja modal
sehingga pemerintah daerah secara leluasa dapat pemerintah daerah. Penurunan penerimaan
menggunakan dana ini apakah untuk memberi dana transfer akan berakibat menurunnya
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat belanja modal/belanja infrastruktur publik yang
atau untuk keperluan lain yang tidak penting. sangat diperlukan oleh masyarakat maupun
Berdasarkan pengujian pengaruh dunia usaha seperti infrastruktur transportasi,
dana alokasi khusus terhadap belanja modal komunikasi, pendidikan, kesehatan, ekonomi,
menunjukkan bahwa DAK berpengaruh secara olah raga dan kesenian dan lain-lain.
positif namun secara statistik tidak signifikan Dari tabel 5 dapat dianalis bahwa
terhadap belanja modal. Walaupun tidak kontribusi PAD kabupaten/kota di Provinsi
signifikan, tanda positif koefisien variabel Jawa Barat rata-rata hanya 10 persen terhadap
DAK menunjukkan bahwa instrumen DAK total penerimaan daerah selama kurun waktu
telah sejalan dengan tujuan pengalokasian 2008 – 2012, sementara komponen dana tranfer
DAK, yaitu untuk mendanai kepentingan dari Pemerintah Pusat yang tediri dari DBH,
khusus yang merupakan urusan Pemerintahan DAU dan DAK mempunyai kontribusi sebesar
Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, 64 persen.
khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana
Tabel 2
Rata-rata komposisi penerimaan Kabupaten/Kota
Di Provinsi Jawa Barat T.A. 2008 – 2012
DAK 3% 4% 4% 4% 4% 4%
Pengaruh Earning per Share, Debt to Equity Ratio, Suku Bunga dan Inflasi terhadap
Price to Book Value pada Perbankan di Bursa Efek Indonesia
JEL Classification: The research objective is to prove and explain the effect of
H83 earnings per share, debt to equity ratio, interest rates and inflation
M12 on the price to book value (corporate banking in Indonesia in 2007-
2012. The sampling technique in this research is purposive sampling.
Keywords: The data required in research this is obtained of Indonesian Capital
earning per share, debt to Market Directory (ICMD), Indonesia Stock Exchange (IDX) and Bank
equity ratio, interest rates, Indonesia (BI). the method of data analysis used is multiple linear
inflation and price to book regression. the study concluded that there is influence of earning per
value. share, debt to equity ratio, interest interest and inflation to price to
book value in banking in Indonesia Stock Exchange.
ABSTRAK
lebih tinggi dari pada nilai bukunya yang to book value adalah debt to equity ratio
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut (DER). Debt to Equity Ratio merupakan rasio
semakin baik dimata investor (Marfuatun dan solvabilitas yang mengukur kemampuan
Indarti, 2012; ). kinerja perusahaan dalam mengembalikan
Putra (2007; Safitri, 2013) menunjukkan hutang jangka panjangnya dengan melihat
bukti empiris bahwa data Earning Per Share perbandingan antara total hutang dengan total
dan Debt to Equity Ratio signifikan berpengaruh ekuitasnya. Adapun faktor-faktor teknikal yang
terhadap Price to Book Value, namun Return On mempengaruhi price to book value adalah suku
Assets, Beta Saham dan Divident Payout Ratio bunga dan inflasi.
tidak berpengaruh signifikan terhadap Price to Umumnya tingkat suku bunga
Book Value. Secara individual, debt to equity mempunyai hubungan negatif dengan bursa
ratio dan divident payout ratio berhubungan saham dan apabila pemerintah mengumumkan
negatif dan tidak signifikan dengan price to tingkat suku bunga akan naik, maka investor
book value sedangkan return on equity dan size akan menjual sahamnya dan menggantikannya
berhubungan positif dan signifikan terhadap dengan instrumen berpendapatan tetap (fixed
price to book value. income securities) yang memberikan tingkat
Wardjono (2010) membuktikan suku bunga yang tinggi. Adanya kenaikan
bahwa Return on Equity (ROE) dan Growth tingkat suku bunga seharusnya diikuti dengan
berpengaruh signifikan terhadap Price to perubahan penurunan Price to Book Value
Book Value (PBV), sementara pengujian pada (PBV) yang searah, namun pada kenyataannya
Dividend Payout Ratio (DPR) dan Degree tidak sesuai dengan perubahan Price to Book
of Financial Leverage tidak berpengaruh Value (PBV). Tingginya inflasi menunjukkan
signifikan terhadap Price to Book Value bahwa risiko untuk melakukan investasi
(PBV). Hasil penelitian ini menunjukkan cukup besar sebab inflasi yang tinggi akan
bahwa profitabilitas dan tingkat pertumbuhan mengurangi return dari investor. Pada kondisi
merupakan faktor yang dipertimbangkan inflasi yang tinggi maka harga barang-barang
oleh investor. Semakin tinggi Price to Book cenderung untuk meningkat. Peningkatan harga
Value (PBV), semakin baik pasar memandang barang-barang dan bahan baku akan membuat
perusahaan dan prospeknya, hal ini berarti biaya produksi menjadi tinggi sehingga akan
semakin berhasil perusahaan menciptakan berpengaruh pada penurunan jumlah permintaan
nilai bagi pemegang saham. Perusahaan yang yang berakibat pada penurunan penjualan,
dipandang baik oleh investor adalah perusahaan sehingga hal ini mengurangi pendapatan yang
dengan laba dan arus kas yang aman serta terus diperoleh investor dari investasinya, setiap
menerus mengalami pertumbuhan. Price to terjadi penurunan tingkat inflasi maka harga
Book Value (PBV) diperoleh dari harga pasar saham akan meningkat.
per lembar saham dibagi dengan nilai buku Hipotesis penelitian merupakan dugaan
per lembar saham yaitu jumlah ekuitas dibagi sementara sebelum dilakukannya penelitian
dengan jumlah saham yang beredar. Untuk dalam hal pendugaannya menggunakan
menciptakan nilai pasar yang tinggi banyak statistika untuk mengalisisnya. Berdasarkan
faktor yang harus diperhatikan. Salah satu pengertian tersebut, disimpulkan bahwa
faktor yang menjadi penilaian adalah kinerja hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai
dari perusahaan. jawaban yang bersifat sementara dari obyek
Adanya kenaikan Earning per Share penelitian, hingga terbukti melalui data yang
(EPS) menunjukkan adanya kenaikan laba terkumpul dan diuji secara empiris.
dari perusahaan. Earning per Share (EPS)
merupakan besarnya laba yang diperoleh 2. Telaah Teori dan Pengembangan Hipotesis
perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang 2.1 Signaling Theory
beredar dan kenaikan Earning Per Share
(EPS) seharusnya diikuti dengan perubahan Signaling theory menurut Brigham
kenaikan Price to Book Value (PBV) yang (2011) adalah suatu tindakan yang diambil
searah. Earning Per Share (EPS) dihitung dari manajemen suatu perusahaan yang
Net Income dibagi dengan share outstanding memberi petunjuk bagi investor tentang
(jumlah saham yang beredar) Ross (2010). bagaimana manajemen memandang prospek
Indikator lainnya yang mempengaruhi price perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang
Menurut Wardjono (2010) investor EPS = Laba Bersih Setelah Bunga dan Pajak
dapat mempertimbangkan rasio pasar modal
seperti rasio harga terhadap nilai bukunya (Price Jumlah Saham Beredar
to Book Value) yang selanjutnya disingkat PBV,
untuk menentukan saham mana yang harganya Putra (2007) dalam penelitiannya
wajar, terlalu tinggi (overvalued), atau terlalu menunjukkan hasil bahwa variabel Earning Per
rendah (undervalued). Rasio harga pasar suatu Share (EPS) memiliki pengaruh yang signifikan
saham terhadap nilai bukunya memberikan terhadap Price to Book Value. Arah koefisien
indikasi pandangan investor atas perusahaan. positif menunjukkan bahwa peningkatan
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar Earning Per Share (EPS) akan meningkatkan
keuangan kepada manajemen dan organisasi Price to Book Value. Hasil penelitian ini
sebagai perusahaan yang terus tumbuh. mengindikasikan bahwa Earning Per Share
Semakin tinggi rasio Price to Book Value, yang naik mencerminkan hasil investasi per
semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai lembar saham meningkat, sehingga kepercayaan
bagi pemegang saham. investor meningkat dan harga saham juga
meningkat. Dampak akhirnya adalah Price
2.3 Earning per Share (EPS) to Book Value juga meningkat. Makin tinggi
Earning per Share (EPS) merupakan Earning Per Share menunjukkan makin tinggi
ukuran penting yang digunakan untuk mengukur laba yang diperoleh perusahaan. Ketika investor
kinerja perusahaan. Earning Per Share (EPS) mengevaluasi performance dari perusahaan,
adalah keuntungan perusahaan yang bisa investor tidak cukup hanya mengetahui apakah
dibagikan kepada pemegang saham. Tapi dalam income suatu perusahaan mengalami kenaikan
prakteknya, tidak semua keuntungan ini dapat atau penurunan, investor juga perlu mencermati
dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai bagaimana perubahan income berakibat
laba ditahan. Menurut Ang (1997), Earning Per terhadap investasinya. Perusahaan yang mapan
Share (EPS) merupakan perbandingan antara umumnya mempunyai rasio Earning Per Share
laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku tinggi, sedangkan perusahaan yang berusia
dengan jumlah saham yang diterbitkan. muda mempunyai kecenderungan Earning Per
Salah satu indikator keberhasilan suatu Share (EPS) yang rendah. Dengan demikian
perusahaan ditunjukkan oleh besarnya tingkat Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif
keuntungan atas per lembar saham. Pada terhadap Price to Book Value (PBV).
umumnya para investor akan mengharapkan 2.3 Debt to Equity Ratio (DER)
manfaat dari investasinya dalam bentuk laba
per lembar saham (EPS). Hal ini disebabkan Suatu perusahaan didirikan tentunya
EPS dapat menggambarkan jumlah keuntungan dengan tujuan memaksimalisasi harga saham
yang diperoleh untuk setiap lembar saham dan pencapaian profitabilitas. Untuk mencapai
biasa. Sedangkan jumlah EPS yang bakal tujuan tersebut dibutuhkan modal, baik modal
didistribusikan kepada investor saham sendiri dari intern perusahaan yakni dengan
tergantung pada kebijakan perusahaan dalam mengeluarkan saham maupun modal dari
hal pembayaran deviden. Adapun EPS yang ekstern berupa hutang. Struktur modal diukur
tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut dengan leverage yakni ukuran yang digunakan
mampu memberikan tingkat kesejahteraan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan
yang lebih baik pada pemegang saham. yang menggunakan aktiva atau dana yang
Sebaliknya EPS yang rendah menandakan mempunyai beban tetap untuk memperbesar
bahwa perusahaan telah gagal memberikan tingkat pengembalian atau laba bersih bagi
kemanfaatan sebagaimana yang diharapkan oleh pemilik perusahaan. Menurut Harahap (2002)
pemegang saham. Oleh sebab itu, perusahaan “ Perusahaan yang baik mestinya memiliki
yang stabil akan memperlihatkan stabilitas komposisi modal yang lebih besar dari utang”.
pertumbuhan EPS, sebaliknya perusahaan yang Sedangkan menurut Sartono (2001), “rasio
tidak stabil akan memperlihatkan pertumbuhan leverage adalah rasio yang mengukur seberapa
yang fluktuatif. Secara sistematis Earning Per besar perusahaan dibiayai dengan utang”.
Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut. Menurut Harahap (2002) perusahaan
yang baik mestinya memiliki komposisi modal
yang lebih besar dari utang. Sedangkan menurut kepada kreditur. Tingkat suku bunga tersebut
Sartono (2001) rasio leverage adalah rasio yang dapat menjadi salah satu pedoman investor
mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dalam pengambilan keputusan investasi pada
dengan utang. Husnan (2002) leverage financial pasar modal. Dengan membandingkan tingkat
menyangkut penggunaan dana yang diperoleh keuntungan dan resiko pada pasar modal
pada biaya tetap tertentu dengan harapan bisa dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan
meningkatkan bagian pemilik modal sendiri. sektor keuangan, investor dapat memutuskan
Financial leverage yang akan digunakan dalam bentuk investasi yang mampu menghasilkan
penelitian ini adalah debt to equity ratio (DER), keuntungan yang optimal. Tingkat suku bunga
merupakan perbandingan antara total hutang sektor keuangan yang lazim digunakan sebagai
terhadap total ekuitas yang dimiliki perusahaan. panduan investor disebut juga tingkat suku
Total hutang di sini merupakan total hutang bunga bebas resiko (risk free), yaitu meliputi
jangka pendek dan total hutang jangka panjang, tingkat suku bunga bank sentral dan tingkat
sedangkan total ekuitas adalah total modal suku bunga deposito. Menurut Manurung,
sendiri (total modal saham disetor dan laba dkk. (2005) “Tingkat bunga merupakan
ditahan) yang dimiliki oleh perusahaan, dapat pengembalian asset yang mempunyai resiko
diukur dengan rumus sebagai berikut : dekat dengan nol“. Umumnya tingkat bunga
ini mempunyai hubungan negatif dengan bursa
DER = Total Hutang saham dan apabila pemerintah mengumumkan
Total Ekuitas tingkat bunga akan naik, maka investor akan
menjual sahamnya dan menggantikannya
Purwanto dan Haryanto (2004) dengan instrumen berpendapatan tetap (fixed
menyatakan bahwa semakin besar debt to equity income securities) yang memberikan tingkat
ratio suatu perusahaan menunjukkan risiko suku bunga yang tinggi.
distribusi laba usaha perusahaan akan semakin
2.5 Inflasi
besar terserap untuk melunasi kewajiban
perusahaan. Ariadi (2009) menyebutkan bahwa Menurut Herman (2003) menyatakan
rasio hutang terhadap ekuitas (DER) memiliki bahwa “Inflasi adalah suatu keadaan yang
pengaruh negatif dan signifukan terhadap ditandai dengan peningkatan harga-harga
return saham. demikian juga Sulistio (2005) pada umumnya atau turunnya nilai mata
mengatakan bahwa ukuran perusahaan (size), uang yang beredar”. Menurut Ratih (2006 :
Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio 35) menyatakan bahwa “inflasi adalah suatu
(PER) dan tingkat leverage, menunjukkan keadaan dalam perekonomian dimana terjadi
pengaruh negatif signifikan terhadap initial kenaikan harga-harga secara umum”. Kenaikan
return. Hidayati (2010) dan Putra (2007) dalam harga barang dan jasa yang biasa terjadi
yang menemukan bahwa debt to equity ratio jika permintaan”. Inflasi adalah ketika harga
berpengaruh negatif dan tidak signifikan melambung karena terlalu banyak uang dalam
terhadap price to book value perusahaan. peredaran, dan tidak cukupnya barang dan jasa
Makin tinggi tingkat leverage akan semakin untuk dibelanjakan, maka terjadilah inflasi. Bila
tinggi resiko perusahaan yang pada akhirnya harga kian naik melampaui kemampuan orang
akan menurunkan harga saham. Turunnya harga untuk membayar, maka permintaan menurun
saham dapat mengakibatkan turunnya price to dan kelesuan ekonomi mulai berlangsung”.
book value. Dengan demikian, debt to equity Dibawah ini adalah faktor-faktor penyebab
ratio berpengaruh negatif terhadap price to inflasi menurut Arifin (2004:12), yaitu :
book value. 1. Inflasi disebabkan oleh sektor ekspor impor,
jika ekspor suatu negara lebih besar dari
2.4 Suku Bunga
pada impor, akan mengakibatkan terjadinya
Tingkat suku bunga atau interest rate tekanan inflasi, tekanan inflasi terjadi karena
merupakan rasio pengembalian sejumlah semakin besar jumlah uang yang beredar di
investasi sebagai bentuk imbalan yang dalam negeri akibat permintaan devisa.
diberikan investor, besarnya tingkat suku bunga 2. Inflasi disebabkan oleh sektor penerimaan
bervariatif sesuai dengan kemampuan debitur dan pengeluaran negara. Sektor
dalam memberikan tingkat pengembalian penerimaan dan pengeluaran negara yang
defisit menjadi penyebab inflasi. Karena
pengeluaran pemerintah lebih besar dari 4. H4: Inflasi berpengaruh secara signifikan
pada penerimaanya, maka untuk menutupi terhadap Price to Book Value.
keadaan tersebut akan dilakukan dengan
mengeluarkan uang baru, pengeluaran baru 3. Metode Penelitian
menimbulkan tekanan inflasi. Penelitian ini dilakukan untuk
3. Inflasi disebabkan oleh sektor swasta membuktikan dan menjelaskan sejauh mana
pengeluaran kredit dalam jumlah yang cukup pengaruh variabel earning per share, debt to
besar untuk memenuhi permintaan kredit equity ratio, suku bunga dan inflasi terhadap
swasta dapat juga menyebabkan terjadinya price to book value. Menurut Sugiyono
inflasi. (2010:215), sampel adalah sebagian dari
Dari penyebab inflasi di atas dapat populasi itu. Populasi itu misalnya penduduk
disimpulkan bahwa pengendalian jumlah uang di wilayah tertentu, jumlah pegawai pada
yang beredar di masyarakat dan keseimbangan organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di
antara permintaan dan penawaran barang sekolah tertentu dan sebagainya.
merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan Penelitian ini dilakukan dengan
untuk menekan inflasi. menggunakan data keuntungan obyek penelitian
(populasi) adalah perbankan di Bursa Efek
Earning per share (EPS) Indonesia yang telah mempublikasikan laporan
X1 keuangan tahunannya untuk periode enam
tahun yaitu dari 2007 sampai dengan tahun
Debt to Equity Ratio
(DER) Price to Book Value 2012. Alasan digunakannya data mulai dari
(PVB) tahun 2007 adalah karena adanya pergerakan
Suku Bunga Y
X3 fluktuatif pada price to book value, dan data
yang digunakan adalah laporan keuangan enam
Inflasi tahun yang terakhir. Sedangkan Kriteria yang
X4
digunakan untuk penentuan sampel dalam
penelitian ini adalah:
Gambar 1. 1. Perbankan yang tercatat di Bursa Efek
Kerangka Pemikiran Indonesia selama periode tahun 2007-2012.
2. Perbankan yang menerbitkan laporan
keuangan untuk periode tahun 2007-
Berdasarkan rerangka pemikiran dan
2012 dan memiliki kelengkapan data
uraian di atas, maka diambil hipotesis sebagai
yang diperlukan selama berlangsungnya
berikut :
penelitian.
1. H1: Earning Per Share berpengaruh secara
3. Perbankan yang memenuhi kriteria
signifikan terhadap Price to Book Value.
kemudian dihitung : Earning Per Share,
2. H2: Debt to Equity Ratio berpengaruh secara
Debt to Equity Ratio, Suku Bunga, Inflasi
signifikan terhadap Price to Book Value.
dan Price to Book Value selama periode
3. H3: Suku bunga berpengaruh secara
penelitian.
signifikan terhadap Price to Book Value.
Tabel 2.
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria
Data yang digunakan dalam penelitian Nilai koefisien regresi di sini sangat
ini merupakan data sekunder dimana metode menentukan sebagai dasar analisis, mengingat
pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian ini bersifat fundamental method.
dengan strategi langsung dan dengan mencatat Hal ini berarti jika koefisien b bernilai positif
atau mendokumentasikan data, teknik ini (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh
digunakan untuk data lapangan dan pengumpulan searah antara variabel independen dengan
data dan basis data yang pada laporan keuangan variabel terikat (dependent), setiap kenaikan
pemahaman dan yang dipublikasikan oleh nilai variabel independen akan mengakibatkan
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) kenaikan variabel terikat (dependent).
ataupun Bursa Efek Indonesia (BEI). Analisis Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai
data penelitian ini adalah analisis kuantitatif. b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan
Teknik analisis statistik dalam penelitian ini adanya pengaruh negatif dimana kenaikan
menggunakan regresi linier berganda (multiple nilai variabel independen akan mengakibatkan
linear regression). Sebelum melakukan penurunan nilai variabel terikat (dependent).
analisis regresi linier berganda terlebih dahulu Pengujian regresi ini dilakukan untuk
dilakukan uji statistik deskripsi dan uji asumsi mengetahui kemampuan variabel-variabel
klasik. independen maupun bersama-sama dalam
Uji statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan return saham perusahaan. Hasil
mendeskripsikan secara ringkas variabel- pengujian tersebut akan memberikan dasar bagi
variabel dalam penelitian ini. Analisis deskripsi penerimaan atau penolakan hipotesis penelitian.
dilakukan untuk mengetahui gambaran atau Untuk menguji signifikan model, digunakan
deskripsi suatu data yang akan dianalisis. pendekatan ANOVA (F-Test) dan untuk menguji
Ghozali (2012) menyebutkan bahwa statistik signifikasi koefisien regresi setiap variabel
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi independen digunakan t-test. Sedangkan alat
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata yang digunakan untuk menguji signifikasi
(mean), standar deviasi, varian, maksimum, model tersebut, penulis menggunakan SPSS 17.
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(kemenangan distribusi). Statistik deskriptif 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
menyaikan ukuran-ukuran numerik yang Berdasarkan hasil analisis deskripsi
sangat penting bagi data sampel. Ukuran statistic di bawah ini ditampilkan karakteristik
numerik ini merupakan bentuk penyederhanaan sampel yang digunakan di dalam penelitian ini
data ke dalam bentuk yang lebih ringkas dan meliputi : jumlah sampel (N), rata-rata sampel
sederhana yang pada akhirnya mengarah pada (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta
suatu penjelasan dan penafsiran. Penelitian standar deviasi untuk masing-masing variabel.
ini menggunakan analisis regresi berganda. Variabel dalam penelitian ini adalah Price to
Analisis ini digunakan untuk mengukur Book Value, Earning Per Share, Debt to Equity
kekuatan dua variabel atau lebih dan juga Ratio, Suku Bunga dan Inflasi. Earning Per
menunjukkan arah hubungan antara variabel Share (EPS) merupakan rasio antara laba bersih
terikat dengan variabel independen. Adapun yang diperoleh dengan jumlah saham yang
rumus dari regresi linier berganda (multiple beredar. Rata-rata EPS perbankan tahun 2007-
linier regesion) adalah sebagai berikut : 2012 adalah 136.4663 dengan standar deviasi
sebesar 179.48056, nilai EPS terendah adalah
Y = a + bl X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e. 1.00 dan nilai tertinggi adalah 778.93. Debt to
Dimana : Equity Ratio (DER) adalah rasio perbandingan
Y = Price to Book Value total hutang terhadap modal sendiri. Rata-rata
X1 = Earning Per Share DER 9.0779 dengan standar deviasi sebesar
X2 = Debt to Equity Ratio 2.77897, nilai DER terendah adalah sebesar
X3 = Suku Bunga 3.75 dan nilai tertinggi adalah 16.86. Tingkat
X4 = Inflasi suku bunga atau interest rate merupakan rasio
a = Konstanta pengembalian sejumlah investasi sebagai
b1,b2 = Koefisien regresi dari setiap variabel bentuk imbalan yang diberikan investor,
independen besarnya tingkat suku bunga bervariatif sesuai
e = Faktor kesalahan dengan kemampuan debitur dalam memberikan
tingkat pengembalian kepada kreditur. Rata- Book Value merupakan perbandingan nilai
rata suku bunga 7.4351 dengan standar deviasi pasar saham dengan nilai bukunya. Dari Rata-
sebesar 1.21759, nilai suku bunga terendah rata PBV adalah 1.5515 dengan standar deviasi
adalah sebesar 5.75 dan nilai tertinggi adalah sebesar 0.76367, nilai terendah PBV adalah
9.50. Inflasi adalah suatu keadaan dalam 0.32 dan nilai tertinggi adalah 3.53. Pengujian
perekonomian dimana terjadi kenaikan harga- asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini
harga secara umum atau turunnya nilai mata meliputi : Uji Normalitas, Analisis Uji Statistik,
uang yang beredar. Rata-rata inflasi adalah Uji Multikolinieritas, Uji Heterokedastisitas,
6.7077 dangan standar deviasi 2.57386, nilai Uji Autokorelasi. Hasil pengujian hipotesis
inflasi terendah adalah sebesar 2.41 dan nilai sebagaimana tampak pada table berikut.
tertinggi adalah 12.14. sedangkan Price to
Tabel 1
Hasil Pengujian Hipotesis
Collienarity
Unstandardized Standardized Statistics
Model Std. Error t Sig.
Coefficients B Coefficients Beta
Tolerance VIF
Hipotesis pertama menyatakan bahwa yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap
earning per share (EPS) berpengaruh positif dan PBV. Hal ini juga sejalan dengan pendapat
signifikan terhadap price to book value (PBV). dari Robert Ang (1997) yang menyatakan
Hal ini menunjukkan bahwa besarnya earning bahwa keuntungan perusahaan yang semakin
per share (EPS) pada perbankan berpengaruh meningkat memberikan tanda bahwa kekuatan
signifikan terhadap price to book value (PBV). operasional dan keuangan perusahaan semakin
Earning Per Share yang tinggi menandakan membaik, sehingga memberikan pengaruh
bahwa perusahaan mampu memberikan laba positif terhadap ekuitas.
dan tingkat kesejahteraan yang lebih baik Hipotesis kedua menyatakan bahwa
pada pemegang saham, sehingga kepercayaan debt to equity ratio (DER), berpengaruh negatif
investor untuk menginvestasikan suatu saham dan signifikan terhadap price to book value
meningkat, permintaan akan saham meningkat (PBV). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya
dan harga saham juga cenderung bergerak debt to equity ratio (DER) pada perbankan
naik. Dampak akhirnya adalah Price to Book berpengaruh signifikan terhadap price to book
Value juga meningkat. Sebaliknya EPS yang value (PBV). Semakin tinggi tingkat leverage
rendah menandakan bahwa perusahaan telah akan semakin tinggi resiko perusahaan, yang
gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana pada akhirnya akan menurunkan harga saham.
yang diharapkan oleh pemegang saham. Hasil Turunnya harga saham dapat mengakibatkan
penelitian ini mendukung hasil penelitian Yogi turunnya price to book value (PBV). Hasil
Permana dan Tito Perdana Putra (2007) yang penelitian ini mendukung penelitian Putra
menyatakan bahwa EPS memiliki hubungan (2007), yang menyatakan bahwa debt to equity
ratio berpengaruh negatif dan signifikan suku bunga dan Inflasi terhadap Price to Book
terhadap price to book value perusahaan. Value pada Perbankan yang terdaftar di Bursa
Makin tinggi tingkat leverage akan semakin Efek Indonesia selama periode 2007 sampai
tinggi resiko perusahaan yang pada akhirnya dengan 2012. Hasil pengujian hipotesis dengan
akan menurunkan harga saham. menggunakan analisis regresi linear berganda
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa dengan empat variable independen (Earning
suku bunga berpengaruh positif dan signifikan Per Share, Debt to Equity Ratio, suku bunga
terhadap price to book value (PBV). Hal ini dan Inflasi) dan satu variable dependen Price to
menunjukkan bahwa besarnya suku bunga Book Value (PBV) menunjukkan bahwa :
pada perbankan berpengaruh signifikan 1. Hasil Pengujian Simultan (Uji F)
terhadap price to book value (PBV). Mudji menunjukkan bahwa Earning Per Share
dan Mudjilah (2003), penelitiannya berjudul (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), suku
peranan profitabilitas, suku bunga, inflasi dan bunga dan Inflasi menunjukkan pengaruh
nilai tukar dalam mempengaruhi pasar modal secara signifikan dan simultan terhadap
di indonesia selama krisis ekonomi. Hasil dari price to book value (PBV) pada perbankan
penelitian membuktikan bahwa profitabilitas, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
suku bunga, inflasi dan nilai tukar secara (BEI) periode 2007-2012. Hasil penelitian
bersama-sama mempengaruhi price to book ini mendukung penelitian Eva (2010), yang
value secara signifikan. Penelitian ini berbeda berjudul Analisis Pengaruh DER. DPR,
dengan penelitian yang dilakukan Yogi permana ROE dan SIZE terhadap PBV Perusahaan
menemukan bahwa suku bunga dan inflasi tidak Manufaktur Yang Listing Di BEI Periode
berpengaruh terhadap price to book value. 2005-2007.
Hipotesis keempat menyatakan bahwa 2. Earning Per Share (EPS) berpengaruh
inflasi berpengaruh negatif dan signifikan positif dan signifikan terhadap price to
terhadap price to book value (PBV) pada book value (PBV) pada perbankan. Hal ini
perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa Earning Per Share
besarnya inflasi pada perbankan berpengaruh yang tinggi menandakan perbankan mampu
signifikan terhadap price to book value (PBV). memberikan laba dan tingkat kesejahteraan
Pada kondisi inflasi yang tinggi maka harga yang lebih baik pada pemegang saham,
barang-barang cenderung untuk meningkat. sehingga kepercayaan investor untuk
Peningkatan harga barang-barang dan bahan menginvestasikan suatu saham meningkat.
baku akan membuat biaya produksi menjadi Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
tinggi sehingga akan berpengaruh pada penelitian Yogi Permana dan Tito Perdana
penurunan jumlah permintaan yang berakibat Putra (2007) yang menyatakan bahwa
pada penurunan penjualan, hal ini mengurangi EPS memiliki hubungan yang positif dan
pendapatan yang diperoleh investor dari berpengaruh signifikan terhadap PBV.
investasinya sehingga investor cenderung 3. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
ingin menjual atau melepaskan suatu saham, negatif dan signifikan terhadap price to
dan harga saham cenderung bergerak turun, book value (PBV) pada perbankan Hal
yang berdampak pada penurunan price to ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
book value. Hasil penelitian ini sejalan dengan tingkat leverage akan semakin tinggi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswadi resiko perbankan, yang pada akhirnya
dan Yunina (2006) dalam penelitiannya akan menurunkan harga saham. Turunnya
menyimpulkan bahwa tingkat inflasi harga saham dapat mengakibatkan turunnya
mempunyai pengaruh negatif terhadap harga price to book value. Hasil penelitian ini
saham. mendukung penelitian Putra (2007), yang
menyatakan bahwa debt to equity ratio
5. Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi (DER) berpengaruh negatif dan signifikan
Hasil Penelitian terhadap price to book value (PBV)
Penelitian ini mencoba untuk perusahaan.
menjawab tujuan penelitian yaitu membuktikan 4. Suku Bunga berpengaruh positif dan
dan menjelaskan seberapa kuat pengaruh signifikan terhadap price to book value
Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, (PBV) pada perbankan. Hasil penelitian ini
medukung penelitian Isnaniyah Febritasari
Pertumbuhan Arus Kas, Pertumbuhan Laba, Inflasi, Suku Bunga, Nilai Kurs dan
Return Saham pada Badan Usaha Milik Negara di Bursa Efek Indonesia
1
Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
2
Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40381 Jawa Barat
JEL Classification: The study aims to analyze the effect of cashflow growth,
G14 earning growth, inflation, interest rates and exchange rates to stock
G30 return BUMN. The sample selection is done by using purposive
sampling method. Acquired a total sample of 15 companies of 19
Keywords: state-owned companies listed in Indonesia Stock Exchange during
cashflow growth, earning the period 2009 - 2012. This study used multiple linear regression
growth, inflation, interest analysis techniques to examine the effect of the independent variable
rates, exchange rates and on the dependent variable. Based on the results of the study, there were
stock returns state-owned no variables that deviated of the classical assumption, it indicates that
the available data are qualified to use a multiple linear regression
model. The results showed that the growth in cash flow, earnings
growth, interest rates and exchange rates had no significant effect on
stock returns. The study able to show that the interest rate significant
positive effect on stock returns.
ABSTRAK
signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan ini mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan
dalam volume perdagangan saham. Signalling tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
Theory dikemukakan dalam ilmu ekonomi dan dalam perekonomian dan dalam industri. Korelasi
keuangan untuk memperhitungkan kenyataan diantara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi
bahwa orang dalam perusahaan (insiders) pada karena sekuritas-sekuritas tersebut dipengaruhi
umumnya memiliki informasi yang lebih baik oleh faktor-faktor yang sama.
dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi terkini
dan prospek perusahaan dibandingkan dengan 2.3 Return Saham
investor luar (Subalno 2009). Return saham disebut juga sebagai
Disamping itu signalling theory pendapatan saham dan merupakan perubahan
merupakan penjelasan dari asimetri informasi. nilai harga saham, yang berarti bahwa semakin
Asimetri informasi adalah kondisi dimana suatu tinggi perubahan harga saham maka semakin
pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari tinggi return yang dihasilkan. Return adalah
pada pihak lain. Contohnya, pihak manajemen kuntungan yang dinikmati pemodal atas
perusahaan memiliki informasi yang lebih investasnya. Dengan adanya keuntungan yang
banyak dibandingkan dengan pihak investor di dapat dinikmati seorang investor akan tertarik
pasar modal. Informasi yang diterima tersebut untuk melakukan investasi baik jangka pendek
dapat direspons secara berbeda oleh investor. maupun jangka panjang. Menurut Jogiyanto
Perusahaan yang memiliki kondisi fundamental (2013:205), return merupakan hasil yang
yang terpercaya dapat dibedakan dari diperoleh dari investasi dibedakan menjadi dua
perusahaan yang memiliki kondisi fundamental yaitu: Realized Return, yang merupakan return
yang kurang terpercaya dengan mengirimkan yang telah terjadi berupa capital gain or capital
sinyal ke pasar modal. Sinyal dari perusahaan loss yang dihitung menggunakan data historis
yang kondisi fundamentalnya terpercaya tentu dan bersifat sudah terjadi. Kedua, Expected
akan direspons oleh investor, sehingga sinyal Return merupakan return yang diharapkan akan
tersebut menjadi berkualitas. Sedangkan sinyal diperoleh oleh investor di masa yang akan datang
yang dikirim oleh perusahaan yang kondisi yang berupa deviden, yang sifatnya belum terjadi.
fundamentalnya kurang terpercaya tentu tidak Investor yang melakukan investasi
dapat menyamai sinyal yang dikirim oleh selalu mengharapkan suatu pengembalian
perusahaan yang kondisi fundamentalnya atau yang sering dikenal dengan return. Pada
terpercaya. dasarnya return yang diterima dari investasi
2.2 Arbitrage Pricing Theory saham terdiri atas dua jenis, yaitu keuntungan
atau kerugian yang terjadi karena kenaikan atau
Return saham merupakan salah satu penurunan harga atas asset yang dimiliki, serta
faktor yang memotivasi investor berinvestasi pendapatan yang berasal dari komponen yang
dan juga merupakan imbalan atas keberanian dinamakan deviden. Return merupakan tingkat
investor menanggung risiko atas investasi yang pengembalian dari nilai investasi yang diserahkan
dilakukannya. Pembahasan tentang tingkat kepada investor. Sedangkan return saham yang
keuntungan sekuritas dapat dikelompokan dalam berupa deviden bukanlah hal yang mudah untuk
dua teori yaitu Capital Asset Pricing Model diprediksi karena kebijakan deviden merupakan
(CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) kebijakan yang sulit bagi manajemen perusahaan
oleh (Husnan, 2005). CAPM menggambarkan return dapat berupa capital gain ataupun deviden
hubungan tingkat return dan risiko secara untuk investasi pada saham dan pendapatan
sederhana dan hanya menggunakan satu bunga untuk investasi pada surat hutang. Return
variabel (variabel beta) untuk menggambarkan menjadi indikator untuk meningkatkan kekayaan
risiko. Sedangkan APT menggunakan sekian para investor, termasuk para pemgang saham.
banyak variabel pengukur risiko untuk melihat Jogiyanto (2013:206), menjelasakan return
hubungan return dan risiko. saham dapat dihitung dengan rumus sebagai
Menurut Stephen (1999), APT berikut :
didasarkan pada pemikiran yang menyatakan
Capital Gain or Pt - Pt - 1
bahwa 2 kesempatan investasi yang mempunyai
Ri = Capital Loss = -------------- x 100%
karakteristik yang identik tidaklah bisa dijual
Pt - 1
dengan harga yang berbeda, lebih lanjut teori
menurut Sunariyah (2006), menjelaskan inflasi sebagai pengakuan utang berjangka waktu
merupakan kenaikan harga-harga barang dan pendek yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
jasa secara terus-menerus. Dilihat dari segi dengan sistem diskonto. Suku bunga merupakan
konsumen, inflasi yang tinggi mengakibatkan salah satu mekanisme yang digunakan Bank
daya beli konsumen (masyarakat) menurun. Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai
Jika dilihat dari segi perusahaan, inflasi dapat rupiah. Dengan menjual suku bunga Bank
meningkatkan biaya faktor produksi dan Indonesia dapat menyerap kelebihan uang
menurunkan profitabilitas perusahaan, dan primer yang beredar. Suku bunga digunakan
menurut Tandelilin (2010), inflasi merupakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi
kecenderungan terjadinya peningkatan harga pengendalian moneter untuk mengarahkan agar
produk-produk secara keseluruhan. Inflasi yang rata-rata tertimbang suku bunga satu bulan hasil
tinggi mengurangi tingkat pendapatan riil yang lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar
diperoleh investor dari investasi. Sebaliknya, Suku bunga. Selanjutnya suku bunga satu bulan
jika tingkat inflasi suatu negara mengalami diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar
penurunan maka hal ini merupakan sinyal yang uang antar bank dan suku bunga jangka yang
positif bagi investor seiring dengan turunnya lebih panjang. Hasil penelitian Suci (2012),
resiko daya beli uang dan resiko penurunan menjelaskan bahwa tingkat suku bunga tidak
pendapatan riil. memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Inflasi yang tinggi mengurangi tingkat IHSG. Hal ini didukung oleh penelitaan oleh
pendapatan riil yang diperoleh investor dari Mok et all (2004), yang menemukan bahwa
investasi. Sebaliknya, jika tingkat inflasi suatu suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan
negara mengalami penurunan maka hal ini terhadap return saham.
merupakan sinyal yang positif bagi investor
seiring dengan turunnya resiko daya beli uang 2.8 Nilai Kurs
dan resiko penurunan pendapatan riil. Kenaikan Menurut Mirazudin (2008),
harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat menjelaskan bahwa kenaikan nilai kurs mata
disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata
(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada uang (mata uang asing lebih murah, hal ini
barang lainnya. Sedangkan kebalikan dari inflasi berarti nilai mata uang asing dalam negeri
adala deflasi. Indikataor yang sering digunakan meningkat). Penurunan nilai kurs disebut
untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indek depresiasi mata uang dalam negeri (mata uang
Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari asing menjadi lebihmahal, yang berarti mata
waktu kewaktu menunjukan pergerakan harga uang dalam negeri menjadi merosot). Hubungan
dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi antara harga saham dan nilai kurs yang
mayarakat. Indikator inflasi berdasarkan didasarkan pada pendekatan keseimbangan
international best practice antara lain; portofolio saham perusahaan. Para investor
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) mengalokasikan kekayaan mereka diantara
Harga Perdagangan Besar dari suatu aset-aset alternatif termasuk uang domestik,
komoditas harga transaksi yang terjadi sekuritas domestik maupun uang asing.
antara penjual/pedagang besar pertama Dalam kondisi asimetri informasi
dengan pembeli/pedagang besar berikutnya terhadap harga pasar, perubahan harga pada
dalam jumlah besar pada pasar pertama atas satu segmen pasar dapat bergantung dari
suatu komoditas. perubahan harga dalam segmen lain melalui
2. Deflator Produk Domistik Bruto (PDP) SCC. Sehingga, pasar tidak menyerap seluruh
menggambarkan pengukuran level harga informasi secara simultan dan pergerakan
barang akhir (final goods) dan jasa yang harga menunjukkan lead/lag struktur korelasi.
diproduksi di dalam suatu ekonomi. Deflator Sementara itu Damele et all (2004), menemukan
PDP dihasilkan dengan membagi PDP atas bahwa harga saham bergerak secara cepat
dasar harga nominal dengan PDP atas dasar mengikuti pergerakan kurs serta mempunyai
harga konstan. hubungan yang kuat antara kurs US Dollar
2.7 Suku Bunga terhadap Rupee dengan stock market di India.
Dengan menggunakan indek sektoral yang
Suku Bunga adalah surat berharga berbeda penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa ketika Rupee terdepresiasi maka stock memberikan sinyal positif bagi perekonomian
market terapresiasi begitu pula sebaliknya. suatu Negara tersebut, sehingga secara
Menurut Granger (1998), secara praktis temuan ini mengimplikasikan bahwa
teoretis perbedaan arah hubungan antara nilai pemerintah harus selalu mengambil langkah-
kurs dan harga saham dapat dijelaskan dengan langkah strategis dan selalu mempertahankan
pendekatan tradisional dan model portofolio untuk memperkuat tingkat nilai kurs mata
balance. Pendekatan tradisional mengatakan uangnya agar tidak terdepresiasi terhadap mata
bahwa hubungan antara nilai kurs dan harga uang USD.
saham adalah positif, di mana perubahan
nilai kurs mempengaruhi kompetitifnya suatu 2.9 Tinjauan Penelitian Terdahulu
perusahaan. Jadi dalam hal ini penulis mencatat Studi empiris yang dilakukan oleh
implikasi teoretisnya adalah bahwa secara beberapa peneliti terdahulu mengenai beberapa
empiris temuan ini semakin memperkuat teori indikator terhadap return saham adalah :
menguatnya kurs mata uang suatu negara
Tabel 1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Biddle, Bowen Does EVA EVA, Residual EVA, Residual Income dan CFO
dan Wallace, Beat Earnings? Income, Earnigs dan mempunyai hubungan positif dengan
(1997) Evidence on CFO terhadap return return saham, namun secara statistic
Associations saham.Dengan metode pengaruhnya tidak signifikan terhadap
with stock Analisis Regresi Stock Return
return and firm Linier
values
Endang Irianti, Pengaruh Arus Kas, Komponen Laba Akuntansi, Arus Kas dan
Tjiptowati Kandungan Arus Kas, Laba Komponen Arus Kas berpengaruh
(2008) Informasi Arus Akuntansi, Harga dan signifikan dengan harga saham
Kas, Komponen Return Saham.Dengan dalam model level secara simultan.
Arus Kas dan metode Analisis Sebaliknya semua variable bebas
Laba Akuntansi Regresi Linier dan tersebut tidak berpengaruh signifikan
Terhadap Harga Berganda. dengan return saham dalam model
dan Return return, kecuali Arus Kas Operasi
Saham berpengearuh signifikan dengan return
saham.
Pertumbuhan
Arus Kas
Pertumbuhan
Laba
Suku Bunga
Nilai Kurs
Gambar 1
Kerangka Pikir
Pada penelitian ini menggunakan uji dua sesuai dengan kriteria tertentu adalah sebanyak
sisi, dengan hipotesis sebagai berkut: 15 perusahaan BUMNselama periode penelitian
H0= βi =0 artinya variabel independen tahun 2009– 2012 (4 tahun), maka diperoleh
yang dihipotesiskan tidak berpengaruh jumlah sampel data penelitian sebanyak 60
signifikan terhadap variabel dependen. data.
H1= βi ≠ 0 artinya variabel independen Persamaan regresi linear berganda
yang dihipotesiskan berpengaruh signifikan digunakan untuk mengetahui elastisitas
terhadap variabel dependen. variabel independen Pertumbuhan Arus Kas,
Dari keputusan yang diperoleh hasil thitung Pertumbuhan Laba, Inflasi, Suku Bunga,
yang kemudian dibandingkan dengan ttabel LnNilai Kurs terhadap variabel dependen
pada tingkat keyakinan 0,95 (α = 0,05) Return Saham. Persamaan ini digunakan untuk
dan degree of freedom (df) =n-k-1 maka melihat seberapa besar perubahan pada variabel
keputusannya, yaitu: independen tersebut yang akan mempengaruhi
1. Masing-masing variabel thitung ≤ ttabel variabel dependennya. Berdasarkan olah data
maka H0 ditolak artinya pertumbuhan dengan program SPSS Vol.19, diperoleh hasil
arus kas, pertumbuhan laba, inflasi, suku coefficients regresi linear berganda sebagai
bunga dan nilai kurssecara parsial tidak berikut :
berpengaruh signifikan terhadap return
saham. Y1 = 8656.857 + 0.172 X1 + 0.083 X2 –
2. Masing-masing variabel thitung > ttabel maka 119.699 X3 + 57.075 X4 – 920.671 LnX5 + ԑ
H1 diterima artinya pertumbuhan arus
kas,pertumbuhanlaba, inflasi, suku bunga Dengan penjelasan persamaan sebagai berikut :
dan nilai kurssecara parsialberpengaruh 1. Konstanta sebesar 8656.857, artinya jika
signifikan terhadap return saham. Pertumbuhan Arus Kas, Pertumbuhan Laba,
Inflasi, Suku Bunga dan LnNilai Kurs
3.2 Definisi Operasionalisasi Variabel bernilai ”0” maka Return Saham bernilai
Menurut Sugiyono (202:39), sebesar 8656.857.
menjelaskan bahwa variabel dependen adalah 2. Koefisien regresi variabel pertumbuhan arus
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi kas sebesar 0.172, artinya jika pertumbuhan
akibat karena adanya variabel bebas yaitu arus kas mengalami kenaikan 1 satuan, maka
Return Saham (Y) Jenis return yang digunakan return saham akan mengalami kenaikan
dalam penelitian ini adalah return realisasi atau sebesar 0.172 satuan.
sering disebut actual return yang merupakan 3. Koefisien regresi variabel pertumbuhan laba
capital gain or capital loss yaitu selisih sebesar 0.083, artinya jika pertumbuhan laba
antara harga saham periode saat ini dengan mengalami kenaikan 1 satuan, maka return
harga saham pada periode sebelumnya dibagi saham akan mengalami kenaikan sebesar
dengan harga saham periode sebelumnya, 0.083 satuan.
yaitu Pt dibandingkian dengan Pt-1 dibagi 4. Koefisien regresi variabel inflasi sebesar
dengan Pt-1. Sedangkan Menurut Sugiyono -119.699, artinya jika inflasi mengalami
(2012:39), variabel independen adalah penurunan 1 satuan, maka return saham
variabel yang mempengaruhi atau menjadi akan mengalami penurunan sebesar 199.699
sebab perubahannya atau timbulnya variabel satuan.
dependen, yaitu (lima) variabel yang akan diuji 5. Koefisien regresi variabel suku bunga
pengaruhnya terhadap return saham, yaitu: sebesar 57.075, artinya jika suku bunga
Pertumbuhan arus kas, pertumbuhan laba, mengalami kenaikan 1 satuan, maka return
Inflasi, Suku bunga, Nilai kurs. saham akan mengalami kenaikan sebesar
57.075 satuan.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 6. Koefisien regresi variabel LnNilai Kurs
sebesar -920.671, artinya jika LnNilai Kurs
Berdasarkan metode purposive mengalami penurunan 1 satuan, maka return
sampling sampel pada penelitian ini diperoleh saham akan mengalami penurunan sebesar
jumlah obyek sampel dari 19 populasi 920.671 satuan.
perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Hasil pengujian hipotesis seperti tampak pada
Efek Indonesia periode tahun 2009-2012, yang tabel berikut.
Tabel 3
Hasil Pengujian hipotesis
Collienarity
Unstandardized Standardized Statistics
Model Std. Error t Sig.
Coefficients B Coefficients Beta
Tolerance VIF
Uji t (t-test) digunakan untuk melihat nilai kurs tidak berpengaruh signifikan dan
signifikansi pengaruh variabel independen negatif terhadap return saham.
secara individu terhadap variabel dependen, Hipotesis H1 disebutkan bahwa
dengan menggunakan uji dua sisi yang diperoleh pertumbuhan arus kas, pertumbuhan laba,
hasil thitung (pada taraf signifikansi alfa (α) = 0.05 inflasi, suku bunga dan Ln nilai kurs secara
: 2 = 0.025 (uji 2 sisi) dan derajat bebas db = n - simultan berpengaruh signifikan terhadap
k -1, atau db = 60 – 5 – 1 = 54, maka diperoleh return saham. Berdasarkan hasil uji F dapat
nilai ttabel = 2.005. di ambil kesimpulan bahwa hipotesis H1 yang
Dari hasil thitung tersebut dapat diambil menyatakan bahwa semua variabel pertumbuhan
kesimpulan bahwa : arus kas, pertumbuhan laba, inflasi, suku bunga
1. H2 : pertumbuhan arus kas tidak berpengaruh dan Ln nilai kurs secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap return saham, hal ini signifikan terhadap variabel return saham
dibuktikan bahwa thitung < ttabel (1.531 < 2.005). diterima. Artinya bahwa, pertumbuhan arus
Maka H0 Ditolak, bahwa pertumbuhan arus kas, pertumbuhan laba, inflasi, suku bunga dan
kas tidak berpengaruh signifikan terhadap Ln nilai kurs secara simultan berpengaruhdan
return saham. signifikan terhadap return saham. Hasil
2. H3 : pertumbuhan laba tidak berpengaruh penelitian ini menunjukkan bahwa faktor
signifikan terhadap return saham, hal ini fundamental perusahaan yang berasal dari
dibuktikan bahwa thitung< ttabel (1.860 < 2.005). laporan keuangan yang di representasikan
Maka H0 Ditolak, bahwa pertumbuhan laba oleh pertumbuhan arus kas dan pertumbuhan
tidak berpengaruh signifikan terhadap return laba serta faktor makro ekonomi (inflasi, suku
saham. bunga dan LnNilai kurs) secara bersama-sama
3. H4 : inflasi tidak berpengaruh signifikan memberikan sinyal yang positif bagi investor
terhadap return saham, hal ini dibuktikan untuk memprediksi kinerja perusahaan dalam
bahwa thitung < ttabel (-2.828 < 2.005). Maka hal ini kinerja keuangan perusahaan di masa
H0 Ditolak, bahwa inflasi tidak berpengaruh mendatang sehingga menjadi pertimbangan
signifikan dan negatif terhadap return saham. investor untuk memilih portofolio saham suatu
4. H5 : suku bunga berpengaruh signifikan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh
terhadap return saham, hal ini dibuktikan keuntungan atas asset yang di investasikan.
bahwa thitung > ttabel (3.817 > 2.005). Maka H5 Hipotesis H2 disebutkan bahwa
Diterima, bahwa suku bunga berpengaruh pertumbuhan arus kas tidak berpengaruh
signifikan dan positif terhadap return saham. signifikan terhadap return saham. Berdasarkan
5. H6 : Ln-nilai kurs tidak berpengaruh hasil uji t yang dilakukan, hipotesis H0
signifikan terhadap variabel return saham, menyatakan bahwa pertumbuhan arus kas tidak
hal ini dibuktikan bahwa thitung < ttabel (-1.773 berpengaruh signifikan terhadap return saham
< 2.005). Maka H0 Ditolak, bahwa Ln- ditolak. Artinya, pertumbuhan arus kas tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham. seignifikan dan positif terhadap return
Semakin baik pertumbuhan arus kas suatu saham diterima. Artinya, bahwa suku bunga
perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap
mampu menjalankan kegiatan operasinya untuk return saham. Penelitian oleh Kewal (2012)
menghasilkan keuntungan atau laba. Arus kas menjelaskan bahwa tingkat suku bunga tidak
merupakan salah satu informasi yang penting berpengaruh signifikan terhadap indek harga
dan menjadi daya tarik bagi investor untuk saham gabungan.
menanamkan asetnya (modal), termasuk untuk Hipotesis H6 disebutkan bahwa LnNilai
membayar hutang-hutangnya. Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap
Hipotesis H3 disebutkan bahwa return saham. Berdasarkan hasil uji t yang
pertumbuhan laba tidak berpengaruh signifikan dilakukan, hipotesis H0 menyatakan bahwa
terhadap return saham. Berdasarkan hasil uji LnNilai Kurs tidak berpengaruh signifikan dan
t yang dilakukan, hipotesis H0 menyatakan negatif terhadap return saham ditolak. Para
bahwa pertumbuhan laba tidak berpengaruh investor mengalokasikan kekayaan mereka
signifikan terhadap return saham ditolak. diantara aset-aset alternatif termasuk uang
Artinya, pertumbuhan laba tidak berpengaruh domestik, sekuritas domestik maupun uang asing.
signifikan terhadap return saham. Statement Peran nilai kurs adalah untuk menyeimbangkan
of earnings adalah laporan yang mengukur antara pemenuhan (supply) dan kebutuhan
kinerja keberhasilan operasi perusahaan selama (demand) aset yang ada. Oleh karena itu
periode waktu tertentu. Komunitas bisnis dan setiap perubahan kebutuhan dan pemenuhan
investasi menggunakan statement of earnings dari aset akan mengubah keseimbangan nilai
dalam menentukan profitabilitas, nilai investasi kurs. Jadi kesimpulanya bahwa LnNilai Kurs
dan kelayakan kredit atau kemampuan suatu tidak berpengaruh dan negatif terhadap return
perusahaan dalam melunasi segala pinjaman saham,hal ini dikarenakan dalam periode
perusahaan. Statement of earnings dapat penelitian Nilai Kurs relatif stabil sehingga
membantu para investor untuk memprediksi perubahan nilai kurs terhadap harga saham dan
jumlah, penetapan waktu, dan ketidak return saham perusahaan BUMN yang terdaftar
pastian keuntungan di masa depan. Statement di Bursa Efek Indonesia tidak terpengaruh oleh
of earnings berguna sebagai alat untuk perubahan nilai kurs (ID Rupiah terhadap US
mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan, Dollar), sehingga harga saham relatif stabil dan
dan memberikan dasar untuk memprediksikan termasuk saham yang defensive yaitu saham
kinerja keuangan masa depan, dalam hal ini yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi
adalah perolehan laba perusahaan yang optimal. atau situasi perekonomian yang tidak menentu.
Hipotesis H4 disebutkan bahwa Hasil penelitian ini berbeda dengan
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penelitian oleh Kewal (2012), menyatakan
return saham. Berdasarkan hasil uji t yang nilai kurs berpengaruh negatif dan signifikan
dilakukan, hipotesis H0 menyatakan bahwa terhadap indek harga saham gabungan,
inflasi tidak berpengaruh signifikan dan dan berbeda pula dengan penelitian oleh
negatif terhadap return saham ditolak. Artinya, Wongbangpo dan Sharma (2002) menyatakan
bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan dan bahwa nilai kurs memiliki hubungan positif
negatifterhadap return saham. Inflasi merupakan terhadap harga saham di Negara Indonesia,
kecenderungan terjadinya peningkatan harga Malaysia dan Filipina, serta penelitian oleh
produk-produk secara keseluruhan. Inflasi yang Kendir (2008) menjelasakan bahwa nilai kurs
tinggi mengurangi tingkat pendapatan riil yang berpengaruh secara positif terhadap return dari
diperoleh investor dari investasi. Sebaliknya, semua portofolio saham yang ada.
jika tingkat inflasi suatu negara mengalami
penurunan maka hal ini merupakan sinyal yang 4. Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi
positif bagi investor seiring dengan turunnya Hasil Penelitian
resiko daya beli uang dan resiko penurunan Hasil pengujian hipotesis dengan
pendapatan riil. menggunakan analisis regresi linear berganda
Hipotesis H5 disebutkan bahwa suku dengan lima variabel independen pertumbuhan
bunga berpengaruh signifikan terhadap return arus kas, pertumbuhan laba, inflasi, suku bunga
saham. Berdasarkan hasil uji t, hipotesis H5 dan nilai kurs serta satu variabel dependen
menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh
return saham, menyatakan sebagai berikut : negatif yang mempengaruhi minat investor
1. Bahwa pertumbuhan arus kas, pertumbuhan untuk menentukan pemilihan saham pada
laba, inflasi, suku bunga dan nilai kurssecara periode penelitian. Inflasi yang tinggi
simultanberpengaruh signifikan terhadap ataupun rendah belum tentu menjadi
return saham perusahaan BUMN yang pertimbangan investor untuk berinvestasi,
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tetapi ternyata return saham BUMN yang
periode penelitian tahun 2009 – 2012. Hal ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia merupakan
berarti bahwa faktor fundamental perusahaan saham yang secara fundamental maupun
yang berasal dari laporan keuangan yang di teknikal sangat baik dan termasuk saham
representasikan oleh pertumbuhan arus kas yang defensive yang cenderung lebih stabil
dan pertumbuhan laba serta faktor makro dalam masa resesi atau situasi perekonomian
ekonomi (inflasi, suku bunga dan LnNilai yang tidak menentu.
kurs) secara bersama-sama memberikan 5. Suku Bunga berpengaruh signifikan dan
sinyal yang positif bagi investor untuk positif terhadap return saham, hal ini
memprediksi kinerja perusahaan dalam hal dikarenakan bahwa selama periode penelitian
ini kinerja keuangan perusahaan di masa terjadi karena tingkat suku bunga cenderung
mendatang sehingga menjadi pertimbangan menurun sehingga di respon positif oleh
investor untuk memilih portofolio saham investor dalam menanamkan asetnya
suatu perusahaan dengan tujuan untuk (modal) untuk berinvestasi di perusahaan
memperoleh keuntungan atas asset yang BUMN di Bursa Efek Indonesia dengan
di investasikan. Semakin baik kinerja tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau
keuangan perusahaan, investor semakin return saham.
merespon dengan baik untuk menanamkan 6. Nilai Kurs tidak berpengaruh dan negatif
asetnya dalam perusahaan. terhadap return saham, hal ini dikarenakan
2. Pertumbuhan Arus Kas tidak berpengaruh dalam periode penelitian Nilai Kurs relatif
signifikan terhadap return saham, hal stabil sehingga perubahan nilai kurs terhadap
ini dikarenakan bahwa investor tidak harga saham dan return saham perusahaan
menjadikan faktor pertumbuhan arus kas BUMN yang terdaftar di Bursa Efek
sebagai faktor yang mempengaruhi minat Indonesia tidak terpengaruh oleh perubahan
investor untuk menentukan pemilihan saham nilai kurs (ID Rupiah terhadap US Dollar),
pada periode penelitian. Pertumbuhan arus sehingga harga saham relatif stabil dan
kas yang tinggi atau rendah belum tentu termasuk saham yang defensive yaitu saham
menjadi pertimbangan investor untuk yang cenderung lebih stabil dalam masa
memilih saham suatu perusahaan, sehingga resesi atau situasi perekonomian yang tidak
return saham ditentukan oleh faktor di luar menentu.
pertumbuhan arus kas, misalnya faktor Dalam penelitian ini penulis
pertumbuhan laba dan lain-lain. menyampaikan bahwa terdapat beberapa
3. Pertumbuhan Laba tidak berpengaruh keterbatasn, terutama pada hal-hal sebagai
signifikan terhadap return saham, hal berikut :
ini dikarenakan bahwa investor tidak 1. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
menjadikan faktor pertumbuhan laba sebagai proporsi variasi variabel dependenyang
faktor yang mempengaruhi minat investor dapat dijelaskan (dipengaruhi) oleh variabel
untuk menentukan pemilihan saham pada independensebesar 69.20% dan sisanya
periode penelitian. Pertumbuhan laba yang sebesar 30.80% di pengaruhi oleh faktor-
tinggi atau rendah belum tentu menjadi faktor lain, sehingga masih banyak variabel
pertimbangan investor untuk memilih saham lain yang berpengaruh terhadap return saham
suatu perusahaan, sehingga return saham namun tidak masuk dalam model penelitian
ditentukan oleh faktor di luar pertumbuhan ini.
laba dan faktor lain yang tidak dalam model 2. Penelitian ini terbatas pada saham portofolio
penelitian ini. yang di miliki oleh BUMN yang terdaftar
4. Inflasi tidak berpengaruh signifikan di Bursa Efek Indonesia sehingga masih
dan negatif terhadap return saham, hal banyak perusahaan emiten lainnya yang
ini dikarenakan bahwa investor tidak tidak masuk dalam penelitian ini.
menjadikan faktor inflasi sebagai respon 3. Penelitian ini hanya mencakup pada periode
penelitian selama 4 tahun yaitu tahun 2009 diharapkan mendapatkan hasil yang lebih
– 2012 saja, sehingga data penelitian yang baik dan dapat digeneralisasikan dalam
diperoleh masih dalam waktu terbatas dan penelitian sejenis, serta menghasilkan
belum dapat digeneralisasi untuk periode penelitian yang lebih baik.
yang lebih panjang.
4. Penelitian ini tidak membedakan jenis Daftar Pustaka
industri BUMN yang terdaftar di Bursa Biddle, Bowen, Wallace, 1997, Does EVA Beat
Efek Indonesia, sehingga penelitian ini tidak Earnings? Evidence om Associations with
dapat di bandingkan dengan masing-masing Return Stock and Firm Value, Journal of
industri sejenis. Accounting and Economics 24, Page 301-
Saran-saran yang dapat penulis 336.
kemukakan setelah melakukan penelitian ini Ball Ray, Phillip Brown, 1968, An Empirical
adalah sebagai berikut : Evaluation of Accounting Income Numbers,
1. Bagi emiten, peningkatan return saham Journal of Accounting Research, Autum
dapat meningkatkan kepercayaan publik Bank Central Republik Indonesia, Rate Suku
(investor) terhadap emiten. Hal ini Bunga, Inflasi dan Kurs Uang (Kurs), Bank
sangatlah penting, karena pada saat emiten Indonesia, www.bi.co.id
memerlukan sumber pendanaan baru maka Bursa Efek Indonesia, Laporan Keuangan
para investor akan merespon positif dan BUMN dan Harga Saham BUMN, www.
segera menanamkan modalnya, dengan idx.co.id
cara menunjukkan kinerja saham yang baik Dewanto H, 2005, Analisis Pengaruh Economic
dan memiliki ketahanan terhadap faktor Value Added, Market Value Added, Residual
makro ekonomi yang baik pula agar dapat Income dan Cash flow Operation Terhadap
menghasilkan keuntungan yang optimal. Imbal Hasil Saham Sektor Pertambangan di
2. Bagi investor, dalam menganalisis kinerja BEJ 1995-2004. Universitas Indonesia.
saham emiten, informasi mengenai Dornbusch R, Fischer, S.,and Richard Star,
pertumbuhan arus kas, pertumbuhan laba, 2008, Makro Ekonomi. Terjemahan, oleh
inflasi, suku bunga dan nilai kurs sangat : Roy Indra Mirazudin, SE. Jakarta : PT
layak untuk dicermati. Hal ini mengingat Media Global Edukasi.
bahwa kelima variabel indikator tersebut Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis
secara simultan berpengaruh dan signifikan Multivariate Dengan SPSS, Universitas
terhadap return saham. Oleh karena itu Diponegoro, Semarang
investor sebaiknya selalu mengikuti Granger C.W., Huang B, Yang C, 1998, A
perkembangan harga saham sebelum Bivariate Causality Between Stock Prices
dan sesudah publikasi laporan keuangan And Exchange Rates: Evidence from
(pertumbuhan arus kas dan pertumbuhan Recent Asian Flu. The Quarterly Review
laba) dan faktor makro ekonomi (inflasi, Of Economics And Finance.Volume
suku bunga dan nilai kurs), sehingga 40:337‐354
investor dapat mengukur return saham Gujarati, Damodar N, Porter, Dawn C,
secara tepat sebelum mengambil keputusan 2012, Basic Econometrics (Dasar-Dasar
untuk membeli ataupun menjualnya. Ekonometrik), 5th Edition, McGraw-Hill,
3. Bagi kalangan akademisi yang berminat Salemba Empat, Jakarta
untuk melakukan penelitian selanjutnya Indosia Capital Market Directory (ICMD),
mengenai return saham, disarankan : Summary of Financial Statement, www.
a. Masih terdapat 30.80% faktor lain yang icmd.co.id
belum masuk dalam model penelitian Hartono, Jogiyanto, 2013, Teori Portofolio
ini sehingga diharapkan bagi peneliti dan Analisis Investasi Edisi ke 7, BPFE,
selanjutnya untuk menggali faktor lain Yogyakarta.
secara komprehensif, karena sangat Husnan S., 2005, Dasar-dasar Teori Portfolio
dimungkinkan variabel lain dapat dan Analisis Sekuritas, UPP AMP.YKPN
menjelaskan (berpengaruh) terhadap Ikatan Akunatan Indonesia, 2012, Standar
return saham. Akuntansi Keuangan, Edisi ke 1, Jakarta.
b. Menambah rentang waktu yang lebih Ismail, A, 2006, Is EVA more Associated with
panjang sehingga penelitian berikutnya
Stock Return than Accounting Earnigs, 2002, Stock Market and Macroeconomic
The UK Evidence. International Journal of Fundamental Dynamic Interaction,
Mangerial Finance, Vol.2 (4) Page 343-353. ASEAN-5 Countries. Journal of Asian
Kandir, Serkan Yilmaz, 2008, Macroeconomic Economics 13:27-51.
Variables, Firm Characteristics and Stock Zubir, Zalmi, 2011, Manajemen Portofolio
Returns: Evidence from Turkey. International Penerapan Dalam Investasi Saham Salemba
Research Journal of Finance andEconomics Empat, Jakarta
ISSN 1450-2887 Issue 16
Robert Libby, Patricia Libby, Daniel G. Short,
1998, Financial Accounting, 2nd Edition,
International Editions by the Mc Grew Hill
Companies, Printed in USA.
Mundaryatiningsih S, 2006, Analisis Pengaruh
Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap
Kapitalisasi Pasar dan Return Saham
Perusahaan Publik di BEJ, Tesis, Institut
Teknologi Bandung.
Pradono, 2004, Pengaruh Economic Value
Added, Residual Income, Earnings dan
Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham
yang diterima oleh Pemegang Saham, Studi
Empiris Perusahaan Manufaktur di BEJ,
Tesis, Universitas Erlangga, Surabaya
Subalno, 2009 Analisis Pengaruh Faktor
Fundamental dan Kondisi Ekonomi
Terhadap Return Saham, Tesis Universitas
Diponogoro, Semarang
Suci K, Suramaya, 2012, Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDP
Terhadap Indek Harga Saham Gabungan,
Jurnal Ekonomi, Volume 8, Nomor 1:62.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitaif,
Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung.
Sukirno, Sadono, 2008, Teori Pengantar
Mikroekonomi, Edisi ke 3, Rajawali Pers,
Jakarta.
Sunariyah, 2006, Pengetahuan Pasar Modal,
Edisi ke 5, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Stephen A. Ross, Randolph W. Westerfield,
Jeffrey Jaffe, 1999, Corporate Finance, 4th
Edition, International Editions by Mc Grew
Hill Companies, Printed in Singapore
Tandelilin, Eduardus, 2010, Portofolio dan
Investasi Teori dan Aplikasi, Edisi ke 1,
Kanisius, Yogyakarta.
Tjiptowati I., Endang, 2008, Pengaruh
Kandunagan Informasi Arus Kas,
Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi,
Tesis, Universitas Diponogoro, Semarang
Widodo, Wahyu, 2002, Pengaruh Informasi Kas
Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ45
di BEJ, Tesis, Universitas Diponogoro,
Semarang.
Wongbangpo, Praphan, Subhash C. Sharma,
1
Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
2
Universitas Andalas, Jl. Limau manis, Kecamatan Pauh, Sumatera Barat 25163
ABSTRAK
akhirnya berkinerja tinggi. Pegawai dengan Setiap pihak yang memiliki hubungan
motivasi tinggi juga diharapkan memiliki dengan perusahaan sangatberkepentingan
komitmen kepada organisasi yang tinggi; dengan kinerja perusahaan. Pentingnya
cenderung memiliki kepuasan kerja yang tinggi, pengukuran kinerjaperusahaan dapat dijelaskan
dan pada akhirnya berkinerja tinggi (Xiaohua, dengan dua teori yaitu teori keagenan (agency
2008). theory)dan teori pensinyalan (signalling theory).
Faktor lain dalam meningkatkan Dalam organisasi terdapat duapihak utama
kinerja karyawan untuk mendapatkan laporan yang saling berhubungan yakni pemegang
keuangan yang berkualitas antara lain adalah saham atau pemilik organisasi, dan manajemen
kepuasan kerja. Seseorang dapat dikatakan organisasi. Pemegang saham disebut sebagai
terlibat dalam suatu pekerjaan bila ia puas prinsipal, sedangkan manajemen adalah orang
dengan pekerjaannya itu. Seseorang yang tidak yang diberi kewenangan oleh pemegang saham
puas dengan pekerjaannya hanya akan sedikit untuk menjalankan organisasi atau perusahaan
terlibat dalam pencapaian tujuan organisasinya (biasa disebut agen) (Jensen dan Meckling,
(Knoop, 1995). Kepuasan kerja adalah sikap 1976). Menurut Berman (2006) hubungan
umum terhadap pekerjaan seseorang yang keagenan ini mengakibatkan terjadinya
menunjukkan perbedaan antara jumlah informasi asimetris (asymmetry information),
penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yakni manajemen secara umum memiliki lebih
yang mereka yakini seharusnya mereka terima banyak informasi mengenai operasional dan
(Robbins dan Judge, 2008). Kepuasan pegawai posisi keuangan perusahaan daripada yang
secara subyektif berasal dari kesimpulan yang diketahui oleh pemilik. Terjadinya konflik
berdasarkan pada perbandingan antara apa kepentingan (conflict of interest) akibat
yang diterima pegawai dibandingkan dengan ketidaksamaan tujuan, dimana manajemen tidak
apa yang diharapkan dan diinginkan. Tinggi selalu bertindak sesuai dengan kepentingan
atau rendahnya motivasi dan kepuasan kerja pemilik.
karyawan pada suatu organisasi berdampak Teori kedua yang menjelaskan
pada kualitas kinerja organisasi. Karyawan pentingnya pengukuran kinerja adalah
yang merasa puas dengan pekerjaannya, teoripensinyalan (signalling theory). Teori
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas sinyal ini membahas bagaimana seharusnya
kinerjanya. sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan
manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik
Tabel 1. (prinsipal) (Ross, 1979). Teori pensinyalan
Perkembangan Opini LKPD Pemerintah menjelaskan bahwa pemberian informasi
Kota Depok Tahun 2005 sampai dengan 2011 oleh manajemen dilakukan untuk mengurangi
informasi asimetris antara manajemen
Tahun Opini LKPD perusahaan dengan pihak luar. Salah satu
caranya adalah dengan memberi informasi
2005 Wajar Dengan Pengecualian keuangan yang berkualitas dan dapat dipercaya
2006 Wajar Dengan Pengecualian
kepada pihak luar sehingga dapat mengurangi
informasi ketidakpastian mengenai kinerja
2007 Wajar Dengan Pengecualian perusahaan. Laporan keuangan yang berkualitas
2008 Wajar Dengan Pengecualian tentang kinerja perusahaan akan meningkatkan
2009 Wajar Dengan Pengecualian nilai organisasi.
2010 Wajar Dengan Pengecualian 2.2 Kinerja Keuangan
2011 Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Pengukuran kinerja merupakan analisis
Paragraf Penjelas yang digunakan perusahaan untukmelakukan
2012 Wajar Dengan Pengecualian perbaikan atas kegiatan operasional dan juga
untuk dapat diperbandingkan dengan kinerja
organisasi sejenis. Penilaian kinerja keuangan
merupakan suatu kegiatan penting karena
2. Kajian Teori berdasarkan penilaian tersebut dapat dijadikan
2.1 Teori Dasar atas Kinerja Perusahaan ukuran keberhasilan suatu perusahaan selama
suatu periode tertentu sehingga dapat dijadikan motivasi, yang berarti sedang digerakkan
pedoman bagi perbaikan atau peningkatan atau telah digerakkan oleh sesuatu, dan apa
kinerja keuangan. Kinerja juga diartikan hasil yang menggerakkan itu terwujud dalam suatu
atau tingkat keberhasilan seseorang secara tindakan. Menurut Mitchell (1997), motivasi
keseluruhan selama periode tertentu di dalam adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah,
melaksanakan tugas dibandingkan dengan dan ketekunan seorang individu untuk mencapai
berbagai kemungkinan seperti standar hasil tujuannya. Faktor yang diperhitungkan untuk
kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah meningkatkan semangat dan gairah kerja
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati pegawai dalam organisasi apapun adalah
bersama (Mangkuprawira, 2009). adanya motivasi dan kemampuan kerja yang
Borman dan Motowidlo dalam Xiaohua dimiliki pegawainya.
(2008) menyatakan model Dua Dimensi untuk Memotivasi pegawai bukan hanya
menjelaskan struktur kinerja individu, yaitu dapat dilakukan dengan faktor eksternal saja,
kinerja tugas (task performance) dan kinerja tetapi harus dilakukan dengan pendekatan
kontekstual (contextual performance). Kinerja intrinsik, salah satunya adalah meningkatkan
tugas (task performance) adalah penyelesaian motivasi yang berasal dari dalam. Motivasi
tugas-tugas dan tanggung jawab yang dapat didefinisikan sebagai general altruistic
berhubungan dengan tugas yang diberikan, motivation untuk melayani kepentingan
meliputi perilaku yang menghasilkan barang suatu komunitas, negara atau masyarakat
dan jasa atau pelayanan. Tugas-tugas tersebut sebagaimana dinyatakan oleh Rainey dan
adalah tugas-tugas yang diakui secara formal Steinbauer dalam jurnal Galloping Elephants:
dan berbeda antara satu organisasi dengan Developing Elements of a Theory of Effective
organisasi yang lain. Kinerja kontekstual Government Organizations (1999). Perry dan
(contextual performance) menyatakan bahwa Wise (1990) juga telah mendefinisikan motivasi
perilaku pekerjaan tidak hanya mendukung sebagai kecenderungan individual untuk
secara teknis suatu pekerjaan tertentu merespon terhadap motif-motif dasar yang unik
melainkan juga memberikan dukungan kepada dalam institusi.
organisasi secara lebih luas berkaitan dengan Knoke dan Wright-Isak dalam Perry dan
lingkungan sosial dan psikologis dimana secara Wise (1990), membagi motivasi ke dalam tiga
teknis suatu pekerjaan seharusnya berlangsung. kategori yaitu motif rational, norm-based, dan
Task performance mempengaruhi efisiensi affective. Motif rational melibatkan tindakan
kerja secara langsung, sedangkan contextual yang dilatarbelakangi oleh maksimisasi
performance bermanfaat pada pencapaian kepuasan individu (individual utility
tujuan organisasi secara tidak langsung. Scotter maximization), yaitu individu tertarik untuk
dan Motowidlo dalam Xiaohua (2008) merinci bekerja karena memiliki kepentingan untuk
aktivitas contextual performance secara umum mendukung sektor tertentu ketika ia memiliki
terjadi pada semua jenis pekerjaan, dan meliputi kewenangan atau andil dalam perumusan
dua dimensi: kebijakan. Motif norm-based mengacu pada
a. Interpersonal facilitation, yaitu suatu tindakan yang dihasilkan melalui usaha untuk
perilaku yang berorientasi secara menyesuaikan diri dengan norma. Motif
interpersonal dimana seseorang memberikan norm-based didasarkan pada suatu keinginan
kontribusi kepada pencapaian tujuan untuk melayani kepentingan terhadap tugas.
organisasi. Sementara motif affective mengacu pada
b. Job dedication, menunjukkan perilaku pemicu perilaku yang dilatarbelakangi oleh
disiplin seperti mematuhi peraturan, bekerja tanggapan emosi terhadap berbagai konteks
keras, dan mau berinisiatif untuk mengatasi sosial. Motif afektif didasarkan pada faktor
permasalahan yang terjadi di tempat kerja. emosional, yaitu komitmen terhadap sebuah
program yang didasarkan atau suatu keyakinan
2.3 Motivasi mengenai manfaat sosialnya dan rasa
patriotisme. Secara spesifik, Perry dan Wise
Spencer (1993) menyatakan bahwa (1990) menghipotesiskan bahwa:
motives adalah drive, direct and select behavior 1. Semakin tinggi motivasi yang
toward certain actions or goals and away dimiliki individu, maka semakin besar
from others. Kata motif berkembang menjadi kemungkinannya bahwa ia akan tetap
kerja SKPKD, sehingga totalnya 39 unit kerja. digunakan dalam penelitian ini berjumlah
Setiap unit SKPD terdapat antara 4-6 orang 131 responden atau 77,06%. Dalam analisis
yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk
akuntansi. mengukur atau menguji hipotesis mengenai
model (Bollen dan Long dalam Wijanto,
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 2008). Pada umumnya berbagai jenis fit index
Jumlah minimal sampel ditentukan digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian
dengan menggunakan rumus Slovin (Riduwan, antara model yang dihipotesiskan dengan data
2008, Umar, 2008; dan Sarwono, 2006). Jumlah yang disajikan. Peneliti diharapkan untuk
kuesioner yang dikirim sebanyak 170 lembar melakukan pengujian dengan menggunakan
atau 130 persen dari jumlah sampel yang beberapa fit index dalam mengukur kebenaran
dibutuhkan guna mengantisipasi kemungkinan model yang diajukannya. Hasil pengujian
respon kurang dari 100 persen dan yang diisi indeks kesesuaian dan cut-off value-nya untuk
tidak lengkap. Jumlah sampel yang kembali menguji apakah sebuah model dapat diterima
sebanyak 139 kuesioner atau sebanyak 81,76%. atau ditolak disajikan pada Tabel di bawah ini :
Namun yang terisi secara lengkap dan dapat
Tabel 2.
Evaluasi Goodnessof Fit Indices
Goodness of Fit
Hasil Model Cut-off Value Keterangan
Indeces
Gambar 1.
Hasil Pengujian Model Persamaan Struktural
Tabel 3.
Hasil Pengujian Korelasi
Tabel 4.
Anova
Tabel 5.
Coefficient
Standardized
Model Unstandardized Std. Error t Sig.
Coefficients
Coefficients B
Beta
Berdasarkan uji F, didapat nilai Sig penelitian ini, saran yang dapat disampaikan
0,000 lebih rendah dari nilai angka standar adalah dapat dilakukan perubahan atau
signifikansi pada α = 5% yakni sebesar 1,96. penambahan variabel penelitian yang
Berdasarkan hasil uji F pada tabel Anova disesuaikan dengan kapabilitas variabel
mendapatkan nilai 74,417, yang berarti lebih pemerintah daerah/kota sehingga hasil analisis
besar dari tabel F pada nilai angka standar penelitian akan lebih beragam dan dapat
signifikansi pada α = 5% yakni 2,44. Hasil menambah gagasan baru dalam penelitian yang
pengujian ini menunjukkan bahwa jika motivasi, akan datang seperti kompetensi yang harus
kepuasan kerja dan komitmen meningkat dimiliki oleh para pengelola keuangan yang
maka kualitas laporan keuangan juga akan mencakup antara lain aspek pengetahuan SAP
meningkat dan signifikan. Hasil pengujian di (knowledge), kemahiran dan keterampilan
atas mendukung penelitian Malikha Widyasari (skill) serta sikap perilaku (attitude), atau
(2011). Dari analisis dan perhitungan yang intensitas pelatihan, etika. Dengan demikian
telah dilakukan, didapat hasil dan kesimpulan dapat diperoleh hasil penelitian lebih beragam
bahwa variabel orientasi etika, komitmen dalam rangka tujuan peningkatan kualitas
profesional, pengalaman audit, kepuasan kerja laporan keuangan sesuai dengan karakter
dan motivasi mempunyai pengaruh yang positif masing-masing pemerintah daerah/kota. Dapat
dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja ditambahkan juga saran bahwa penelitian
dalam hal ini auditor internal dan eksternal. yang dilakukan tidak hanya pada SKPD,
SKPKD kota Depok saja akan tetapi dapat
5. Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi menggunakan study comparative, internalisasi
Hasil Penelitiant nilai-nilai berorientasi pada pelayanan publik,
Berdasarkan hasil pengujian ditemukan peningkatan pemahaman penyusunan pelaporan
bahwa secara parsial, masing-masing variabel laporan keuangan dengan pendidikan dan
motivasi, kepuasan kerja dan komitmen pelatihan untuk beberapa pemerintah daerah/
berhubungan positif dan berpengaruh signifikan kota yang ada di area Jabodetabek bahkan di
dengan kualitas laporan keuangan. Dari Daftar Pustaka
hasil pengujian di atas, juga terbukti bahwa
secara simultan variabel motivasi, kepuasan Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
kerja dan komitmen berhubungan positif dan Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, PT
berpengaruh signifikan terhadap variabel Rineka Cipta, Jakarta.
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Berman, E. M., et al. 2006. Human Resource
Secara bersama-sama dan signifikan ketiga Management in Public Service: Paradoxes,
variabel ini saling mendukung dan berpengaruh Processes, and Problems. Second Edition.
dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan Sage Publication Inc.
pemerintah daeerah. Borchers, B. J. 2006. Workplace Environment
Dari simpulan dan keterbatasan Fit, Commitment, and Job Satisfaction in a
Pengaruh Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Fixed Asset Turnover, Price to Book
Value dan Interest Rate terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Property &
Real Estate di Bursa Efek Indonesia
1
Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
2
Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Prof. Dr. HR. Boenyamin No. 107,Purwokerto 53122 Jawa Tengah
JEL Classification: This study is aimed to examine the influence return on equity
G14 (ROE), debt to equity ratio (DER), fixed assets turnover (FATO), price
G30 to book value (PBV) and interest rate (IR) towards price earning ratio
(per). Population of this study are Property & Real Estate companies
Keywords: which had go public in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the
Return on Equity, Debt to period of 2008-2012.This research take 11 samples of 52 Property &
Equity Ratio, Fixed Assets Real Estate companies listed in IDX during the period of 2008-2012.
Turnover Price to Book This research concluded that the price to book value (PBV) and
Value & Price Earning interest rate (IR) have significant influence towards the price earning
Ratio. ratio (PER). Meanwhile, other variables partially have no significant
influence towards the price earning ratio (PER).
ABSTRAK
harus dapat dimanfaatkan dengan maksimal seharusnya membeli saham perusahaan yang
oleh tiap pihak, salah satunya adalah investor memiliki PER yang rendah. Hasil penelitian
melalui investasi pada surat berharga terutama tersebut kemudian juga diperkuat oleh
saham dengan maksimal. Analisis fundamental penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh
mengenal 2 cara dalam menghitung nilai Basu (1975,1977). Whitbeck & Kissor (1963)
intrinsik saham yaitu pendekatan nilai sekarang mengemukakan bahwa dividend payout,
(pendekatan present value) dan pendekatan earning growth memiliki hubungan positif
PER (Price Earning Ratio) (Jogiyanto 2010 : terhadap PER risk berhubungan negatif.
131). Beaver & Morse (1978) mengemukakan
Menurut Tambunan (2007:245), bahwa penjelasan yang paling mungkin
PER merefleksikan penilaian investor atas terhadap faktor-faktor yang menentukan PER
pertumbuhan keuntungan, risiko dan efisiensi, bukan pertumbuhan maupun risiko namun
serta kondisi keuangan perusahaan dalam satu perbedaan dalam metode akuntansi. Pada
paket rasio yang sederhana. Untuk investor, rasio beberapa periode terakhir ini penelitian lebih
PER yang rendah akan memberikan penilaian difokuskan pada PER sebagai variabel yang
tersendiri sebab dapat membeli saham dengan bersifat menjelaskan dibandingkan pengaruh
harga yang relatif murah selain itu juga memiliki anomalinya, misal penelitian yang dilakukan
potensi untuk mendapatkan capital gain. Untuk oleh Mpaata dan Sartono (1997), mereka
emiten sebaliknya, mereka menginginkan rasio meneliti dengan menggunakan data perusahaan
PER yang tinggi untuk menunjukkan bahwa Amerika dengan menggunakan tujuh variabel
kinerja perusahaan cukup baik dan mempunyai yaitu penjualan, size, dividend payout ratio,
prospek yang baik di masa depan sehingga aktiva tetap, leverage, ROE dan pertumbuhan
diharapkan agar harga saham akan tinggi pula. laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hal tersebut menunjukkan kondisi anomali ketujuh variabel tersebut berpengaruh secara
sebab suatu emiten yang mempunyai PER signifikan dan konsisten untuk enam jenis
yang tinggi menunjukkan prospek yang baik di industri yang berbeda
masa depan sehingga diharapkan return yang Penelitian lain dilakukan oleh Amoako-
didapat akan tinggi namun dari sisi investor Adu dan Smith (2002), mereka meneliti
cenderung lebih menyukai emiten dengan hubungan antara tingkat bunga dan PER pada
PER yang rendah. Kondisi anomali pasar bursa efek Kanada, hasilnya menunjukkan
dalam teori keuangan sedikitnya ada 4 macam terdapat hubungan negatif antara tingkat
yaitu anomali perusahaan, anomali peristiwa, bunga dan PER yaitu pada saat tingkat suku
anomali musiman dan anomali akuntansi, bunga naik maka PER ratio akan turun dan
Widyastuti (2008). Menurut Brealy dan Myers sebaliknya. Sementara, Tian & Zheng (2006)
(2008) PER yang tinggi menunjukkan bahwa meneliti data pada bursa efek Shanghai dan
perusahaan memiliki peluang pertumbuhan hasil penelitian menunjukkan bahwa turn over
yang baik dimasa mendatang, memiliki tingkat rate of total asset,dividen growth rate, return
laba yang relatif aman dan menandakan tingkat on net asset mempunyai hubungan negatif
kapitalisasi yang tinggi. Rasio PER yang tinggi terhadap PER. Datar & Banarjee (2006) juga
mengindikasikan bahwa investor berharap akan melakukan penelitian di bursa efek India dan
pertumbuhan deviden yang tinggi dan risiko hasil penelitian menunjukkan bahwa marjin
saham yang rendah, oleh karena itu, menurut penjualan yang tinggi berhubungan negatif
Brealy & Myers faktor utama yang paling terhadap PER. Penelitian lainnya juga dilakukan
berpengaruh terhadap PER adalah tingkat oleh Kulling dan Lunberg (2007), yang meneliti
pertumbuhan deviden dan risiko perusahaan data pada bursa efek Swedia dengan sembilan
Penelitian-penelitian terdahulu kelompok industri yang berbeda, penelitian
mengenai Price Earning Ratio (P/E ratio) ini menggunakan tujuh variabel yaitu dividend
telah banyak dilakukan. Penelitian mengenai yield, interest rate, risk, growth, debt to equity,
P/E ratio pada tahap awal dilakukan oleh market value dan market to book value. Hasil
Nicolson (1960), yang mengemukakan bahwa penelitian menunjukkan bahwa lima dari tujuh
perusahaan dengan PER rendah secara rata- variabel penelitian yaitu interest rate, risk, debt
rata menghasilkan return yang lebih tinggi to equity, market value dan market to book
dibandingkan perusahaan dengan PER tinggi. value memiliki pengaruh yang signifikan pada
Dari hasil penelitian Nicolson maka investor sembilan industri yang berbeda.
2 Anomali Musiman January Harga sekuritas cenderung naik pada bulan Januari di
hari-hari pertama
4 Anomali Akuntansi PER Saham dengan PER rendah cenderung memilki return
yang lebih tinggi
aktivitas dimana menurut Harjito (2012) rasio pada intinya merupakan merupakan suatu
aktivitas merupakan rasio yang mengukur pembayaran harga yang harus dilakukan oleh
sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan peminjam atas penggunaan sejumlah dana dari
dalam mengelola asset-assetnya. Rasio Fixed pemberi pinjaman dalam jangka waktu yang
Asset Turn Over digunakan untuk mengukur disepakati. Apabila terjadi perubahan tingkat
efektivitas perusahaan dalam menggunakan bunga pada suatu negara menurut Madura
aktiva tetapnya untuk memperoleh penjualan. (2012) akan terjadi perubahan jumlah investasi
Fixed asset turnober (FATO) diformulasikan suatu negara baik investor lokal maupun asing
sebagai berikut: khususnya untuk jenis investasi portofolio
FATO = Sales (dalam hal ini investasi di pasar modal). Jika
Fixed Asset tingkat suku bunga rendah maka meminjam
dana menjadi mudah dan tingkat surat bunga
2.9 Price to Book Value (PBV) menjadi kecil. Ukuran tingkat suku bunga
Harga dan nilai buku merupakan suatu dalam hal ini adalah dengan menggunakan data
faktor yang menarik bagi pihak investor. tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
Apabila harga jual saham di bawah nilai buku (SBI), yang merupakan instrumen investasi
artinya saham tersebut mengalami undervalue jangka pendek yang dikeluarkan oleh Bank
dan sebaliknya. Price to Book Value (PBV) Indonesia dimana fungsi utamanya adalah
diformulasikan sebagai berikut : untuk menjaga stabilitas moneter. BI akan
Price to Book Value (PBV) menyerap likuiditas (uang yang beredar di
diformulasikan sebagai berikut: masyarakat) dengan menerbitkan SBI (yang
PBV = Market price per share dilakukan melalui mekanisme lelang) sehingga
Book Value Per Share nilai tukar rupiah dapat terkendali. Pembeli SBI
BV = Equity umumnya adalah kalangan investor asing dan
Outstanding Shares domestik, seperti asuransi, dana pensiun dll.
Data yang akan dipergunakan adalah SBI 30
2.10 Interest Rate (IR) maksudnya tingkat bunga investasi SBI untuk
Menurut Rose & Marquis interest rate periode 1 bulan. Beberapa
Tabel 2
Penelitian Terdahulu
1 Whitbeck & Index Standard A New Tool Projected growth rate, anticipated
Kissor & Poors 500 in Investment standard deviation & prospective ratio
(1963) (1958-1960) Decision of dividend to earning berpengaruh
Making terhadap PER
Tabel 3
Statistik Deskriptif Variabel
Perusahaan Sektor Property & Real Estate Tahun 2008-2012
Tabel 4
Hasil Uji Hipotesis
Unstandardized Standardized
Model Std. Error Coefficients t Sig.
Coefficients B
Beta
Pada hipotesis pertama selama periode kapitalisasi laba yang diharapkan di masa yang
2008-2012 menunjukkan bahwa pengaruh dari akan datang maka peningkatan tersebut akan
semua variabel independen secara simultan mengakibatkan penurunan PER. Harapan pihak
terhadap variabel dependen yaitu Price Earning investor dengan harga saham yang rendah
Ratio (PER). Hal tersebut menunjukkan bahwa maka potensi kenaikan harga saham dengan
PER sebetulnya dipengaruhi oleh kondisi di masa yang akan datang akan semakin tinggi
fundamental perusahaan dan perkembangan sehingga mereka memilih berinvestasi pada
makro ekonomi. Sedangkan ROE menunjukkan perusahaan dengan PER yang lebih rendah.
tidak berpengaruh signifikan terhadap PER Di sisi lain dampak krisis global pada tahun
Nilai ROE yang semakin tinggi menunjukkan 2008 mengakibatkan pasar modal pada waktu
bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan itu semakin melemah sehingga kenaikan
investor juga makin tinggi dan investor akan laba perusahaan pada periode berikutnya
mengapresiasi dengan angka PER yang semakin tidak diapresiasi oleh pihak investor dengan
tinggi. Namun jika harga saham merefleksikan kenaikan PER. Hasil temuan ini mendukung
hasil penelitan dari Yumettasari, et.al (2006), PBV berpengaruh signifikan terhadap
Aji dan Pangestuti (2012) yang menyatakan PER. PBV dapat merefleksikan nilai perusahaan
bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap sehingga pihak investor akan tertarik berinvestasi
PER namun bedanya dalam penelitian ini pada perusahaan yang mempunyai rasio PBV
pengaruhnya tidak signifikan. Penelitian ini yang tinggi. Hasil penelitian ini memberikan
bertolak belakang dengan Mpaata dan Sartono informasi bahwa semakin tinggi rasio PBV
(1997), Kurniawan (2005), Wiwin, et.al (2005), maka nilai perusahaan semakin meningkat
Hayati (2009) dan Faizinia (2012). sehingga membuat pihak investor tertarik untuk
Hasil selanjutnya juga menujukkan berinvestasi pada perusahaan property & real
bahwa Debt to equity ratio (DER) tidak estate yang akan berdampak pada peningkatan
berpengaruh signifikan terhadap PER. Hal harga per lembar saham di pasar modal dan
ini disebabkan oleh peluang pertumbuhan pada akhirnya akan meningkatkan rasioPER.
perusahaan yang diproyeksikan tinggi sehingga Dengan demikian PBV berhubungan secara
penambahan hutang dalam struktur modal signifikan dengan arah positif terhadap PER.
akan memberikan keuntungan. Disisi lain Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian
perusahaan-perusahaan yang bergerak di dari Aji & Pangestuti (2010) namun bertolak
sektor properti dan real-estate membutuhkan belakang dengan hasil penelitian dari Hayati
pendanaan yang cukup besar untuk membiayai (2009).
proyek-proyeknya sehingga cukup lazim untuk Pada hipotesis keenam selama
menarik pinjaman baik melalui bank melalui periode 2008-2012 menunjukkan bahwa IR
kredit maupun pasar modal dengan penerbitan berpengaruh signifikan terhadap PER. Sebagian
obligasi. Hal ini akan menimbulkan toleransi besar penjualan properti & real estate adalah
pihak investor sehingga persepsi investor dengan menggunakan skema kredit yang
terhadap harga saham perusahaan tidak akan sangat berkaitan dengan pergerakan suku bunga
banyak berubah akibat kenaikan DER sehingga (interest rate). Jika suku bunga
tidak berpengaruh terhadap PER. Hasil temuan rendah maka akan mendorong pembeli untuk
ini mendukung hasil penelitian dari Arisona melakukan pembelian properti sehingga akan
(2013) & Aji dan Pangestuti (2012). Kemudian mendorong kenaikan penjualan yang diharapkan
hasil penelitian ini bertolak belakang dengan akan meningkatkan laba perusahaan sehingga
Kurniawan (2005), Wiwin (2005), Yumettasari, dapat mendorong EPS & akan diapresiasi
et.al (2006), Kulling & Lunberg (2007), Kumar oleh pihak investor dengan kenaikan PER dan
Sushil & Warne (2009), Hayati (2009) dan sebaliknya Dengan demikian IR berhubungan
Faizinia (2012). secara signifikan dengan arah negatif terhadap
FATO tidak berpengaruh signifikan PER. Hasil temuan ini mendukung hasil
terhadap PER. Semakin tinggi angka FATO penelitian dari Faezinia (2012), Kulling &
menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai Lunberg (2007) dan Amoako-Adu & Smith
prospek yang baik sebab dengan penjualan (2002) dan Beaver & Morse (1978).
yang positif diharapkan laba perusahaan
semakin meningkat dan akan diapresiasi 5. Simpulan, Keterbatasan, dan Implikasi
oleh pihak investor dengan harga per lembar Hasil Penelitian
saham yang semakin tinggi sehingga angka Berdasarkan hasil penelitian kemudian
PER juga akan semakin tinggi. Namun disisi rangkaian olah data dan analisis serta
lain kenaikan aktiva tetap perlu direview lebih pembahasan mengenai pengaruh variabel
lanjut apakah berasal dari penjualan aktiva tetap ROE, DER, FATO, PBV dan IR terhadap price
yang menyebabkan penurunan denominator earning ratio (PER) maka dapat ditarik beberapa
pada rasio FATO .Pada periode pengamatan kesimpulan, antara lain sebagai berikut:
tahun 2008 terjadi krisis ekonomi dunia yang 1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
berdampak pada IHSG sehingga pihak investor pertama menunjukkan bahwa seluruh
tidak begitu menganggap kenaikan atau variabel bebas secara simultan berpengaruh
penurunan angka FATO terhadap perusahaan signifikan terhadap Price Earning Ratio
sehingga angka FATO tidak berpengaruh (PER), hal tersebut sudah sesuai dengan
terhadap PER. Hasil temuan ini mendukung hipotesisnya yang menyatakan bahwa
hasil penelitan dari Hamidah (2010) dan Mpaata variabel-variabel independen secara
& Sartono (1997).
Content of Annual Earnings Announcements, Markus, Kane, Bodie, 2009, Investment, 6nd
Journal of Accounting Research Edition, Buku Dua, Edisi Bahasa Indonesia,
Brealey, R.,A., & S.C. Myers, 2008, Principles Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
of Corporate Finance, 9th Edition, Mc Mpaata, A.K., dan Sartono, Agus 1997, Factor
Graw-Hill, Inc, New York. Determining Price Earning (P/E) Ratio,
Datar & Banerjee, 2006, Determinants of Price Kelola, Yogyakarta
Earning Ratios: A Study of Listed Firms in Nicolson, Francis, S., 1960 Price-Earning
India, JEL, India Ratio, Jurnal International, USA
Faezinia, V, et. al, 2012, The Quantitative Study Palepu, G. Krishna, et.al, 2010, Business
of Effective Factors on Price Earning Ratio Anaysis and Valuation IFRS Edition, 2nd
in Capital Market in Iran, IJCRB, Vol.3 No Edition, South-Western Cengage Learining,
10, Iran United Kingdom
Fama, Eugene F, 1970, Efficient Capital Rose, Marquis, 2006, Money and Capital
Markets: A Review of Theory and Emprical Markets : Financial Institutions and
Work, Journal of Finance 25, University of Instruments in Global Marketplace, Ninth
Chicago, USA Edition, McGraw-Hill Internaltional
Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Edition, New York, USA.
Multivariate Dengan SPSS, Universitas Saerang, David & Pontoh, Winston, 2011,
Diponegoro, Semarang. Analisis Pengaruh Tingkat Pengembalian
Hamidah, Ratna.D , 2010, Analisis Faktor- Aktiva Terhadap Harga Saham Perusahaan
Faktor Yang Mempengaruhi Price di BEI (Studi Pada Saham Perusahaan LQ-
Earning Ratio (Studi Empiris Pada 45 Periode 2004 s/d 2008), Jurnal Riset
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Akuntansi & Auditing, Maksi FE-Unsrat,
di BEI 2004-2007),Skripsi, Universitas Vol 2 No. 2, Manado.
Muhammadiyah Yogyakarta Tambunan, Porman, Andy, 2007, Menilai
Harjito, Agus, 2012, Dasar-Dasar Teori Harga Wajar Saham, Cetakan Ketiga, PT
Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
Ekonisia, FE-UII, Yogyakarta Tian & Zheng, 2006, Empirical Study on The
Hayati, Nurul, 2010, Faktor-Faktor Yang Main Factors Affecting Price Earning
Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Ratio of Listed Companies in China, Henan
Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan Polytechnic University, China
Investasi Saham Perusahaan Real Estate & Warne, Sushil, Kumar, 2009, Determinants
Property di Bursa Efek Indonesia, Vol 11, of Price-Earning Ratio in India Capital
STIE Banjarmasin - Banjarmasin. Market, IUP Journal of Appliaed Finance,
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2012, Standar India
Akuntansi Keuangan (per 1 Juni 2012)”, Whitbeck, V & Kissor, M, 1963, A New Tool
Penerbit Salemba Empat, Jakarta. in Investment Decision Making, Financial
Jogiyanto H., 2000, Teori Portofolio dan Analysis Journal, USA
Analisis Investasi, Edisi Kedua, BPFE, Widyastuti, Indriyana, 2008, Efisiensi Pasar
Yogyakarta. Modal Sebagai Alat Analisis Sekuritas,
Jogiyanto H., 2010, Teori Portofolio dan Jurnal, STIE AUB Surakarta, Solo.
Analisis Investasi, Edisi Ketujuh, BPFE, Wiwin, dan Eko, 2005, Faktor-Faktor Yang
Yogyakarta. Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada
Kurniawan, Fery, 2005, Analisis Faktor-Faktor Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek
Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Jakarta, Vol. 5, No. 2, Jurnal Bisnis &
Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Manajemen, Solo
Efek Jakarta 2001-2003, Tesis, Magister Yumettasari, et.al, 2008, Analisis Faktor-Faktor
Manajemen, Universitas Diponegoro, Yang Mempengaruhi PER Antara Saham
Semarang. Syariah & Saham Non Syariah, Universitas
Kulling J.K., dan Lundberg, Filip, 2007, A Diponegoro, Semarang
Quantitative Study of P/E Ratio on The
Swedish Market, Thesis, University Essay
From Lunds Universitet, Department of
Economis, Swedish.
1
Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
2
Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Prof. Dr. HR. Boenyamin No. 107,Purwokerto 53122 Jawa Tengah
JEL Classification: This study aims to determine, first, the effect of tax morality
H26 as measured by the level of citizen participation, confidence level, the
level of local autonomy, national pride, demographic factors, economic
Keywords: conditions, the deterrence factors, and taxation systems towards
morality tax, tax culture, compliance paja. Second, the effect of the tax culture that consists
good governance, taxpayer of respondents to react to the tax culture the form of relationships
compliance between tax authorities and the taxpayer, tax regulations and national
culture on tax compliance. Third, the effect of good governance such
as human resources, information technology, organizational structure,
processes and procedures, financial resources and incentives for
corporate tax compliance. The sample is a company that is a member
of Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi
Data obtained by sending a questionnaire to members Gapensi Bogor.
A total of 80 respondents were analyzed by using Partial Least Square
(PLS). Hypothesis testing results show that there are significant tax
morality, culture tax and good governance toward tax compliance
ABSTRAK
membiayai pengeluaran umum Pemerintah hak diantaranya para stakeholders yang terkait
(Nurmantu, 2003). dengan organisasi. Akuntabilitas menjelaskan
Moralitas pajak dapat didefinisikan peran dan tanggung jawab yang mendukung
sebagi motivasi instrinsik untuk membayar usaha untuk menjamin penyeimbang
pajak yang timbul dari kewajiban moral kepentingan. Independen menjamin adanya
atau keyakinan untuk berkontribusi kepada kemandirian dalam melaksanakan wewenang
negara dengan membayar pajak (Torgler, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan
2003). Moralitas pajak tidak mengukur yang ada.
perilaku individu, namun lebih kepada sikap Kepatuhan pajak berarti bahwa
dan pendirian individu. Hal ini dapat dilihat wajib pajak mempunyai kesediaan untuk
sebagai kewajiban moral untuk membayar memenuhi kewajiban pajaknya sesuai
pajak, keyakinan untuk berkontribusi kepada aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan
masyarakat dengan membayar pajak. Indikator pemeriksaan, investigasi seksama peringatan,
moralitas pajak antara lain : tingkat partisipasi ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik
warga, tingkat kepercayaan, tingkat otonomi hukum maupun administrasi (Gunadi, 2012).
daerah atau desentralisasi, faktor demografis, Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan
kondisi ekonomi, kebanggaan nasional, faktor secara sukarela merupakan tulang punggung
pencegah dan sistem perpajakan. self assessment system, dimana Wajib Pajak
Budaya pajak dalam konsep klasik bertanggung jawab menetapkan sendiri
dimana budaya pajak dari suatu negara sangat kewajiban perpajakannya dan kemudian
berhubungan erat dengan kepribadian yang secara akurat dan tepat waktu membayar
ditunjukkan oleh evolusi dari suatu sistem serta melaporkan pajaknya tersebut. Indikator
perpajakan. Budaya pajak diinvestigasi diantara kepatuhan pajak antara lain : kepatuhan formal,
pembayar pajak dan kantor pajak. Dalam kepatuhan material. kepatuhan formal adalah
pandangan mereka, permasalahan yang terjadi jenis kepatuhan dimana wajib pajak sebatas
antara “melakukan tuntunan atas kompensasi memenuhi ketentuan pajak. kepatuhan material
dalam hubungannya dengan pelanggaran lebih dalam cakupannya yaitu pemenuhan
pekerjaan oleh aparat pajak: dan “untuk secara substantif isi dan jiwa ketentuan
memberikan kontribusi terhadap budaya pajak perpajakan.
melalui perselisihan pajak”. sehingga dalam
hal ini, budaya pajak ditandai oleh hubungan 2. Telaah Teoritis dan Pengembangan
antara aparat pajak dengan Wajib Pajak serta Hipotesis
pola perilaku yang timbul akibat hubungan Teori keagenan dimana teori ini
tersebut (Ilyas dan Burton, 2007). Ada 3 hal mengasumsikan bahwa principal maupun
yang mempengaruhi budaya pajak antara lain agen merupakan para pelaku ekonomi yang
: hubungan antara aparatur pajak dan wajib berfikir rasional dan tindakannya semata-mata
pajak, peraturan perpajakan, budaya nasional. untuk kepentingan pribadi, akan tetapi mereka
Organization for Economic menemukan kesulitan dalam membedakan
Cooperation and Development (OECD) telah perbedaan atas perferensi, kepercayaan dan
mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip informasi. Berbagai konflik kepentingan yang
Good Governance dan dapat diterapkan secara kemudian muncul antara principal dan agen
fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya, dan yang disebabkan adanya hubungan keagenan
tradisi di masing-masing Negara. Prinsip- merupakan suatu kontrak dimana pihak
prinsip OECD mencakup transparansi, principal memerintah orang lain (agen) untuk
tanggung jawab, Keadilan, dan akuntabilitas. melakukan suatu jasa atas nama principal serta
Transparansi yaitu mewajibkan adanya memberikan wewenang kepada agen untuk
suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, memberikan keputusan yang terbaik bagi
serta jelas dan dapat diperbandingkan yang prinsipalnya (Jensen, 2012). Dalam penelitian
menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan. ini yang dimaksudkan dengan principal adalah
Tanggung jawab adalah kesesuaian dalam pemerintah/negara yang mempunyai hak
pengelolaan organisasi terhadap peraturan untuk menarik pajak pada warganegara, demi
perundang-undangan yang berlaku. Keadilan kepentingan pembangunan nasional. Besarnya
adanya kesesuaian di dalam pengelolaan biaya pembangunan yang harus ditanggung
menjamin perlindungan dan pemenuhan hak-
Gambar 1.
Hubungan antara Aparatur Pajak dan Wajib Pajak
Gambar 2.
Gambaran Peraturan Perpajakan
Di Indonesia, budaya pajak dan pernyataan kepercayaan atas manfaat dari pajak
kepatuhan sedang diupayakan untuk yang dibayarkan mendapat respon sebesar
diintensifkan oleh Direktorat Jenderal Pajak 28.88% dan kesadaran untuk membayar dan
melalui program-program perpajakan yang melaporkan pajak dengan benar mendapat
diberlakukan di Indonesia. Pernyataan respon paling tinggi yaitu sebesar 36.17%
kesediaan untuk memenuhi ketentuan seperti tergambar dalam gambar 3 di bawah ini.
perpajakan mendapat respon 34.95%,
Gambar 3.
Gambaran Budaya Nasional
Good Governance merupakan suatu menjamin kordinasi yang baik mendapat respon
sistem administrasi yang menginginkan adanya sebesar 16.15%, dan struktur organisasi KPP
perbaikan pelayananan dan keterbukaan dalam menjamin pembagian tugas dan beban kerja
melayani masyarakat pada umumnya dan wajib yang merata mendapat respon sebesar 16.62%.
pajak pada khususnya.Variabel good governance Teknologi informasi dengan pernyataan
ini memiliki empat subvariabel yang terdiri dari fasilitas dan sarana pendukung pelayanan yang
sumber daya manusia, teknologi informasi, memadai mendapat respon sebesar 17.25%.
struktur organisasi dan Transparansi. Ketiganya Sumber daya manusia dengan pernyataan
memiliki keunggulan masing-masing, untuk kecepatan pelayanan yang mendukung wajib
subvariabel struktur organisasi terdiri dari pajak mendapat respon sebesar 17.36%, petugas
dua pernyataan yaitu struktur organisasi KPP memberikan pelayanan yang cukup kompeten
mendapat respon sebesar 15.95%. Subvariabel respon sebesar 17.23%. dan dapat dilihat dalam
Transparansi yaitu pernyataan adanya gambar 4 di bawah ini.
transparansi prosedur dan biaya mendapat
Gambar 4.
Tanggapan Responden terhadap Good Governance
Kepatuhan pajak dapat didefinisikan suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak kewajiban perpajakan secara formal sesua
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan dengan ketentuan formal dalam undang-
melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan undang perpajakan. Gambaran mengenai
pajak dari wajib pajak diukur melalui kepatuhanformal dapat dilihat pada gambar 5
dua indikator yaitu kepatuhan formal dan seperti di bawah ini.
kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah
Gambar 5.
Gambaran Indikator Kepatuhan Formal
Kepatuhan material adalah suatu mendapat respon cukup tinggi sebesar 23.40%,
keadaan dimana wajib pajak secara substantive/ peran konsultan dalam menentukan jumlah
hakikat memenuhi semua ketentuan materiil pajak mendapat respon yang sama besar yaitu
perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa undang- sebesar 23.40% juga, mempercayai konsultan
undang perpajakan. Untuk subvariabel dalam menentukan jumlah pajak mendapat
kepatuhan material terdiri dari pernyataan respon 23.40%, dan tunggakan pajak negara
menghitung sendiri SPT yang mendapat respon hanya mendapat respon yang sangat kecil
21.08%, kesesuaian jumlah kewajiban pajak yaitu sebesar 8.80%. Gambaran selengkapnya
yang harus dibayar dengan perhitungan sendiri disajikan pada gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6.
Gambaran Indikator Kepatuhan Material
pada konstruk laten dengan indikator formatif kepatuhan pajak dipengaruhi secara nyata dan
adalah sebagai berikut untuk variable moralitas positif oleh tinggi rendahnya moralitas pajak.
pajak, sub variable yang mendukungnya adalah Besar pengaruh moralitas pajak terhadap
faktor demografis dengan weight 0.2922 dan kepatuhan pajak adalah sebesar 36.55% dimana
t-statistik 1.525, untuk tingkat kepercayaan kontribusi terbesar diperoleh dari dimensi
dengan weight 0.2126 dan t-statistik 1.602, tingkat otonomi daerah yaitu sebesar 38.13%
untuk tingkat otonomi daerah dengan 0.3813 dan kontribusi terkecil diperoleh dari Tingkat
dan t-statistik 1.992, untuk tingkat partisipasi Kepercayaan sebesar 21.26%.
warga Negara dengan weight 0.2271 dan t Literatur perpajakan menunjukkan
statistic 1.634. Hasil uji reliabilitas variable bahwa fenomena kerelaan wajib pajak untuk
budaya pajak dengan subvariabel budaya melakukan kewajiban perpajakannya sering
nasional dengan weight 0.310 dan t statistic disebut sebagai “puzzel of tax complience”
1.598, hubungan aparatur dan warga Negara (Torgler, 2007). Hal ini karena banyaknya
dengan weight 0.485 dan t-statistic 2.332, dan faktor yang berusaha menjelaskan pertanyaan
peraturan pemerintah dengan weight 0.261 dan mendasar mengapa wajib pajak membayar
t-statistic 1.301. Dan hasil uji reliabilitas untuk pajak. Norma sosial dari kepatuhan pajak adalah
kepatuhan pajak dengan subvariabel kepatuhan moralitas pajak dan moralitas pajak inilah yang
formal dengan weight 0.6781 dan t-statistic menyebabkan wajib pajak rela dan patuh untuk
5.155 dan kepatuhan material dengan weight melakukan kewajiban perpajakannya. Hasil
0.3822 dan t-statistic 2.621. riset dan penelitian dewasa ini telah banyak
Kemudian dilakukan pengujian dilakukan untuk mendukung hubungan antara
relevansi prediksi (Q2) bertujuan untuk moralitas pajak terhadap kepatuhan pajak.
mengukur seberapa baik nilai observasi yang Moralitas pajak individu dipengaruhi secara
dihasilkan oleh model dan juga estimasi langsung oleh persepsi wajib pajak akan adanya
parameternya menunjukkan hasil sebesar pemenuhan barang dan jasa publik oleh Negara
0.8470 lebih besar dari nol yang menunjukkan (James dan Gomez, 2008). Lebih lanjut, semakin
bahwa model memiliki relevansi prediksi yang tinggi kemampuan terjadinya pelanggaran
baik. fiskal, dalam artian terdapat ekonomi biaya
Inner model merupakan model yang tinggi untuk melakukan kewajiban perpajakan,
menspesifikasi hubungan antar variabel laten maka akan semakin rendah motivasi instrinsik
atau bisa dikatakan inner model menggambarkan individu untuk membayar pajak. Hal ini sejalan
antar variabel laten berdasarkan substansi teori. dengan hasil penelitian dimana pemenuhan
Menilai inner model adalah mengevaluasi barang dan jasa publik serta ekonomi biaya
hubungan antar variabel laten seperti yang tinggi merupakan bagian dari indikator tingkat
telah dihipotesiskan dalam penelitian. nilai kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
R-square untuk kepatuhan pajak menunjukkan Namun, indikator tersebut ternyata memiliki
nilai sebesar 0.699. Nilai R-square ini pengaruh yang paling rendah terhadap moralitas
berarti menunjukan bahwa variabel moralitas pajak dan kepatuhan di Bogor.
pajak, budaya pajak, dan Good Governance, Dalam hipotesis kedua, variabel
mampu menjelaskan varians kepatuhan pajak budaya pajak merupakan variabel laten
sebesar 69.9% (0.699 x 100%). Kemampuan eksogen yang berpengaruh terhadap kepatuhan
menjelaskan dengan nilai R-square 0.699 pajak sebagai variabel laten endogen. Dengan
masuk kategori nilai R-square kuat. membandingkan nilai uji t dengan nilai
Dalam hipotesis pertama, variabel t-tabel (α=0.05) sebesar 1.96 maka diperoleh
moralitas pajak merupakan variabel laten kesimpulan bahwa semua taksiran parameter
eksogen yang berpengaruh terhadap pada diagram jalur tersebut adalah signifikan
kepatuhan pajak sebagai variabel endogen. karena nilai t-value>0.05. hal ini berarti terdapat
Dengan membandingkan nilai uji t dengan pengaruh budaya pajak terhadap kepatuhan
t-tabel (α=0.05) sebesar 1.96 maka diperolah pajak, dimana tinggi rendahnya moralitas
kesimpulan bahwa semua taksiran parameter pajak dipengaruhi secara nyata dan positif oleh
pada diagram jalur tersebut adalah signifikan tinggi rendahnya budaya pajak. Besar pengaruh
karena nilai t-value > 0,05. Hal ini berarti budaya pajak terhadap kepatuhan pajak sebesar
terdapat pengaruh moralitas pajak terhadap 23.52%, dimana kontribusi terbesar diperoleh
kepatuhan pajak, dimana tinggi rendahnya dari dimensi Hubungan antara Aparatur Pajak
dan Wajib Pajak yaitu sebesar 48.48% dan membandingkan nilai uji t dengan nilai
kontribusi terkecil diperoleh dari Peraturan t-tabel (α=0.05) sebesar 1.96 maka diperoleh
Perpajakan yaitu sebesar 26.15%. kesimpulan bahwa semua taksiran parameter
Konsep budaya pajak merupakan pada diagram jalur tersebut adalah signifikan
keseluruhan interaksi formal dan informal karena nilai t-value > 0.05. hal ini berarti terdapat
dalam suatu institusi yang menghubungkan pengaruh good governance erhadap kepatuhan
sistem perpajakan nasional dengan praktik pajak, dimana tinggi rendahnya moralitas pajak
hubungan antara aparatur pajak dengan wajib dipengaruhi secara nyata dan positif oleh tinggi
pajak, dimana secara historis melekat dengan rendahnya budaya pajak. Besar pengaruh good
budaya nasional, termasuk ketergantungan dan governance terhadap kepatuhan pajak sebesar
ikatan yang terbentuk akibat interaksi yang 29.83%, dimana kontribusi terbesar diperoleh
berkelanjutan. dari dimensi Teknologi Informasi sebesar
Variabel budaya pajak memiliki 28.63% dan kontribusi terkecil diperoleh dari
pengaruh yang lebih kecil (23.52%) terhadap Sumber Daya sebesar 26.39%.
kepatuhan pajak dibandingkan dengan Teknologi informasi dalam
moralitas pajak (36.55%). Hal ini dapat sebagai pendukung pemerintah dalam
dikarenakan adanya sikap apatis baik dari aktifitas perpajakan, baik itu dari perspektif
pemerintah maupun wajib pajak untuk pelayanan,hingga peningkatan lajunya
memajukan budaya pajak. Budaya pajak adalah pembangunan, merupakan salah satu pendorong
seperangkat interaksi baik meliputi wajib dari tujuan good governance. Sehingga dapat
pajak, pemerintah, budaya nasional maupun dibangun jaringan kerja sama didasarkan atas
perangkat aturan perpajakannya. Wajib pajak hubungan yang partisipatif, transparan, dan
umumnya merasa bahwa pajak adalah sebuah responsif antar pilar-pilar good governance.
beban (burden), dan insentif dari kontribusi Penggunaan teknologi informasi oleh
pembayaran pajak dilakukan tidak dapat pemerintah, yang memungkinkan pemerintah
langsung dinikmati dimana tanggung jawab untuk mentransformasikan hubungan dengan
pemerintah untuk memberikan pemenuhan masyarakat, dunia bisnis dan pihak yang
barang dan jasa publik yang berkualitas juga berkepentingan dapat membantu pemerintah
masih diragukan. (Pandey, 2003). Sedangkan dan penyediaan pelayanan publik agar lebih baik
pemerintah umumnya mengeluarkan kebijakan dan berorientasi pada pelayanan masyarakat.
dan peraturan tanpa melakukan sosialisasi dan Hasil pengujian menunjukkan terdapat
publikasi yang berkelanjutan, sehingga terdapat pengaruh variabel Good Governance terhadap
gap antara pemerintah dan wajib pajak dalam empat indikator yaitu sumber daya manusia,
hal ini. teknologi informasi, struktur organisasi dan
Terdapat kecenderungan budaya transparansi. Hasil ini membuktikan bahwa
dalam masyarakat untuk meloloskan diri dari Teknologi Informasi menjadi sangat penting
pembayaran pajak karena membayar pajak dalam pelaksanaan Good Governance.
adalah suatu aktivitas yang tidak lepas dari Teknologi informasi dalam sebagai pendukung
kondisi behavior wajib pajak itu sendiri. pemerintah dalam aktifitas perpajakan, baik itu
Karenanya, untuk mengetahui kepatuhan wajib dari perspektif pelayanan, hingga peningkatan
pajak dalam melaksanakan kewajibannya maka lajunya pembangunan, merupakan salah satu
fungsi pengawasan sekaligus pembinaan harus pendorong dari tujuan good governance.
diefektifkan karena ini merupakan konsekuensi Sehingga dapat dibangun jaringan kerja sama
dari pemberian kepercayaan kepada wajib pajak didasarkan atas hubungan yang partisipatif,
(self-assesment), sedangkan dalam membina transparan, dan responsif antar pilar-pilar good
wajib pajak tidak patuh maka tax-enforcement governance. Penggunaan teknologi informasi
harus ditegakkan. Pilar-pilar penegakkan oleh pemerintah, yang memungkinkan
hukum pajak harus dijaga dengan baik melalui pemerintah untuk mentransformasikan
peraturan dan kebijakan pajak yang tepat dan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan
tersosialisasi secara berkesinambungan. pihak yang berkepentingan dapat membantu
Dalam hipotesis ketiga, variabel pemerintah dan penyediaan pelayanan
good governance merupakan variabel laten publik agar lebih baik dan berorientasi pada
eksogen yang berpengaruh terhadap kepatuhan pelayanan masyarakat. Secara konseptual,
pajak sebagai variabel laten endogen. Dengan teknologi informasi ini menciptakan interaksi
yang ramah dan murah antara pemerintah dan data dalam jumlah besar, maka dibutuhkan
masyarakat, karena dalam prakteknya teknologi petugas informasi professional, bukan untuk
informasi sebagai fasilitas dan komunikasi membuat dalih atas keputusan pemerintah,
guna pelaksanaan pemerintah yang efisien tetapi untuk menyebarluaskan keputusan-
dan murah, dengan meningkatkan pelayanan keputusan yang penting kepada masyarakat
masyarakat dengan cara menyediakan serta menjelaskan dari setiap kebijakan tersebut.
sarana publik sehingga mudah mendapatkan Peran media juga sangat penting bagi
informasi, dan menciptakan pemerintahan yang transparansi pemerintah, baik sebagai sebuah
baik dan terwujudnya pemerintahan yang lebih kesempatan untuk berkomunikasi pada publik
bertanggung jawab bagi warganya. Dengan maupun menjelaskan berbagai informasi yang
adanya teknologi informasi ini akan tercipta relevan, juga sebagai “watchdog” atas berbagai
pemerintahan yang lebih baik, karena proses aksi pemerintah dan perilaku menyimpang
pelayanan yang lebih transparan ,terjadi kontrol dari para aparat birokrasi. Jelas, media
masyarakat yang lebih kuat, dan pengawasan tidak akan dapat melakukan tugas ini tanpa
yang bersifat lekat waktu, Berkurangnya adanya kebebasan pers, bebas dari intervensi
praktek-praktek korupsi, karena komputer tidak pemerintah maupun pengaruh kepentingan
memiliki sifat bawaan perilaku yang korup, bisnis.
Tata hubungan yang lebih ramping untuk Keterbukaan membawa konsekuensi
terlaksananya pemerintah yang lebih baik, adanya kontrol yang berlebih-lebihan dari
peningkatan efisiensi pemerintah di semua masyarakat dan bahkan oleh media massa.
proses untuk menghadapi pemborosan belanja Karena itu, kewajiban akan keterbukaan harus
sektor publik atau inefisiensi dalam berbagai diimbangi dengan nilai pembatasan, yang
proses, akan terjadi efisisensi dalam skala ruang mencakup kriteria yang jelas dari para aparat
dan waktu, struktur dan organisasi informasi publik tentang jenis informasi apa saja yang
yang tersistematisasi dan peningkatan mereka berikan dan pada siapa informasi
manajemen dari sumber daya baik dari sisi tersebut diberikan. Secara ringkas dapat
peningkatan bidang kendali maupun sumber disebutkan bahwa, prinsip transparasi dapat
daya organisasinya. diukur melalui sejumlah indikator seperti :
Pengaruh signifikan good governance menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi
terhadap transparansi adalah prinsip yang dari semua proses-proses pelayanan publik,
menjamin akses atau kebebasan bagi setiap memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik
orang untuk memperoleh informasi tentang tentang berbagai kebijakan dan pelayanan
penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi publik, maupun proses-proses didalam sektor
tentang kebijakan, proses pembuatan dan publik, memfasilitasi pelaporan maupun
pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. penyebaran informasi maupun penyimpangan
Selain itu juga merupakan informasi mengenai tindakan aparat publik didalam kegiatan
setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat melayani.
dijangkau oleh publik. Keterbukaan informasi Keterbukaan pemerintah atas berbagai
diharapkan akan menghasilkan persaingan aspek pelayanan publik, pada akhirnya akan
politik yang sehat, toleran, dan kebijakan dibuat membuat pemerintah menjadi bertanggung
berdasarkan pada preferensi publik. Prinsip ini gugat kepada semua stakeholders yang
memiliki 2 aspek, yaitu komunikasi publik berkepentingan dengan proses maupun kegiatan
oleh pemerintah, dan hak masyarakat terhadap dalam sector publik. Pengaruh signifikan
akses informasi. Keduanya akan sangat sulit good governance terhadap perubahan struktur
dilakukan jika pemerintah tidak menangani organisasi. Masalah utama dalam struktur
dengan baik kinerjanya. Manajemen kinerja organisasi adalah meyakinkan diri bahwa
yang baik adalah titik awal dari transparansi. pengambilan keputusan dan akuntabilitas semua
Komunikasi publik menuntut usaha pihak yang berkepentingan terhadap organisasi
afirmatif dari pemerintah untuk membuka mempunyai informasi dan pengetahuan yang
informasi maupun aktivitasnya yang relevan. relevan mengambil keputusan yang baik dan
Transparansi harus seimbang dengan kebutuhan benar serta adanya insentif sepadan yang
akan kerahasiaan lembaga maupun informasi- menggunakan informasi secara produktif dan
informasi yang mempengaruhi hak privasi terpercaya, karena perubahan lingkungan yang
individu. Karena pemerintahan menghasilkan berpengaruh terhadap perubahan struktur
organisasi, biaya, dan manfaat langsung maupun menawarkan banyak peluang kepada organisasi
tidak langsung harus dianalisis secara cermat untuk meningkatkan dan mentransformasi
dan hati-hati. Dengan adanya Good Governance produksi, pelayanan, pasar, proses kerja, dan
tersebut maka efektifitas fungsi dalam struktur hubungan-hubungan bisnis. Namun demikian
oraganisasi dapat berjalan sebagaimana masih banyak perusahaan dan organisasi
mestinya. Kemudian dalam rangka pelaksanaan yang menerapkan prinsip dan cara kerja good
Good Governance, struktur organisasi modern governance belum mengoptimalkan peranan
dapat melakukan : Kesadaran yang tinggi informasi teknologi dalam melaksanaannya
terhadap tingkat urgensi, Kerja sama tim yang padahal teknologi informasi tersebut sangat
baik dalam tatanan staf dan manajemen, bisa dibutuhkan untuk dapat menghilangkan
menciptakan dan mengomunikasikan visi, misi, kekurangan atau kelemahan pada pelaksanaan
dan program dengan baik, pemberdayaan semua kegiatan operasional dan pelayanan kepada
karyawan dengan memperhatikan minat dan customer yang menjadi penghambat kinerja dan
bakat, memberikan delegasi wewenang dengan inovasi proses dan kegiatan bisnis perusahaan
efektif, mengurangi ketergantungan yang tidak juga Peningkatan kinerja, keunggulan
perlu, dan mengembangkan budaya organisasi kompetitif, dan pencapaian tujuan dan sasaran
yang adaptif dan penggunaan analisis kinerja. organisasi dapat dicapai melalui penerapan
Pengaruh signifikan good governance informasi teknologi dan good governance.
terhadap sumber daya manusia. Kualitas sumber Terdapat pengaruh tingkat partisipasi
daya manusia dapat diamati dari kemampuan warga negara terhadap moralitas pajak, warga
profesionalitas sesuai dengan bidang tugas yang negara Indonesia yang mayoritas muslim sudah
menjadi tanggung jawabnya. Beberapa faktor terbiasa dengan mengeluarkan sumbangan
yang dapat mempengaruhi sumber daya manusia wajib keagamaan hal itu menjadi landasan
antara lain tingkat pendidikan, pelatihan, dan mereka untuk berpartisipasi dalam melakukan
penempatan pegawai dalam jabatan. Dalam kewajiban perpajakan pada setiap tahunnya,
pelaksanaan tugas, prinsip-prinsip yang karena menurut mereka sebagai pemeluk agama
terkandung dalam good governance merupakan yang taat ada sebagian rejeki milik orang lain
acuan bagi terselenggaranya pemerintahan yang berada di dalam harta yang diperolehnya.
yang dapat bersinergi dengan masyarakat, Pemikiran seperti itu juga diterapkan dalam
dalam rangka pelaksanaan pelayanan publik kegiatan perpajakannya, yang berpendapat
yang optimal. sikap aparatur pemerintah yang bahwa dalam harta yang diperolehnya mereka
melakukan penyimpangan dalam pelaksanaan dengan sukarela menyisihkannya untuk
administrasi dan manajemen pemerintahan kebaikan orang lain dengan cara mendukung
dapat menyebabkan hasil-hasil pembangunan pemerintah dalam hal pembangunan negara ini.
dan pelayanan publik sebagian besar tidak sesuai Maka dari itu dengan adanya partisipasi warga
dengan yang diharapkan dan direncanakan. negara ini maka akan terbentuk moralitas pajak
Maka dari itu keberadaan aparatur yang yang mendukung jalannya pembangunan.
berkualitas akan sangat ditentukan oleh Terdapat pengaruh tingkat kepercayaan
kemampuan aparatur yang bersangkutan untuk terhadap terbentuknya moralitas pajak, dalam
mengimplementasikan prinsip-prinsip good penelitian ini ditemukan bahwa tingkat
governance dalam penyelenggaraan pelayanan kepercayaan terhadap pemerintah menduduki
publik. posisi yang tertinggi, warga negara termotivasi
Dari variable good governance untuk melakukan kewajiban perpajakannya
yang paling besar mempengaruhi hasilnya karena tingkat kepercayaan mereka terhadap
adalah teknologi informasi. Penerapan good pemerintah yang mereka yakini dengan
governance akan lebih mengoptimalkan peranan adanya pendapatan yang berasal dari pajak ini
informasi teknologi dalam berbagai bidang, akan membantu dalam pembangunan. Selain
karena pada dasarnya pemanfaatan teknologi itu tingkat kepercayaan ini juga terdiri dari
informasi secara umum bertujuan untuk kepercayaan terhadap hukum yang berlaku,
memudahkan pelaksanaan proses bisnis dan bahwa hukum yang ada di negeri ini dapat
meningkatkan kemampuan kompetitif. Selain ditegakkan, juga percaya pada sistem peradilan.
itu dengan adanya informasi teknologi kegiatan Sehingga setiap bentuk tindak kejahatan akan
operasional organisasi dapat dilaksanakan lebih mendapat ganjaran yang setimpal. Terbukti
mudah, cepat, efisien dan efektif juga telah dengan adanya beberapa contoh kejahatan
yang terjadi saat ini yang kemudian diberikan mau melakukan perpajakannya ketika sudah
hukuman yang cukup berat. Dengan adanya menikah, hal ini disebabkan dengan status
contoh-contoh kasus seperti itu menjadikan perkawinan ada bagian dari pajak yang harus
efek jera terhadap pelaku kejahatan berkerah dibayarkan telah dipisahkan dari pendapatan
putih juga memberikan citra yang baik bagi tidak kena pajak, yang menyebabkan ada bagian
pemerintah bahwa pemerintah tidak main-main dari pendapatan itu dapat disimpan.
dalam melakukan kewajibannya, sehingga Hubungan antara aparatur pajak dengan
amanah dari rakyat yang berupa pembayaran Wajib Pajak dapat berupa hubungan yang
pajak dapat dipergunakan untuk rakyat juga dan bersifat administratif dalam artian berkaitan
tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang dengan tugas dan tanggung jawab aparatur
berniat memperkaya diri sendiri. pajak terhadap wajib pajaknya, maupun
Pengaruh otonomi daerah atau hubungan yang bersifat informal. Beberapa hal
desentralisasi terhadap moralitas pajak yaitu yang termasuk di dalamnya yaitu keramahan
dengan adanya kebebasan dalam mengatur petugas, pernyataan kemampuan petugas pajak
pemerintahan sendiri mendorong warga untuk dalam permasalahan perpajakan, ketanggapan
lebih meningkatkan sikap moralitas pajak. dan kecepatan petugas dalam melayani
Karena menurut mereka apabila ada kebebasan permasalahan perpajakan dan perhatian petugas
untuk mangatur pemerintahan sendiri maka dalam melayani permasalahan perpajakan.
secara otomatis dapat memantau penerimaan Peraturan pajak yang kondusif
dan pengluaran pemerintah yang diperoleh akan mendukung terciptanya budaya pajak
dari pajak, sehingga dapat meningkatkan yang positif pula. Ketentuan perpajakan
motivasi instrinsik untuk melakukan kewajiban dipublikasikan melalui berbagai media,
perpajakannya. Selain itu dengan adanya kesesuaian pelaksanaan administrasi perpajakan
otonomi daerah akan terjadi hubungan yang oleh petugas pajak dengan ketentuan pajak yang
lebih intensif antara Wajib Pajak dengan berlaku sedangkan untuk jaminan keadilan
birokrat, serta dalam pengelolan pajak yang wajib pajak dari kepastian hukum perpajakan
mereka bayarkan. hal-hal tersebutlah yang bisa mempengaruhi
Pengaruh faktor kebanggaan terhadap faktor instrinsik wajib pajak.
moralitas pajak yaitu dengan cintanya seseorang Pengaruh budaya nasional terhadap
terhadap Indonesian akan menciptakan perasaan budaya pajak. Aspek mendasar yang menjadi
bangga menjadi warga negara, sehingga indikator dari budaya nasional yang memiliki
faktor tersebut dapat memotivasi seseorang kecenderungan terhadap budaya pajak
untuk selalu melakukan hal yang baik bagi antara lain permasalahan disiplin bangsa. Di
negaranya, juga memastika bahwa negaranya Indonesia, budaya pajak dan kepatuhan sedang
dapat berjalan dengan baik. diupayakan untuk diintensifkan oleh Direktorat
Pengaruh faktor demografis terhadap Jenderal Pajak melalui program-program
moralitas pajak. Usia, pendidikan, jenis kelamin perpajakan yang diberlakukan di Indonesia.
dan status perkawinan merupakan hal yang Budaya ini tercipta karena adanya kepercayaan
bisa menjadi pendorong untuk menimbulkan atas manfaat dari pajak yang dibayarkan.
sikap moralitas pajak. Semakin dewasa usia Untuk subvariabel moralitas pajak
seseorang maka semakin tinggi kesadaran yang terdiri dari delapan faktor yang
seseorang untuk melakukan kewajiban mempengaruhi moralitas pajak hanya empat
perpajakannya. Selain itu pendidikan juga dapat yang mempunyai pengaruh signifikan, yaitu
menumbuhkan motivasi instrinsik seseorang faktor demografis, faktor kebanggaan, tingkat
untuk melakukan kewajiban perpajakannya kepercayaan, dan tingkat partisipasi warga
karena semakin banyak ilmu pengetahuan yang negara. Pengaruh moralitas pajak terhadap
diterima maka akan lebih mengerti manfaat kepatuhan pajak, dimana tinggi rendahnya
pajak bagi negara. Dari penelitian ini juga dapat kepatuhan pajak dipengaruhi secara nyata dan
diketahui bahwa wanita memiliki moralitas positif oleh tinggi rendahnya moralitas pajak.
pajak yang lebih tinggi, meskipun ada wanita Hal ini karena banyaknya faktor yang berusaha
yang berperan hanya sebagai istri maka mereka menjelaskan pertanyaan mendasar mengapa
akan mendorong suami untuk melakukan wajib pajak membayar pajak. Norma sosial
kewajiban perpajakannya. Sedangkan untuk dari kepatuhan pajak adalah moralitas pajak
status perkawinan, banyak wajib pajak yang dan moralitas pajak inilah yang menyebabkan
wajib pajak rela dan patuh untuk melakukan Terlepas dari perbandingan pengaruh
kewajiban perpajakannya. Hasil riset dan budaya pajak yang lebih kecil dibandingkan
penelitian dewasa ini telah banyak dilakukan moralitas pajak, budaya pajak tetap merupakan
untuk mendukung hubungan antara moralitas variabel yang mampu menjelaskan kepatuhan
pajak terhadap kepatuhan pajak. Penelitian pajak. Terdapat kecenderungan budaya
yang dilakukan di bogor ini juga sejalan dengan dalam masyarakat untuk meloloskan diri dari
hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan pembayaran pajak karena membayar pajak
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi adalah suatu aktivitas yang tidak lepas dari
kepatuhan pajak yaitu faktor demografis yang kondisi behavior wajib pajak itu sendiri.
berupa kondisi keuangan dan pendapatan wajib Karenanya, untuk mengetahui kepatuhan wajib
pajak. pajak dalam melaksanakan kewajibannya maka
Hasil dari penelitian ini membuktikan fungsi pengawasan sekaligus pembinaan harus
bahwa faktor demografis, faktor kebanggaan, diefektifkan karena ini merupakan konsekuensi
tingkat kepercayaan, dan tingkat partisipasi dari pemberian kepercayaan kepada wajib pajak,
warga negara berperan penting dalam sedangkan dalam membina wajib pajak tidak
meningkatkan kepatuhan pajak, hal ini patuh maka tax-enforcement harus ditegakkan.
dikarenakan keempat variabel tersebut Pilar-pilar penegakkan hukum pajak harus
akan memberikan motivasi instrinsik untuk dijaga dengan baik melalui peraturan dan
melakukan kewajiban perpajakannya. Hal kebijakan pajak yang tepat dan tersosialisasi
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya secara berkesinambungan. Peraturan pajak
yang juga mengungkapkan bahwa partisipasi disusun tidak hanya untuk kepentingan negara
warga negara merupakan hasil yang dicapai saja, namun juga harus mempertimbangkan
pemerintah untuk pembangunan. Dengan budaya nasional sebagai dasar historis bangsa.
adanya partisipasi warga negara yang baik Teknologi informasi sebagai pendukung
maka pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah dalam aktifitas perpajakan, baik itu
pemerintah dapat tercapai sementara apabila dari perspektif pelayanan, hingga peningkatan
partisipasi warga negara kurang baik maka lajunya pembangunan, merupakan salah satu
pembangunan yang direncanakan pemerintah pendorong dari tujuan good governance.
tidak akan tercapai bahkan gagal. Sehingga dapat dibangun jaringan kerja sama
Konsep budaya pajak merupakan didasarkan atas hubungan yang partisipatif,
keseluruhan interaksi formal dan informal transparan, dan responsif antar pilar-pilar good
dalam suatu institusi yang menghubungkan governance. Penggunaan teknologi informasi
sistem perpajakan nasional dengan praktik oleh pemerintah, dapat mentransformasikan
hubungan antara aparatur pajak dengan wajib hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan
pajak, dimana secara historis melekat dengan pihak yang berkepentingan dapat membantu dan
budaya nasional, termasuk ketergantungan dan penyediaan pelayanan publik agar lebih baik
ikatan yang terbentuk akibat interaksi yang dan berorientasi pada pelayanan masyarakat.
berkelanjutan. Variabel budaya pajak Secara konseptual, teknologi informasi ini
memiliki pengaruh yang lebih kecil (23.52%) menciptakan interaksi yang ramah dan murah
terhadap kepatuhan pajak dibandingkan antara pemerintah dan masyarakat, karena
dengan moralitas pajak (36.55%). Hal ini dalam prakteknya teknologi informasi sebagai
dapat dikarenakan adanya sikap apatis baik fasilitas dan komunikasi guna pelaksanaan
dari pemerintah maupun wajib pajak untuk pemerintah yang efisien dan murah, dengan
memajukan budaya pajak. Wajib pajak meningkatkan pelayanan masyarakat
umumnya merasa bahwa pajak adalah sebuah dengan cara menyediakan sarana publik
beban, dan insentif dari kontribusi pembayaran sehingga mudah mendapatkan informasi, dan
pajak dilakukan tidak dapat langsung dinikmati menciptakan terwujudnya pemerintahan yang
dimana tanggung jawab pemerintah untuk baik dan bertanggung jawab bagi warganya.
memberikan pemenuhan barang dan jasa Karena proses pelayanan yang lebih trasnparan,
publik yang berkualitas juga masih diragukan. terjadi kontrol masyarakat yang lebih kuat,
Sedangkan pemerintah mengeluarkan kebijakan dan pengawasan yang bersifat lekat waktu,
dan peraturan tanpa melakukan sosialisasi dan Berkurangnya praktek-praktek korupsi, tata
publikasi yang berkelanjutan, sehingga terdapat hubungan yang lebih ramping, peningkatan
gap antara pemerintah dan wajib pajak. efisiensi pemerintah di semua proses belanja
sektor publik, efisisensi dalam skala ruang dan teknologi karena memudahkan pelaksanaan
waktu, struktur dan organisasi informasi yang proses bisnis dan meningkatkan kemampuan
tersistematisasi dan peningkatan manajemen kompetitif.
dari sumber daya baik dari sisi peningkatan
bidang kendali maupun sumber daya Daftar Pustaka
organisasinya. Ayee, Joseph R. A. 2008. Building Tax
Sejalan dengan penelitian sebelumnya Compliance through Reciprocity with
yang menyatakan bahwa upaya yang dilakukan Government. University of Ghana, Legon.
oleh Direktorat Jenderal Pajak yang dituntut B. Ilyas, Wirawan dan Richard Burton. 2007.
untuk dapat mengakomodasi keinginan Hukum Pajak. Salemba Empat: Jakarta
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan Gunadi, Prof. Dr. 2012. Keberhasilan Pajak
yang baik, khususnya pelayanan publik yang Tergantung Partisipasi Masyarakatnya,
diberikan oleh pemerintah, telah melakukan dalam Perspektif Baru. http://www.
berbagai upaya untuk mendapatkan solusi yang perpsektif.net/articles/view.asp?id=431
tepat yaitu dengan penerapan Good Governace Harinurdin, Erwin. 2009. Perilaku Kepatuhan
pada setiap pelayanan yang diberikan (Siagian, Wajib Pajak Badan, Bisnis & Birokrasi,
2008). Penerapan Good governance dapat Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,
terlaksana dengan baik dengan dukungan dari Mei-Agustus 2009, hlm 96-104 Volume 16,
sumber daya manusia dan sistem teknologi Nomor 2.
informasi yang mendukung terbentuknya sistem Iskandar, Slamet. 2012. Sektor Jasa
administrasi modern. Sumber daya manusia Penyumbang Terbesar Kota Bogor. Majalah
dipersiapkan dengan matang untuk mendukung investasi.
reformasi administrasi perpajakan dengan James., I., Sanchez., dan Francisco Gomez.
diterapkannya sistem administrasi perpajakan 2008. Economic and Non-economic Factors
modern merupakan salah satu agenda utama in Tax Compliance. KYKLOS, 48(1): 8-18.
dalam blue print kebijakan DJP. Dibentuknya Nurmantu, Safri.2003. Pengantar Perpajakan,
suatu struktur organisasi yang bersifat one-size- Jakarta, Kelompok Yayasan Obor hal. 1
fits-all dalam menentukan kebijakan umum Pandey, V .2003., Relationship between
untuk menciptakan prinsip Good Governance Personality and Managerial Performance”,
yang pada dasarnya tidak hanya bergantung pada Central Test Psychology International, www.
pendekatan prinsip juga instrument organisasi centraltest.com/accessed_on_Mar02_2013.
yang termasuk di dalamnya yang harus secara Supriyanto. 2011. Pengantar Metodologi
efektif dapat memanfaatkan mereka agar bisa Penelitian Bisnis (revisi). Jakarta: Salemba
tercapai prinsip kepatuhan (Pamuk, 2008). Infotek.
Theresia, Rintha. 2009. Penerapan Good
5. Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi Governance Pada Direktorat Jenderal Pajak,
Hasil Penelitian http://lontarui.ac.id
Torgler, Benno 2003. Tax morale and
Berdasarkan perumusan masalah dan Institutions, Center for Research in
tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan Economics, Management and The Arts,
bahwa moralitas pajak adalah motivasi September 2003,hal.4.
instrinsik untuk membayar pajak yang Widodo, Widi. 2010. Moralitas, Budaya dan
timbul dari kewajiban moral atau keyakinan Kepatuhan Pajak. CV Alfabeta, Jakarta.
untuk berkontribusi kepada negara dengan Yamin, Sofyan. 2009. Generasi Baru Mengolah
membayar pajak. Budaya pajak merupakan Data Penelitian dengan Partial Least Square
keseluruhan interaksi formal dan informal Path Modeling : Aplikasi denganSoftware
dalam suatu institusi yang menghubungkan XLSTAT, SmartPLS, dan Visual PLS. Jakarta:
sistem perpajakan nasional dengan praktik Salemba Infotek.
hubungan antara aparatur pajak dengan wajib
pajak, dimana secara historis melekat dengan
budaya nasional, termasuk ketergantungan dan
ikatan yang terbentuk akibat interaksi yang
berkelanjutan, dan Penerapan good governance
akan lebih mengoptimalkan peranan informasi
1
Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
2
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta, Jl. Letda Natsir No.7 Nagrak, Gn. Putri Cibubur, Bogor
JEL Classification: This study aims to identify and analyze that information
D22 transparency, accountability, responsibility, fairness affect the
H30 performance of the cooperative. The method of sample selection in this
study was purposive sampling resulting in 124 samples of cooperative
Keywords: management. The data required in this study was obtained from the
Transparency, department of cooperatives in Sukabumi. Data analysis method used
accountability, is multiple linear regression. The results showed that accountability,
responsibility, transparency, accountability, and fairness significant effect on
fairness, and performance. The results of this study are expected to contribute to
performance . the implementation of good governance in cooperatives in Indonesia
ABSTRAK
Koperasi di Kota Sukabumi masih banyak Koperasi tersebut, baik dari keuangan maupun
yang kurang transparan dalam pelaporan informasi untuk para anggotanya. Penurunan
keuangan terbukti hanya beberapa Koperasi jumlah simpanan juga sangat berkaitan sekali
yang melaporkan laporan keuangan kepada dengan akuntabilitas dari kinerja koperasi
Dinas Koperasi Kota Sukabumi. Begitu pula tersebut. Kurang keprofesionalan dari para
akuntabilitas dan pertanggungjawaban pada pengurus menyebabkan kurangnya rasa percaya
Koperasi masih jauh dari yang diharapkan, dari anggota untuk menyimpan dananya di
banyak Koperasi yang masih terkesan lari koperasi. Akibatnya jumlah simpanan di dalam
dari tanggung jawab dengan tidak melaporkan koperasi menurun dan dana yang disalurkan ke
selisih hasil usaha pada Dinas Koperasi dan anggota pun menurun juga.
juga tidak jelasnya laporan keuangan yang Pertanggungjawaban di dalam
dipublikasikan kepada anggotanya. Dengan pengelolaan koperasi terhadap prinsip korporasi
demikian Koperasi tersebut secara otomatis yang sehat serta peraturan perundangan
tidak menjalankan fungsinya yang tertuang yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini
dalam Undang-UndangNomor 25 tentang termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak,
pertanggungjawaban. hubungan industrial, perlindungan lingkungan
Profesionalisme karyawan juga sangat hidup, kesehatan/ keselamatan kerja, standar
diperlukan dalam menunjang kemajuan dari penggajian, dan persaingan yang sehat. Banyak
koperasi, banyak di antara koperasi di Kota dipandang sebelah mata yang menyebabkan
Sukabumi yang masih memiliki sistem yang banyak sekali anggota yang loyal keluar dari
sangat sederhana. Bahkan masih cenderung keanggotaannya. Oleh karena itu dengan
tradisional dan apabila dibenturkan oleh adanya fakta penurunan jumlah anggota maka
masalah cepat sekali robohnya. Itu di buktikan kinerja koperasi di kota Sukabumi perlu
dengan penurunan jumlah koperasi yang ada di melakukan perbaikan.
Kota Sukabumi. Banyak sekali koperasi yang tercatat
Selain faktor di atas, ada juga faktor akan tetapi tidak memberikan dampak yang
lain atau variabel lainnya yang diduga kuat signifikan dari pertumbuhannya. Kemandirian
mempengaruhi kinerja adalah kultur organisasi, pada tubuh koperasi yang di kuatkan dengan
nilai-nilai, sistem dan proses.Faktor-faktor Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 dalam
tersebut secara singkat dapat disebut sebagai nilai dasar koperasi jelas tidak terlaksana sama
good corporate governance.Menurut sekali. Terbukti koperasi yang bermunculan
Suprayitno., et al. (2009) IICG (The Indonesian setelah satu tahun berjalan gaungnya sudah
Institute for Corporate Governance), tidak ada lagi. Itu menunjukkan kurang baiknya
pengertian Good Corporate Governance dapat kinerja koperasi.
didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses Adanya kejelasan hak-hak stakeholder
yang digunakan oleh organisasi perusahaan berdasarkan sistem hukum dan penegakan
sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah peraturan untuk melindungi hak-hak investor
perusahaan secara berkesinambungan dalam khususnya pemegang saham minoritas dari
jangka panjang, dengan tetap memperhatikan berbagai bentuk kecurangan. Bentuk kecurangan
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan ini bisa berupa insider trading (transaksi yang
peraturan perundangan dan norma yang melibatkan informasi orang dalam), fraud
berlaku. Sedangkan menurut Indra Surya (penipuan), dilusi saham (nilai perusahaan
(2006:25), good corporate governance terkait berkurang), korupsi-kolusi-nepotisme (KKN),
dengan pengambilan keputusan yang efektif. atau keputusan-keputusan yang dapat merugikan
Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, seperti pembelian kembali saham yang telah
sistem. Berbagai proses, kebijakan-kebijakan dikeluarkan, penerbitan saham baru, merger,
dan struktur organisasi, yang bertujuan akuisisi, atau pengambil-alihan perusahaan
untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, lain kerap terjadi. Dengan kurangnya informasi
efisiensi dan efektif dalam mengelola resiko yang didapat membuat anggota seakan-akan
dan bertanggungjawab dengan memperhatikan hanyalah konsumen saja atau nasabah saja tidak
kepentingan stakeholder. lebih dari itu.
Penurunan jumlah anggota Koperasi Berdasarkan beberapa penelitian
merupakan indikator yang sangat penting tentang tata kelola perusahaan dan hasil
terhadap kinerja Koperasi dari segi transparasi di observasi awal penerapan tata kelola di perasi,
maka penting untuk ditemukan suatu bukti privat atas kontrol. Manfaat privat inilah yang
empiris tetntang pengaruh prinsip-prinsip tata mendorong pemegang saham pengendali
kelola yang baik terhadap kinerja Koperasi. Kota untuk mempertahankan kontrol perusahaan.
Sukabumi digunakan sebagai sampel penelitian Manfaat privat atas kontrol lebih besar apabila
dengan pertimbangan bahwa perkembangan kepemilikannya terkonsentrasi.Secara empiris
koperasi di Sukabumi lebih pesat dibandingkan terbukti bahwa konsentrasi kepemilikan terjadi
kota lainnya di Jawa Barat. Hasil penelitian di banyak negara seperti yang ditemukan oleh
diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam La Porta et al. (1999), Claessens et al. (2000a),
penerapan tata kelola yang baik pada koperasi serta Faccio dan Lang (2002). Pemegang
di Indonesia. saham pengendali memiliki kontrol terhadap
perusahaan melebihi hak aliran kasnya. Dengan
2.. Telaah Teori dan Pengujian Hipotesis konsentrasi kepemilikan seperti ini, muncul
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) konflik keagenan antara pemegang saham
pengendali dengan pemegang saham non
Pada saat manajer-pemilik adalah pengendali.
pemegang saham tunggal, maka masalah
keagenan tidak ada dalam perusahaan 2.2 Kinerja
(Jensen dan Meckling, 1976).Namun, apabila Terkait dengan tujuan program dan
kepemilikan tersebar yaitu kepemilikan berada pencapaian kinerja, Michael West (Srikandi
di tangan pemegang sahamdan kontrol di tangan Waluyo,1998:140) memberi penegasan
manajemen, maka masalah keagenan yang bahwa penentuan tujuan sangat berpengaruh
kemungkinan muncul adalah antara pemegang pada kinerja, sehingga perumusan tujuan
saham dan manajemen. Kepemilikan berada harus spesifik, dengan perencanaan yang
pada pemegang saham dan kontrol berada jelas dan terukur, relevan terhadap isu dan
pada manajemen. Jensen dan Meckling (1976) berdasarkan pada perkiraan waktu. Menurut
mengidentifikasi hal tersebut sebagai pemisahan Robert S. Kaplan seorang professor pimpinan
kepemilikan (ownership) dan kontrol (control). pengembangan pada Harvard Business School
Hal ini menimbulkan masalah keagenan dan David P.Norton seorang pimpinan akademi
antara pemegang saham sebagai prinsipal dan Renaissance Solutions,Inc. Combining.
manajemen sebagai agen. Prinsipal adalah Balanced scorecard merupakan kerangka
pihakyang mendelegasikan tanggung jawab manajemen yang menerjemahkan visi dan
kepada pihak lain (agen) untuk melakukan misi perusahaan ke dalam satu set pengukuran
suatu pekerjaan jasa dan diberi wewenang kinerja berdasarkan empat perspektif, yaitu
untuk mengambil keputusan. Agen adalah pihak perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
yang diberi tanggung jawab oleh pihak lain perspektif prosesbisnis internal, serta perspektif
(prinsipal) untuk melakukan pekerjaan yang pembelajaran dan pertumbuhan (Kaplan dan
dapat meningkatkan kesejahteraan prinsipal. Norton, 2001).
Di dalam model agensi, individu (pemegang Menurut Siagian (2007 : 305) disiplin
saham dan manajemen) diasumsikan kerja dirasakan penting, karena jika karyawan
termotivasi dengan keinginannya sendiri. tidak berdisiplin dapat mengganggu kinerja
Gilson dan Gordon (2003) mengemukakan karyawan dan stabilitas organisasi. Jika para
bahwa masalah keagenan dapat dilihat dari karyawan banyak yang tidak disiplin dalam
dua sisi, yaitu masalah keagenan pertama bekerja, maka hal itu dapat menyebabkan tidak
antara pemegang saham dan manajemen serta tercapainya tujuan organisasi. Widyatmini dan
masalah keagenan kedua antara pemegang Hakim (2008) dalam penelitiannya menyatakan
saham pengendali dan pemegang saham bahwa variabel kompensasi berpengaruh positif
non pengendali.Masalah keagenan antara secara signifikan terhadap variabel kinerja,
pemegang saham dan manajemen muncul yang artinya bahwa semakin tinggi upah yang
karena adanya pemisahan kepemilikan dan didapat, semakin tinggi kinerja. Penelitian
kontrol, sedangkan masalah keagenan antara yang dilakukan oleh Abbas and Yaqoob (2009)
pemegang saham pengendali dan pemegang menyimpulkan bahwa kompensasi merupakan
saham non pengendali muncul karena adanya salah satu faktor yang meningkatkan kinerja
insentif dan kemampuan pemegang saham karyawan.
pengendali untuk mendapatkan manfaat
dari Manajer Koperasi, Bagian kepegawean dikatakan Reliabel atau handal jika jawaban
dan Bendahara Koperasi. Didalam struktur seseorang terhadap pernyataan adalah
organisasi Koperasi minimal pengurus yang konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
ada adalah 3 dan staf yang di bawah pengurus 3. Uji Normalitas : Uji normalitas data
minimal 2 orang, jadi pada tiap Koperasi dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa
terdapat 5 responden. Kriteria responden- data sampel berasal dari populasi yang
responden yang di pilih dalam penelitian ini berdistribusi normal.Didalam model regresi,
adalah sebagai berikut : Koperasi di wilayah model regresi yang baik adalah memiliki
Kota Sukabumi, Pegawai Koperasi dari level distribusi normal atau mendekati normal.
atas hingga bawah, Masing masing Koperasi Untuk meningkatkan hasil uji normalitas
dipilih minimal 5 responden, Menjawab data maka peneliti menggunakan one sample
kuisioner dengan benar dan penuh terisi. kolmogorov smirnov tes, dengan kriteria :
Berdasarkan kriteria di atas maka disebar a) Jika asymp. Sig < 0,05 maka model
sebanyak 150 kuisioner di Kota Sukabumi. regresi tidak berdistribusi normal
Dan dari 150 kuisioner terkumpul sebanyak b) Jika asymp. Sig < 0,05 maka model
124 kuisioner. regresi berdistribusi normal.
Penelitian ini lebih menitik beratkan 4. Uji Multikolonieritas : Digunakan untuk
pada sumber data primer yaitu sumber data yang menguji apakah model regresi ditemukan
dikumpulkan langsung dari obyek penelitian adanya korelasi antar veriabel bebas
berupa kuisioner yang dibagikan kepada para (independent). Model regresi yang baik
responden. Kuisioner dipergunakan untuk seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
memperoleh informasi dari responden. Metode variabel bebas (tidak terjadi multikonieritas).
Pengumpulan Data Primer adalah data yang Jika variabel bebas saling berkorelasi,
diperoleh langsung oleh si peneliti dari obyek maka variabel-variabel ini tidak ortogonal
penelitian, dalam hal ini peneliti menggunakan adalah variabel bebas yang nilai korelasi
kuisioner dalam mengumpulkan data dari antar sesama variabel bebas sama dengan
para responden. Metode Pengumpulan Data nol. Pengambilan keputusan Melihat nilai
Sekunder merupakan data yang di ambil dari Tolerance
jurnal-jurnal, buku serta UU yang berlaku. a) Tidak terjadi Multikolinearitas, jika nilai
Tempat Penelitian akan dilaksanakan Tolerance lebih besar 0,10.
di kota Sukabumi dalam dua tahap meliputi b) Terjadi Multikolinearitas, jika nilai
(1) persiapan dan fisibilitas data yang akan Tolerance lebih kecil atau sama dengan
dikumpulkan, (2) pengumpulan data sekunder 0,10.
dari pencatatan yang ada serta data primer dari Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)
kuisioner dengan responden para manager a) Tidak terjadi Multikonieritas, jika nilai
serta karyawan yang ada di Koperasi di Kota VIF lebih kecil 10,00.
Sukabumi. Pelaksanaan penelitian selama 1 Terjadi Multikonieritas, jika nilai VIF
semester di tahun 2014. lebih besar atau sama dengan 10,00.
Dalam hal ini data dianalisis dengan 5. Uji Heteroskedastisitas : Digunakan untuk
menggunakan statistik deskriptif. Statistik menguji apakah ada ketidaksamaan varian
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi dari residual untuk semua pengamatan pada
suatu data yang di nilai dari nilai rata-rata model regresi. Serta untuk mengetahui
(mean), standar deviasi, varian, maksimum, adanya penyimpangan dari syarat-syarat
minimum, sum, range, kurtosis, dan keoness asumsi klasik pada model regresi, di mana
(kemencengan distribusi) (Imam Gozali, 2009). dalam model regresi harus dipenuhi syarat
1. Uji Validitas : Uji Validitas digunakan untuk tidak adanya heteroskedastisitas. Jika pada
mengukur sah atau valid tidaknya suatu grafik terdapat pada titik yang membentuk
kuisioner. Suatukuisioner dikatakan valid suatu pola tertentu dan teratur (bergelombang,
jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk melebar, kemudian menyempit), maka telah
mengungkapakan sesuatu yang akan diukur terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya jika
oleh kuisioner tersebut. (Imam Ghozali :52) tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
2. Uji Reliabilitas : adalah alat untuk mengukur menyebar di atas dan dibawah angka nol pada
suatu kuisioner yang merupakan indicator sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas.
dari Variabel atau konstruk. Suatu kuisioner 6. Uji Hipotesis : Pengujian hipotesis dilakukan
sementara itu nilai rata-rata standar deviasi nilai variance dari kinerja adalah sebesar
dari transparasi adalah 11.94673 dan 6.027.
2.383182 yang menunjukan data tersebut
mempunyai sebaran yang luas. Sedangkan Hasil Uji Asumsi Klasik
nilai variance dari transparansi adalah
sebesar 5.680. Untuk pembahasan dari hasil analisis ini
d. Kewajaran mempunyai nilai minimum terlebih dahulu melakukan pengujian terhadap
sebesar 6.132 yang terjadi pada koperasi- pelanggaran asumsi klasik. Pelanggaran
koperasi kota Sukabumi. Nilai maksimum terhadap asumsi klasik ini menyebabkan
kewajaran pada koperasi di kota Sukabumi hasil estimasi menjadi tidak akurat, sehingga
sebesar 16.526 . sementara itu nilai rata- memerlukan penanggulangan sebelum model
rata standar deviasi dari kewajaran adalah tersebut digunakan untuk pengujian hipotesis.
11.37606 dan .207204 yang menunjukan a. Hasil Uji Normalitas
data tersebut mempunyai sebaran yang luas. Hasil uji distribusi data normal
Sedangkan nilai variance dari kewajaran dilakukan dengan one sample kolmogorov
adalah sebesar 5.324. smirnov test menunjukan bahwa besarnya
e. Kinerja mempunyai nilai minimum sebesar nilai kolgomorov-Smirnov adalah 0,078
7.981 yang terjadi pada koperasi-koperasi dengan Asymp.sig 0,062 Sesuai dengan
kota Sukabumi. Nilai maksimum kinerja persyaratan uji distribusi data normal
pada koperasi di kota Sukabumi sebesar menggunakan one sample kolmogorov
18.582 . sementara itu nilai rata-rata standar smirnov test, karena nilai Asymp. Sig 0,062
deviasi dari kewajaran adalah 13.51379 dan maka model regresi dinyatakan terdistribusi
2.454820 yang menunjukan data tersebut normal.
mempunyai sebaran yang luas. Sedangkan
Gambar 2.
Grafik Normalitas
Dari grafik normalitas di atas dapat kita bisa di artikan distribusi data kinerja adalah
lihat bahwa titik menyebar di sekitar garis normal.
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. b. Hasil Uji Multikolinieritas
Nilai probabilitas pengamatan letaknya Untuk melihat gejala multikolinearitas
tidak jauh bahkan sebagian besar ada yang antar variabel dalam penelitian ini dapat
menempel pada garis diagonal sebagai dilihat dari hasil Collinearitu Statistics.
nilai probabilitas harapan yang merupakan Berikut disajikan nilai tolerance dan VIF
potongan antara garis probabilitas harapan pada asing-masig variabel seperti terlihat
dan probabilitas pengamatan, sehingga pada tabel berikut ini :
Dari pengolahan data maka diperoleh menunjukan hal yang sama, tidak ada
nilai Tolerance untuk variabel transparansi, satupun veriabel independen yang memiliki
akuntabilitas, pertanggungjawaban, fairness nilai VIF lebih dari 10 yaitu 1,8, 2,1, 1,6, dan
atau kewajaran yaitu 0,566, 0,469, 0,608, 1,7 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
0,586 dengan demikian tidak ada variable multikolinieritas antara variable independen
independen yang memiliki nilai tolerance dalam model regresi.
kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
korelasi antara variable independen yang Hasil Uji Heterokedastisitas yang
nilainya lebih dari 95%. Sedangkan hasil dilakukan pengujian oleh peneliti
perhitungan verian inflation factor juga menunjukan hasil sebagai berikut
Gambar 3.
Scatter Plot Heteroskedastisitas
Dengan melihat gambar di atas sedangkan F tabel 2,29 sehingga F hitung >
maka dapat kita ketahui bahwa titik-titik F tabel, yaitu 26,61 > 2,33 dan probabilitas
menyebar secara acak tersebar baik diatas jauh lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka
maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, hal model regresi dapat digunakan untuk
ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi memprediksi kinerja koperasi, atau dapat
heteroskedastisitas pada model regresi. dikatakan bahwa transparansi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban dan kewajaran secara
Hasil Pengujian Hipotesis bersama-sama berpengaruh signifikan
a. Hasil Uji F (Simultan) terhadap kinerja koperasi.
Dalam hal ini Uji F pada dasarnya b. Hasil Uji t (Parsial)
menunjukan apakah semua variable Berdasarkan analisa statistik variabel
independen yang dimasukan dalam model independen transparansi, akuntabilitas,
mempunyai pengaruh secara bersama-sama pertanggungjawaban dan kewajaran,
terhadap variabel dependen nya. Hasil berpengaruh signifikan terhadap variabel
menunjukkan nilai p-value 0,000 sehingga dependen, yaitu kinerja, dengan tingkat
secara bersama-sama semua variabel signifikasi 0,005, 0,040, 0,046, dan 0,012 hal
diterapkan akan berpengaruh terhadap ini dikarenakan sig t variabel transparansi,
model. Dengan hasil analisis regresi diketahui akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan
N(124), K(5) Dengan df= n-k-1(118) dapat kewajaran lebih kecil dari tinggkat signifikasi
diketahui pula bahwa secara bersama-sama sebesar 0,05 dengan p-value 0,000
variabel independen memiliki pengaruh a) Transparansi X1 : Berdasarkan parameter
signifikan terhadap variabel dependen. Hal statistic pada variabel uji t di atas terihat
ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar bahwa t terhitung variabel transparansi
26,61 dengan nilai signifikan sebesar 0,0000, adalah 2,84, dengan menggunakan
α=0,05%(n-k-l) diketahui nilai t tabel 5% karena itu secara otomatis R Adjusted Square
(124-5-1) = 1,657 sehingga disimpulkan lebih kecil dari R Square.
t hitung > tabel atau 2,84 >1,657 atau Berdasarkan rumusan masalah
HO ditolak dan Ha diterima, artinya dan hipotesis yang dikemukakan dalam
transparansi mempunyai pengaruh bab sebelumnya, untuk menganalisa data
signifikan terhadap kinerja koperasi. dipergunakan analisa regresi berganda diperoleh
b) Akuntabilitas X2 : Berdasarkan parameter hasil sebagai berikut:
statistic t terhitung variabel akuntabilitas Model regresi :
adalah 2,08 dengan menggunakan a = Y= α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ e
0,05% (n-k-l) diketahui nilai t tabel 5% Kinerja = 3,20 + 0,251 Transparansi + 0,211
(124-5-1) = 1,657, sehingga disimpulkan Akuntabilitas + 0,178 Pertanggungjawab +
t terhitung > t tabel atau 2,08 > 1,657 0,236 Kewajaran. Pada persamaan diatas dapat
atau HO ditolak dan Ha diterima, artinya di artikan sebagai berikut :
akuntabilitas secara parsial mempunyai 1. Nilai konstanta a = 3,203 memberi arti
pengaruh signifikan terhadap kinerja bahwa jika variable bebas diabaikan
koperasi. atau apabila transparansi, akuntabilitas,
c) Pertanggungjawaban X3 : Berdasarkan pertanggungjawaban, dan kewajaran tidak
parameter statistic t terhitung variabel berubah maka kinerja koperasi akan bernilai
pertanggungjawaban adalah 2,02 dengan 3,203
menggunakan a = 0,05% (n-k-l) diketahui 2. Nilai koefisien transparansi sebesar 0,251
nilai t tabel 5% (124-5-1) = 1,657 angka ini menunjukan bahwa transparansi
sehingga dismpulkan t terhitung > t tabel mempunyai hubungan yang positif dengan
atau 2,02 > 1,657 atau HO ditolak dan Ha kinerja koperasi, ini berarti bahwa apabila
diterima, artinya pertanggungjawaban akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kewajaran konstan atau tetap maka kinerja
kinerja koperasi. koperasi akan mengalami kenaikan sebesar
d) Kewajaran X4 : Berdasarkan parameter 25,1%
statistic t terhitung variabel Kewajaran 3. Nilai koefisien akuntabilitas sebesar 0,211
adalah 2,55 dengan menggunakan angka ini menunjukan bahwa akuntabilitas
a = 0,05% (n-k-l) diketahui nilai t mempunyai hubungan yang positif dengan
tabel 5% (124-5-1) = 1,657 sehingga kinerja koperasi, ini berarti bahwa apabila
disimpulkan t terhitung > t tabel atau transparansi, pertanggungjawaban, dan
2,55 > 1,657 atau HO ditolak dan Ha kewajaran konstan atau tetap maka kinerja
diterima, artinya kewajaran mempunyai koperasi akan mengalami kenaikan sebesar
pengaruh signifikan terhadap kinerja 21,1%
koperasi. 4. Nilai koefisien pertanggungjawaban
sebesar 0,178 angka ini menunjukan bahwa
Hasil Uji Determinasi pertanggungjawaban mempunyai hubungan
Uji Adjusted R-Square : Berdasarkan yang positif dengan kinerja koperasi,
olah data dengan menggunakan SPSS maka ini berarti bahwa apabila transparansi,
dapat diketahui nilai Adjusted R Square akuntabilitas, dan kewajaran konstan atau
(Adjusted R2) sebesar 0,454 ( 45,4%). tetap maka kinerja koperasi akan mengalami
Artinya kontribusi pengaruh semua variabel kenaikan sebesar 17,8%
independen (transparansi, akuntabilitas, 5. Nilai koefisien kewajaran sebesar 0,236
pertanggungjawaban, fairness) terhadap angka ini menunjukan bahwa kewajaran
variabel dependen kinerja adalah sebesar mempunyai hubungan yang positif
45,4%. Sedangkan sisanya sebesar 54,6% dengan kinerja koperasi, ini berarti bahwa
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak apabila transparansi, akuntabilitas, dan
diteliti. Dikarenakan R square dipengaruhi oleh pertanggungjawaban, konstan atau tetap
penambahan jumlah variabel, maka apabila maka kinerja koperasi akan mengalami
ada penambahan variabel maka R-Square akan kenaikan sebesar 23,6%
meningkat,sedangkan R Adjusted Square tidak
terpengaruh oleh penambahan variabel. Oleh
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian kinerja koperasi secara parsial. laporan yang
akuntabel sangat menunjang keberlangsungan
Berdasarkan penelitian menyatakan perusahaan. Dengan laporan yang akuntabel
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan maka semakin dipercayanya koperasi tersebut
antara keterbukaan informasi (transparansi) oleh masyarakat, semakin akuntabel loporan
,akuntabilitas, pertanggung jawaban, dan juga akan semakin meningkatkan gairah dari
kewajaran secara simultan terhadap kinerja karyawan untuk bekerja lebih giat lagi. Dan
koperasi. Itu sesuai dengan teori yang di didalam teori yang dikemukakan oleh world
nyatakan oleh Komite Nasional Kebijakan Bank (dalam UNESCAP, 2002) Mendefinisikan
Governance atau KNKG, 2006, hal 2, prinsip- akuntabilitas sebagai “The ability to call public
prinsip tatakelola perusahaan yang baik ini official, private employers, or service and use
antara lain (tim KNKG, 2006, hal 5) adalah of funds.” Sedangkan menurut UU No 28 tahun
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, 2000 tentang penyelenggaraan pemerintah
independensi kewajaran dan kesetaraan. Yang yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi
apabila kesemuanya berjalan dengan baik maka dan nepotisme, akuntabilitas adalah asas yang
akan mempengaruhi kinerja kearah yang baik. menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian akhir dari kegiatan. Penyelenggaraan Negara
Komang Meitradi Setyawan1 I Gusti Ayu Made harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
Asri Dwija Putri2 2013 yang meneliti tentang masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
pengaruh good corporate governance terhadap kekuasaan tertinggi Negara sesuai dengan
kinerja keuangan Lembaga Perkreditan Desadi ketentuan peraturan perundang-undangan
kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. yang berlaku. Hasil penelitian ini mendukung
Kedua, diperoleh hasil yang menyatakan pendapat dari penelitian CUI-ITB Departemen
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan Teknik Planologi ITB Bandung (2004)yang
antara keterbukaan informasi (transparansi) meneliti tentang “Keterkaitan Akuntabilitas
terhadap kinerja koperasi secara parsial. dan Tranparansi dalam Pencapaian Good
Keterbukaan informasi sangatlah berpengaruh Governance.
terhadap kinerja, semakin transparan atau Hasil penelitian keempat menyatakan
terbuka suatu perusahaan maka kinerja dari terdapat pengaruh signifikan pertanggung
karyawan akan semakin baik. Berdasarkan jawaban terhadap kinerja koperasi secara
teori yang dinyatakan jurnal ITB Departemen parsial. Pertanggungjawaban sangatlah penting
Teknik Planologi transparansi akan tercapai artinya didalam menjalankan roda perusahaan
dengan cara membagi atau menyebarkan dalam hal ini koperasi, dengan adanya
informasi dan bertindak dengan cara yang pertanggungjawaban maka akan bias terukur
terbuka. Hal tersebut berarti memperbolehkan seberapa sukses perusahaan dalam beroperasi
para stakholder untuk memperoleh informasi. dalam periode waktu tertentu. Menurut Hansen
Sistem yang transparan memiliki prosedur yang dan Mowen (2005:116) definisi akuntansi
jelas dalam pengambilan keputusan publik dan pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:
adanya saluran komunikasi yang terbuka antara ”Akuntansi pertanggungjawaban adalah
berbagai stakeholder dengan aksesibilitas yang sistem yang mengukur berbagai hasil yang
baik terhadap sumber informasi. Transparansi dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban
dibangun berdasarkan kebebasan untuk menurut informasi yang dibutuhkan oleh
memperoleh informasi. Proses kelembagaan, para manajer untuk mengoperasikan pusat
dan informasi tersedia secara langsung terutama pertanggungjawaban mereka.” Hasil penelitian
bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil tersebut juga di dukung oleh penelitian yang
penelitian ini sesuai dengan penelitian dari dilakukan Ardiani dan Wirasedana (2013)
Ruth Tria Enjelina Girsang (2013)yang meneliti tentang pengaruh penerapan akuntansi
tentang “Pelaksanaan Prinsip Transparansi pertanggungjawaban terhadap efktivitas dan
sebagai salah satu bentuk prinsip Good pengendalian biaya. Berikutnya, hasil penelitian
Corporate Governance pada PT. Semen Gresik diperoleh hasil terdapat pengaruh yang
(Persero) Tbk. signifikan kewajaran terhadap kinerja koperasi
Ketiga, diperoleh hasil yang secara parsial dalam hal ini tingkat kewajaran
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang atau keadilan di tubuh koperasi memang
signifikan antara akuntabilitas terhadap sangatlah penting peranannya. Dengan semakin
adil suatu koperasi terhadap anggota ataupun yang lebih besar akan menggabarkan kondisi
penguru maka tingkat loyalitas nyapun akan secara nyata. Pada peneliti-peneliti berikutnya
semakin tinggi dan itu berpengaruh terhadap perlu diperhatikan beberapa hal antara lain :
kinerja karyawan yang semakin meningkat pula. 1. Penelitian tidak hanya pada kota Sukabumi
Dengan terjadi peningkatan kinerja karyawan saja tetapi meliputi kabupaten sukabumi
maka pertumbuhan koperasipun akan semakin yang memang wilayahnya cukup luas.
meningkat. Di dalam peraturan Menteri Negara 2. Responden dalam penelitian sebaiknya
Badan Usaha Milik Negara Nomor: per 01/ diperbanyak agar kualitas dari penelitian
MBU/2011 tentang tata kelola perusahaan yang semakin akurat.
baik: Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan 3. Melakukan wawancara langsung dengan
dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak responden menambah semakin akuratnya
Pemangku Kepentingan (Stakeholders) yang data, serta laporan RAT dari koperasi bisa
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan sebagai acuan juga dalam penelitian.
perundang-undangan. dalam UU No25 tahun Kepada pengurus koperasi diharapkan
1992 bagian kedua prinsip koperasi Pasal akan lebih memperhatikan keadilan dan
5 menyatakan bahwa pembagian sisa hasil keterbukaan di segala hal agar anggota akan
usaha dilakukan secara adil sebanding dengan merasa percaya kepada pengurus koperasi.
besarnya jasa usaha masing-masing anggota. Kepada anggota koperasi bahwa transparansi
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian akuntabilitas pertanggungjawaban dan
yang dilakukan oleh Sutarti, Enjang Tachyan kewajaran (keadilan) akan sangat berpengaruh
B. dan Adilah Saesar pada tahun 2012 yang terhadap kinerja koperasi, dan bisa dijadikan
meneliti tentang “Evaluasi atas Penerapan acuan untuk kemajuan koperasi mendatang.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101 Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan
dalam Kaitannya dengan Kewajaran Penyajian tentang pertumbuhan dari koperasi di wilayah
Laporan Keuangan pada PT. Bank Jabar Banten kota Sukabumi pada khususnya yang
Syariah. berkaitan dengan transparansi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban dan kewajaran (keadilan)
5. Simpulan, Keterbatasan Dan Implikasi dengan meminta laporan RAT pada tiap taun
Hasil Penelitian nya. Bagi akademisi penelitian ini bisa dijadikan
Berdasarkan hasil penelitian acuan untuk melakukan penelitian yang lebih
yang telah dilakukan oleh peneliti, maka mendalam dan lebih sempurna lagi
penelitian menyimpulkan bahwa transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban dan Daftar Pustaka
kewajaran berpengaruh signifikan terhadap Ardiani, Ni Made Suari dan Wirasedana, I
kinerja koperasi secara simultan. Terdapat Wayan Pradnyantha, 2013. “Pengaruh
pengaruh signifikan antara trasparansi Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
(keterbukaan informasi) terhadap kinerja secara terhadap Efektivitas Pengendalian Biaya.”E-
parsial. Terdapat pengaruh yang signifikan Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3
antara akuntabilitas terhadap kinerja koperasi (2013):561-573.
secara parsial. Terdapat pengaruh signifikan Arikunto, Suharsimi,2005, Manajemen
antara pertanggungjawaban terhadap kinerja Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.
koperasi secara parsial. terdapat pengaruh Brigham & Houston, 2001. Manajemen
signifikan antara kewajaran terhadap kinerja Keuangan. Yogyakarta: Eralangga.
koperasi secara parsial. CUI-ITB, Departemen Teknik Planologi
Penelitian ini memiliki keterbatasan ITB, 2004.“Keterkaitan Akuntabilitas dan
dalam menggunakan metode kuisioner sehingga Transparansi dalam Pencapaian Good
kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan Governance.”Jurnal Perencanaan Wilayah
pada data yang terkumpul melalui penggunaan dan Kota Vol. 15 No. 1 2004, hlm.34-47.
instrument tertulis. Jumlah responden penelitian Girsang, Ruth Tria Enjelina, 2013. Pelaksanaan
yang memang cukup kecil yaitu sebesar (124 Prinsip Transparansi sebagai salah satu
responden), sehingga data yang diperoleh Bentuk Prinsip Good Corporate Governance
belum menggambarkan kondisi secara luas, pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
karena dengan menggunakan jumlah responden Malang: Universitas Brawijaya.
Ghozali, Imam 2013, Aplikasi Analisis Penyajian Laporan Keuangan pada PT.
Multivariate Dengan Program SPSS21, Bank Jabar banten Syariah.”Jurnal Ilmiah
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Ranggagading, Volume 12 N. 2 Oktober
Semarang. 2012:102-109.
Handoko, T Hani, 2003. Manajemen. Undang-Undang Koperasi Nomor 25Tahun
Yogyakarta: BPFE. 2012.
Kaplan, R.S., and Norton D.V.,1996. Translating UNDP, 1994, Governance for Sustainable
Strategy into Action: Balanced Scorecard. Human Development. UNDP Policy
Boston: Harvard College. Document online. http://www.magnet.undp.
Kaplan, R.S., and Norton D.V., 2000. Having org/policy/chapter1.htm{6september2003}.
Trouble with Your Strategy? ThenMap It, www.kota sukabumi dalam angka 2012.com
Harvard Business Review on Measuring www.sienconsultant.ucoz.com
Corporate Performance, 7, Boston: Harvard
Business School Press.
Kaplan, R.S., and Norton D.V., 2004. Strategy
Maps: Converting Intangible Assets into
Tangible Outcomes. Boston: Harvard
Business Scholl Press.
Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG),2006 Pedoman umum good
Corporate Governance Indonesia, Jakarta
Kuntjojo. 2009. Metodologi Penelitian.
Universitas Nusantara PGRI Kediri. Kediri.
Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen.
Yogyakarta: Salemba Empat.
Mulyadi, 2001. Balanced Scorecard:
Alat Manajemen Kontemporer untuk
Pelipatganda Kinerja Keuangan
Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Perda No. 3 Tahun 2002. Transparansi
Penyelenggaraan Pemerintahan Kota
Gorontalo, Pemkot Gorontalo.
Priyatno,Duwi,2010 ,Paham Analisa Statistik
Data Dengan SPSS, Mediakom, Yogyakarta.
Pos Kota, 2012, www.m.poskotanews.
com/2012/03/29
Ridwan, 2006, Metode dan Teknik Menyusun
Tesis, Alfabeta, Bandung.
Setyawan, Komang Meitradi dan Putri, I
GustiAyu made Asri Dwija, 2013. “Pengaruh
Good Corporate Governance terhadap
Kinerja Keuangan Lembaga Perkreditan
Desa di Kecamatan Mengwi Kabupaten
Badung.”E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 5.3 (2013):586-598.
Siagian, Sondang P. 1996. Filsafat Administrasi.
Jakarta:PT.Gunung Agung.
Siagian, Sondang P.1997. Organisasi,
Kepemimpinan & Perilaku Administrasi.
Jakarta : PT.Gunung Agung.
Sutarti, Enjang Tachyan, dan Adilah
Saesar, 2012. “Evaluasi Atas Penerapan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
101 dalam Kaitannya dengan Kewajaran
1,2
Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
ABSTRAK
adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan yang cukup baik dari tahun ke tahun, walaupun
jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, perkembangannya masih lamban dibandingkan
baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun dengan saham. Perkembangan yang lamban
modal sendiri (saham) yang diterbitkan merupakan kendala kondisi pasar obligasi yang
pemerintah dan perusahaan swasta (Husnan, tersedia belum dioptimalkan oleh pelaku pasar
2003). modal dan pemahaman mengenai intrumen
Diantara pasar keuangan yang ada, saat obligasi dikalangan masyarakat umum yang
ini pasar obligasi mengalami perkembangan masih terbatas (Raharjo, 2004).
Tabel 1
Perkembangan Obligasi
Tabel diatas merupakan data dari Bursa rating perusahaan yang default tersebut. Per
Efek Indonesia (BEI), obligasi pemerintah Juni 2008 dan 2009, peringkat obligasi PT
maupun obligasi perusahaan mengalami Mobile-8 Telecom Tbk pada Indonesian Bond
peningkatan tiap tahunnya. Meskipun demikian Market Directory adalah idBBB+. Per Juni
obligasi tetap memiliki resiko. Salah satu 2010, peringkatnya diturunkan menjadi idD.
resiko tersebut adalah ketidakmampuan PT Pefindo secara umum, dalam menilai
perusahaan untuk melunasi obligasi atau resiko peringkat perusahaan mencakup tiga risiko
gagal bayar (default). Agar investor memiliki utama penilaian, yaitu risiko industri (industry
gambaran tingkat risiko ketidakmampuan risks), risiko bisnis (business risks), dan risiko
perusahaan dalam membayar, maka di dalam finansial (financial risks), namun belum ada
dunia surat hutang atau obligasi dikenal suatu penjelasan lebih lanjut mengenai aspek mana
tingkat yang menggambarkan kemampuan yang lebih diutamakan dalam pemeringkatan
bayar perusahaan penerbit obligasi. Tingkat dan agen pemeringkat tidak menyebutkan
kemampuan membayar kewajiban tersebut lebih lanjut bagaimana laporan keuangan
dikenal dengan istilah peringkat obligasi (Sejati, dapat digunakan dalam menentukan peringkat
2010). Fenomena terkait peringkat obligasi di obligasi. Tujuan penelitian ini adalah menguji
Indonesia terjadi pada beberapa emiten yang salah satu aspek yang digunakan Pefindo
memiliki peringkat layak investasi (investment dalam penilaian, yaitu aspek keuangan. Dari
grade) tetapi mengalami gagal bayar (default). beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan
Tahun 2009, obligasi gagal bayar (default) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadi pada PT Mobile -8 Telecom Tbk, telah peringkat obligasi berbeda-beda dan beberapa
gagal bayar 2 kali untuk kupon 15 maret 2009 hasilnya belum konklusif, sehingga peneliti
dan 15 juni 2009 dengan obligasi senilai Rp tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
675 miliar yang jatuh tempo maret 2012. PT dengan variabel yang akan digunakan dalam
Davomas Abadi Tbk, obligasi senilai 235 juta penelitian ini yaitu profitabilitas, likuiditas,
dolar untuk jatuh tempo 2011 telah gagal bayar leverage, dan menambahkan variabel ukuran
sebesar 13,09 juta untuk kupon 5 mei 2009 perusahaan. Perbedaan dengan penelitian
(Kompasiana, 9 Februari 2010). Akibatnya sebelumnya yaitu teknik analisis data dengan
PT Pemeringkat Efek Indonesia menurunkan menggunakan regresi logistik ordinal, dari
Semakin tinggi peringkat obligasi, semakin Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
menunjukkan bahwa obligasi tersebut terhindar Di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat
dari risiko default. obligasi yaitu PEFINDO Pemeringkat Efek
Berdasarkan Keputusan Ketua Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating.
BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor: Lembaga pemeringkat memberikan peringkat
135/BL/2006 Tentang “Pemeringkatan Atas obligasi setiap satu tahun sekali selama obligasi
Efek Bersifat Utang” menyatakan bahwa tersebut belum lunas. Pemeringkatan antara
emiten yang akan menerbitkan obligasi wajib perusahaan satu dan lainnya dilakukan serentak
memperoleh pemeringkatan obligasi. Hasil seluruh perusahaan melainkan secara terpisah
pemeringkatan tersebut diterbitkan oleh sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
lembaga pemeringkat yang telah mendapat izin masing-masing perusahaan dengan lembaga
usaha sebagai lembaga pemeringkat dari Badan rating.
Tabel 2
Definisi Peringkat Obligasi PT Pefindo
AAA Efek utang dengan peringkat AAA merupakan efek utang peringkat tertinggi dari Pefindo yang
didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk
memenuhi 4 kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan.
AA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi,
didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya
A Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan Obligor yang kuat dibandingkan
dengan entitas Indonesia lainnya untuk mememenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai
dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan
BBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampuan Obligor yang memadai relatif dibandingkan
dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut
dapat diperlemah oleh keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan
BB Efek utang dengan peringkat BB menunjukkan dukungan kemampuan Obligor yang agak lemah
relatif dibandingkan dengan entitas lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya
sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang
keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu
B Efek utang dengan peringkat B menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walaupun
obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya,
namun adanya perubahan keadaan bisnis dari perekonomian yang merugikan akan memperburuk
kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansialnya.
CCC Efek utang dengan peringkat CCC menunjukkan efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi
kewajiban finansialnya, serta hanya tergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.
D Efek utang dengan peringkat D menandakan efek utang yang macet. Perusahaan penerbit sudah
berhenti berusaha.
Sumber: www.pefindo.com
Tabel 3
Penelitian Terdahulu
Raharja dan Kemampuan Rasio Leverage, MDA Empat variabel rasio keuangan
Sari (2008) Keuangan dalam likuiditas, yang dapat membentuk model
Memprediksi solvabilitas, prediksi. Liabilities/ total assets;
Peringkat Obligasi profitabilitas, rasio Rasio leverage :long term
produktivitas
Adrian (2010) Analisis faktor-faktor Leverage, Regresi Hanya likuiditas dan umur
yang mempengaruhi profitabilitas, Logit obligasi yang berpengaruh
peringkat obligasi likuiditas, terhadap peringkat obligasi
pada perusahaan umur obligasi
manufaktur yang
terdaftar di BEI
Estiyanti dan Pengaruh Faktor Laba ditahan Ordinary Laba ditahan berpengaruh
Yasa (2012) Keuangan dan Non laba operasi Logistic positif pada peringkat obligasi
Keuangan pada aliran kas Regression sedangkan laba operasi, aliran
peringkat Obligasi di operasi kas operasi, likuiditas, total
BEI likuiditas asset, leverage, umur obligasi,
leverage, jaminan tidak berpengaruh pada
umur obligasi, peringkat obligasi
jaminan
peringkat yang diberikan terhadap perusahaan H3: Leverage berpengaruh terhadap prediksi
tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka peringkat obligasi
hipotesis alternatif dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: Hubungan antara Ukuran Perusahaan dan
H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi
prediksi peringkat obligasi Ukuran perusahaan merupakan salah
Hubungan antara Likuiditas dan Peringkat satu variabel akuntansi yang mempengaruhi
Obligasi peringkat obligasi. Ukuran perusahaan dapat
tercermin dari total aset, penjualan ataupun
Likuiditas menunjukkan kemampuan ekuitas yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
perusahaan untuk membayar kewajiban finansial Dengan ukuran perusahaan, investor dapat
jangka pendek tepat pada waktunya. Tingkat mengetahui kemampuan perusahaan dalam
likuiditas yang tinggi menandakan pelunasan membayar bunga obligasi secara periodik
kewajiban jangka pendek yang baik. Penelitian dan melunasi pokok pinjaman yang dapat
Purwaningsih (2008), menemukan hubungan meningkatkan peringkat obligasi perusahaan.
yang positif antara likuiditas dengan credit Menurut Almilia dan Devi (2007) ukuran
rating. Semakin tinggi likuiditas perusahaan, perusahaan juga bisa mempunyai korelasi
semakin baik pula peringkat obligasi yang terhadap tingkat risiko kebangkrutan atau
diberikan pada perusahaan tersebut. Burton et kegagalan sehingga dapat mempengaruhi
al (2000 dalam Devi, 2007) menyatakan bahwa rating obligasi. Jika jumlah asset, penjualan,
tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan atau ekuitas tersebut besar, maka logaritma
kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga terhadap jumlah tersebut digunakan untuk
secara finansial akan mempengaruhi prediksi tujuan penelitian. Berdasarkan uraian diatas,
peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif dalam penelitian ini
maka hipotesis alternatif dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
dapat dirumuskan sebagai berikut: H4: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
H2: Likuiditas berpengaruh terhadap prediksi prediksi peringkat obligasi
peringkat obligasi
Dari keseluruhan teoritik tentang
Hubungan antara Leverage dan Peringkat pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage, dan
Obligasi ukuran perusahaan terhadap prediksi peringkat
obligasi yang telah dipaparkan di atas, maka
Rasio leverage yang merupakan dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang
pengukur tingkat proporsi penggunaan utang dapat digambarkan sebagai berikut:
untuk kegiatan investasi. Jika perusahaan
memiliki kesempatan utang maka dapat
menambah manfaat perusahaan untuk
melakukan expansi usaha. Proporsi utang yang
baik adalah adanya keseimbangan antara hasil
utang dengan kemampuan pelunasan kewajiban
perusahaan.
Menurut Magreta dan Nurmayanti
(2009) rasio ini digunakan untuk mengukur
sejauh mana suatu perusahaan menggunakan
utang dalam membiayai investasinya.
Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan
bahwa hanya sebagian kecil aktiva didanai Gambar 1.
dengan utang dan semakin kecil risiko Kerangka Pemikiran
kegagalan perusahaan. Dengan demikian,
semakin rendah leverage perusahaan maka
akan semakin tinggi peringkat yang diberikan
pada perusahaan. Berdasarkan uraian diatas,
maka hipotesis alternatif dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Tingginya nilai rasio leverage dapat diartikan pada langkah berikutnya menunjukkan
bahwa sebagian besar aset didanai dengan bahwa model yang dihipotesiskan fit
utang dan kondisi tersebut menyebabkan dengan data. (Ghozali,2013).
perusahaan dihadapkan pada default risk atau b. Goodness of fit
peringkat obligasi yang rendah. Oleh karena Selain itu diadakan pengujian Goodness
itu, semakin tinggi rasio leverage semakin besar of fit dengan hipotesis yang sama dimana
risiko kebangkrutan. Semakin rendah leverage data dikatakan fit (hipotesis nol diterima)
perusahaan, semakin baik peringkat yang apabila tingkat signifikansi lebih besar
diberikan pada perusahaan. Hasil penelitian dari 0,05.
yang dilakukan oleh Sari (2007), leverage secara c. Pseudo R Square
signifikan dapat digunakan untuk memprediksi Dari pengukuran ini akan diketahui
peringkat obligasi. (Burton et al., 1998 dalam seberapa besar persentase variabel
Purwaningsih, 2008). Variabel leverage di dependen yang mampu dijelaskan oleh
proxykan dengan Debt to Equity Ratio (DER). variabel independen dan sisa persentase
yang dijelaskan oleh variabel-variabel
DER = Total Liabilities lain di luar model penelitian.
Total Equity d. Uji Parallel Lines
Ukuran Perusahaan (Size) Uji parallel lines digunakan untuk
Ukuran perusahaan menunjukkan menguji apakah asumsi bahwa semua
tingkat besar atau kecilnya suatu perusahaan kategori memiliki parameter yang
yang dapat didasarkan pada total aktiva, sama atau hubungan antara variabel
penjualan, atau ekuitas. Hasil logaritma independen dengan logit adalah sama
dari aktiva, penjualan, atau ekuitas tersebut untuk semua persamaan logit. Jika nilai
mencerminkan ukuran suatu perusahaan signifikansi p > 0,05 maka model yang
(Miswanto & Husnan, 1999 dalam Widya, digunakan memiliki parameter yang
2005). Proksi size yang digunakan dalam sama sehingga pemilihan link function
penelitian ini berdasarkan pada logaritma logit sudah sesuai dan uji hipotesis
dari total aktiva karena lebih mencerminkan dapat dilakukan. Sedangkan jika nilai p
kekayaan perusahaan secara menyeluruh. < 0,05 menunjukkan bahwa model yang
digunakan tidak cocok (Ghozali, 2013)
3.2 Teknik Analisis Data e. Estimasi Parameter dan Interpretasinya
Pengujian terhadap hipotesis dalam Estimasi parameter dari model regresi
penelitian ini dilakukan dengan analisis apakah hipotesis ditolak atau diterima
multivariate menggunakan regresi logistik dapat dilihat pada tampilan output
ordinal (ordinal logistic regression). Model variable in equation (Ghozali, 2013).
ini digunakan karena variabel dependen dari Hal yang menjadi dasar pengambilan
penelitian ini berbentuk kategorial. Teknik keputusan dalam menentukan suatu
analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas variabel signifikan atau tidak signifikan
dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya yang harus dibandingkan dengan tingkat
(Ghozali, 2013). signifikan yang telah ditetapkan yaitu
1. Statistik Deskriptif 0,05 (Ghozali, 2013). Apabila suatu
Statistik deskriptif digunakan untuk variabel memiliki signifikansi lebih
memberikan gambaran deskripsi suatu data besar dari 0,05 maka variabel tersebut
yang dilihat dari rata-rata (mean), standar tidak signifikan yang memiliki arti Ho
deviasi, varian, maksimum, minimum diterima dan Ha ditolak. Tetapi apabila
(Ghozali, 2013). suatu variabel memiliki signifikansi lebih
2. Pengujian Hipotesis kecil dari 0,05 maka variabel tersebut
Tahapan dalam pengujian dengan signifikan yang berarti Ho ditolak dan Ha
menggunakan uji regresi logistik ordinal diterima.
(ordinal logistic regression) dapat dijelaskan Adapun model hipotesisnya adalah
sebagai berikut: sebagai berikut :
a. Menilai Model Fit
Adanya pengurangan nilai antara -2LL
(-2 Log Likelihood) dengan nilai -2LL
Logit (p1 + p2 + .... pk) = α+ β1X1 + β2X2 + 4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
β3X3 + β4X4 + e
4.1 Hasil Penelitian
Keterangan :
P : Probabilitas Peringkat obligasi Populasi dalam penelitian ini adalah
P1 = probabilitas peringkat obligasi cukup perusahaan yang listing dan terdaftar di Bursa
baik (id BBB) Efek Indonesia dan memiliki obligasi yang
P2 = probabilitas peringkat obligasi baik diberi peringkat oleh PT. Pefindo. Sampel pada
(id A) penelitian ini dipilih dengan menggunakan
P3 = probabilitas peringkat obligasi sangat metode purposive sampling yang mensyaratkan
baik (id AA) kriteria-kriteria tertentu, beberapa diantaranya
P4 = probabilitas peringkat obligasi terbaik adalah perusahaan sektor non keuangan,
(id AAA) memiliki laporan keuangan lengkap tahun
α: Konstanta 2008 hingga 2012 dan obligasi yang terbit
β1-5 : Koefisien regresi dan beredar pada tahun 2008-2012. Jumlah
X1 : Profitabilitas perusahaan sampel adalah 13 perusahaan, maka
X2 : Likuiditas terdapat 65 sampel selama 5 tahun.
X3 : Leverage Jumlah sampel yang digunakan
X4 : Ukuran perusahaan dalam penelitian ini adalah 65 sampel dari 13
e : Standard Error perusahaan non keuangan dikali dengan waktu
pengamatan selama 5 tahun dari 2008-2012
dengan perincian peringkat obligasi 1 sebanyak
5 sampel, peringkat obligasi 2 sebanyak 33
sampel, peringkat obligasi 3 sebanyak 26
sampel peringkat obligasi 4 sebanyak 1 sampel.
Tabel 5
Statistik Deskriptif
Dari tabel di atas dapat diketahui memiliki nilai minimum sebesar 0,456 (PJAA,
bahwa profitabilitas memiliki nilai minimum 2011), nilai maksimum 17,657 (MAIN,
sebesar 0,001 (MPPA, 2008) , nilai maksimum 2008) dan Ukuran Perusahaan memiliki nilai
0,510 (MPPA, 2010). Likuiditas memiliki nilai minimum sebesar 5,934 (MAIN, 2008), nilai
minimum sebesar 0,117 (SMRA, 2012), nilai maksimum 7,773 (INDF, 2012).
maksimum 3,168 (PJAA, 2008). Leverage
Tabel 6
Parameter Estimates
Hubungan antara odd ratio dan variabel berdasarkan kinerja industri yang berkaitan
independen dapat dijelaskan sebagai berikut : dengan kegiatan utama perusahaan. Bagi calon
a. Kenaikan 1 unit ROA akan menaikkan odds investor sebaiknya mengabaikan sinyal tentang
ratio (exp1,429) = 4,1745 peringkat obligasi profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini
dengan klasifikasi peringkat 4 (idAAA) sesuai dengan penelitian Susilawati (2010),
dengan catatan variabel lain ceteris paribus. Sejati (2010) dan Alwi (2012). Namun tidak
b. Kenaikan 1 unit CR akan menaikkan odds sesuai dengan penelitian Manurung (2009)
ratio (exp0,022) = 1,0222 peringkat obligasi dimana ROA berpengaruh signifikan terhadap
dengan klasifikasi peringkat 4 (idAAA) prediksi peringkat obligasi.
dengan catatan variabel lain ceteris paribus. Selanjutnya, analisis regresi ordinal
c. Kenaikan 1 unit DER akan menaikkan odds menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan
ratio (exp0,071) = 1,0735 peringkat obligasi yang diukur dengan current assets tidak
dengan klasifikasi peringkat 4 (idAAA) berpengaruh signifikan terhadap prediksi
dengan catatan variabel lain ceteris paribus. peringkat obligasi. Hal tersebut didasarkan pada
d. Kenaikan 1 unit log Size akan menaikkan hasil analisis regresi ordinal yang memberikan
odds ratio (exp2,367) = 10,665 peringkat informasi bahwa variabel likuiditas memiliki
obligasi dengan klasifikasi peringkat 4 nilai signifikansi sebesar 0,995 (p>0,05) maka
(idAAA) dengan catatan variabel lain ceteris H2 ditolak. Hal ini membuktikan bahwa
paribus. meskipun current ratio yang dimiliki oleh
Dengan exp = eksponensial (e) = 2,71828 perusahaan tinggi tidak menjamin bahwa akan
memberikan peringkat obligasi yang baik
4.2 Pembahasan terhadap perusahaan penerbit obligasi. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian yang dikarenakan PEFINDO mungkin lebih menilai
telah dilakukan dengan analisis regresi pengelolaan aset dan pasiva atas dasar laporan
ordinal menunjukkan bahwa profitabilitas arus kas, yang memberikan informasi secara
perusahaan yang diukur dengan return on lebih terperinci. Enny (2011) menyatakan bahwa
asset tidak berpengaruh signifikan terhadap laporan arus kas memberikan informasi yang
prediksi peringkat obligasi. Hal tersebut relevan tentang penerimaan dan pengeluaran
didasarkan pada hasil analisis regresi ordinal kas. Laporan arus kas memungkinkan pengguna
yang memberikan informasi bahwa variabel laporan keuangan untuk mengetahui apa yang
profitabilitas memiliki nilai signifikansi terjadi pada sumber likuid perusahaan. Hasil
sebesar 0,712 (p>0,05) maka H1 ditolak. penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
Alasan yang mendukung hasil riset ini adalah dilakukan oleh Estiyanti (2012), Magreta,
pengukuran profitabilitas yang berdasarkan Poppy (2009) dan Sejati (2010). Namun
proksi ROA kurang tepat. Ini dikarenakan ROA penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
menunjukkan hasil (return) atas penggunaan Susilawati (2010), dan Alwi (2012).
aktiva perusahaan. Pengukuran ini akan cocok Leverage yang diproksikan dengan
apabila diterapkan untuk menilai efektivitas debt to equity ratio (DER) memiliki tingkat
manajemen dalam mengelola investasi atau signifikansi 0,558 artinya dapat disimpulkan
mengukur tingkat kembalian investasi. bahwa H3 tidak berhasil didukung, sehingga
Peneliti menduga pengukuran yang lebih tepat hipotesis 3 ditolak. Hasil pengujian menunjukkan
digunakan adalah profit margin. Profit margin bahwa hipotesis 3 tidak berhasil didukung
dikatakan lebih tepat karena mencerminkan karena leverage tidak memiliki pengaruh yang
hasil kegiatan operasional perusahaan, yaitu signifikan terhadap kemungkinan obligasi
dari hasil penjualan. Ini dikarenakan PEFINDO memperoleh peringkat kategori yang tinggi.
dalam melakukan penilaian obligasi juga Hal ini dapat diartikan bahwa besar kecilnya
leverage perusahaan tidak akan mempengaruhi selama lima tahun dari tahun 2008 sampai
peringkat obligasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan tahun 2012. Dengan pendeknya
dengan penelitian Magreta dan Popy (2009) periode penelitian dan jumlah data yang
dan Estiyanti dan Yasa (2012) yang menemukan terbatas yaitu 13 perusahaan yang menjadi
bahwa leverage tidak berpengaruh berpengaruh sampel sehingga jumlah data yang terkumpul
signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi. sebanyak 65, maka hasilnya pun terlihat
Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan kurang optimal.
penelitian yang dilakukan oleh Raharja dan 2. Penelitian ini hanya terbatas pada aspek
Sari (2008) dan Purwaningsih (2008) dimana keuangan saja yaitu profitabilitas, likuiditas,
leverage berpengaruh negatif signifikan leverage, dan ukuran perusahaan, tidak
terhadap prediksi peringkat obligasi. menggunakan aspek lain sehingga hasil
Ukuran perusahaan (size) memiliki penelitian tidak dapat menggambarkan
tingkat signifikansi 0,000. Nilai signifikansi ini situasi secara keseluruhan
lebih kecil dari 0,05. Artinya dapat disimpulkan Berdasarkan keterbatasan diatas maka adapun
bahwa H4 berhasil didukung, sehingga saran yang dapat digunakan bagi pihak yang
hipotesis 4 diterima. Hal ini berarti semakin ingin melanjutkan penelitian ini adalah:
besar ukuran perusahaan maka semakin besar 1. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan
kemungkinan peringkat atas obligasi yang faktor akuntansi lainnya seperti gross profit
diterbitkannya untuk mendapatkan peringkat margin dan total asset turnover, serta faktor
yang tinggi. Semakin besar total aset yang non akuntansi seperti tingkat suku bunga,
dimiliki perusahaan diharapkan semakin volume transaksi dan yield. Kemudian
mempunyai kemampuan dalam melunasi disarankan juga untuk penelitian selanjutnya
kewajiban di masa depan (Setyapurnama, menggunakan variabel dengan aspek selain
2004). Mengingat jumlah aset yang besar dapat keuangan agar hasil penelitiannya lebih
dijadikan sebagai jaminan peneribitan obligasi. optimal.
Informasi ini berguna untuk menurunkan tingkat 2. Jumlah sampel dapat diambil dengan
ketidakpastian yang dimiliki investor. Hasil periode pengamatan yang lebih panjang dan
penelitian ini sesuai dengan penelitian Alwi menggunakan data peringkat obligasi dari
(2012) dan Winardi (2013) yang menemukan agen pemeringkat lain selain PT PEFINDO
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh sehingga variasi data peringkat obligasi
signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi. yang diperoleh menjadi lebih banyak dan
lebih optimal.
5. Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi
Penelitian Daftar Pustaka
Berdasarkan hasil uji hipotesis Adrian, Nicko. 2011. Analisis Faktor-faktor
dengan menggunakan regresi logistik ordinal yang mempengaruhi Peringkat Obligasi
dan pembahasan hasil penelitian yang telah Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
diuraikan, penelitian ini menyimpulkan bahwa di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Semarang
variabel profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh : Fakultas Ekonomi UNDIP
terhadap prediksi peringkat obligasi. Variabel Almilia, L.S, dan Vieka Devi. 2007. Faktor-
likuiditas (CR) tidak berpengaruh terhadap faktor yang mempengaruhi prediksi
prediksi peringkat obligasi. Variabel leverage peringkat Obligasi pada perusahaan
(DER) tidak berpengaruh terhadap prediksi Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
peringkat obligasi dan hanya variabel ukuran Efek Jakarta. Dalam Seminar Nasional
perusahsaan yang berpengaruh terhadap Manajemen SMART. Bandung
prediksi peringkat obligasi. Alwi, Abdullah. 2012. Analisis Faktor-faktor
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi.
penelitian yang telah dilakukan ini walaupun Universitas Semarang
telah diupayakan semaksimal mungkin, Andry, Wydia. 2005. ”Analisis Faktor-Faktor
akan tetapi masih mempunyai keterbatasan – yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat
keterbatasan yang sulit untuk dihindari, antara Obligasi”.Buletin Ekonomi Moneter dan
lain : Perbankan
1. Periode penelitian yang relatif singkat Enny D Maharti dan Daldjono.2011. “Analisis
Format penulisan artikel ini merupakan acuan utama bagi para penulis sebagai acuan agar naskah
memenuhi standar mutu yang baik untuk dipublikasikan.
Umum
1. Kertas : HVS A4 (21.0 x 29.7 cm)
2. Sembir : Kiri, Bawah, kanan dan atas 2,54 cm
3. Huruf : Times New Roman , 11 pt, hitam, 1 ½ spasi
4. No. hlm. : Kanan bawah
5. Format : Microsoft Word 2003 atau terbaru
6. Penulisan : Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Dalam satu naskah hanya digunakan satu
bahasa (kecuali abstrak) secara ajeg tidak ada campuran antara Bahasa Indonesia
dengan Bahasa Inggris ataupun bahasa lainnya.
7. Struktur : Abstrak; Pendahuluan; Telaah Teori dan Pengembangan Hipotesis; Metode
Penelitian; Hasil Penelitian dan Pembahasan; Kesimpulan, Keterbatasan dan
Implikasi Hasil Penelitian; daftar pustaka.
Isi
1. Panjang naskah tidak lebih dari 7000 kata atau maksimum 20 halaman (termasuk gambar dan
tabel) ditulis justified.
2. Judul maksimal 12 patah kata ditulis dengan huruf Times New Roman, kapital bold, 14 pt,
center.
3. Baris kepemilikan ditulis dibawa judul artikel terdiri dari 2 unsur, nama pengarang dan institusi
asal (alamat, nomor telepon, nomor faksimili, dan email). Nama penulis ditulis dengan huruf
Times New Roman, kapital bold, 12 pt, center. Nama Institusi ditulis dengan huruf Times New
Roman, kapital dan kecil, 11 pt.
4. Abstrak (ringkasan) disajikan dalam satu paragrap dan tidak lebih dari 200 kata. Ditulis dengan
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Terdiri dari masalah pokok dan alasan dilakukannya
penelitian serta sasaran utama yang ingin dicapai. Isi abstrak harus mengandung empat
unsur: argumentasi logis, pendekatan untuk memecahkan masalah, hasil yang dicapai, dan
kesimpulan.
5. Abstrak terdiri 3 – 5 kata kunci (keywords) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel, tidak
melebihi satu baris dan ditulis di bawah paragraf.
6. Judul tabel (Times New Roman, center & 10 pt) diberi nomor urut dan ditulis di atas tabel
(Contoh: Tabel.3. Komposisi daun teh segar dan kering).
7. Judul gambar (Times New Roman, center & 10 pt) diberi nomor urut dan ditulis di bawah gambar.
(Contoh: Gambar 1. Perahu Seppi dari papan kayu)
8. Sumber dari gambar dan tabel harus dicantumkan, apabila bukan merupakn hasil karya penulis.
9. Minimal 80% dari rujukan yang digunakan berasal dari sumber yang up to date (diterbitkan tidak
lebih dari 5 tahun terakhir)
10. Mencantumkan nomor urut halaman dibagian kanan bawah halaman.
11. Naskah belum pernah dipublikasikan atau tidak dalam proses penyuntingan jurnal berkala lain.
12. Naskah lengkap memuat :
• PENDAHULUAN. Berisi tujuan dari artikel/penelitian dirumuskan dan disajikan dengan
latar belakang yang memadai dan mengantar pembaca secara langsung pada inti pokok
tulisan dengan membuat pernyataan masalah yang dihadapi secara jelas dan maksimal 2
halaman
• TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Berisi uraian sistematis tentang
hasil penelitian terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dikaji dalam tesis.
Peneliti mengemukakan dan menunjukkandengan tegas bahwa masalah yang akan dibahas
belum pernah diteliti sebelumnya atau perlu pengembangan lebih lanjut dan menjelaskan
hubungan antara penelitian tersebut dengan penelitian sebelumnya, juga menjelaskan uraian
teori penelitian sebelumnya, kemudian menjelaskan perbedaan dan kontribusi penelitiannya,
sehingga pembaca mengetahui perkembangan penelitian tersebut. Kajian pustaka bukanlah
suatu kumpulan fakta dan perasaantapi merupakan argumentasi runtut yang mengarah
kepada penjelasan usulan penelitian. Dengandemikian kajian pustaka pada sebuah penelitian
merupakan hal yang perlu diperhatikan dalammembantu peneliti.
• METODE PENELITIAN. Metode Penelitian harus diuraikan secara terperinci dan
jika metode mengacu pada prosedur standar, tulis standarnya; Jangan mengacu prosedur
praktikum; Kurang baik: penelitian ini merupakan penelitian bersifat “deskriptif” atau
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat “eksperimen”; Jangan gunakan bentuk kalimat
perintah; Singkatan yang sudah standar.
• HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil disajikan secara jelas dan ringkas
bersistem sesuai dengan tujuan penelitian. Penjelasan hasil dapat mengacu pada tabel dan
atau gambar. Pembahasan harus menunjukkan hubungan diantara data hasil dengan data
penelitian sebelumnya dan hendaknya membahas manfaat dari hasil penelitian bukan
mengulangi bagian tersebut.
• KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPILKASI HASIL PENELITIAN.
Disampaikan sesuai dengan hasil yang diperoleh peneliti dan ditulis secara singkat dan jelas
dalam dua atau tiga kalimat, mudah dimengerti dan mudah diingat oleh pembaca.
• DAFTAR PUSTAKA. Kutipan dalam artikel harus dicantumkan dalam daftar pustaka,
setiap referensi yang dikutip dalam abstrak juga harus ditulis secara penuh dalam daftar
pustaka. Sumber yang tidak terpublik asi tidak dianjurkan untuk dicantumkan dalam
daftar pustaka tapi dapat ditulis dalam teks artikel. Dalam menulis daftar pustaka penulis
hendaknya mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Referensi artikel 80 % bersumber dari
jurnal nasional dan internasional, maximum 5 tahun terakhir dan minimal 30 acuan. Contoh
penulisan sumber rujukan sebagai berikut :
Artikel dalam Jurnal (Minimal 50% dari seluruh acuan yang terdapat di daftar pustaka harus
mengacu dari jurnal ilmiah ) dengan menggunakan format American Journal (AMJ/AMR) :
Hanafi, A. 2006. Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengapdopsian Inovasi. Forum
Penelitian 1(1): 33-47.
Artikel dalam Koran
Huda, M. 13 November, 2010. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos,
hlm. 6.
Artikel dari Internet
Kumaidi. 2007. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu
Pendidikan, (online), Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id, diakses 20 Januari 2012).
Karya Individual dari Internet
Morris D. 2007. U.S. SMEs Should Consider Commenting On lASB’s Proposal for SMEs,
Financial executive I, (www.financialexecutivem ag.com diakses 30 agustus 2009.
Buku
Strunk, W. Jr. & White, E.B. 2009. The Elements of Style (3rd ed.). New York:
Macmillan.
Buku yang Berisi Kumpulan Artikel
Letheridge, S. & Cannon, C.R (Eds). 2008. Bilingual Education : Teaching English as a
Second Langguage. New York: Praeger.
Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel
Hasan, M.Z. 2010. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Di Dalam Aminudin (ED).
Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra (hlm. 12-25).Malang:
HISKI Komisariat Malang dan YA3
Dokumen Penulis dan Tanpa Lembaga
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2009. Jakarta: PT Armas Duta Jaya
Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Pangaribuan, T. 2008. Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Pembelajar Bahasa Inggris
di LPTK. Malang: Program Pascasarjana IKIP MALANG
13. Identitas Penulis (Profil Penulis)
Dicantumkan lengkap dalam surat pengantar, berisi :
Segala sesuatu tentang penulis, tidak kaku dan tak lupa dilengkapi dengan Nama lengkap (beserta
gelar akademik), bidang keahlian, instansi asal, alamat, nomor telp, nomor faks, dan alamat
e-mail.
14. Melampirkan surat pernyataan bahwa artikel tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam
jurnal lain (disajikan dalam halaman terpisah).
Artikel / Naskah dikirim ke Dewan Redaksi Jurnal Akuntansi dan Perpajakan (JR-AP) dengan
alamat:
Redaksi Jurnal JRAP :
Magister Akuntansi Universitas Pancasila
JL. Srengseng Sawah, Jagakarsa – Jakarta Selatan 12640
Telp. & Fax : (021) 7872355,
Web : http://maksi.univpancasila.ac.id
Email : maksi@univpancasila, jurnal.jrap@yahoo.com
Naskah dikirim dalam bentuk cetakan (hard copy) sebanyak 3 eksemplar dan bentuk rekaman (soft
copy) dalam bentuk 1 keping CD.