(Skripsi)
Oleh :
IKA SANJAYA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Oleh
IKA SANJAYA
Sumber energi di Indonesia saat ini masih bertumpu pada bahan bakar fosil, yakni
minyak bumi, gas alam dan batu bara. Dengan cadangan energi fosil yang
semakin menipis maka perlu adanya energi baru dan terbarukan sebagai pengganti
bahan bakar fosil. Salah satu sumber energi baru dan terbarukan yang berpotensi
sebagai pengganti bahan bakar fosil adalah sampah biomassa. Teknologi
pengolahan sampah yang dapat menghasilkan bahan bakar padat berkalori tinggi
adalah melalui proses torefaksi. Torefaksi merupakan proses perlakuan panas
pada temperatur antara 200-300 oC pada tekanan atmosfer tanpa oksigen.
Penelitian torefaksi terhadap beberapa komponen sampah yang telah dilakukan
sebelumnya menggunakan reaktor batch menunjukkan bahwa proses torefaksi
sampah dapat menaikkan kualitas sifat-sifat pembakarannya hingga setara
batubara. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian torefaksi sampah biomassa
pada reaktor kontinu tipe tubular yang sudah dibuat pada penelitian sebelumnya.
Tujuannya adalah menentukan sifat-sifat pembakaran dari bahan bakar padat
sampah biomassa campuran produk torefaksi reaktor kontinu tipe tubular yang di
ketahui dari hasil pengujian nilai kalor, pengujian proksimat dan ultimat.
Pengujian dilakukan dengan variasi temperatur 225, 250, 275, 300 dan 325°C
dengan massa umpan biomassa 1 kg dan waktu tinggal 30 menit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses torefaksi sampah biomassa dapat menghasilkan bahan
bakar padat dengan nilai kalor tertinggi sebesar 5425 kcal/kg, setara dengan
batubara subbituminus B, yang diperoleh pada temperatur 275°C. Selain itu, dari
hasil pengujian proksimat dan ultimat terbukti bahwa kandungan fixed carbon
yang semakin tinggi dan turunnya rasio atom O/C akan meningkatkan nilai kalor
produk padatan hasil torefaksi.
BY
IKA SANJAYA
Energy sources in Indonesia currently still rely on fossil fuels, namely oil, natural
gas and coal. With the depletion of fossil energy depleting, the need for new and
renewable energy as a substitute for fossil fuels. One new and renewable energy
source that has the potential to replace fossil fuels is biomass waste. Waste
processing technology that can produce high calorie solid fuels is through a
torrefaction process. Torrefaction is the process of heat treatment at temperatures
between 200-300 °C at atmospheric pressure without oxygen. Torrefaction
research on several waste components that have been carried out by the
researcher team using batch reactors shows that the waste torrefaction process can
increase the quality of the combustion properties to the coal equivalent. In this
study, biomass waste torrefaction was tested in a tubular type continuous reactor
that had been made in previous studies. The aim is to determine the combustion
properties of solid fuel torrefaction product mixed biomass waste on continuous
reactors tubular type which is known from the results of testing the heating value,
proximate and ultimate testing. Tests were carried out with temperature variations
of 225, 250, 275, 300 and 325 °C with a biomass feed mass of 1 kg and a
residence time of 30 minutes. The results showed that the waste biomass
torrefaction process can produce solid fuels with the highest heating value
of 5425 kcal/kg, equivalent to subbituminous B coal, which was obtained at an
temperature of 275°C. In addition, from the proximate and ultimate test results it
is evident that the higher fixed carbon content and the decrease in the atomic ratio
of O/C will increase the heating value of the solid product by torrefaction.
Oleh
Ika Sanjaya
Skripsi
Pada
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Negeri 01 Padang Ratu dan lulus pada tahun 2010. Penulis melanjutkan
pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 01 Kalirejo dan tamat pada
tahun 2013. Selama menjalani pendidikan SMA, penulis aktif mengikuti kegiatan
Alam) dan OSIS. Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebaga Mahasiswa Jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknik (FT) Universitas Lampung (UNILA) melalui jalur
sebagai
Anggota Bidang Organisasi dan Kepemimpinan pada Divisi Kaderisasi pada
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT). Selain itu, penulis juga
pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Pengukuran Teknik dan
Metrologi.
Pada pertengahan tahun 2016, penulis melakukan kerja praktik di PT. Daya Radar
Utama Unit III Lampung yang berada di Jln. Alamsyah Ratu Prawira Negara km
pada saat kerja praktik adalah “Analisa Perbandingan Kapasitas Pompa Kargo
Berdasarkan Desain dan Kontrak dengan Aplikasi pada Kapal Tanker Elisabeth
Satu”. Pada awal tahun 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
penelitian pada bidang konsentrasi Konversi Energi dengan judul tugas akhir
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk untuk orang-orang yang aku sayang
Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Nasoha dan Ibu Insiyah yang tiada pernah hentinya
selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta
pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan
Adikku
Kepada Adikku Dwi Adi Sanjaya yang sekaligus menjadi teman dalam segala
suasana suka dan duka, Terimakasih atas segala keceriaan, canda tawa, kasih
Yang selalu memberi semangat dan selalu berdiri bersama dalam perjuangan
menuju kesuksesan.
melimpahkan rahmat dan hidayah, serta inayah-Nya dan tak lupa Shalawat
beriring salam selalu tercurah kepada junjungan seluruh alam Nabi Muhammad
SAW, sahabatnya, serta para pengikutnya yang selalu istiqomah diatas jalan
agama Islam hingga hari ajal menjemput, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Kontinu Tipe Tubular” dengan sebaik-baiknya sebagai salah satu syarat untuk
Lampung.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan, motivasi
dan bantuan baik moral maupun materi oleh banyak pihak. Untuk itu dengan
semua hal yang telah penulis lakukan dan kerjakan bernilai ibadah dan
dapat merasakan nikmat iman dan islam secara utuh serta tanpa keragu-
raguan.
3. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lampung.
4. Bapak Ahmad Su’udi, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Amrul, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing utama tugas akhir,
yang banyak memberikan waktu, ide pemikiran dan semangat serta motivasi
bagi penulis.
6. Bapak Amrizal, S.T., M.T., Ph.D. selaku pembimbing kedua tugas akhir,
bagi penulis.
7. Bapak Dr. Muhammad Irsyad, S.T., M.T. selaku dosen pembahas yang telah
8. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung berkat ilmu yang
perkuliahan.
10. Untuk kedua orang tua-ku Ayahanda Nasoha dan Ibunda tercinta Insiyah
yang selalu menjadi pondasi dan motivasi utama penulis menyelesaikan studi
di Jurusan Teknik Mesin, atas segala do’a, dukungan dan setiap tetes keringat
11. Dwi Adi Sanjaya sebagai Adik yang terus memberikan dukungan, terima
kasih atas nasehat, doa, motivasi serta sabar menunggu penulis hingga dapat
menyelesaikan studi..
12. Sahabat Partner penelitian Mas Agus Apriyanto, S.T., M.T. yang telah
13. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, terima kasih atas rasa kekeluargaan dan dukungan yang telah
15. Terima kasih kepada Revi Veronica yang telah memberikan semangat,
ini.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu secara tulus memberikan
kalian berikan. Akhir kata, penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila
skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekeliruan. Semoga skripsi ini dapat
Ika Sanjaya
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... ix
MOTTO ......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
xv
1.4 Sitematika Penulisan ......................................................................... 4
xvi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 42
LAMPIRAN ................................................................................................... 67
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xvi
4.2 Penampakan visual sampah biomassa sebelum dan sesudah di torefaksi pada
4.4 Posisi produk padatan torefaksi sampah biomassa campuran pada diagram
xix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.4 Perolehan massa dan energi sampah biomassa campuran hasil torefaksi (dry
basis) ........................................................................................................ 59
xx
DAFTAR SIMBOL
Db Dry basic
E Tingkat kesalahan
mo Massa awal
Wb Wet Basic
ym Massa yield
ye Energy yield
xxi
I. PENDAHULUAN
tahun 2017 jumlah penduduk Indonesia mencapai 262 juta jiwa. Dengan
transportasi dan pada sektor industri, dimana sebagian energi di suplai dari
Berdasarkan data BPH MIGAS cadangan energi yang ada di indonesia saat
ini mulai menipis, dimana cadangan minyak bumi sekarang ini diperkirakan
sekitar 4,7 miliar barel yang akan habis dalam 15 tahun. Selain itu cadangan
batu bara di indonesia pada saat ini tercatat sebesar 8,26 miliar ton dengan
400 juta ton di produksi per tahun, sehingga cadangan batu bara yang siap
digunakan terbukti cukup untuk 20 tahun ke depan dan gas alam akan habis
dalam 60 tahun (Purba, 2007). Dengan cadangan energi fosil yang semakin
menipis maka perlu adanya energi baru sebagai energi alternatif yang bersifat
maupun sampah kota. Sampah merupakan bahan baku yang sangat melimpah
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, tetapi selama ini
yang berpotensi diolah sebagai sumber energi yang tersimpan dalam bentuk
ikatan kimia antara karbon, hidrogen dan molekul oksigen. Jika ikatan kimia
itu dirusak, bahan organik akan melepas energi kimia dalam fase gas, cair dan
padat.
yang dihadapi, diantaranya adalah densitas energi yang rendah, kandungan air
yang tinggi dan komponen yang heterogen serta bentuknya yang bermacam-
macam. Selain itu sampah juga memiliki potensi sebagai sumber penyakit dan
memiliki bau yang busuk. Akan tetapi apabila dalam pegolahan sampah padat
bakar fosil.
panas yang dapat menghasilkan bahan bakar dengan kualitas yang baik
2
pegolahan sampah menggunakan proses torefaksi adalah proses yang
berlangsung pada temperatur dan tekanan yang relatif rendah serta efisiensi
padat perkotaan telah banyak dilakukan, salah satunya oleh Amrul (2014)
Reaktor batch yang digunakan untuk pengujian memiliki kapasitas yaitu 600
oleh Faris (2017) adalah perancangan dan pembuatan alat torefaksi reaktor
menit. Akan tetapi produk padatan yang dihasilkan dari proses torefaksi
kuantitas dan kualitasnya. Selain itu, belum adanya informasi yang tersedia
terkait kuantitas dan kualitas dari produk padatan hasil torefaksi sampah
pada alat torefaksi sistem kontinu dengan reaktor tipe tubular menggunakan
3
1.2 Tujuan Penelitian
bahan
bakar padat sampah biomassa campuran produk torefaksi reaktor kontinu tipe
tubular yang di ketahui dari hasil pengujian nilai kalor, pengujian proksimat
sebagai berikut :
campuran.
4. Komposisi bahan baku sampah biomassa diambil dari data sekunder pada
penelitian sebelumnya.
BAB I : PENDAHULUAN
4
Pada bab ini berisikan latar belakang dilakukannya penelitian, tujuan, batasan
Bab ini berisikan teori-teori yang dijadikan sebagai landasan teori yang
pengujian, alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian, alur pengambilan
Pada bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan berdasarkan data-data yang
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini serta saran yang
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sampah merupakan semua limbah dalam bentuk padat yang bersumber dari
kegiatan manusia dan hewan yang sudah tidak bermanfaat atau tidak
adalah sampah atau limbah selain dari sampah rumah tangga, misalnya
limbah dari proses industri. Bila sampah domestik ini berasal dari lingungan
perkotaan dikenal sebagai sampah pada perkotaan atau municipal solid waste
daur ulang,
7
logam, tekstil, karet dan lain-lain (seperti cangkang telur, sabuk kelapa, mika
ranting, dan sisa makanan), dengan fraksi massa yang hampir mencapai 60%
(Amrul, 2014).
(Amrul, 2014)
Komposisi (%)
No Jenis Komponen
Semarang Surabaya Jakarta Bandung
1 Organik 61,95 71.85 68.12 63.52
2 Plastik 13,39 12.45 11.08 4.90
3 Kertas 12,36 7.60 10.11 10.42
4 Tekstil 1,55 0.90 2.45 1.70
5 Karet 0,50 0.90 0.55 4.9
6 Logam 1,80 0.54 1.90 0.95
7 Kaca 1,72 1.94 1.63 1.45
8 Lain-lain 6,83 3.82 4.12 12.16
2.2 Biomassa
Biomassa merupakan material organik yang berasal dari makhluk hidup, baik
seperti H2O, CO2, dan energi potensi lainnnya. Sebagai sumber energi
CO2, udara, air, tanah, dan sinar matahari dengan tanaman dan hewan.
proses geologi menjadi bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi
7
hidrogen, dan oksigen. Ketika terjadi dekomposisi ikatan kimia tersebut,
maka akan menghasilkan energi kimia dalam fasa gas, cair dan padat sesuai
yang dihasilkan dari biomassa yaitu CH4, CO2, CO, dan H2, sedangkan untuk
dan material organik lainnya (terdiri dari N, P dan K) juga terdapat pada
2.2.1 Selulosa
berkaitan pada posisi atom karbon 1 dan 4 oleh ikatan β-glukosida yang
terbuat dari enam karbon (C6) dengan tingkat polimerisasi tinggi sekitar
yang kokoh dan tidak mudah untuk dilarutkan. Rumus empiris selulosa
8
berhubungan dan berarti juga sebagai derajat polimerisasi selulosa
2.2.2 Hemiselulosa
9
2014). Degradasi termal pada hemiselulosa terjadi pada temperatur
2.2.3 Lignin
10
2.3 Torefaksi
temperatur 200 oC sampai 300 oC dalam kondisi tekanan atmosfer dan tanpa
untuk fraksi padatan yang dihasilkan dari produk torefaksi biomassa (mass
yield) mencapai 70% dan kandungan energi produk (energy yield) mencapi
90% di mana 30% massa lainnya diubah menjadi gas torefaksi yang hanya
H2O dan CO2 yang ada didalam biomasa, sehingga rasio O/C dan H/C dari
moisture). Sebagian besar air yang dihasilkan tersebut merupakan akibat dari
11
hemiselulosa, yang menyebabkan perubahan warna pada biomassa karena
kehilangan air, CO2, dan sejumlah besar asam asetat dan fenol. Pada
hemiselulosa dari pada lignin dan selulosa. Reaksi dekomposisi ini akan
kalor spesifik dari produk. Proses torefaksi jika dilakukan pada temperatur
efisiensi energinya. Pada akhir proses torefaksi akan terbentuk padatan yang
menurunkan rasio O/C biomasa secara efektif. Hal ini akan menyebabkan
produk padatan memiliki nilai kalor per massa yang lebih tinggi
(Basu,2013) :
12
1. Tahap pemanasan awal (Predrying)
temperatur pengeringan.
4. Tahap torefaksi
Selama tahap ini proses sebenarnya terjadi karena pada tahap ini
5. Tahap pendinginan
13
temperatur ruangan. Hal ini karena dikhawatirkan pada temperatur
menghasilkan tiga produk utama seperti pada gambar 2.4 yaitu produk
permanen).
besar kandungan air dan volatil lainnya yang memiliki nilai kalor
rendah. Jenis dan jumlah gas yang dihasilkan selama proses torefaksi
2011). Produk padatan terdiri dari struktur polimer dari fraksi yang
14
bereaksi. Yang mencakup oligomer yang terbentuk melalui reaksi
char yang dikarbonisasi, dan bahan mineral yang hadir dalam biomassa
Produk cairan yang terkondensasi dari aliran volatil terdiri dari berbagai
dan air bebas (surface water) yang telah dilepaskan melalui penguapan,
zat organik dalam bentuk cair yang terdiri dari zat organik yang
2011).
Gas permanen atau sering disebut dengan non condensable gas (NCG)
merupakan fraksi volatil yang berada didalam fase gas pada suhu
kamar. Gas permanen pada proses torefaksi terdiri dari molekul ringan
15
Pada proses torefaksi material lignoselulosa akan mengalami
1. Temperatur
2. Waktu Tinggal
16
Waktu tinggal merupakan parameter lain yang mempengaruhi
2010).
3. Ukuran Partikel
tingkat yang lebih rendah dari temperatur dan waktu tinggal. Ukuran
4. Jenis Biomassa
17
Jenis biomassa merupakan parameter penting lainnya yang dapat
Bahan bakar padat banyak digunakan pada tungku skala rumah tangga dan
sebagai sumber bahan bakar utama boiler pada industri. Contoh dari bahan
bakar padat adalah batubara, gambut, dan kayu. Didalam dunia industri bahan
bakar padat yang paling banyak digunakan adalah batubara karena memiliki
nilai kalor yang tinggi dibandingkan bahan bakar padat yang lainnya. Oleh
karena itu karakteristik batubara menjadi acuan dalam analisis bahan bakar
carbon), dan abu (ash). Sedangkan analisis ultimat merupakan analisa yang
18
hidrogen, nitrogen, sulfur, dan oksigen. Penentuan hasil pengujian
C + H + O + N + S + ASH + M = 100 %
(1)
bakar. Selain itu kandungan air dalam bahan bakar padat dinyatakan
analisis ultimat tidak mencakup hidrogen dan oksigen yang ada didalam
kandungan air, tetapi hanya hidrogen dan oksigen yang ada dalam
menentukan jumlah fixed carbon (FC), volatile matter (VM), abu (ash),
dan kandungan air (M) dalam satuan persen berat kemudian di kalkulasi
dalam beberapa basis seperti AR (as received), ADB (air dried basis),
DB (dry basis), DAF (dry, ash free), DMMF (dry, mineral-matter free),
19
Volatile matter atau zat terbang merupakan komponen dalam bahan
(Basu, 2013). Volatile matter terdiri dari sebagian besar gas yang
tar. Nilai kalor yang dihasilkan oleh volatile matter dalam proses
tetap dan volatile matter pada bahan bakar disebut batubara murni
(pure coal).
2. Abu (Ash)
dalam bahan bakar abu tidak mewakili bahan mineral anorganik asli
kotoran dan korosi pada boiler atau gasifier (Mettanant dkk., 2009).
20
Kandungan air yang tinggi merupakan karakteristik utama dari
nilai kalor yang besar. Selain itu, fixed carbon berbeda dengan
bahan bakar asli ditambah residu karbon yang terbentuk saat terjadi
acuan kondisi yang sama saat dibandingkan. Berikut ini metode analisis
21
1. As received (ar)
..(2)
…(3)
dari zat terbang, karbon tetap, kandungan air, dan abu yang masing-
22
Pada metode ini data yang ditunjukan adalah kandungan batubara
lainnya.
nilai kalor dilakukan untuk mengetahui besarnya kalor per satuan massa
(Basu, 2013). Terdapat dua jenis nilai kalor pembakaran, yaitu higher
23
Higher heating value dapat didefinisikan sebagai jumlah panas yang
dilepaskan oleh unit massa atau volume bahan bakar setelah dibakar.
Produk pembakaran pada HHV kondisi air berada pada fasa cair
dengan fasa gas dapat menghasilkan nilai kalor LHV. Biasanya nilai
Pada umumnya, untuk mengetahui nilai kalor dari suatu bahan bakar
24
biomassa dapat digunakan. Untuk menghitung jumlah nilai kalor dapat
………………(2.1)
untuk menghitung nilai kalor suatu bahan bakar. Persamaan empiris ini
…...(2.2)
25
kalor yang diperoleh dari hasil pengujian. Hal ini dilakukan untuk
melihat tingkat dari kesalah data yang didapatkan dari hasil pengujian.
HHVa -HHV
E= HHV
×100% ……………………………………………(2.3)
Di mana :
E = Tingkat kesalahan, %
Selain itu, untuk memahami peningkatan nilai kalor bahan bakar padat akibat
Rasio atom diperoleh dari kandungan oksigen, hidrogen dan karbon dari
bahan bakar padat. Perubahan komposisi yang terjadi pada bahan bakar padat
26
Gambar 2.5 Diagram Van Krevelen
Diagram Van Krevelen memplot rasio H/C terhadap O/C untuk semua bahan
bakar padat, dari antrasit yang kaya akan karbon hingga biomassa yang
memiliki rasio O/C dan H/C yang lebih tinggi dari bahan bakar fosil.
Biomassa memiliki nilai kalor yang rendah karena memiliki rasio H/C dan
Proses torefaksi dapat menghilangkan kandungan H2O dan CO2 yang ada
didalam biomasa, sehingga rasio O/C dan H/C dari biomassa menurun. Bahan
bakar padat yang dihasilkan dari proses torefaksi memiliki rasio O/C serta
H/C yang lebih kecil dibandingkan biomassa yang tidak ditorefaksi. Hal ini
akan menyebabkan bahan bakar padat produk torefaksi memiliki nilai kalor
27
digunakan sebagai acuan di Indonesia adalah klasifikasi batubara menurut
batubara secara garis besar dapat dibagi menjadi empat peringkat, yaitu
Bituminous Low-volatile 78 - 86 14 - 22
Medium-volatile 69 - 78 22 - 31
High-volatile A < 69 > 31 ≥ 32.6 ≥ 7786
High-volatile B 30.2 - 32.6 7213 - 7786
High-volatile C 26.7 - 30.2 6377 - 7213
Pada tabel di atas dapat diketehaui bahwa batubara yang memiliki kualitas
dengan kualitas yang lebih baik dari High Volatie A Bituminous tidak
dituliskan. Hal ini disebabkan karena batubara tingkat tinggi pada praktiknya
28
proses industri kimia untuk diekstraksi kandungan karbonnya. Sedangakan
29
III. METODOLOGI PENELITIAN
Adapun tempat dan waktu penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut :
Penelitian ini akan dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Maret
2018 sampai dengan bulan Agustus 2018. Dengan jadwal kegiatan yang
akan dilakukan dalam waktu penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1
dibawah ini :
Pada penelitian ini alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.2.1 Alat
berikut :
1. Reaktor
yang telah di rancang oleh Faris (2017). Reaktor jenis ini merupakan
conveyor.
pemanas adalah oli yang berada diantara dinding luar tabung reaktor
30
dan dinding dalam selimut. Dinding bagian luar reaktor yang telah
thermocouple yang terpasang pada tiga titik yaitu inlet, centre, dan
tiga bagian reaktor yaitu bagian bahan baku masuk, bagian tengah
dan pada reaktor bagian bahan baku keluar. Untuk sistem selimut oli
pada reaktor kontinu dapat dilihat pada Gambar 3.2 dibawah ini :
2. Gas LPG
reaktor seperti pada Gambar 3.3. Penggunaan gas LPG karena lebih
31
praktis dan banyak tersedia dipasaran. Selain itu laju pemanasan
3. Thermocouple
32
4. Timbangan Digital
mengukur berat dari bahan baku yang akan digunakan dalam proses
5. Gas Nitrogen
33
6. Masker
7. Stopwatch
3.2.2 Bahan
Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan adalah sampah biomasa,
34
umum yang mengandung sedikit sisa makanan (nasi, kulit jeruk, dan
kulit pisang) dan didominasi oleh ranting dan daun-daunan akibat ruang
hijau dari tata kota . Ranting pohon mewakili komponen sampah dari
itu, kulit pisang dan kulit jeruk mewakili komponen sampah yang
berikut :
35
1. Menyiapkan alat torefaksi kontinu tipe tubular dan bahan baku sampah
biomassa campuran.
yang telah ditentukan sesuai data pengujian yaitu temperatur 225oC, 250
o
C, 275 oC dan 300 oC, 325oC.
melalui kran inlet dengan tujuan untuk mengikat dan mendorong keluar
8. Mengatur bukaan pada gas LPG agar temperatur dalam keadaaan stedi
torefaksi
36
10. Setalah mendapatkan data pengujian, kemudian produk padatan torefaksi
dan komponen unsur kimia penyusun bahan bakar padat hasil torefaksi
menggunakan analisis ultimat. Selain itu, untuk menunjukan nilai kalor per
satuan massa dari bahan bakar padat hasil torefaksi dilakukan pengujian
kimia yang menyusun bahan bakar padat hasil torefaksi seperti karbon,
kalor per satuan massa yang dihasilkan oleh bahan bakar padat hasil
37
3.5 Alur Tahapan Pelaksanaan
Secara garis besar alur penelitian dapat dijabarkan melalui flowchart dibawah
ini :
Mulai
Studi
Data
Lengkap
Kesimpulan
Penulisan laporan
Selesai
38
3.6 Rancangan Eksperimen Torefaksi
Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui kondisi proses torefaksi terbaik
mewakili kawasan umum yang mengandung sedikit sisa makanan (nasi, kulit
jeruk, dan kulit pisang) dan didominasi oleh ranting dan daun-daunan akibat
ruang hijau dari tata kota. Desain eksperimen torefaksi sampah biomassa
kontinu tipe tubular yang akan dilakukan pada temperatur 225 oC, 250 oC,
275 oC, 300 oC, dan 325 oC dengan waktu tinggal 30 menit. Pada pengujian
39
ini hanya produk padatan saja yang dilakukan analisis karena belum
torefaksi didapatkan data jumlah produk padatan yang dihasilkan. Hal ini
yang dihasilkan.
Untuk mengetahui karakteristik bahan bakar padat yang diperoleh dari hasil
dan analisis ultimat. Selain itu, dilakukan pengujian nilai kalor pembakaran
untuk menunjukan besarnya nilai kalor persatuan massa yang dihasilkan oleh
bahan bakar padat setelah dibakar. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
sebelum torefaksi.
Selain dengan pengujian di labolatorium, nilai kalor dapat diperoleh dari hasil
pengujian nilai kalor untuk melihat valid tidaknya data yang diperoleh. Pada
penelitian ini digunakan dua persamaan empiris untuk menghitung nilai kalor,
(persamaan 2.2). Dari kedua persamaan tersebut akan dilihat nilai kalor yang
40
campuran pada kondisi kering (dry basis). Hasil perhitungan ini menunjukan
mf
ym = | …………………………………………...…(3.1)
mo db
HHVf
ye = ym × | ……………………….……………(3.2)
HHVo db
41
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
yang terdekomposisi.
antara 4500 – 5500 kcal/kg. Dengan nilai kalor paling tinggi terdapat pada
batubara Subbituminous B.
fixed carbon akan meningkatkan nilai kalor dari produk padatan hasil
torefaksi.
yang
lebih tinggi. Rata – rata penurunan rasio O/C dan H/C untuk setiap
kalor yang diperoleh dari hasil pengujian cukup akurat, dimana nilai kalor
5.2 Saran
maka saran yang dapat diberikan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
1. Perlu adanya intalasi untuk aliran gas hasil torefaksi sehingga dapat
tubular.
3. Perlu adanya sistem otomatis untuk buka tutup katup aliran gas LPG
63
DAFTAR PUSTAKA
Basu Pabir. 2010. Biomass Gasification and Pyrolisis : Practical Design and Theory.
Elsevier, Oxford, UK.
Basu Pabir dan Dhungana, A. 2013. An investigation Into the Effect of Biomass
Particle Size on its Torrefaction. Chem. Eng.
Bergman. P.C.A., Boersma, A.R., dan Jacob, H.A. 2004. Torrefaction for entrained-
flow gasification of biomass. Energy Research Center of Netherlands (ECN),
Unit ECN Biomass, Einhoven.
Bergman, P.C.A., Kiel, J.H.A., 2005, Torrefaction for biomass upgrading, Published
at 14th European Biomass Conference & Exhibition, Paris. ECN Report
ECN-RX-05-180.
Bridgeman. T.G., Jones, J.M., Shield, I., dan Williams, P.T. 2008. Torrefaction of
reed canary grass, wheat straw and willow to enhance solid fuel qualities
and combustion properties. Fuel, V. 87, P. 844–856.
McKendry, P. 2002. Energy Production from Biomass (part 1): Overview of Biomass,
Bioesource Technology, V. 83, P. 37-46.
Mettanant, V., Basu, P., Leon, M.A., 2009. Gasification of rice husk in supercritical
water. Eighth World Conference on Chemical Engineering, Montreal,
August, paper # 971.
Pach, M. Zanz, R. dan Bjornborm, R. 2002. Torrefied Biomass a Substitute for Wood
and Charcoal, 6th Asia-Pacific International Symposium on Combustion and
Energy Utilization, Kuala Lumpur.
Pimchuai, A., Dutta, A., Basu, P., 2010. Torrefaction of agriculture residue to
enhance combustible properties. Energy. Fuels 24 (9), 4638-4645.
Prins, M.J., Ptasinski, K.J., dan Janssen, F.J.J.G., 2006. Torrefaction of Wood: Part 2.
Analysis of Products, Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, 77:1, pp.
35–40.
Purba, Victor S. 2007. Penentuan Total Cadangan Minyak Nasional Indonesia
Dengan Metoda Perhitungan Kurva Puncak Hubbert dan Pendekatan
Numerkal Terhadap Grafik Produksi Minyak Nasional Indonesia.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Speight, J.G. 2005. Handbook of Coal Analysis, John Wiley&son, Inc., New Jersey.
Tchobanoglous, G.H., Theissen, H., Vigil, S.A. 1993. Integrated Solid Waste
Management, McGraw Hill.
Tumuluru, J.S., Sokhansanj, S., Wright, C. T., dan Boardman, R. D. 2010. Biomass
Torrefaction Process Review and Moving Bed Torrefaction System Model
Development. Research Report for the U.S. Departement of Energy at INL
and ORNL.
Tumuluru, J.S., Sokhansanj, S., Wright, C.T., dan Boardman, R.D., Hess, J.R. 2011.
Review on ;Biomass Torrefaction Process and Product properties and
Design of Moving Bed Torrefaction System Model Development, ASABE
Annual International, Meeting, Louisville, Kentucky.