Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatan derajat kesehatan

masyarakat. Program pembangunan di Kabupaten Cirebon di dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Yang dijabarkan dalam

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan. Dalam Renstra 2009-2014 tersebut

ditetapkan visi pembangunan kesehatan Kabupaten Cirebon yaitu terwujudnya

masyarakat Kabupaten Cirebon yang sehat, produktif, dan mandiri.(2)

Program pembangunan kesehatan sebagai upaya dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat di Kabupaten Cirebon direalisasikan dalam kegiatan yang

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan UPT (Unit Pelaksana Teknis) dibawahnya

serta rumah sakit, diantaranya adalah penyakit Kusta yang merupakan program

pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.(3)

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan

masalah yang sangat komplek. Masalah yang dimaksud adalah bukan hanya dari

segi medis seperti cacat fisik, tetapi juga meluas sampai masalah sosial, ekonomi,

budaya, keamanan, dan ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya

terdapat pada negara-negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan

kemampuan negara itu dalam memberi pelayanan yang memadai dalam bidang

kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial, dan ekonomi pada masyrakat.

Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga, termasuk

1
2

petugas kesehatan. hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan, informasi,

kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan kecacatan yang ditimbulkannya.(1)

Menurut Word Healt Organization (WHO) dalam Weekly Epidemiological

Record bahwa Indonesia ditemukan 21.538 kasus, sedangkan di dunia kasus yang

dilaporkan 312.036 dan jumlah kasus baru pada pertengahan tahun 2008

dilaporkan 121 negara sebanyak 249.007 kasus.(3)

Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

khususnya di Kabupaten Cirebon oleh karena prevalensinya yang masih tinggi.

Penderita kusta yang dilaporkan di Kabupaten Cirebon pada tahun 2013 sebanyak

293 orang yang terdiri dari 16 penderita tipe Pausi Basiler (PB) dan 277

pernderita tipe Multi Vasiler (MB) dan cacat tingkat 2 ada 1 orang. Sementara

pada bulan Januari sampai September tahun 2015 penderita kusta di Kabupaten

Cirebon sebanyak 230 orang yang terdiri dari 10 penderita tipe Pausi Basiler (PB)

dan 220 penderita tipe Multi Basiler (MB) dan cacat tingkat 2 ada 3 orang.(3)

Puskesmas Wangunharja yang ada di Wilayah Kabupaten Cirebon merupakan

tempat pelayanan kesehatan yang melayani penderita kusta. Pada tahun 2015 dan

tiga tahun terakhir ada 6 penderita kusta yang mengalami tingkat cacat 2,

kecacatan terjadi dibagian mata sampai terjadi logophthalmus, pemendekan

jaringan tangan, kaki, dan adanya ulkus di kaki. Hal ini disebabkan karena

kurangnya pengetahuan dan sikap penderita kusta dalam upaya pencegahan

kecacatan penyakitnya.(13)
3

Banyaknya kasus kecacatan yang ditemukan di lapangan yang seharusnya

sudah mendapat pelayanan rehabilitasi di Puskesmas, namun kenyataannya belum

dapat dirujuk. Akibat penundaan penanganan.

Perilaku individu atau keluarga terhadap suatu penyakit tergantung dari

pengetahuan, sikap, dan tindakan individu tersebut. Apabila pengetahuan individu

terhadap suatu penyakit tidak atau belum diketahui maka sikap dan tindakan

dalam upaya pencegahan penyakit pun terkadang terabaikan.

Penderita kusta dengan gejala dini belum menderita cacat dan kalau segera

diobati proses penyakitnya terhenti dan penyakitnya sembuh tanpa cacat. Jadi

cacat timbul karena karusakan saraf perifer yang permanen. Angka kecacatan

harus dapat diteka, adapun upaya-upaya untuk menurunkan angka kecacatan

penderita kusta, yakni sebagai berikut:

Upaya untuk menurunkan angka kecacatan penderita penyakit kusta

dilakukan penemuan dini penderita sebelum cacat, mengobati penderita dengan

MDT sampai RFT. deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi

saraf secara rutin, menangani reaksi kusta, melakukan penyuluhan, perawatan diri,

menggunakan alat bantu untuk mencegah bertambahnya kecacatan yang terlanjur

diderita, rehabilitasi medis (opersi rekontruksi). Untuk menanggulangi masalah

tersebut, peran masyarakat sebagai kader dan petugas di unit kesehatan terdepan

sangatlah penting. Diharapkan dengan aktifnya kader dan petugas dalam

pendamping dimasyarakat akan menurunkan angka kecacatan dan meningkatkan

kesembuhan serta penemuan kasus penyakit kusta.


4

Kurangnya kepatuhan penderita penyakit kusta dalam minum obat seperti

menghentikan obat setelah 4 sampai 6 bulan pengobatan, menghentikan

pengobatan karena sudah merasa sembuh, serta pengawasan selama proses

pengobatan yang berlangsung tidak terlaksana dengan baik oleh keluarga maupun

penderita itu sendiri menyebabkan angka kesembuhan rendah, angka kecacatan

tinggi, dan kekambuhan meningkat serta risiko penularan terhadap keluarga dan

orang lain sangat tinggi. Lebih fatal lagi adalah terjadinya resisten kuman

terhadap beberapa obat MDT atau Multidrug Resistance, sehingga penyakit kusta

sangat sulit disembuhkan.

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

pendekatan yang logis dan sistematis dalam bekerjasama dengan keluarga dan

individu sebagai anggota keluarga. Pendekatan ini adalah proses keperawatan

yang inti dan esensinya merupakan dari satu titik semua tindakan keperawatan

yang disengaja dan disadari dari satu titik ketitik lain untuk mencapai tujuan.(4)

Di Puskesmas Wangunharja terdapat 40 penderita kusta yang tersebar di

Wilayah Puskesmas Wangunharja Kabupaten Cirebon.

Berdasarka studi pendahuluan yang dilakuakn tanggal 5 Desember 2015 pada

40 penderita kusta terdapat 28 penderita kusta dan keluarga yang menyatakan

belum pernah mendapatkan info kesehatan tentang asuhan keperawatan keluarga

dengan upaya pencegahan kecacatan penyakit kusta, sehingga mereka kurang

mengetahui tentang asuhan keperwatan keluarga dan pencegahan kecacatan

penyakit kusta. Sedangkan 16 penderita kusta dan keluarga lainnya mengetahui


5

tentang asuhan perwatan keluarga dan upaya pencegahan kecacatan kusta dari

tenaga kesehatan setempat.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Asuhan

Keperawatan Keluarga Dengan Upaya Pencegahan Kecacatan Penyakit Kusta Di

Wilayah Kerja Puskesmas Wangunharja Kabupaten Cirebon Tahun 2015.”

1.2 Identifikasi Masalah

Karena dampak penyakit kusta yang tidak segera diobati bisa menimbulkan

kecacatan yang lebih komplek bukan cacat fisik saja tetapi berdampak pada

kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan

Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan

Upaya Pencegahan Kecacatan Penyakit Kusta di Wilayah Puskesmas

Wangunharja Kabupaten Cirebon Tahun 2015.”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Asuhan Keperawatan Keluarga dalam Upaya

Pencegahan Kecacatan Penyakit Kusta di Puskesmas Wangunharja Kabupaten

Cirebon tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus


6

1. Mengetahui Pengetahuan Keluarga tentang asuhan keperawatan

keluarga dalam upaya Pencegahan kecacatan penyakit kusta di

Puskesmas Wangunharja Kabupaten Cirebon tahun 2015.


2. Mengetahui upaya pencegahan kecacatan penderita kusta di Puskesmas

Wangunharja Kabupaten Cirebon tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai bahan perbandingan dalam ilmu keperawatan, khususnya

pengetahuan keluarga dan penderita kusta tentang upaya pencegahan kecacatan

kusta dan dapat menambah wawasan serta dapat dijadikan sebagai referensi dasar

untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi masyarakat di Puskesmas Wangunharja Kabupaten Cirebon
Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai pengaruh asuhan

keperawatan keluarga tentang upaya pencegahan kecacatan penyakit

kusta.
2. Bagi Puskesmas Wangunharja Kabupaten Cirebon
Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang P2

Kusta.

3. Bagi tenaga kesehatan


Sebagai bahan kajian untuk memberikan penyuluhan kesehatan pada

masyarakat dan keluarga penderita kusta yang belum mengerti

pencegahan kecacatan penyakit kusta.


4. Bagi Keluarga
Sebagai hasil penelitian ini dapa digunakan sebgai masukandan

pedoman bagi keluarga dalam meningkatakan pengetahuan, mamapu

menyikapai masalah dengan baik serta mempunyai keterampilan khusus


7

guna upaya pencegahan kecacatan kusta secara dini agar keluarga tidak

tertular.
5. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dari pengalaman

yang di peroleh selama penelitian di lapangan.

1.5 Ruang Lingkup Masalah


Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif korelasi, pengambilan sampel

secara Total sampling. Subjek penelitiannya adalah keluarga penderita kusta di

Puskesmas Wangunharja Kabupaten Cirebon tahun 2015 dengan objek untuk

mengetahui Hubungan pengetahuan keluarga tentang asuhan perwatan keluarga

dalam upaya pencegahan kecacatan pada penyakit kusta. Alasan pengambilan

tempat karena masih terdapat keluarga yang belum mengetahui tentang asuhan

perwatan keluarga dalam upaya pencegahan kecacatan pada penyakit kusta dan

penelitian ini dilakukan setelah proposal disetujui.

Anda mungkin juga menyukai