Anda di halaman 1dari 22

Kematian Mendadak pada Wanita 73 Tahun

Merlinda

102015163

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat korespondensi : Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia

Email : Merlinda.2015fk163@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Ilmu kedokteran forensik adalah spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari
pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegak hukum dan keadilan. Dengan
mempelajari ilmu kedokteran forensik, maka seorang dokter dapat melakukan berbagai
pemeriksaan fisik untuk membantu penyidikan sehingga akan didapatkan informasi-informasi
penting yang diperlukan pihak penyidik untuk mengungkap suatu kasus. Salah satu kasus yang
juga membutuhkan bantuan dokter forensik untuk menegakkan apakah kasus tersebut
dikarenakan pembunuhan atau bukan adalah kasus kematian mendadak. Kematian mendadak
tidak selalu tidak terduga, dan kematian yang tak diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun
amat sering keduanya ada bersamaan pada suatu kasus. Kematian mendadak, pada kasus
forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala
pertama timbul. Kematian mendadak pada kasus forensik paling banyak terjadi karena kasus
kardiovaskuler.

Kata Kunci: Ilmu Kedokteran Forensik, Kematian Mendadak, Kardiovaskuler

Abstract

Forensic medicine is a specialist from medical science who studies the use of medical science for
the benefit of law enforcement and justice. By studying forensic medicine, a doctor can carry out
various physical examinations to assist the investigation so that important information will be
obtained by the investigator to uncover a case. One case that also requires the help of a forensic
doctor to enforce whether the case is due to murder or not is a case of sudden death. Sudden

1
death is not always unexpected, and unexpected deaths do not always occur suddenly, but very
often both occur together in a case. Sudden death, in forensic cases, most deaths occur in
minutes or even seconds since the first symptoms occur. The most sudden death in forensic cases
occurs because of cardiovascular cases.

Keywords: Forensic Medicine, Sudden Death, Cardiovascular

Skenario

Seorang perempuan 73 th ditemukan meninggal di ruang tengah rumahnya. Perempuan


tersebut tinggal seorang diri di rumahnya. Mayat perempuan tersebut kemudian dibawa ke ins.
Forensik untuk dilakukan otopsi.

Hasil pemeriksaan jenazah: Ditemukan luka lecet pada lengan bawah kanan dan kiri.
Pada telapak tangan kiri ditemukan luka terbuka tepi tidak rata berukuran 4x3 cm. Pada dada
kanan ditemukan memar berukuran 3x2 cm. Pada apex dan otot jantung ditemukan penebalan
(atherosclerosis) sebesar 80%. Organ-organ lain dalam batas normal, tidak ditemukan resapan
darah pada otot-otot dada, kepala dan perut.

Pendahuluan

Ilmu kedokteran forensik pada dasarnya tidak hanya berhubungan dengan kasus kematian
tidak wajar (unnatural death) seperti pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan. Namun kasus
kematian yang alami dapat menjadi kasus forensik bila kematian itu mendadak atau dicurigai
adanya faktor-faktor luar sebagai faktor pencetus kematian (undetermined death). Pada
umumnya kematian mendadak setelah dilakukan investigasi diketahui penyebabnya adalah
penyakit.1

Banyak kasus kematian yang bersifat wajar yang terjadinya tidak dapat diramalkan
sebelumnya, mendadak, atau merupakan kematian tanpa ada yang melihat. Kematian mendadak
sering terjadi dan didapatkan pada orang yang sebelumnya tampak dalam keadaan sehat.
Kematian mendadak seringkali terjadi pada orang-orang yang merasa sehat dan tidak memiliki
keluhan sebelumnya. Sebab kematian pada kasus kematian mendadak perlu dikonfirmasi oleh
dokter secara legal pada surat keterangan kematian.2

2
Pembahasan

Prosedur Medikolegal

Dalam hal ini sebaiknya ditanyakan dahulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar ingin
mengetahui saja, atau ada maksud untuk melakukan penuntutan. Pemeriksaan harus diakukan
berdasarkan permintaan polisi dan biasanya dilakukan di rumah sakit.3
Kewajiban dokter dalam membantu peradilan diatur dalam pasal:2
 Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi
label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki
atau bagian lain badan mayat.

 Pasal 179 KUHAP

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
doktera tau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji
akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenanar-benarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Dalam KUHP disebutkan bahwa ahli yang menolak memberi bantuan kepada polisi
bisa terancam hukuman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 224 dan Pasal 522 KUHP:1

3
 Pasal 224 KUHP:

Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya,
diancam:

1. Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;

2. Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.

 Pasal 522 KUHP:

Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa,
tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.

Jadi, jika polisi sudah meminta bantuan, ahli forensik wajib memberikan bantuan.4

Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan dan Manfaatnya5,6,7

 Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-
benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannnya.

 Pasal 184 KUHAP

Alat bukti yang sah adalah (1) keterangan saksi, (2) keterangan ahli, (3) surat, (4)
pertunjuk, dan (5) keterangan terdakwa. Sedangkan hal yang secara umum sudah diketahui tidak
perlu dibuktikan.

 Pasal 186 KUHAP

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

 Pasal 180 KUHAP

4
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan
bahan baru oleh yang berkepentingan.

(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar
hal itu dilakukan penelitian ulang.

(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).

(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh
instansi semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai
wewenang untuk itu.

Autopsi
Autopsi berasal dari kata Auto = sendiri dan Opsis = melihat. Autopsi adalah
pemeriksaan medis terhadap mayat dengan membuka ronga kepala, leher, dada, perut dan
panggul serta bagian tubuh lain bila diperlukan, disertai dengan pemeriksaan jaringan dan organ
tubuh didalamnya, baik secara fisik maupun dengan dukungan pemeriksaan laboratorium.8
Berdasarkan tujuannya, dikenal dua jenis autopsi yaitu autopsi klinik dan autopsi
forensik/ Medikolegal. Autopsi klinik dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita
penyakit, dirawat di rumah sakit tetapi kemudian meninggal.9
Autopsi klinik mutlak diperlukan izin dari keluarga terdekat mayat yang bersangkutan.
Autopsi forensik atau medikolegal dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan
undang – undang dengan tujuan membantu dalam hal penentuan identitas mayat, menentukan
sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian serta memperkirakan saat kematian,
mengumpulkan serta mengenali benda – benda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab
serta identitas pelaku kejahatna, membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta
dalam bentuk visum et repertum dan melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam
penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah.9
Untuk melakukan autopsi forensik diperlukan surat permintaan pemeriksaan atau
pembuatan visum et repertum dari pihak yang berwenang, dalam hal ini adalah penyidik. Izin

5
keluarga tidak diperlukan, bahkan jika ada yang menghalangi dapat dituntut berdasarkan undang
– undang. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan lengkap, meliputi pemeriksaan tubuh
bagian luar, pembukaan rongga tengkorak, rongga dada dan rongga perut/ panggul. Autopsi
forensik harus dilakukan oleh dokter.9
Visum et Repertum
Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan dan
pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau
bagian dari tubuh manusia, baik yang hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dari
penyidik yang berwenang yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, untuk
kepentingan peradilan. Menurut pasal 184 KUHAP, alat bukti yang sah adalah 1) keterangan
saksi, 2) keterangan ahli, 3) surat, 4) petunjuk, 5) keterangan terdakwa. Visum et repertum
tergolong alat bukti surat. Visum et repertum dibutuhkan. KUHAP yang mengatur tentang
pengajuan permintaan keterangan ahli dan secara tertulis yaitu pasal 133 KUHAP ayat 1 dan 2.10
Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yaitu pro justitia, pendahuluan, pemberitaan,
kesimpulan dan penutup. Bagian pendahuluan merupakan uraian tentang identitas dokter
pemeriksa, instansi pemeriksa, tempat dan waktu pemeriksaan, instansi peminta visum, nomor
dan tanggal surat permintaan, serta identitas korban yang diperiksa sesuai dengan permintaan
visum et repertum tersebut. Bagian hasil pemeriksaan memuat semua hail pemeriksaan terhadap
barang bukti yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti oeh orang yang tidak
berlatar belakang kedokteran. Bagian kesimpulan berisi kesimpulan pemeriksa atas hasil
pemeriksaan dengan berdasarkan keilmuannya. Dan bagian penutup merupakan uraian kalimat
penutup yang menyatakan bahwa visum et repertum dibuat dengan sebenarnya, berdasarkan
keilmuan serta mengingat sumpah dan sesuai dengan KUHAP.10
Visum et Repertum Jenasah
Jenazah yang akan divisum harus diberi label yang memuat identitas mayat yang diikatkan
pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas
tertulis jenis pemeriksaan yang diminta, apakah hanya pemeriksaan luar jenazah, ataukah
pemeriksaan autopsi (bedah mayat). Bila pemeriksaan autopsi diinginkan, harus memberi tahu
keluarga korban dan menerangkan maksud dan tujuan pemeriksaan. Autopsi dilakukan setelah
keluarga korban tidak keberatan, atau bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga korban (pasal 134 KUHAP). Jenazah yang diperiksa dapat berupa jenazah yang didapat

6
dari penggalian kuburan (pasal 135 KUHAP).9
Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar jenazah, tanpa
melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah. Pemeriksaan dilakukan dengan
teliti dan sistematik serta kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup jenazah,
pakaian, benda – benda sekitar jenazah, perhiasan, ciri – ciri umum identitas, tanda – tanda
tanatologik, gigi – geligi dan luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian
luar.9
Pemeriksaan Tanatologi

Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian
serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah tanatologi. Tanatologi berasal dari
kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos ilmu. Tanatologi adalah bagian
dari ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah
kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.11
Ada 3 manfaat tanatologi, yaitu:
1. Menetapkan hidup atau matinya korban.
2. Memperkirakan lama kematian korban.
3. Menentukan wajar atau tidak wajarnya kematian korban.
Menetapkan apakah korban masih hidup atau telah mati dapat kita ketahui dari masih
adanya tanda-tanda kehidupan dan tanda-tanda kematian. Tanda-tanda kehidupan dapat kita nilai
dari masih aktifnya siklus oksigen (O2) yang berlangsung dalam tubuh korban.Sebaliknya, tidak
aktifnya siklus oksigen (O2) menjadi tanda-tanda kematian. Ada 3 sistem yang berperan dalam
siklus oksigen dan membantu kita mendeteksi hidup matinya seseorang, yaitu:11
1. Sistem saraf, terutama medulla oblongata sebagai pusat vital.
2. Sistem kardiovaskuler, yaitu jantung sebagai pemompa darah dan denyut nadi sebagai
transport oksigen.
3. Sistem pernapasan (respiratorius system), terutama paru-paru sebagai tempat pertukaran
oksigen (oxygen exchange).
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati klinis),
mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak) :11

1. Mati somatis (mati klinis)

7
Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf
pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang menetap (irre-versible). Secara klinis
tidak ditemukan refleksrefleks, EEG menda-tar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak
terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.
2. Mati suri (suspended animation apparent death)
Adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa
ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat
tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.
3. Mati seluler (mati molekuler)
Adalah kematian organ atau ja-ringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya
kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam
transplantasi organ.
4. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak
dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular
masih berfungsi dengan bantuan alat.
5. Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal
intrakranlal batang maka dapat Dengan mati dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan
tidak dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu Kematian adalah suatu proses yang dapat
dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian, perubahan yang tertimbul pada
pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat saat meninggal atau beberapa menit kemudian,
misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya
dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot.
Tanda Pasti Kematian
Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini
mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat
kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa
dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Berdasarkan waktunya tanda
kematian dibagi menjadi 3, yaitu:6,9
1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.

8
 Berhentinya sirkulasi darah.
 Berhentinya pernafasan.
2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:
A. Perubahan temperatur tubuh (algor mortis)
B. Lebam mayat (livor mortis)
C. Kaku mayat (rigor mortis)
A. Penurunan Temperatur Tubuh (algor Mortis)
Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu
lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Kecepatan
penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada
iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat.6
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat:
1. Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang
dewasa.
2. Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat
dibandingkan pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.
3. Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa
ventilasi, kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika
mayat berada pada tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.
4. Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian.
5. Bentuk tubuh. Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu badan
yang
lebih cepat.
6. Posisi tubuh. Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang lebih
cepat.
B. Lebam Mayat (Livor Mortis)
Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai
pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang
tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan. Lebam mayat
biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati dan menetap 8-12 jam. Lebam mayat masih
hilang (memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya

9
lebam akan lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh
tersebut dilakukan daam 6 jam pertama setelah mati klinis.9
Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan
berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa barcak. Dalam
waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada akhirnya akan membuat warna kulit
menjadi gelap. Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat
ini bisa berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena
itu penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat
ini juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh
diri.6
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab
kematian:9
• Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
• Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin
• Merah gelap menunjukkan asfiksia
• Biru menunjukkan keracunan nitrit
• Coklat menandakan keracunan aniline
C. Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap:9
1. Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)
Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh
otot tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada
tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah akan
jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.
2. Kaku Mayat
Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah
terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi kaku.
Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang leher,
rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot
tungkai.

10
Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada
mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada
musim dingin dan 18 - 36 jam pada musim panas.
Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak
ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan penumpukan
asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).
3. Periode Relaksasi Sekunder
Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan
protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga mulai
terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit membedakan
antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.
Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat:12

1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentu kekauan otot yang terjadi pada
saat kematian dan menetap.cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat
yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer.
Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP ysng bersifat
setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum
meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi serig terjadi pada masa perang.
Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkan sikap terakhir masa hidupnya.
Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda yang diraihnya pada kasus
tenggelam, tangan yang menggenggam senjata pada kasus bunuh diri.
2. Heat stiffening, yaitu kekuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot-otot
berwarna merah muda dan kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat
dijumpai pada korban mati terbakar. Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya
memendek sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha, lutut, membentuk sikap
petinju (pugillstic attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi
sikap semasa hidup, penyebab atau cara kematian.
3. Cold stiffening, yaitu kekuan otot tubuh akibat lingkungan dingin sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan
dan otot, shingga bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga
sendi.

11
Perkiraan saat kematian

Beberapa perubahan yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati adalah:9

1. Perubahaan pada mata


Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri kanan kornea akan berwarna
kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di tepi kornea. Kekeruhan
kornea terjadi lapis demi lapis, kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan
dengan meneteskan air, tetapi kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat
dihilangkan dengan tetesan air.

Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati. Baik dalam keadaan
mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12 jam pasca mati dan dalam
beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas.

Setelah kematian tekanan bola mata menurun, memungkinkan distorsi pupil pada
penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara diameter pupil dengan lamanya mati.
Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati. Hingga 30
menit pasca mati tampak kekeruhan makula dan mulai memucatnya diskus optikus. Kemudian
hingga 1 jam pasca mati, makula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi. Selama dua jam
pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning. Warna kuning juga
tampak disekitar makula yang menjadi lebih gelap.

Pada saat itu pola vaskular koroid yang tampak sebagai bercak-bercak dengan latar
belakang merah dengan pola segmentasi yang jelas, tetapi pada kira-kira 3 jam pasca mati
menjadi kabur dan setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat. Pada kira-kira 6 jam pasca
mati, batas diskus kabur dan hanya pembuluh-pembuluh besar yang mengalami segmentasi yang
dapat dilihat dengan latar belakang kuning kelabu. Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan
mencapai tepi retina dan batas diskus akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati diskus hanya
dapat dikenali dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa. Pada
15 jam pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan diskus, hanya
makula saja yang tampak berwarna coklat gelap.

12
2. Perubahan dalam lambung
Kecepatan pengososngan lambung sangat bervariasi, sehingga tidak dapat digunakan
untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat mati. Namun keadaan
lambung dan isinya mungkin membuat keputusan.

3. Perubahan rambut

Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari, panjang
rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian. Cara ini
hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis atau jenggotnya
dan diketahui saat terakhir ia mencukur.

4. Pertumbuhan kuku

Sejalan dengan hal rambut tersebut diatas, pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar
0,1 mm per hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui saat
terakhir yang bersangkutan memotong kuku.

5. Perubahan dalam cairan serebrospinal

Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan kematian belum lewat 10
jam, kadar nitrogen non protein kurang dari 80% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar
kreatin kurang dari 5 mg% dan 10 mg% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai
10 jam dan 30 jam.

6. Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk
memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pasca mati.
7. Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah pasca mati
tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya. Perubahan
tersebut diakibatkan oleh aktivitas enzim dan bakteri, serta gangguan permeabilitas dari sel
yang telah mati.
8. Reaksi supravital
Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi jaringan
tubuh pada seseorang yang hidup.

13
Beberapa uji daoat dilakukan terhadap mayat yang masih segar, misalnya rangsang listrik
masih dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati dan
mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai 60-90 menit pasca mati, sedangkan trauma
masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati.
Traumatologi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang daksud dengan luka adalah suatu keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya,
kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat mekanik (kekerasan oleh benda tajam,
benda tumpul, atau tembakan senjata api), fisika (suhu, listrik dan petir, perubaha tekanan udara,
akustik, radiasi), dan kimia (asam atau basa kuat). Luka akibat benda tumpul dapat berupa
memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi), dan luka terbuka / robek (vulnus
laseratum).12
Luka pada wajah sangat umum, namun jarang yang terdapat cedera skeletal kecuali
terdapat pedarahan terhadap jalannya udara. Karena kompleksnya kontur wajah, beragam
prominens dari dagu, hidung, tulang pipi, alis mata, telinga, dan bibir dapat menjadi karakteristik
cedera. Pada alis mata, biasanya cedera karena jatuh. Trauma tumpul pada alis seringkali terlihat
kulit yang terpisah dan menjadi tanda adanya fraktur os frontalis yang dapat memengaruhi
margin orbital. Maxilla dan mandibula dapat fraktur karena trauma langsung dan menyebabkan
perdarahan intraoral. Pukulan keras atau tendangan terhadap salah satu sisi dagu dapat
menyebabkan fraktur ipsilateral, bilateral, atau kontralateral. Pada trauma hebat atau kecelakaan
berat, biasanya terdapat perlepasan antara tulang facial dan basis cranii, dimana bagian bawah
maxilla yang terdapat palatum dan gigi atas, akan terpisah dengan tulang-tulang yang lain.13
Penggunaan cambuk atau instrumen seperti bilah merupakan alat yang umum digunakan
untuk pemukulan, namun penggunaan batang kayu atau besi, clubs, baton, bagian belakang rifle,
atau ikat pinggang bisa digunakan. Akhir-akhir ini, penggunaan pipa plastik sudah sering
digunakan. Instrumen-instrumen ini menghasilkan lesi kulit yang karakteristik, dinamakan single
or double edged linear bruise. Memar yang dihasilkan bisa berupa garis petekiae hemoragik atau
tanda yang kontinu berwarna merah. Memar berbentuk tramline merupakan dua garis paralel
dengan bagian yang tidak memar di bagian tengahnya karena benda yang berbentuk persegi atau
berbentuk sirkuler.13

14
Luka Benda Tumpul

Pada kasus skenario 1 korban diperkirakan mendapat kekerasan benda tumpul yang
dilihat pada punggung korban ditemukanya beberapa memar berbentuk dua garis sejajar (railway
hematome), dan ditemukannya resapan darah yang luas di kulit kepala serta perdarahan yang
tipis dibawah selaput keras otak. Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka
benda tumpul adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa
memar (kontusio,hematom),luka lecet (ekskoriaso,abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus
laseratum). Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah terdapat suatu perdarahan tepi
(marginal haemorrhage).12,14
A. Memar ( kontusio, hematom )12,14
Suatu perdarahan dalam jaringan bawah kutis/kulit akibat pecahnya kapiler dan vena
yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Luka memar kadangkala memberi petunjuk tentang
suatu benda penyebabnya. Memar pada suatu tempat tidak selalu mengindikasikan lokasi
terjadinya trauma karena perdarahan akan mengalir ke jaringan yang lebih longgar dan
dipengaruhi oleh gaya gravitasi.

Misalnya, kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebra atau
kekerasan benda tumpul pada paha dengan patah tulang paha menimbulkan hematom pada sisi
luar tungkai bawah. Kontusio tidak hanya terjadi di kulit namun juga dapat terjadi pada organ
dalam seperti paru-paru, jantung, otak, dan otot. Bahkan kadang memar tidak bisa terlihat
kecuali beberapa jam setelah korban meninggal. Memar pada kulit kepala sering tidak terlihat
kecuali jika ada pembengkakan. Yang harus dipertimbangan adalah lokasi kontusio tipe
superfisial yang berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola
luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada
kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti
palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi
dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini
disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak bergerak.

Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak
mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada
kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang diam.

15
Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan.
Hal ini disebut kontusio contra-coup.

Pada kasus ini kita dapat memperkirakan waktu kematian dari jenazah ini dengan melihat
perubahan warna dari memar yang ditemukan. Pada saat timbul, memar berwarna merah,
kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah sampai 4-5 hari akan berwarna hijau yang
kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15
hari. Perubahan tersebut berlangsung mulai dari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung
tingkat keparahan, kedalaman jejas, dan warna kulit.

B. Luka lecet14
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet
gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impression,impact abrasion) dan luka
lecet geser (friction abrasion).
a. Luka lecet gores (scratch)
Luka lecet gores merupakan luka lecet yang diakibatkan oleh benda runcing
(misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit
(epidermis) di depannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat
menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.
b. Luka lecet serut (graze)
Merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel.
c. Luka lecet tekan
Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit
adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan
bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi
benda penyebab yang mempunyai bentuk khas misalnya kisi-kisi radiator mobil,
jejas gigitan dan sebagainya.
d. Luka lecet geser
Luka lecet geser disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser,
misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban pecut. Luka lecet geser

16
yang terjadi semasa hidup mungkin sulit dibedakan dari luka lecet geser yang terjadi
segera pasca mati.
C. Fraktur12,14
Kekerasan tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang. Bila terdapat lebih
dari satu garis patah tulang yang saling bersinggungan maka garis patah yang terjadi belakangan
akan berhenti pada garis patah yang telah terjadi sebelumnya. Patah tulang jenis impresi terjadi
akibat kekerasan benda tumpul pada tulang dengan luas persinggungan yang kecil dan dapat
memberikan gambaran bentuk benda penyebabnya. Pada kasus ini ditemukan adanya patah atau
fraktur didaerah rawan gondok sisi kiri yang dapat dicurigai akibat kekerasan benda tumpul.

Interpretasi Hasil Temuan

1. Pemeriksaan Luar

a. Ditemukan luka memar pada dada kanan 3x2 cm

Luka memar ini terjadi akibat pecahnya perdarahan kapiler dan vena yang berada dalam
jaringan bawah kulit/kutis.

b. Luka lecet pada lengan bawah kanan dan kiri

Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing.

c. Telapak tangan kiri ditemukan luka terbuka tepi tidak rata berukuran 4x3cm

Terjadi akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan
bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit.

2. Pemeriksaan Dalam

a. Ditemukan resapan darah pada dada


b. Apex dan otot jantung ditemukan resapan darah
c. Pada pembuluh darah koroner jantung ditemukan penebalan (atherosclerosis) sebesar
80%

17
Atherosclerosis adalah penebalan pembuluh darah arteri yang mengakibatkan adanya
sumbatan pada pembuluh darah arteri koronoria. Penebalan ini menyebabkan terjadinya infark
miokard. Infark miokard adalah nekrosis jaringan otot jantung akibat insufiensi aliran darah.
Insufiensi terjadi karena spasme dan/atau sumbatan akibat sklerosis atau trombosis.

Kematian Mendadak

Kematian mendadak menurut World Health Organization (WHO) adalah kematian yang
seketika terjadi pada 24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik
sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit bahkan detik sejak gejala pertama timbul.
Kematian yang terjadi sering tanpa diduga dan bersifat tiba-tiba yang sebelumnya orang tersebut
tampak sehat. Dalam pandangan ilmu kedokteran forensik, setiap kematian mendadak harus
diperlakukan sebagai kematian yang tidak wajar sebelum dapat dibuktikan secara ilmiah.
Kematian mendadak sering disamakan dengan sudden natural unexpected death, yaitu suatu
kematian yang disebabkan oleh karena penyakit bukan akibat trauma atau keracunan.15

Kematian mendadak salah satunya bisa disebabkan karena penyakit jantung dan
pembuluh darah. Penyakit jantung dan pembuluh darah menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian mendadak. Penyebabnya bermacam-macam antara lain karena kelainan
pembuluh koroner, infark miokard, miokarditis, kardiomiopati, kelainan katup jantung, dan
akibat kelainan genetik.15,16

Kesimpulan
Pada pemeriksaan mayat perempuan ini ditemukan memar pada dada kanan 3x2 cm, luka
lecet pada lengan bawah kanan dan kiri, telapak tangan kiri ditemukan luka terbuka tepi tidak
rata berukuran 4x3 cm akibat kekerasan benda tumpul. Lalu pada pemeriksaan bedah jenazah
ditemukan resapan darah pada dada, apex dan otot jantung, pada pembuluh koroner jantung
ditemukan penebalan (atherosclerosis) sebesar 80%. Tidak ditemukan resapan darah pada otot-
otot dada, kepala, dan perut. Sebab mati korban adalah karena adanya sumbatan pada pembuluh
koroner jantung yang mengakibatkan terjadinya miokard infark akut. Dan cara kematian korban
adalah mati wajar.

18
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik

RS. HARAPAN INDAH

Jl.Salemba Raya 6 Telp. 3106197, Fax. 3154626, Jakarta 10430

Nomor : 02/VER/1/XII/2015 Jakarta, 21Desember2015

Perihal : Hasil pemeriksaan jenazah atas nama Tn, X

Lampiran : 2 halaman

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

Yang bertangan tangan dibawah ini, dr A menerangkan bahwa atas permintaan tertulis
dari Kepolisian Sektor Kebon Jeruk pada tanggal 20 Desember tahun 2018 dengan no surat
123/456/789 yang ditandatangani oleh Kiman, AKP.NRP : 12345678, maka pada hari Sabtu
tanggal 21 bulan Desember tahun 2018 mulai pukul sebelas lewat dua puluh menit Waktu
Indonesia Bagian Barat di RS HARAPAN INDAH, Jakarta Timur telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap:

Nama : Wati
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 16 September 1945
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 73 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Kemiri VI No.9
Hasil Pemeriksaan :-------------------------------------------------------------------------------

1) Korban datang dalam keadaan mati

2) Pemeriksaan Luar

19
1) Ditemukan luka memar pada dada kanan 3x2 cm.
2) Luka lecet pada lengan bawah kanan dan kiri.
3) Telapak tangan kiri ditemukan luka terbuka tepi tidak rata berukuran 4x3cm.
3) Pemeriksaan dalam (bedah jenazah)

1) Ditemukan resapan darah pada dada.


2) Apex dan otot jantung ditemukan resapan darah.
3) Pada pembuluh darah koroner jantung ditemukan penebalan (atherosclerosis) sebesar
80%.

Kesimpulan

Telah dilakukan pemeriksaan sesosok jenazah yang dikenal dengan nama Ny. Wati
berjenis kelamin perempuan berusia 73 tahun. Dari hasi pemeriksaan luar ditemukan memar
pada dada kanan 3x2 cm, luka lecet pada lengan bawah kanan dan kiri, telapak tangan kiri
ditemukan luka terbuka tepi tidak rata berukuran 4x3 cm akibat kekerasan benda tumpul. Lalu
pada pemeriksaan bedah jenazah ditemukan resapan darah pada dada, apex dan otot jantung,
pada pembuluh koroner jantung ditemukan penebalan (atherosclerosis) sebesar 80%. Tidak
ditemukan resapan darah pada otot-otot dada, kepala, dan perut.

Sebab kematian adalah adanya sumbatan pada pembuluh koroner jantung yang mengakibatkan
terjadinya miokard infark akut. Dan cara kematian korban adalah mati wajar.

Penutup

Demikian Visum et Repertum ini saya perbuat dengan sesungguhnya dan menggunakan
pengetahuan saya sebaik-baiknya berdasarkan sumpah dokter sesuai dengan lembaran negara
No. 350 tahun 1937 untuk dipergunakan bilamana perlu.

Jakarta, 21 Desember 2018

Dokter pemeriksa

20
dr. A

NIP: 149083

Daftar Pustaka

1. Permatadewi GAAL, Yulianti K. Penyebab kematian mendadak di rumah sakit umum


pusat sanglah denpasar periode januari 2009-desember 2013. E-Jurnal Medika. 2017;
6(1):1-5.
2. Pratiwi AI, Moediarso B, Sumartono C. Autopsi verbal pada kasus kematian mendadak
di instalasi kedokteran forensik rsud dr. soetomo pada 1-30 november 2017. Jurnal
Qanun Medika. 2018;2(2):1-7.
3. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses
penyidikan. Jakarta: Sagung Seto; 2008.
4. Hukum online. Forensik dan kegunaannya. Edisi 09 September 2016. Diunduh dari
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6647/forensik-dan-ruang-lingkupnya-
dalam-mengungkap-tindak-pidana. 20 Desember 2018.
5. Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait praktik kedokteran. Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta; 2014.
6. Amri A. Ilmu kedokteran forensik. Medan: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran USU; 2007.
7. Taufik S. Pengantar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal buku penuntun
kepaniteraan klinik kedokteran forensik dan medikolegal. Banda Aceh: FK
Unsyiah/RSUDZA; 2009.
8. Afandi D. Otopsi virtual. Majalah Kedokteran Indonesia. 2009; 59(7):327-332.
9. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu
kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;1997.
10. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran

21
Universitas Indonesia; 2014.h.1-41.
11. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian Kedokteran Forensik FK Uni.
Indonesia. Jakarta: 2001.
12. Budianto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’im A, Sidhi, et al. Ilmu
kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Indonesia; 1997. h.37-55,55-70.
13. Saukko P, Knight B. Knight's forensic pathology. 3rd Ed. London: Hodder Arnold; 2004.
14. Citra. Trauma tumpul. Edisi 22 November 2009. Diunduh dari
https://somelus.wordpress.com/2009/11/22/trauma-tumpul/. 21 Desember 2018.
15. Suryadi T. Kematian mendadak kardiovaskuler. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2017;
17(2): 112-8.
16. Bhaskara DS, Mallo JF, Tomuka D. Hasil autopsy sebab kematian mendadak tak terduga
di bagian forensik blu rsup. Prof.dr.r.d. kandou manado tahun 2010-2012. Manado:
Bagian Ilmu Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulagi Manado; 2012.

22

Anda mungkin juga menyukai