Anda di halaman 1dari 21

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam

Dugaan Kasus Kekerasan Seksual Anak di


Bawah Umur

Nama : Meliantha Agustha Christa H

NIM : 102012472
Skenario 7

Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang bersama orang tua dan polisi
untuk meminta dilakukan visum et repertum. Anak ini mengaku lubang
pelepasannya dimasukan alat kelamin pelaku yang merupakan tetangganya
kemarin sore. Dari pemeriksaan ditemukan adanya luka lecet pada dinding
luar lubang pelepasanya arah jam 6 dan 8, tampak kemerahan pada dinding
luar lubang pelepasan dan kekuatan otot lubang pelepasan dalam batas
normal. Dari hasil pemeriksaan swab lubang pelepasan ditemukan adanya sel
sperma.
Rumusan Masalah

• Seoran anak laki-laki berusia 9 tahun datang bersama orang tua dan polisi
untuk meminta dilakukan visum et repertum. Anak ini mengaku lubang
pelepasannya dimasukan alat kelamin pelaku yang merupakan tetangganya
kemarin sore.

Hipotesis
• Anak tersebut menjadi korban kejahatan seksual tetangganya
Penanganan
Mind Map Aspek Medikolegal
dan Aspek Hukum

Visum et Anamnesis
Repertum RM

Pemeriksaan Fisik
Alur Perkara
Pemeriksaan Penunjang
Alur Perkara
Aspek Medikolegal & Aspek Hukum
A. Kejahatan Tentang Kesusilaan
• Pasal 289 KUHP “Barang siapa dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa seseorang
melakukan atau membiarkan dilakukan padanya perbuatan cabul, dihukum karena salahnya melakukan perbuatan
melanggar kesopanan dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan tahun”

• Pasal 290 KUHP ayat (2) “Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang sedang diketahuinya atau
patut dapat disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas,
bahwa orang itu belum pantas untuk dikawin”

• Pasal 292 KUHP Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan seseorang yang belum dewasa, yang
sejenis kelaminimaldengan dia, yang diketahuinya atau patut disangkanya belum dewasa dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya lima tahun.
Pasal 81
1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
anakPasal
melakukan
81 persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana
penjara paling
(1)Setiap Pasal Aspek Medikolegal & Aspek Hukum
lama
15
Pasal 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling
69A
banyak orang yang melangggar
Rp 300.000.000,00 ketentuan
(tiga ratus sebagaimana
juta rupiah) dimaksud
dan paling sedikit dalam Pasal 76D
Rp 60.000.000,00
Perlindungan
dipidana
(enam dengan
puluh Khusus bagi
pidana
juta rupiah). Anakpaling
penjara korbansingkat
kejahatan 5 seksual
(lima) sebagaimana
tahun dan paling lama 15
Setiap
dimaksud anakdan
dalam berhak
Pasal untuk
59 ayat (2)memperoleh
huruf perlindungan
j dilakukan melalui upaya:dari (lima
:
2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap miliar
(lima belas) tahun denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 orang yang
a.
rupiah).
a. •
edukasi Undang-Undang
penyalahgunaan
tentang kesehatan No.reproduksi,
dalam 23 kegiatan
Tahun 2002nilai dan Undang-Undang
politik;
agama, dan nilai no 35 tahun 2014
kesusilaan;
dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
tentang Perlindungan Anak
melakukan persetubuhan
b. pelibatan
b. rehabilitasi
(2)Ketentuan dalam
sosial;
pidana dengannya atau
sengketadimaksud
sebagaimana denganpada
bersenjata; orangayat
lain.(1) berlaku pula bagi Setiap
•Pasal
Pasal 15
82 dalam
c. pendampingan
Orang c. yang dengan
pelibatan sengaja melakukan
kerusuhan sosial;tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
atau

membujuk
Pasal 69  69A
Setiap d.orang yang Anak
d. pendampingan
pelibatan dengan
dalam melakukan
psikososial pada
sengaja persetubuhan
saat
melakukan
peristiwa yangpengobatan
kekerasan
mengandung dengannya
sampai
atau unsur
ancaman atau
pemulihan; denganmemaksa,
dan
kekerasan,
kekerasan; orang lain.
melakukan
e.
• Pasal
pemberiantipu
81-82  81
muslihat, serangkaian
perlindungan kebohongan,
dan pendampingan atau
pada membujuk
setiap tingkatanak untuk
pemeriksaan melakukan
(3)Dalam hal tindak pidana sebagaimana
e. pelibatan dalam peperangan; dan dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
atau membiarkan
Orang mulai dari
Tua, dilakukan
penyidikan,
Wali, pengasuh perbuatan
Anak,cabul,
penuntutan, sampaidipidana
pendidik, dengan dengan
atau pidana
pemeriksaan
tenaga penjara
di sidangpaling
kependidikan, lama 15
maka
f.belas)
kejahatan
(limapengadilan.tahun danseksual 9UU
paling singkat no 35
3 (tiga) tahuntahun 2014paling banyak Rp
dan denda
pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta
pada ayat (1).
Anamnesis
• Anamnesis umum: umur, tanggal dan tempat lahir, status perkawinan, siklus
• What & How: mencari kronologis kejadian. Apa yang terjadi, apa yang dilakukan, perlawanan, pemeberian
obat/zat, penetrasi, ejakulasi,paritas
haid, riwayat tindakandan/atau
setelah halabortus,
tersebut terjadi(mandi,
riwayat haid,ganti baju, dll).
riwayat koitus,
penggunaan
• When: tanggal obat-obatan(NAPZA)
dan jam kejadian, bandingkan denganriwayat penyakit,
tanggal dan dan keluhan
jam melapor, atau
dan apakah gejalatersebut
tindakan
yang dirasakan pada saat pemeriksaan.
baru satu kali terjadi atau sudah berulang..

Anamnesis
• Where: tempat Khusus,
kejadian, dan mencakup
jenis tempat kejadianketerangan yangkemungkinan
(untuk mencari terkait kejadian kekerasan
trace evidence dari tempat
seksual yang dilaporkan dan dapat menuntun pemeriksaan fisik
kejadian yang melekat pada tubuh dan/atau pakaian korban
• Who: untuk mengetahui identitas pelaku, apakah pelaku dikenal oleh korban atau tidak, jumlah pelaku, usia
pelaku, dan hubungan antara pelaku dengan korban.

Hasil: anak berumur 9 tahun, lubang pelepasanya dimasukan alat kelamin pelaku yang merupakan tetangganya
kemasin sore
Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan umum: Kesadaran, KU, emosional,


tanda kekerasan, kepala, wajah, mata, hidung, mulut,
gigi, leher, dada, abdomen, ektremitas,
• Pemeriksaan Khusus: anogenital, mulut, daerah
erogen sesuai indikasi
Pemeriksaan Penunjang

• Pakaian yang dipakai korban saat kejadian: diperiksa lapis demi lapis untuk mencari adanya trace
evidence yang mungkin berasal dari pelaku, seperti darah dan bercak mani, atau dari tempat kejadian,
misalnya bercak tanah atau daun-daun kering;
• Rambut pubis: rambut pubis yang menggumpal atau mengambil rambut pubis yang terlepas pada
penyisiran;
• Kerokan kuku: perlawanan dengan mencakar  sampleDNA
• Swab: dapat diambil dari bercak yang diduga bercak mani atau air liur dari kulit sekitar vulva, vulva,
vestibulum, vagina, forniks postrior, kulit bekas gigitan atau ciuman, rongga mulut (pada seks oral),
atau lipatan-lipatan anus (pada sodomi), atau untuk pemeriksaan penyakit menular seksual. Swab yang
diperoleh dari tubuh korban diperlukan untuk pemeriksaan DNA yang dapat digunakan oleh penyidik
dalam menemukan pelaku kejahatan seksual
• Darah dan Urin: obat-obatn, zat, HIV, Hep B, hamil

Hasil: Swap ada Sperma


Pemeriksaan Pada Pria Tersangka

1.Pemeriksaan umum(sama seperti pada korban)


2.Penentuan spermatozoa (mikroskopis).
3.Pemeriksaan Bercak Mani Pada Pakaian. 1) Secara visual. Bercak mani
berbatas tegas dan warnanya lebih gelap daripada sekitarnya. Bercak yang
sudah agak tua berwarna kekuningan.
Pastikan Ada Persetubuhan

• Dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya:


• a) besarnya penis dan derajat penetrasinya,
• b) bentuk dan elastisitas hymen,
• c) ada tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulat itu sndiri,
• d) posisi persetubuhan,
• e) keaslian barang bukti serta waktu pemeriksaan.
• Pada orang yang didapati dilakukan sodomi akan terlihat luka lecet pada bagian anus
dan terdapat jaringan parut di anus serta gangguan pada sfingter anus
Visum et Repertum

• Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup
maupun mati, ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan. Mengenai
kepangkatan pembuatan surat permintaan Visum et Repertum telah diatur dalam
peratutran pemerintah no 27 tahun 1983 yang menyatak penidik polri berpangkat
serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan pada wilayah kepolisisan
tertentu yang komandannya adalah seorang bintara (sersan), maka ia adalah penyidik
karena jabatanya tersebut. Kepangkatan bagi penyidik pembantu adalah bintara
serendah-rendanya sersan dua.
Visum et Repertum

• Sebelum tindakan pemeriksaan untuk pembuatan VeR perlu inform consent, boleh nolak tapi kalau
dibutuhkan untuk kasus tidak boleh menolok
• Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap yaitu:1
• Kata Pro Justita
• Bagian pendahuluan. Kata “Pendahuluan” sendiri tidak ditulis dalam visum et repertum, melainkan langsung
dituliskan berupa kalima-kalimat dibawah judul. Bagian ini menerangkan nama dokter pembuat visum et
repertum dan institusi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal surat ermintaanya,
tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
• Bagian Pemberitaan, bagian ini berjudul “hasil pemeriksaan” dan berisi pemeriksaan medik tentang keadaan
kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta
keadaannya selesai pengobatan/ perawatan.
• Bagian kesimpulan. Bagian ini berjudul “Kesimpulan” dan berisi pendapat dokter berdasarkan keilmuannya,
mengenai jenis perlukaan/ cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat
perlukaan atau sebab kematiannya.
• Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kelimat baku “Demikianlah visum et repertum ini saya
buat dengan sesungguhnya berdasarkan kelimuan saya dan dengan meningat sumpah sesuai dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana”.
Visum et Repertum Pada Kejahatan Susila

• Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya


persetubuhan, adanya kekerasan(termasuk pemberian racun/obat/zat agar menjadi
tidak berdaya, usia korban. Selain itu dokter juga diharapkan memeriksa adanya
pernyakit hubungan seksual, kehamilan, dan kelainan psikiatrik/ kejiwaan sebagai
akibat dari tindak pidana tersebut.
• Dalam kesimpulan visum et repertum korban kejahatan susila diharapkan tercantum
tentang usia korban, ada atau tidaknya tanda-tanda persetubuhan dan bila mungkin,
meyebutkan kapan perkiraan terjadinya, dan ada atau tidaknya tanda kekerasan.
VeRP
• Memberikan penilaian dari
kejadian/ peristiwa
• Lengkap dan jelas
• Tidak menggunakan istilah/bahasa • Tidak boleh dituliskan
yang hanya lazim bagi kalangan pembunuhan, perkosaan, dll
kedokteran
• Mengacu pada pasal yang terkait
undang-undang
• Objektif, ilmiah, independent, dan
impartial
Kesimpulan Visum

• Ada tidaknya tanda-tanda kekerasan


• Ada tidak tanda persetubuhan
• Tidak ada derajat luka
• Tanda pasti persetubuhan : cairan mani, sel sperma, hamil.
Proses Penangan Saat Pemulihan
Prinsip penatalaksanaan medis pada kasus kekerasan pada anak
adalah sebagai berikut:
• Tangani kegawatdaruratan yang mengancam nyawa (surat resmi permintaan VeR harus diantar polisi).
• Tangani luka sesuai dengan prosedur • Informasikan dengan hati-hati hasil temuan
pemeriksaan dan kemungkinan dampak yang terjadi,
• Bila dicurigai terdapat patah tulang, lakukan rontgen
kepada anak dan keluarga serta rencana tindak
dan penanganan yang sesuai
lanjutnya.
• Bila dicurigai terdapat perdarahan dalam, lakukan USG
• Pada anak yang mempunyai status gizi buruk atau
atau rujuk
kurang diberikan makanan tambahan dan konseling
• Dengarkan dan beri dukungan pada anak, sesuai gizi kepada orang tua/keluarga.
panduan konseling
• Pastikan keamanan anak
• Periksa dengan teliti, lakukan rekam medis, dan
berikan surat- surat yang diperlukan.
• Buatkan VeR bila ada permintaan resmi dari polisi
Proses Penangan Saat Pemulihan
Sama seperti pada kasus kekerasan fisik, dengan beberapa tambahan:

• a) Mencegah kehamilan (bila perlu)


• b) Berikan Kontrasepsi Darurat (Kondar) apabila kejadian perkosaan belum melebihi 72 jam.
• c) Periksa, cegah dan obati infeksi menular seksual atau rujuk ke Rumah Sakit.
• d) Berikan konseling untuk pemeriksaan HIV/AIDS dalam 6-8 minggu atau rujuk bila perlu.

• Konseling pada keluarga


Kesimpulan

• Hipotesis Diterima jika pemeriksaan sperma sesuai dengan tersangka

Anda mungkin juga menyukai