ARSIP ABAD 21
Oleh
Dengan ini saya menyatakan bahwa best practice dengan judul “ARSIP
ABAD 21” ini adalah benar-benar asli hasil karya saya sendiri, serta bukan
merupakan jiplakan hasil karya orang lain. Kegiatan praktik dilaksanakan di
sekolah-sekolah binaan di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
Mengetahui,
Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok,
Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok dengan ini mengesahkan laporan Best
Practice
1. Judul Best Practice ARSIP ABAD 21
2. Identitas Penulis
a. Nama Lengkap Teten Habsah, S.Pd., M.M
b. NIP
196111101984032010
c. Pangkat, Golongan
d. Pengawas Sekolah Pembina Tk. I, IV/b
e. Alamat Kantor
SMP
f. Kota
Komp. Balaikota Depok, Gd. Dibaleka II Lt.4
g. Provinsi
h. Telepon Jln. Margonda Raya No 54 Depok
Depok
Jawa Barat
(021) 29402287
3. Lama Pelaksanaan 9 bulan dari Agustus 2017 sampai April 2018
Kegiatan
Best Practice ini telah disetujui dan benar-benar karya asli oleh pengawas
tersebut di atas.
ARSIP ABAD 21
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Penyusun,
Teten Habsah, S.Pd., MM.
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………............ i
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah diatur dalam Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21
Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun
2016. Pada Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 143 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya mengamanatkan bahwa pengawas sekolah
melakukan tugasnya meliputi pembimbingan, pemantauan, penilaian, dan
bimbingan pelatihan pada kegiatan supervisi akademik dan supervisi
manajerial serta pengembangan profesi.
Pada pengamatan awal didapatkan permasalahan dari semua sekolah
binaan, yaitu 1) pelaksanaan kegiatan di sekolah tidak sesuai dengan Rencana
Kerja Sekolah (RKS); 2) 60% guru yang memiliki administrasi lengkap; 3)
Tidak memiliki Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan rencana kerja jangka
panjang; 4) pemahaman yang keliru dari Kepala Sekolah bahwa RKT berupa
RAPBS saja; dan 5) administrasi supervisi akademik yang belum
terdokumentasi dengan baik.
Permasalahan-permasalahan tersebut bermuara dari administrasi yang
kurang tertib. Alternatif cara untuk mengatasi berbagai macam permasalahan
tersebut dengan pembimbingan menggunakan metode Diskusi Kelompok
Terpumpun (DKT) atau Focus Group Discussion (FGD).
DKT dapat dilakukan melalui beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan DKT adalah untuk menyatukan sudut pandang stakeholder mengenai
kondisi sekolah, baik berupa kekuatan maupun kelemahan. Pada DKT juga
diperoleh langkah-langkah strategis maupun operasional untuk memajukan
sekolah. Pengawas pada DKT ini berperan sebagai fasilitator sekaligus
menjadi narasumber, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu 1) bagaimana merealisasikan tertib administrasi pada
supervisi manajerial sekolah binaan?; 2) bagaimana merealisasikan tertib
administrasi pada supervisi akademik sekolah binaan?
C. Tujuan
Tujuan penulisan best practice ini adalah untuk mengetahui realisasi
supervisi manjerial yang efektif, dan mengetahui realisasi supervisi akademik
yang efektif.
A. ARSIP
ARSIP merupakan nama kegiatan ciptaan peneliti yang berasal dari
akronim “Ayo Realisasikan AdministraSI KePengawasan”. Isi dari ARSIP
untuk mengajak rekan sejawat, kepala sekolah, pendidik dan tenaga
kependidikan untuk tertib administrasi.
Realisasi untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan, kemudian
pelaksanaan hingga hasilnya didokumentasikan.
Administrasi dalam pendidikan menurut Risnawati (2014:2) adalah
proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses ini meliputi kegiatan
perencanaan (planning), pengaturan (organizing), menggerakkan (actuating),
dan pengawasan (controlling).
Menurut Stephen J. Knezeich (1984) dalam Risnawati (2014: 3),
administrasi pendidikan merupakan sekumpulan fungsi organisasi yang
memiliki tujuan utama untuk menjamin efisiensi dan efektivitas pelayanan
pendidikan, dalam melaksanakan kebijakan melalui perencanaan,
pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber
daya, rangsangan dan koordinasi personal, dan iklim organisasi yang
kondusif, serta menentukan perubahan esensial fasilitas untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa yang akan datang.
Supervisi kepengawasan direalisasikan dengan supervisi manajerial dan
supervisi akademik. Salah satu cara pelaksanaan supervisi kepengawasan
dengan pembimbingan menggunakan metode Diskusi Kelompok Terpumpun
(DKT) atau Focus Group Discussion (FGD). DKT dapat dilakukan melalui
beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan. Menurut Irwanto (2007) tujuan
DKT atau FGD adalah untuk menyatukan sudut pandang stakeholder
mengenai kondisi sekolah, baik berupa kekuatan maupun kelemahan. Pada
DKT juga diperoleh langkah-langkah strategis maupun operasional untuk
memajukan sekolah. Pengawas pada DKT ini berperan sebagai fasilitator
B. Abad 21
Abad 21 yang dimaksud adalah masa sekarang yang memiliki tantangan
berbeda dengan masa lalu. Menurut Mulford (2008) dalam dalam Esti, Dwi
Andriani(2010) abad 21 dipengaruhi oleh empat kekuatan besar yang saling
terkait, yaitu kemajuan ilmu dan teknologi, perubahan demograsi, globalisasi
dan lingkungan. Kekuatan-kekuatan ini juga akan memberikan dampak bagi
dunia pendidikan. Perubahan demografi menyebabkan peserta didik di sekolah
keberagaman budaya, agama, dan bahasa. Kemajuan yang pesat pada
teknologi informasi dan komunikasi memberikan kemudahan akses
pengetahuan, namun juga dapat menimbulkan dampak lainnya.
Menurut Mukimin (2014), ciri yang menonjol pada abad 21 adalah
semakin bertautnya dunia ilmu dan teknologi, sehingga sinergi di antaranya
menjadi semakin cepat. Fenomena penting pendidikan di abad 21 adalah
globalisasi dan pendidikan, budaya dan karakter bangsa, budaya internet dan
cyber society.
Pembelajaran untuk menghadapi abad 21 memerlukan kesiapan yang
tinggi dari sekolah dan stakeholder pendidikan lainnya. Menurut Darling,
(2006) dalam Esti, Dwi Andriani (2010) guru abad 21 selain mengajar dan
mengelola kegiatan kelas, juga harus mampu membangun hubungan baik
dengan komunitas sekolah, menggunakan teknologi yang mendukung
peningkatan mutu pendidikan, serta melakukan perbaikan praktek
pembelajaran secara terus menerus. Guru dituntut mampu mengembangkan
pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
lingkungan.
A. Prosedur
Prosedur praktik kepengawasan yang baik meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan, refleksi hingga pelaporan.
1. Perencanaan
Program supervisi kepengawasan menjadi efektif perlu disusun suatu
program perencanaan, penyusunan dan realisasi supervisi kepengawasan.
Penyusunan program supervisi kepengawasan ini berlangsung sejak
diberikannya arahan hingga merealisasikan supervisi kepengawasan.
Permasalahan yang perlu diselesaikan segera untuk meningkatkan
efektivitas supervisi kepengawasan, adalah administrasi yang belum tertib.
Kegiatan selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor penyebab lainnya
yang memungkinkan dapat mempengaruhi tindakan yang akan
dikembangkan.
Langkah-langkah supervisi kepengawasan meliputi pada supervise
manajerial dan supervisi akademik.
Pelaksanaan kepengawasan menggunakan metode Diskusi Kelompok
Terpumpun (DKT) atau Focus Group Discussion (FGD). Pada DKT,
dimungkinkan pengambilan data secara kualitatif yang lebih mudah dan
memberikan peluang keterbukaan, kepercayaan, memahami persepsi dan
sikap, serta pengalaman informan. DKT memungkinkan peneliti dan
informan berdiskusi lebih intensif dalam membahas isu-isu spesifik.
Informasi yang diperoleh dalam DKT lebih cepat dan konstruktif dari
peserta beragam. Dinamika kelompok yang terjadi selama proses diskusi
sering memberikan informasi yang penting, menarik, bahkan tidak
terduga.
Pada penyelenggaraan DKT, akan diperoleh informasi yang mendalam
tentang tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman yang berkaitan dengan
tertib administrasi pada sekolah binaan. Selanjutnya akan diperoleh
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan kepengawasan yang meliputi supervisi
manajerial dan supervisi akademik pada sekolah-sekolah binaan seperti
berikut.
Tabel 1. Kegiatan Kepengawasan Tahun 2017-2018
3. Refleksi
Kegiatan refleksi dilaksanakan pada akhir kegiatan masing-masing,
yaitu setelah supervisi manajerial dan setelah supervisi akademik.
B. Instrumen
2. Supervisi Akademik
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kepengawasan pada supervisi
akademik dengan metode DKT sebagai berikut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
Keadaan awal sekolah-sekolah binaan berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh data
Pada grafik 1 tampak perubahan yang terbesar pada sekolah binaan SMP
PSKD sebesar 25. Sedangkan perubahan yang terkecil pada SMP PGRI Depok
Jaya. Perubahan yang sedikit ini dikarenakan kehadiran guru dalam mengikuti
DKT tidak maksimal. Rata-rata perubahan pada supervisi manajerial sebesar
13,57.
Grafik 2. Perubahan Hasil Pembimbingan dengan Metode DKT pada
Supervisi Akademik
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
B. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan, maka beberapa saran yang disampaikan yaitu:
1. Menjadi masukan bagi Dinas Pendidikan Kota Depok dalam menerapkan
tertib administrasi bagi pengawas, kepala sekolah, pendidik dan tenaga
kependidikan sesuai tugas pokok masing-masing.
2. Menjadi masukan bagi pengawas dalam menertibkan administrasi
kepengawasan melalui berbagai metode, diantaranya dengan DKT.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN