Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap bangsa sudah pasti mempunyai cita-cita yang ingin diwujudkan dalam
hidup dan kehidupan nyata. Cita-cita itu merupakan arahan dan atau tujuan yang sebenar-
benarnya dan mempunyai fungsi sebagai penentu arah dari tujuan nasionalnya. Namun
demikian, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional itu bukan sesuatu yang mudah
diwujudkan karena dalam perjalanannya kearah itu akan muncul energi baik yang positif
maupun negatif yang memaksa suatu bangsa untuk mencari solusi terbaik, terarah,
konsisten, efektif, dan efisien.
Energi positif bisa muncul dari dua situasi kondisi yaitu dalam negeri dan luar negeri.
Kedua situasi kondisi itu akan menjadi motor dan stimulan untuk membangkitkan
kesadaran pada bangsa untuk membangun ketahanan nasional yang holistik dan
komprehensif. Di sisi lain, energi negatif juga akan muncul dari dua situasi kondisi tadi,
yang biasanya menjadi penghambat dan rintangan untuk membangun ketahanan nasional.
Energi negatif biasanya muncul secara parsial tetapi tidak bisa dipungkiri dalam banyak
hal merupakan suatu produk yang tersistem dan terstruktur dengan rapi dalam sistem
operasional yang memakan waktu lama.
Energi positif tersebut diatas dalam banyak wacana biasanya disebut dengan daya dan
upaya penguatan pembangunan suatu bangsa dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan
nasionalnya. Sementara itu, energi negatif cenderung untuk menghambat dengan tujuan
akhir melemahkan bahkan menghancurkan suatu bangsa.
Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah bangsa melemahkan dan
atau menghancurkan setiap tantangan, ancaman, rintangan dan gangguan itulah yang yang
disebut dengan Ketahanan Nasional. Oleh karena itu, ketahanan nasional mutlak
senantiasa untuk dibina dan dibangun serta ditumbuhkembangkan secara terus-menerus
dengan simultan dalam upaya mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa. Lebih jauh
dari itu adalah makin tinggi tingkat ketahanan nasional suatu bangsa maka makin kuat
pula posisi bangsa itu dalam pergaulan dunia.
Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun
tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan nasional karena
dalam perjalanan sejarahnya, Negara Kesatuan Republik Indonesia mengalami pasang
surut dalam menjaga eksistensi dan kelangsungan hidup sebagai sebuah bangsa dan
negara yang merdeka dan berdaulat. Apabila dilihat dari geopolitik dan geostrategi yang

1
kemudian dikaitkan dengan potensi-potensi yang dimilikinya maka bangsa Indonesia
berada pada posisi yang rawan dengan instabilitas nasional yang diakibatkan dari
berbagai kepentingan seperti persaingan dan atau perebutan pengaruh baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri. Hal itu sudah dipastikan akan memberikan dampak bagi
hidup dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
Indonesia adalah negara yang bersandar pada kekuatan hukum sehingga kekuasaan
dan penyelenggaraan hidup dan kehidupan kenegaraan diatur oleh hukum yang berlaku.
Dengan kata lain, hukum sebagai pranata sosial disusun untuk kepentingan seluruh rakyat
dan bangsa yaitu menjaga ketertiban bagi seluruh rakyatnya. Kondisi kehidupan nasional
itu menjadi salah satu kekuatan ketahanan nasional karena adanya jaminan kekuasaan
hukum bagi semua pihak yang ada di Indonesia dan lebih jauh daripada itu adalah
menjadi cermin bagaimana rakyat Indonesia mampu untuk tumbuh dan berkembang
dalam suatu wilayah yang menempatkan hukum sebagai asas berbangsa dan
bernegaradengan menyandarkanpada kepentingan dan aspirasi rakyat.

2
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pengertian dan Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia

1.2.2 Sejarah Lahirnya Ketahanan Nasional Indonesia

1.2.3 PENGERTIAN DAN KONSEPSI KETAHANAN NASIONAL

1.2.4 Hakikat Ketahanan Nasional

1.2.5 Asas – asas Ketahanan Nasional Indonesia

1.2.6 Unsur – unsure Ketahanan Nasional Indonesia

1.2.7 Pembelaan Negara

1.2.8 Peraturan Perundang – undangan Tentang Bela Negara

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian dan Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia

1.3.2 Mengetahui Sejarah Lahirnya Ketahanan Nasional Indonesia

1.3.3 Mengetahui Hakikat Ketahanan Nasional

1.3.4 Mengetahui Asas – asas Ketahanan Nasional Indonesia

1.3.5 Mengetahui Unsur – unsure Ketahanan Nasional Indonesia

1.3.6 Mengetahui Pembelaan Negara

1.3.7 Mengetahui Peraturan Perundang– undangan Tentang Bela Negara

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. POKOK-POKOK PIKIRAN KETAHANAN NASIONAL


Upaya pencapaian ketahanan nasional sebagai pijakan tujuan nasional yang disepakati
bersama didasarkan pada pokok-pokok pikiran berikut :
1). Manusia Berbudaya
Manusia adalah mahluk Tuhan yang pertama-tama berusaha menjaga,
mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, manusia
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dari yang paling pokok sampai yang
paling mutakhir baik yang bersifat materi maupun kejiwaan. Manusia dikatakan
mahluk Tuhan yang sempurna karena memiliki naluri, kemampuan berpikir, akal
dan berbagai ketrampilan, senantiasa berjuang. Untuk keperluan itu maka manusia
hidup berkelompok (homo socius) dan menghuni suatu wilayah tertentu yang
dibinanya dengan kemampuan dan kekuasaannya (zoon politicon). Oleh karena itu,
manusia berbudaya senantiasa selalu mengadakan hubungan-hubungan sebagai
berikut :
a. Manusia dengan Tuhan dinamakan Agama/Kepercayaan
b. Manusia dengan cita-cita dinamakan Ideologi
c. Manusia dengan kekuatan/kekuasaan dinamakan Politik
d. Manusia dengan pemenuhan kebutuhan dinamakan Ekonomi
e. Manusia dengan penguasaan/pemanfaatan alam dinamakan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
f. Manusia dengan manusia dinamakan Sosial
g. Manusia dengan rasa Keindahan dinamakan Seni/Budaya
h. Manusia dengan rasa aman dinamakan Pertahanan dan Keamanan

Dari uraian tersebut di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa manusia bermasyarakat
untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya yaitu kesejahteraan, keselamatan dan
keamanan.Ketiga hal itu adalah hakekat dari ketahanan nasional yangmencakup dan meliputi
kehidupan nasional yaitu aspek alamiah dan aspek sosial/kemasyarakatan sebagai berikut :
Aspek alamiah adalah :

4
a. Posisi dan lokasi geografi negara
b. Keadaan dan kekayaan alam
c. Keadaan dan kemampuan penduduk
Aspek sosial/kemasyarakatan adalah :
a. Ideologi
b. Politik
c. Sosial
d. Budaya
e. Pertahanan dan Keamanan

Aspek alamiah bersifat statis dan sering disebut dengan istilah Trigatra, sedangkan
aspek sosial/kemasyarakatanbersifat dinamis disebut juga dengan istilah Pancagatra. Kedua
aspek itu biasanya disebut dengan Astagatra. Aspek-aspek di atas mempunyai hubungan
timbal balik antargatra yang sangat erat yang disebut dengan istilah keterhubungan (korelasi)
danketergantungan (interdependensi).

2). Tujuan Nasional, Falsafah Bangsa dan IdeologiNegara


Tujuan nasional menjadi pokok pikiran dalam ketahanannasional karena suatu
organisasi apapun bentuknya dalamproses kegiatan untuk mencapai tujuan yang
telahditetapkannya akan selalu berhadapan dengan masalah-masalah yang internal dan
ekternal, demikian pula dengannegara dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu,
dibutuhkansuatu situasi dan kondisi yang siap untuk menghadapinya. Untuk Indonesia,
falsafah dan ideologi menjadi pokokpikiran ketahanan nasional diperoleh dari Pembukaan
UUD1945 yang berbunyi sebagai berikut :
a. Alinea Pertama, menyebutkan bahwa ”sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala
bangsa dan oleh sebab itu makapenjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena
tidaksesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”mempunyai makna : ”merdeka
adalah hak semua bangsa”,”penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia”.
b. Alinea Kedua, menyebutkan ”dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagiadengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia
kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yangmerdeka, berdaulat adil
dan makmur” mempunyai makna :”adanya masa depan yang harus diraih (cita-cita).
c. Alinea Ketiga, menyebutkan ”atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan
didorong oleh keinginan luhursupaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka

5
rakyatIndonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” mempunyai makna :”bila
negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus
mendapat ridho Allah yang merupakan dorongan spiritual”
d. Alinea Keempat, menyebutkan ”kemerdekaan dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum
mencerdaskan kehidupan bangsa danikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatanrakyat dan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia”. Alinea itu mempunyai
makna yaitu mempertegascita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia
melaluiwadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2. SEJARAH LAHIR NYA KETAHANAN NASIONAL


Gagasan tentang Ketahanan Nasional bermula pada awal tahun 1960-an
pada kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD
(Sunardi,1997). Masa itu adalah sedang meluasnya pengaruh komunisme seperti di Laos ,
Vietnam dan sebagainya dan mereka mencurigai bahwa hal itu juga meluas ke Indonesia.
Dalam pemikiran Lemhanas tahun 1968 tersebut telah ada kemajuan konseptual
berupa ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yang berupa ideologi , politik,
ekonomi, sosial, dan militer.
Konsepsi ketahanan nasional waktu itu dirumuskan sebagai keuletan dan daya tahan
suatu bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional yang
ditujukan untuk menghadapi segala ancaman dan kekuatan yang membahayakan
kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia.
Konsepsi ketahanan nasional berawal dari konsepsi kekuatan nasional yang
dikembangkan oleh kalangan militer. Pemikiran konseptual ketahanan nasional ini mulai
menjadi doktrin dasar nasional setelah dimasukkan ke dalam GBHN.

6
2.3. PENGERTIAN DAN KONSEPSI KETAHANAN NASIONAL
Pengertian Ketahanan nasional (tannas) Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa
Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan
dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan , baik yang
datang dari dalam maupun luar untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan Negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional.

Ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan, dibina
terus menerus dan sinergis, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional
bermodalkan keuletan dan ketangguhan yan mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional. Proses berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan
berdasarkan pemikiran geostrategic yang dirancang dengan memerhatikan kondisi bangsa
dan konstelasi georafi Indonesia.

Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional


melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi
dan selaras dalam selurh aspek kehidupan secara utuh dan menyelurh serta terpadu
berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan wawasan nusantara. Konsepsi ini merupakan
pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan
keamanan.

Konsepsi ketahanan nasional untuk pertama kali dimasukkan dalam GBHN 1973
yaitu ketetapan MPR No. IV / MPR / 1973.
Rumusan mengenai ketahanan nasional dalam GBHN 1998 adalah sebagai berikut :
1) Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang selalu harus
menuju ke tujuan yang ingin dicapai agar dapat secara efektif dielakkan dari hambatan,
tantangan, ancaman, dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dalam maka
pembangunan nasional diselenggarakan melalui pendekatan ketahanan nasional yang
mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional bangsa secara utuh dan
menyeluruh.

7
2) Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi tiap
aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan
dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan
bangsa dan negara.
3) Ketahanan nasional meliputi, ketahanan ideologi, ketahanan politik, ketahanan
ekonomi, ketahanan sosial budaya, dan ketahanan pertahanan keamanan.
a. Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang berlandaskan
keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan untuk
menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan nasional dan kemampuan menangkal
penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan keperibadian bangsa.
b. Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia yang
berlandaskan demokrasi politik berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
yang mengandung kemampuan memelihara sistem politik yang sehat dan dinamis serta
kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
c. Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang
berlandaskan demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila yang mengandung
kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis.
d. Ketahanan sosial budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang
dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang mengandung kemampuan
membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat
Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta
tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan.

2.4. HAKIKAT KETAHANAN NASIONAL


Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional.
Hakikat konsepsi nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan
kesejaheraan dan keamanan secara seimbang, serasi, dan selaras dalam selurh aspek
kehidupan nasional. Dalam konteks ketahanan nasional :
a. Ketahanan Nasional sebagai status kenyataan nyata atau rela
b. Ketahanan Nasional sebagai konsepsi
c. Ketahanan Nasional sebagai metode berfikir atau metode pendekatan.

8
2.5. ASAS-ASAS KETAHANAN NASIONAL INDONESIA
Asas-asas Ketahanan Nasional adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang
tersusun berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara. Asas-asas
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Asas kesejahteraan dan keamanan;
Kesejahteraan dan keamanan merupakan kebutuhan manusia yan mendasar serta
esensial baik sebagai perseorangan maupun kelompok dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Realisasi kondisi kesejahteraan dan
keamanan dapat dicapai dengan menitik beratkan kepada kesejahteraan, tanpa
mengabaikan keamanan. Sebaliknya, memberikan prioritas pada keamanan tidak
boleh mengabaikan kesejahteraan. Baik kesejahteraan maupun keamanan harus
selalu berdampingan pada kondisi apa pun. Dalam kehidupan nasional, tingkat
kesejahteraan dan keamanan nasiona yang dcapai merupakana tolak ukur
ketahanan nasional.

2) Asas Komprehensif integral :


Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa secara
utuh, menyeluruh, terpadu dalam perwujudan persatuan dan perpaduan yang
seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan. Sehingga ketahanan
nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa atau komprehensif
dan integral.

3) Asas mawas diri ke dalam dan keluar;


Kehidupan nasional merupakan kehidupan bangsa yang salng berinteraksi
dengan lingkungan sekelilingnya. Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul
beragai dampak yang bersifat positif maupun negative. Untuk itu diperlukan sikap
awas diri ke dalam dan keluar. Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat,
sifat dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai
kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian
bangsa yang uket dan tangguh. Hal ini tidak berarti bahwa ketahanan nasiona
mengandung sikap isosiasi atau nasionalisme sempit. Mawas Diri ke luar
bertujuan untuk dapat berpartisipasi dan ikut berperan mengatasi dampak

9
lingkungan strategis luar negeri serta menerima kenyataan adanya saling interaksi
dan ketergantungan dalam dunia internasional.

4) Asas kekeluargaan;
Mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong royong ,
tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dalam asas ini dakui adanya perbedaan dan perbedaan tersebut
harus dkembankan secara serasi dalam hubungan kemitraan serta dijaga tidak
berkembang menjadi konflik yang bersifa antagonis yang saling menghancurkan.

2.6. UNSUR-UNSUR KETAHANAN NASIONAL

1. Gatra dalam Ketahanan Nasional


Unsur, elemen atau faktor yang mempengaruhi kekuatan/ketahanan nasional suatu
Negara terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur
kekuatan nasional suatu Negara.
a. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou
Unsur ketahanan nasional negara terbagi menjadi beberapa faktor, yaitu
 Faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya alam.
 Faktor berubah (dynamic factors) terdiri atas kemampuan industri, militer,
demografi, karakter nasional, modal nasional, moral nasional, dan kualitas
diplomasi.

b. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray


Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu
 Tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industry, dan militer.
 Intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral nasional, dan kualitaS
kepemimpinan.

c. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins

10
Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tanah, sumberdaya, penduduk, teknologi,
idiologi, moral, dan kepemimpinan.

d. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tiga, yaitu
 Alamiah terdiri atas geografi, sumberdaya, dan penduduk.
 Sosial terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik, budaya dan moral
nasional.
 Lain-lain: ide, inteligensi, dan diplomasi, kebijakan kepemimpinan.

e. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas letak geografi, wujud bumi, luas wilayah,
jumlah penduduk, watak nasional, dan sifat pemerintahan.

f. Unsur kekuatan nasional menurut Cline


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas sinergi antara potensi demografi dan
geografi, kemampuan ekonomi, militer, strategi nasional, dan kemauan nasional.

g. Unsur kekuatan nasional model Indonesia


Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahkan dengan gatra dalam
ketahanan nasional Indonesia. Pemikiran tentang gatra dalam ketahanan nasional
dirumuskan dan dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan nasional
Indonesia dikenal dengan nama Astagatra yang terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.
 Trigatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri atas penduduk, sumber daya
alam, dan wilayah.
 Pancagatra adalah aspek social (intangible) yang terdiri atas idiologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Bila dibandingkan perumusan unsur-unsur kekuatan nasional/ketahanan nasional di


atas, pada hakikatnya dapat dilihat adanya persamaan. Unsur-unsur demikian dianggap
mempengaruhi Negara dalam mengembangkan kekuatan nasionalnya untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan. Pertanyaan dasarnya adalah
dalam kondisi apa atau bagaimana unsur-unsur tersebut dapat dikatakan mendukung kekuatan

11
nasional suatu negara. Bila mana suatu unsur justru dapat melemahkan kekuatan nasional
suatu negara?
Pertanyaan demikian dapat diperinci dan diperjelas. Misalnya, penduduk yang
bagaimanakah yang mampu mendukung kekuatan nasional suatu negara, wilayah atau
geografi yang seperti apa dapat mengembangkan kekuatan sebuah bangsa, dan seterusnya.
Jawaban eksploratif atas pertanyaan tersebut sampai pada kesimpulan bahwa pada hakikatnya
ketahanan nasional adalah sebuah kondisi atau keadaan.
Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat diketahui melalui pengamatan
atas sejumlah gatra dalam suatu kurun waktu tertentu. Hasil pengamatan yang mendalam itu
akan menggambarkan tingkat ketahanan nasional. Apakah ketahanan nasional Indonesia
kuat/meningkat atau lemah/menurun. Lemah atau turunnya tingkat ketahanan nasional akan
menurun kemampuan bangsa dalam menghadapi ancaman yang terjadi. Apakah pengamatan
tersebut kita lakukan pada sejumlah gatra yang ada pada tingkat wilayah atau regional maka
akan menghasilkan kondisi ketahanan regional.

2. Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional


a. Unsur atau Gatra Penduduk
Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara yang
bersangkutan, faktor yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut.
 Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan
kepribadian.
 Aspek kualitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran; perataan
dan perimbangan penduduk di tiap wilayah negara. Terkait dengan unsur penduduk
adalah faktor moral nasional dan karakter nasional. Moral nasional menunjukan pada
dukungan rakyat secara penuh terhadap negaranya kita menghadapi ancaman.
Karakter nasional menunjukan pada ciri-ciri khusus yang dimiliki suatu bangsa
sehingga bias dibedakan dengan bangsa lain. Moral dan karakter nasional
mempengaruhi ketahanan suatu bangsa.

b. Unsur atau Gatra Wilayah


Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara. Hal yang terkait dengan
wilayah negara meliputi:
 Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulawan atau negara
kontinental.

12
 Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara dengan
wilayah yang sempit (kecil).
 Posisi geografis, astronomi dan geologis negara.
 Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah yang
unhabitable.

c. Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam


Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan
nasional, meliputi:
 Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam
hewani, nabati dan tambang.
 Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam.
 Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan
lingkungan hidup.
 Kontrol sumber daya alam.

d. Unsur atau gatra di Bidang Idiologi


Idiologi mengandung ketahanan suatu bangsa oleh karena idiologi bagi suatu bangsa
memiliki dua fungsi pokok, yaitu
 Sebagai tujuan atau cinta-cinta dari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya
nilai-nilai yang terkandung dalam idiologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju
secara bersama.
 Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya masyarakat
yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan idiologi sebagai milik bersama dan
menjadikannya bersatu.

e. Unsur atau Gatra di Bidang Politik


Politik penyelenggaraan bernegara amat memengaruhi kekuatan nasional suatu
negara. Penyelenggara bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti
 Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau nondemokrasi.
 Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensiil atau parlementer.
 Bentuk pemerintah yang dipilih apakah republik atau kerajaan.
 Suatu negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau negara serikat.

13
f. Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi
Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan nasional negara
yang bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung
dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara. Kemajuan pusat di bidang
ekonomi tertentu saja menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kesatuan dunia.
Contoh, Jepang dan Cina.
Setiap negara memiliki sistem ekonomi dalam rangka mendukung kekuatan ekonomi
bangsanya. Sistem ekonomi secara garis besar dikelompokan menjadi dua macam yaitu
sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialis. Suatu negara dapat pula
mengembangkan sistem ekonomi yang dianggap sebagai cerminan dari nilai dan idiologi
bangsa yang bersangkutan. Contoh, bangsa Indonesia menyatakan sistem ekonomi Pancasila
yang bercorak kekeluargaan.

g. Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya


Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu negara. Hal-
hal yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang
dihadapi bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya nasyarakatnya. Contohnya,
bangsa Indonesia yang heterogen berbeda dengan bangsa Israel atau bangsa Jepang yang
relatif homogen.
Pengembangan integrasi nasional menjadi hal yang amat penting sehingga dapat
memperkuat kekuatan nasionalnya. Integrasi bangsa dapat dilakukan dengan 2 (dua) strategi
kebijakan, yaitu “assimilationist policy” dan “bhinneka tunggal ika policy” (Winarno, 2002).
Strategi pertama dengan cara penghapusan sifat-sifat cultural utama dari komunitas kecil
yang berbeda menjadi sebuah kebudayaan nasional. Strategi kedua dengan cara penciptaan
kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan lokal, Tidak dapat ditentukan strategi
mana yang paling benar. Negara dapat pula melakukan kombinasi dari keduanya. Kesalahan
dalam strategi dapat mengantarkan bangsa yang bersangkutan ke perpecahan bahkan perang
saudara. Misal, perpecahan etnis di Yugoslavia, pertentangan antara suku Huttu dan Tutsi di
Rwanda, perang saudara antara bangsa Sinhala dan Tamil di Sri Lanka.

h. Unsur atau Gatra di bidang Pertahanan Keamanan


Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok terutama dalam
menghadapi ancaman militer negara lain. Oleh karena itu, unsur utama pertahanan keamanan

14
berada di tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan negara juga merupakan salah satu
fungsi pemerintahan negara.
Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya pertahanan negara sebagai bentuk
dari hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara. Upaya melibatkan rakyat
menggunakan cara yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan politik pertahanan yang
dianut oleh negara. Politik pertahanan negara disesuaikan dengan nilai filosofis bangsa,
kepentingan nasional dan konteks zamannya.
Ketahanan Nasional Indonesai dikelola berdasarkan unsur Astagrata yang meliputi
unsur-unsur (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan, (4) idiologi, (5) politik, (6)
ekonomi, (7) sosial budaya, dan (8) pertahanan keamana. Unsur (1) geografi, (2) kekayaan
alam, (3) kependudukan disebut Trigatra. Unsur keamanan disebut Pancagatra.
Kebutuhan Nasional adalah suatu pengertian holistik, dimana terdapat saling
hubungan antara gatra dalam keseluruhan kehidupan nasional (Astagrata). Kualitas Pancasila
dalam kehidupan nasional Indonesai tersebut terintegrasi dan dalam integrasinya dengan
Trigrata. Keadaaan kedelapan unsur tersebut mencerminkan kondisi Ketahanan Nasional
Indonesia, apabila ketahanan nasional kita kuat atau lemah. Kelemahan disalahsatu gatra
dapat mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan memengaruhi kondisi secara keseluruhan.
Ketahanan Nasional Indonesia bahkan merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap
gatranya, melainkan suatu hasil keterkaitan yang integrative dari kondisi dinamik kehidupan
bangsa di seluruh aspek kehidupan.

2.7. PEMBELAAN NEGARA DAN MAKNA BELA NEGARA

Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan

petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen
dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.

Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan
fisikatau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan
secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan
kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.

15
Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep
iniadalah tentaraatau perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang
dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara
(misalnya Israel, Iran) dan Singapura memberlakukan wajib militer bagi warga yang
memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik,
mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer,
biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan
krisis perekrutan selama masa perang.

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila danUndang-
Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan
Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus,
hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-
sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap
dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Unsur Dasar Bela Negara

1. Cinta Tanah Air


2. Kesadaran Berbangsa & bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa & negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara

Berdasarkan Pasal 27 dan 30 UUD 1945, masalah bela Negara dan pertahanan negara
merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia.Bela negara
adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan republik Indonesia terhadap
ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri.
Makna Bela Negara

16
Membela Negara merupakan kewajiban sebagai warga Negara. Membela negara
Indonesiaadalah hak dan kewajiban dari setiap warga negara Indonesia. Hal ini tercantum
secara jelas dalam Pasal 27 ayat 3 UUD 1945.
Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik maupun nonfisik. Secara fisik
yaitu dengan cara ”memanggil bedil” menghadapi serangan atau agresi musuh. Secara
nonfisik dapat didefenisikan sebagai ”segala upaya untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara,
menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan
negara.

2.8. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG BELA NEGARA

Ketentuan atau landasan hukum mengenai bela negara secara tersurat dapat kita
ketahui dalam bagian pasal atau batang tubuh UUD 1945 yaitu sebagai berikut :
a. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 Perubahan kedua yang berbunyi ”Setiap warga
negaraberhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
b. Pasal 30 UUD 1945 Perubahan Kedua yang secara lengkap sebagai berikut :
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung.
Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
Kepolisian Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
Susunan dan kedudukan Tentara Naional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait
dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.

17
Keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara
Keikutsertaan warga negara dalam upaya menghadapi ancaman tentu saja dengan
upaya bela negara.
a) Bela Negara secara Fisik
Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan
menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar Kemiliteran.
b) Bela Negara secara Nonfisik
Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 keikutsertaan warga negara dalam bela
negara secara nonfisik dapat diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan
dan pengabdian sesuai dengan profesi.

Identifikasi Ancaman terhadap Bangsa dan Negara


Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 1982, ancaman mencakup ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan, sedangkan menurut Undang-Undang No. 3 Tahun
2002 digunakan satu istilah yaitu ancaman.

2.9. INDONESIA DAN PERDAMAIAN DUNIA

1. Pengertian Perdamaian Dunia


Dalam studi perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua pengertian. Pertama,
perdamaian adalah kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan. Kedua,
perdamaian adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan. Dari dua definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa perdamaian adalah apa yang kita miliki ketika transformasi konflik yang
kreatif berlangsung secara tanpa kekerasan. Perdamaian selain merupakan sebuah keadaan,
juga merupakan suatu proses kreatif tanpa kekerasan yang dialami dalam transformasi (fase
perkembangan) suatu konflik. Umumnya pemahaman tentang kekerasan hanya merujuk pada
tindakan yang dilakukan secara fisik dan mempunyai akibat secara langsung. Batasan seperti
ini terlalu minimalistis karena rujukannya berfokus pada peniadaan atau perusakan fisik
semata.
Kendati pun demikian, pengertian perdamaian tidak berhenti di situ. Perdamaian
bukan sekedar soal ketiadaan kekerasan atau pun situasi yang anti kekerasan. Lebih jauh dari

18
itu perdamaian seharusnya mengandung pengertian keadilan dan kemajuan. Perdamaian
dunia tidak akan dicapai bila tingkat penyebaran penyakit, ketidakadilan, kemiskinan dan
keadaan putus harapan tidak diminimalisir. Perdamaian bukan soal penggunaan metode
kreatif non-kekerasan terhadap setiap bentuk kekerasan, tapi semestinya dapat menciptakan
sebuah situasi yang seimbang dan harmoni, yang tidak berat sebelah bagi pihak yang kuat
tetapi sama-sama sederajat dan seimbang bagi semua pihak. Jadi perdamaian dunia
merupakan tiadanya kekerasan, kesenjangan, terjadinya konflik antar negara di seluruh dunia.

2. Mewujudkan Perdamaian Dunia


Ketika ada seseorang ataupun Negara yang lebih suka menyerukan peperangan,
mungkin saja hati nuraninya telah mati. Sebab semua yang hati nuraninya masih berfungsi
tentu akan memilih perdamaian. Bukankah perdamaian itu tidak sulit dan lebih memberikan
harapan? Mengapa harus kita persulit? Sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan, andai
saja semua orang dan seluruh Negara di dunia ini mau bersama-sama “saling bergandengan
tangan” dan berkomitmen untuk terus menyerukan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Sudah saatnya kini kita hapuskan paradigma bahwa mewujudkan sebuah perdamaian
itu sulit. Paradigma bahwa mewujudkan perdamaian itu sulit hanya akan terus membelenggu
fikiran kita dan menjadi batu sandungan yang menjegal segala upaya perdamaian itu sendiri.
Penulis terkadang merasa miris, mengapa begitu mudahnya kita serukan konflik dan
peperangan? Sementara itu begitu sulit hanya untuk sebuah perdamaian yang mana demi
kehidupan bangsa juga seluruh Negara yang lebih baik. Ini tentu menjadi PR untuk bangsa
Indonesia khususnya dan seluruh Negara di dunia yang masih bernurani tentunya.
Kita bersama harus yakin bahwa suatu saat nanti perdamaian dunia akan benar-benar
terwujudkan. Tentu yakin saja tidak cukup dan tidak akan pernah mengubah keadaan. Harus
ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan bersama Negara-negara di seluruh penjuru dunia.
Selama ini memang sering ada upaya-upaya diplomasi dan pertemuan antar Negara guna
menciptakan perdamaian dunia. Pada akhirnya yang dihasilkan seperti biasa yaitu butir-butir
kesepakatan atau semacam perjanjian bersama yang selama ini belum banyak mampu
merubah keadaan.
Ada beberapa solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang harus dilakukan demi
mewujudkan perdamaian dunia, antara lain:

a. Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)

19
Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat
ataupun sebuah Negara. Jika tidak akan percuma saja segala upaya kita. Dengan mengetahui
budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa memahami karakteristik dari
masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu
Negara, kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan
perdamaian disana. Pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam
mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.

b. Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi


Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang dimaksudkan terkait masalah
kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya
perwujudan perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan
konflik dan kekerasan di dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya
akan “tidak perduli” atas isu dan seruan perdamaian. “Jangankan memikirkan perdamaian
dunia, buat makan untuk hidup sehari-hari saja sangat susah”, begitu fikir mereka yang
kurang sejahtera. Maka untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat
dan Negara di dunia ini.

c. Melalui Pendekatan Politik


Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk
mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan politik, dalam artian ada agenda
politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih lagi bagi
Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara-
negara maju pada saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk “melakukan
sedikit penekanan” pada Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai
kembali. Bukan justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan
mereka terus dibeli.

d. Melalui Pendekatan Religius (Agama)


Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya
perdamaian. Sebab saya kira tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan
ataupun peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang diantaranaya kepedulian
dan perdamaian. Maka dari itu setiap kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus

20
memiliki kepedulian dalam turut serta mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di
kancah dunia. Para tokoh agama yang dianggap memiliki karisma dan pengaruh besar di
masyarakat harus ikut serta aktif menyerukan perdamaian.
Di lingkungan masyarakat sekarang ini banyak kita telah menemukan masalah-
masalah yang terjadi dan sering menimbulkan masalah di tengah tengah masyarakat yang
kurang memahami satu dengan yang lainnya. Sebaiknya agar terjadi perdamaian dunia adalah
kesadaran dari diri sendiri dan pemikiran, perbuatan yang tidak semena-mena agar tidak
terjadi kesalahpahaman dan konflik atau keributan di tengah masyarakat.
Kita harus memiliki suatu tujuan yang sama dengan orang lain untuk bersatu dan
berjuang demi mewujudkan perdamaian dunia. Kita juga harus saling mengalah, tidak egois
dan selalu menghargai orang lain. Jika kita hanya berpikir untuk kepentingan kita sendiri
tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain, kebersamaan pun tentu tidak akan
terbentuk dengan baik. Dari kebersamaan tersebut, akan menjadi awal mula bisa
terbentuknya perdamaian. Setelah terbentuknya kebersamaan juga diiperlukan kesadaran.
Maksud dari kesadaran itu adalah kita dituntut untuk sadar terhadap situasi sekitar kita.
Contohnya dengan :
 Sadar dibentuknya peraturan, kita patut dan wajib mematuhi peraturan.
 Sadar terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain.
 Sadar bahwa kita memiliki perbedaan dengan orang lain seperti suku, adat-istiadat,
agama, ras, dan status sosial.
 Sadar untuk mengendalikan diri dan menempatkan diri

Jadi dengan semua cara itu, kita dituntut untuk menjalin hubungan sesama dengan
baik, sehingga perdamaian dunia akan cepat terwujud.

3. Partisipasi Indonesia bagi Perdamaian Dunia


Tidak hanya lembaga yang membantu dalam perwujudan perdamaian dunia antara
lain ASEAN, EEC, BENELUX, APEC, IBRD, IMF, UNDP, IDA dan masih banyak yang
lainnya, Indonesia juga peran serta Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian
merupakan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Disisi lain,
konstelasi perubahan dunia akan selalu berpengaruh terhadap kelangsungan bangsa negara
Indonesia. Dunia yang aman dan damai tentu saja menjadi harapan semua umat manusia
termasuk bangsa Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang termasuk lima

21
besar dunia, sudah sepantasnya bangsa Indonesia turut memberikan kontribusi nyata bagi
perdamaian dunia. Peran serta Indonesia dalam kancah pemeliharaan perdamaian dunia
memang sudah bukan hal yang baru. Sesuai amanat konstitusi, sejak dekade awal
kemerdekaan, Indonesia sudah mengirimkan personelnya untuk terlibat aktif melaksanakan
ketertiban dunia melalui berbagai misi perdamaian dibawah bendera Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB). Keseriusan Indonesia untuk terlibat dalam misi perdamaian dunia telah
mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan perkembangan lingkungan strategis
serta komitmen bangsa untuk lebih proaktif dalam menyikapi konflik yang terjadi. Kiprah
dan profesionalitas para pejuang perdamaian baik yang tergabung dalam Kontingen Garuda
maupun civilian experts telah menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia telah
mendapatkan kepercayaan dalam mengemban misi mulia tersebut. Dengan tidak mengurangi
apresiasi yang tinggi terhadap civilian experts Indonesia yang saat ini bertugas di misi PBB,
tulisan ini hanya memberikan gambaran tentang kiprah TNI dalam keterlibatan dan
dedikasinya memelihara perdamaian dunia, serta roadmap menuju peacekeeper kelas dunia.
Harapan untuk hidup damai tampaknya masih menjadi impian yang sulit bagi
sebagian bangsa di berbagai kawasan. Berakhirnya Perang Dunia II dan perang dingin yang
ditandai pembubaran Uni Sovyet tahun 1991, ternyata tidak membuat dunia bebas dari
konflik bersenjata. Perang besar antara kedua negara raksasa – AS dengan US – memang
tidak terjadi, namun perang kecil dan konflik justru berkecamuk dimana-mana. Di wilayah
Balkan, Baltik dan bekas Uni Sovyet, Afrika, Timur Tengah, perang dan berbagai jenis
konflik lain terus berkecamuk.
Berdasarkan hal diatas, maka perdamaian menjadi impian sekaligus upaya yang serius
diharapkan oleh banyak negara. Oleh karena itulah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa),
sebagai organisasi internasional terbesar saat ini memiliki alat kelengkapan yang dinamakan
Dewan Keamanan. Dewan Keamanan PBB adalah badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah
menjaga perdamaian dan keamanan antar negara.
Untuk menjaga perdamaian dikawasan konflik, PBB membentuk pasukan perdamaian
dalam rangka Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP). Beberapa contoh pasukan
perdamaian tersebut, sebagai berikut :
a. ICCS (International Commission For Control and Supervision), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk perdamaian Vietnam Selatan.
b. UNDOF (United Nations Disengagement Observer Force), yaitu pasukan
perdamaian PBB sebagai pengawas pertikaian senjata.

22
c. UNEF (United Nations Emergency Force), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk
Timur Tengah, Korea Utara, dan Korsel.
d. UNFICYP (United Nations Peace Keeping Force in Cyprus), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk perdamaian di Cyprus.
e. UNMOGIP (United Nations Military Observer Group in India and Pakistan),
yaitu pasukan perdamaian PBB untuk perdamaian India dan Pakistan.
f. UNOC (United Nastions Operations for Congo), yaitu pasukan perdamaian PBB
untuk Kongo.
g. UNTSO (United Nations Truce Supervision Organization In Palestine), yaitu
pasukan perdamaian PBB untuk Palestina.
h. UNCRO (United Nations Confidence Restorations Operation), yaitu pasukan
perdamaian PBB di Kroasia.
i. UNPROFOR (United Nations Protection Forces), yaitu pasukan perdamaian PBB
di Bosnia Herzegovina.
j. UNPREDEF (United Preventive Deployment Force), yaitu pasukan perdamaian
PBB di FYROM (Macedonia).
k. UNMIL (United Nations Mission in Liberia), yaitu pasukan perdamaian PBB di
Liberia.

Peran aktif Indonesia di dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan perdamaian


dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan kemanusiaan maupun
peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer, staf militer atau Kontingen Satgas
operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta bangsa di bawah bendera PBB. Keikutsertaan
Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan menjadi anggota pasukan
perdamaian. Keikutsertaan Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian sudah dimulai
sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian dari Indonesia dikenal dengan nama Kontigen Garuda
atau Konga. Sejak tahun 1967 sampai saat ini Garuda Indonesia telah diterjunkan keberbagai
kawasan konflik bergabung dengan pasukan perdamaian PBB.
Kontigen Garuda 1 diterjunkan ke Mesir pada tanggal 8 Januari 1957. Adapun
samapai sekarang ini Kontigen Garuda XIIA terakhir kali diterjunkan ke Libanon sebagai
bagian dari UNFIL ( Pasukan Perdamaian PBB di Libanon ) pada September 2006.
Selain keikutsertaan melalui Kontingen Garuda dalam operasi pemeliharaan PBB,
Indonesia tercatat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Sampai saat ini,
Indonesia sudah 3 (tiga) kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu :

23
a. Keanggotaan Pertama Periode 1973 – 1974.
b. Keanggotaan Kedua Periode 1995 – 1996.
c. Keanggotaan Ketiga Periode 2007 – 2008.

Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan ini


merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan sumbangan
Indonesia selama ini dalam upaya menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada tingkat
kawasan maupun global. Peran dan kontribusi Indonesia tersebut mencakup antara lain
keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun
1957, upaya perdamaian di kawasan seperti Kamboja dan Filipina Selatan, dalam konteks
ASEAN ikut serta menciptakan tatanan kawasan dibidang perdamaian dan keamanan, serta
peran aktif diberbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-proliferi nuklir.
Dengan terpilih menjadi anggota, berarti Indonesia akan mengemban kepercayaan
masyarakat internasional untuk berpatisipasi menjadi Dewan Keamanan sebagai badan yang
efektif untuk menghadapi tantangan – tantangan global dibidang perdamaian dan keamanan
saat ini.
Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud dari upaya dibidang
diplomasi untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945 Alenia IV, yang
memandatkan Indonesia untuk turut serta secara aktif dalam upaya menciptakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

24
BAB III
KESIMPULAN

Dalam pembentukan ketahan nasional di suatu bangsa diperlukan geostrategi


sebelumnya agar terwujudnya tujuan nasional. Dan pengertian geostrategi itu sendiri adalah
salah satu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan untuk mewujudkan
cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Geostrataegi Indonesia dirumuskan dalam wujud
Konsepsi ”Ketahanan Nasional”. Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi
pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang serasi dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh
berlandaskan Pancasila, dan UUD 1945.
Kemudian rumusan mengenai konsepsi ketahanan nasional dalam GBHN adanya tiga
wujud ketahanan nasional, yaitu :
1. Ketahanan nasional sebagai metode pendekatan sebagaimana tercermin dari
rumusan pertama.
2. Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana tercermin dari rumusan kedua.
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin dasar nasional sebagaimana tercermin dari
rumusan ketiga.

Unsur, elemen atau factor yang mempengaruhi kekuatan/ketahanan nasional suatu


Negara terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur
kekuatan nasional suatu Negara, seperti :
1. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou terbagi menjadi dua factor,
yaitu factor tetap dan factor berubah.
2. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray terbagi menjadi dua factor, yaitu
tangible factors dan intangible factors.
3. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer dan Perkins.

25
4. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra terbagi menjadi tiga, yaitu
alamiah, social, dan lain-lain.
5. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan.
6. Unsur kekuatan nasional menurut Cline.
7. Unsur kekuatan nasional menurut model Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu
Trigatra dan Pancagatra.

Unsur-Unsur demikian dianggap mempengaruhi Negara dalam mengembangkan


kekuatan nasionalnya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara yang
bersangkutan.
Dan dalam ketahanan nasional suatu Negara terdapat suatu hubungan dengan
pembelaan Negara. Kegiatan pembelaan Negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga
Negara untuk mewujudkan ketahanan nasional. Dan ini di wajibkan pada warga Negara
sesuai dengan yang tercantum dalam pasal 27 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “Setiap warga
Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara”.
Tak hanya masalah itu, Indonesia pun ikut peran aktif di dunia Internasional dalam
upaya pemeliharaan perdamaian dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik,
bantuan kemanusiaan maupun peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer, staf
militer atau Kontingen Satgas operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta bangsa di
bawah bendera PBB. Keikutsertaan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan
menjadi anggota pasukan perdamaian sudah dimulai sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian
dari Indonesia dikenal dengan nama Kontigen Garuda atau Konga. Sejak tahun 1967 sampai
saat ini Garuda Indonesia telah diterjunkan keberbagai kawasan konflik bergabung dengan
pasukan perdamaian PBB.
Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan ini
merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan sumbangan
Indonesia selama ini dalam upaya menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada tingkat
kawasan maupun global. Peran dan kontribusi Indonesia tersebut mencakup antara lain
keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun
1957, upaya perdamaian di kawasan seperti Kamboja dan Filipina Selatan, dalam konteks
ASEAN ikut serta menciptakan tatanan kawasan dibidang perdamaian dan keamanan, serta
peran aktif diberbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-proliferi nuklir.

26
DAFTAR PUSTAKA

Sumarsono. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia.


Winarno. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Sinar Grafika.
Zubaidi,H,Achmad, dkk.2002.Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:Paradigma.
Ramlam Surbakti.1999.Memahami Ilmu Politik.Jakarta:Grasindo.
http://palasnetwork.blogspot.com/2010/12/ketahanan-nasional-sebagai-geostrategi.html
http://guildanjing.wordpress.com/2013/06/10/ketahanan-nasional-sebagai-geostrategi-
indonesia/
http://udhermansyah.blogspot.com/2013/06/makalah-ketahanan-nasional-sebagai.html

27
28

Anda mungkin juga menyukai