Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional.Tujuan utama pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk

hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Pengelolaan kesehatan yang terpadu perlu dikembangkan agar lebih mendorong peran

serta masyarakat (Nining R, dkk, 2002).

Untuk dapat terlaksananya pembangunan kesehatan nasional yang berkontribusi

positif terhadap kesehatan masyarakat, maka seluruh elemen dari Sistem tenaga

Kesehatan harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan kesehatan

masyarakat. (Medhyputra, 2011)

Keperawatan sebagai salah satu tenaga kesehatan perlu berperan serta dalam

pembangunan bidang kesehatan dan dilaksanakan dalam bentuk pelayanan keperawatan

di masyarakat. Pelayanan keperawatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat tersebut dan dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan

untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia (Mahyanti Mahdarsari, 2012).

Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama

yang ditujukan kepada masyarakat yang dilandasi pengetahuan teoritis guna

menyelesaikan masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar komunitas.

Pembangunan kesehatan dapat diwujudkan melalui perawatan kesehatan komunitas yang

mana perawatan kesehatan komunitas sebagai suatu sintesis dari keperawatan dan praktik

kesehatan umum yang diaplikasikan untuk promosi dan melindungi kesehatan masyarakat

(Stanhope & Lancaster, 1996).


Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat baik yang sehat ataupun yang sakit atau yang mempunyai masalah

kesehatan karena ketidaktahuan dan ketidakmauan serta ketidakmampuan. Sedangkan

tujuan dari keperawatan komunitas adalah untuk mencegah dan peningkatan kesehatan

masyarakat melalui upaya pelayanan keperawatan secara langsung terhadap individu,

keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas dan melalui perhatian langsung terhadap

kesehatan seluruh masyarakat. (Maydwiyurisntoso, 2010)

Pelaksanaan praktik profesi keperawatan komunitas dilaksanakan diwilayah

masyarakat area Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kelurahan Bungo Barat RW 01 Rt 01-

03. Pengalaman belajar ini akan berguna dalam bentuk memberikan pelayanan dan

asuhan keperawatan komunitas termasuk bidang perawatan lain. Pengalaman belajar

meliputi pengalaman belajar komunitas atau pengalaman belajar lapangan.

Peran serta masyarakat diartikan sebagai suatu proses dimana individu, keluarga

dan masyarakat bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri dengan berperan sebagai

pelaku upaya dalam meningkatkan kesehatan berdasarkan azaz kebersamaan dan

kemndirian dan perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional berkewajiban untuk

memfasilitasi dalam pencapaian tujuan tersebut. Seperti apa yang telah dilakukan

mahasiswa STIKes Perintis di Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kelurahan Bungo Barat Rw

01 Rt 01-03.

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas maka mahasiswa profesi

keperawatan komunitas dan keluarga Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Perintis

Padang ini dilaksanakan pada tanggal 08 april 2019, dimana langkah awal yang telah

dilakukan itu dengan menggunakan pendekatan melalui winshield survey yaitu identifikasi

masalah-masalah kesehatan yang ada dimasyarakat Rw 01 di RT 01, 02 dan 03

Kecamatan Pasar Muara Bungo Kelurahan Bungo barat. Kelompok memilih Wilayah RW

01 Kelurahan Bungo barat kec. Pasar muaro bungo sebagai wilayah binaan karena rata-
rata masyarakat berpendidikan SMA dan bekerja sebagai wiraswasta, menderita penyakit

hipertensi sehingga kelompok menganggap penting untuk memberikan penyuluhan

kesehatan, pembinaan keluarga, rujukan kasus dan penggerakan/perubahan kesehatan

masyarakat dan perilaku masyarakat.

1.1.1 Tujuan

1.1.1.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperwatan komunitas dan keluarga

kecamatan Pasar Muara Bungo kelurahan Bungo Barat RW 01 dan RT 01,02

dan 03.

1.1.1.2 Tujuan Khusus

Setelah dilakukan praktek keperawatan komunitas selama enam minggu,

diharapkan kelompok mahasiswa mampu :

1. Melakukan pengkajian di wilayah Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kelurahan

Bungo barat Rw 01 Rt 01-03.

2. Menganalisa data kesehatan yang telah diperoleh dari Kecamatan Pasar

Muara Bungo, Kelurahan Bungo barat Rw 01 Rt 01-03.

3. Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas dalam rangka

menyelesaikan masalah kesehatan yang telah ditemukan

4. Melakukan implementasi di Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kelurahan

Bungo Barat Rw 01 Rt 01-03 untuk mengatasi berbagai masalah yang

ditemukan di masyarakat.

5. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan, selanjutnya membuat rencana

kegiatan tindak lanjut untuk hal-hal yang perlu dilaksanakan oleh mahasiswa

dan masyarakat.
6. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan selama praktek keperawatan

komunitas di Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kelurahan Bungo Barat Rw 01

Rt 01-03.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1.1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas

A. Definisi

Komunitas adalah sekumpulan orang,tempat mereka dapat berbagi atribut dalam

kehidupannya,dapat disebabkan karena mereka tinggal dalam satu lokasi,mempunyi

tempat ibadah yang sama atau adanya kesamaan minat seperti pekerjaan (Mubarak,

2005)

Anderson, Elisabet, (2007) mendefinisikan kesehatan komunitas sebagai suatu

sintesis dari keperawatan dan praktik kesehatan umum yang diaplikasikan untuk

promosi dan melindungi kesehatan masyarakat.

Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional

yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,

dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit

dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan

dan evaluasi pelayanan keperawatan Achjar, K.A.H. (2011).

Keperawatan Komunitas adalah satu bentuk pelayanan yg didasarkan ilmu dan

kiat keperawatan ditujukan terutama pada kelompok risti (keluarga dengan risti) dalam

upaya meningkatkan status kesehatan komunitas dengan penekanan pada peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan care dan rehabilitasi

keperawatan(Efendi & makhfudli, 2009).

Proses Keperawatan Komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang

bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka

memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat
melalui langkah – langkah : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

keperawatan Keperawatan komunitas adalah suatu sintesis dari praktik keperawatan

dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta

memelihara kesehatan penduduk (Efendi & makhfudli, 2009).

Asuhan keperawatan komunitas adalah lapangan perawatan khusus yang

merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan

bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan

guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan

fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih bersar yang ditujukan

kepada individu, keluarga yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi

masyarakat secara keseluruhan ( WHO, 2010).

B. Falsafah Keperawatan Komunitas

Dalam falsafah perawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan

pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-

kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.falsafah yang melandasi

keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4

hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan

manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan

untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia

yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.

3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima

oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya

kuratif dan rehabilitatif.

5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara

berkesinambungan.

6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer

pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling

mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan

kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.

7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara

berkesinambungan dan terus-menerus.

8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia

harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam

pelayanan kesehatan mereka sendiri.

C. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

1. Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan

peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.

a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,

keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general

community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan

masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat mempunyai kemampuan untuk :

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami

b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut


c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan

d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang

akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara

mandiri (self care).

2. Fungsi keperawatan komunitas

a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan

masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan

keperawatan.

b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan

kebutuhannya dibidang kesehatan.

c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,

komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan

permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan

pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses

penyembuhan (Mubarak, 2006).

D. Sasaran

Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, masyarakat dan

kelompok khusus baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

a. Individu

Individu yang dirawat inap di puskesmas/klinik maupun individu yang di rumah

b. Keluarga
Keluarga yang teridentifikasi yang mempunyai atau potensial mepunyai

masalah,mampu mengenal masalah dan atau belum memanfaatkan pelayan

kesehatan.

a) Keluarga yang sudah kontak dengan tenaga kesehatan tapi belum mampu

mengambil keputusan untuk mengatasi masalahnya.

b) Keluarga yang sudah mampu mengambil keputusan untuk memecahkan

masalah tetapi belum mampu memanfaatkan atau memodifikasi sumber daya

dan lingkungan serta belum mampu merawat anggota keluarga yang sakit.

E. Teori dan Model Keperawatan Komunitas

Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau

definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau

fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsepn

tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan dan meramalkan suatu

fenomena.

Teori keperawatan didefinisikan oleh Efendi & makhfudli (2009) sebagai usaha

untuk menguraikan dan menjelaskan berbagi fenomena dalam keperawatan. Teori

keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan

bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan memperkirakan dan mengontrol hasil

asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.Beberapa Teori dan Model yang

dpt digunakan didalam praktik keperawatan komunitas :

1. Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane.

a. Model ini merupakan pengembangan dari modelNeuman yang menggunakan

pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien.

b. Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan

model Community as Partner Komunitas sebagai klien/partner berarti kelompok


masyarakat tersebut turut berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan,

mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.

c. Dua komponenutama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan.

Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan

subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian

keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai

dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

2. Teori lingkungan oleh Nightingale (Nightingale’s theory of environment)

a. Fokus: pelayanan pencegahan pada populasi

b. Masa Perang Crime lingkungan yang buruk meningkatkan angka kejadian

penyakit infeksi dan kesehatan dapat ditingkatkan dengan menyediakan

ventilasi, air bersih, kehangatan, pencahayaan dan kebersihan yang cukup

c. Lingkungan kotor kesehatan buruk/sakit sebaliknya

d. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kesehatan komunitas:

a) Kenapa pelayanan tersebut kita ciptakan

b) Siapa yang mendapatkan keuntungan dari pelayanan tersebut

c) Siapa yang membayar peleyanan tersebut

d) Berapa harga yang harus dibebankan pada penerima pelayanan

e) Bagaimana persepsi publik terhadap pelayanan tersebut.

3. Health Care System Model oleh Betty Neuman Community

a. Betty Neuman mengajukan model sistem ini, perlu diadaptasi padaCHN dengan

melihat klien sebagai aggregate.

b. Pada model ini, manusia dipandang sebagai sistem terbuka dimana berinteraksi

secara konstan dan timbal balik dengan lingkungan.

c. Subsistem saling berinteraksi, sehat akan dicapai apabila subsistem berinteraksi

secara harmonis satu sama lain dan dengan sistem lingkungan.


d. Variabel saling mempengaruhi pada model ini yakni fisiologis, psikologis,

sosiokultural dan developmental, setiap subsistem memiliki respons yang unik

terhadap stresor , stimulus menghasilkan ketegangan yang menyebabkan

timbulnya ketidak seimbangan sakit.

e. Respons sistem terhadap stresor dilihat dalam satu lingkaran konsentris : Core

(inti) dengan tiga garis pertahanan: resisten, normal dan resisten.

f. Stresor : lingkungan internal dan eksternal Contoh lingkungan internal

komunitas, tingginya proporsi penduduk sosial ekonomi rendah atau suplai air

bersih tidak adekuat. Lingkungan eksternal: bencana alam, perang, ekonomi

global.

g. Peran CHN sesuai model ini : membantu komunitas menjaga kestabilan dengan

lingkungannya, dengan prevensi primer untuk garis pertahanan

fleksibel,prevensi sekunder untuk garis pertahanan normal dan prevensi tersier

untuk garis pertahanan resisten

4. Self-Care Model oleh Orem

a. Dorothy Orem merupakan ners administrator dan pendidik fokus perhatian pada

konsep self-care, mempelajari, dengan tujuan tindakantindakan untuk

mempertahankan dan meningkatkan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan.

b. Mendeskripsikan tentang seseorang yang memerlukankeperawatan sebagai

akibat ketidakmampuan didalam melakukan self-care.

c. Apabila kebutuhan self-care melebihi dari kemampuan klien melakukannya dan

pengalaman klien melakukan self-care gagal serta intervensi keperawatan

menjadi tepat.

d. Goal dari tindakan keperawatan adalah untuk membantu seseorang mengenal

kebutuhan dan keterbatasan self-care serta meningkatkan kemampuan self-care


klien. Ners bertugas memfasilitasi pemenuhan kebutuhan self-care klien sampai

mereka mampu melakukannya sendiri

e. Kebutuhan Self-Care :

a) Universal : umum untuk semua manusia, aktifitas Self-Care yang penting

untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis.

b) Developmental : aktifitas penting untuk membantu seseorang untuk

kemajuan Perkembangan.

c) Deviasi kesehatan : aktifitas yang dibutuhkan untuk membantu seseorang

mengatasi kemunduran tingkat sehat (wellness)

Model kebutuhan komunitas, populasi atau Aggregate, apabila kebutuhan

aggregate untuk self-care melebihi dari kemampuannya, maka mereka

memerlukan intervensi keperawatan untuk memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan

selfCareMenurut teori ini, goal CHN : meningkatkan kemampuan dan kemandirian

komunitas dlm self-care

5. Adaptation Model dari Roy, S.C

a. Sister Callista Roy’s model, jelaskan manusia sebagai sistem terbuka dan

adaptif stimulus pengalaman, pengembangan mekanisme koping dan

menghasilkan respons.

b. Respons dapat berupa adaptif atau maladaptif, berikan umpanbalik yang

dipengaruhi oleh tipe stimulus yang dapat ditanggulangi.

c. Dua proses respons terhadap stresor : regulator dan kognator.

d. Proses regulator menerima stimulus dari lingk internal dan eksternal, proses

merupakan kombinasi informasi untuk menghasilkan respons.

e. Proses kognator meliputi persepsi, belajar, keputusan dan emosi apabila

memformulasikan respons terhadap sulus.


f. Aplikasi model ini untuk CHN, penting untuk diingat komunitas dipengaruhi

berbagai variabel sehingga level adaptasi akan berubah secara konstan. CHN

harus mengkaji mekanisme koping komunitas dan membantu anggota komunitas

untuk menggunakan kemampuan secara kolektif untuk meningkatkan

kemampuan adaptasinya.

F. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah

1. Kemitraan (partnership)

2. Pemberdayaan (empowerment)

3. Pendidikan kesehatan

4. Proses kelompok (Murray, Anne.MC, 2003) Strategi intervensi pendidikan kesehatan

dalam pengelolaan diabetes secara mandiri juga diuraikan pada bagian berikut :

a. Kemitraan

Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak

atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan

atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat spesialis komunitas perlu

membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme

peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan evaluasi implementasi PKP. Anderson dan McFarlane (2000)

dalam hal ini mengembangkan model keperawatan komunitas yang memandang

masyarakat sebagai mitra (community as partner model). Fokus dalam model

tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan

komunitas, yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang

menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan

kesehatan, dan (2) proses keperawatan.


Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas dengan

masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua

manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan

keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter, Lezin dan Young, 2000).

Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan

kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi

profesi kesehatan dengan masyarakat (Sunaryo, 2004). Dukungan dan

penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya

masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program

kesehatan, serta keberlanjutan kemitraan perawat spesialis komunitas dengan

masyarakat (Murray, Anne.MC, 2003)

Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat komunitas melalui upaya

membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait

(Robinson, 2005) dalam upaya penanganan pada baik di level keluarga,

kelompok, maupun komunitas. Pihak-pihak tersebut adalah profesi kesehatan

lainnya, stakes holder (Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota, Departemen

Kesehatan, Departemen Sosial, Pemerintah Kota), donatur/sponsor, sektor

terkait, organisasi masyarakat (TP-PKK, Lembaga Indonesia/LLI, Perkumpulan ,

atau Klub Jantung Sehat Yayasan Jantung Indonesia), dan tokoh masyarakat

setempat.

b. Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai

proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi

transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan,

kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru

(Murray, Anne.MC, 2003). Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi memiliki


inter-relasi yang kuat dan mendasar. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip

“bekerja bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat.

Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk

meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies &

McEwan, 2001).

Kemandirian agregat dalam PKP berkembang melalui proses

pemberdayaan. Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui oleh agregat

(Sulistiyani, 2004), yaitu:

a) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan

peduli sehingga merasa membutuhkan kemampuan dalam mengelola secara

mandiri. Dalam tahap ini, perawat komunitas berusaha mengkondisikan

lingkungan yang kondusif bagi efektifitas proses pemberdayaan agregat.

b) Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan dalam

pengelolaan secara mandiri agar dapat mengambil peran aktif dalam

lingkungannya. Pada tahap ini agregat memerlukan pendampingan perawat

komunitas.

c) Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga terbentuk inisiatif

dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian mengelola.

Pada tahap ini dapat melakukan apa yang diajarkan secara mandiri.

c. Pendidikan Kesehatan

Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah dilakukannya

kegiatan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta

mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat (Swanson dan Nies, 2011).


Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat

menghasilkan perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap, meningkatkan

ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau

gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaughdan Parsons,

2002). Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku untuk patuh

terhadap saran pengelolaan secara mandiri.Pendidikan kesehatan dapat

dilakukan secara individu, kelompok, maupun komunitas. Upaya pendidikan

kesehatan di tingkat komunitas penting dilakukan dengan beberapa alasan,

yaitu: individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat apabila mendapatkan

dukungan sosial dari lingkungannya terutama dukungan keluarga, intervensi di

tingkat komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif terhadap

program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas dapat

membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, 2011).

Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk menurunkan

risiko dan komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

a) Pencegahan primer

b) Pencegahan sekunder dan

c) Pencegahan tersier.

Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan primer bertujuan untuk

menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan. Pendidikan kesehatan dalam

tahap pencegahan sekunder bertujuan untuk memotivasi kelompok berisiko

melakukan uji skrining dan penatalaksanaan gejala yang muncul, sedangkan

pada tahap pencegahan tersier, perawat dapat memberikan pendidikan

kesehatan yang bersifat readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah

komplikasi terulang dan memelihara stabilitas kesehatan.

d. Proses Kelompok
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan

yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan

sebuah kelompok atau kelompok swabantu (self-help group). Intervensi

keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai

kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan komunitas

apabila perawat komunitas bekerja bersama dengan masyarakat.

Berbagai kelompok di masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan

inisiatif dan kebutuhan masyarakat setempat, misalnya Posbindu, Bina

Keluarga atau Karang taruna. Kegiatan pada kelompok ini disesuaikan dengan

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua

yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif selama mungkin (Depkes RI,

2011).

Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif sebuah kelompok sosial

dan menerima dukungan dari kelompok tersebut akan memperlihatkan kondisi

kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada yang lebih sedikit

mendapatkan dukungan kelompok (Krause, 2011). Bentuk dukungan kelompok

ini juga terkait dengan rendahnya risiko morbiditas dan mortalitas (Berkman,

Leo-Summers dan Horwitz, 2014).

Meskipun penjelasan risiko morbiditas dan mortalitas tersebut tidak

lengkap dikemukakan, beberapa laporan menekankan bahwa dukungan yang

diterimadapat meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap

pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi yang diberikan, ikut

serta dalam kelompok dan meningkatkan perilaku mencari bantuan kesehatan

(Cohen, 1988).

Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh perawat

komunitas seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan pengorganisasian


masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai suatu proses merupakan

sebuah perangkat perubahan komunitas yang memberdayakan individu dan

kelompok berisiko (agregat) dalam menyelesaikan masalah komunitas dan

mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Menurut Helvie (2000), terdapat tiga

model pengorganisasian masyarakat yaitu :

a) Model pengembangan masyarakat (locality development)

Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya untuk

memaksimalkan perubahan yang terjadi dikomunitas, di mana masyarakat

dilibatkan dan berpartisipasi aktif dalam menentukan tujuan dan

pelaksanaan tindakan. Tujuan dari model pengembangan masyarakat

adalah :

1) Agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat berperan-

serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan.

2) Perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian

masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan, perlindungan

dan pemulihan status kesehatannya di masa mendatang (nies &

mcewan, 2001; green & kreuter, 1991). Sejalan dengan mapanga dan

mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan komunitas pada

adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional agregat

melalui pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya

sendiri.

Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat difokuskan pada

dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan

adaptasi terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak

pada peningkatan partisipasi aktif.

b) Model perencanaan sosial (social planning)


Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat lebih

menekankan pada teknik menyelesaikan masalah kesehatan agregat dari

pengelola program di birokrasi, misalnya Dinas Kesehatan atau

Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan top-down planning. Tugas

perencana program kesehatan adalah menetapkan tujuan kegiatan,

menyusun rencana kegiatan, dan mensosialisasikan rencana tindakan

kepada masyarakat.

Perencana program harus memiliki kemampuan dan ketrampilan

untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks termasuk kemampuan

untuk mengorganisasikan lintas sektor terkait.

c) Model aksi sosial (social action)

Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian masyarakat

untuk memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan permasalahan yang

sedang dihadapi agregat, misalnya kampanye gaya hidup sehat untuk

mencegah penyakit diabetes. Tingkat dan bentuk intervensi keperawatan

komunitas

G. Asuhan Keperawatan Komunitas Teoritis

1. Pengkajian

a. Sasaran dalam pengkajian kep.komunitas : induvidu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.
b. Pengkajian individu : Berhubungan dengan keluarga, pola hubungan, peran dan

pola pertahanan/koping.

c. Pengkajian keluarga : Struktur, karakteristik keluarga, sosial ekonomi, budaya,

lingkungan, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan lainnyaa. Tehnik

pengumpulan data dalam pengkajian keperawatan Komunitas:

a) Studi kepustakaan : sejarah, sensus penduduk, pusat stasitik

b) Angket : data demografi, data sosial, kesehatan

c) Wawancara : nilai dan keyakinan

d) Observasi/Winheld survey: perumahan, lingkungan terbuka, batas daerah,

kebiasaan masyarakat, pelayanan kesehatan, dan lainnya

d. Pengkajian komunitas :

a) Inti

1) Sejarah

i. Pengkajian : terjadinya wilayah, perkembangan wilayah, sudah

berapa lama masyarakat disana tinggal, apakah ada perubahan

terhadap daerah, siapakah orang yang paling lama tinggal di daerah

ini, bagaimana sejarah daerah tersebut.

ii. Data dapat dikumpulkan melalui wawancara,obesrvasi lapangan

(winshel survey ), dan studi dokumentasi.

iii. Sumber data dapat berasal dari : tokoh masyarakat, aparat

pemerintahan, dan literature/ perpustakaan.

2) Demografi

i. Pengkajian : karakteristik penduduk ; usia dan jenis kelamin, tipe

rumah tangga: keluarga, bukan keluarga, status perkawinan,

kelompok masyarakat apa yang terbanyak dilihat ( anak muda,


lansia), orang yang tinggal sendirian, apakah populasi homogen,

statistic penting (angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan/

masalah kesehatan, prilaku sehat, masalah social, angka kekerasan).

ii. Data didapat dari: wawancara,observasi lapangan (winshel survey),

dan studi dokumentasi. Sumber data dapat berasal dari : tokoh

masyarakat, aparat pemerintahan, dan literature/ perpustakaan,

departemen kesehatan dan laporan statistik/ sensus.

3) Etnis.

i. Pengkajian meliputi adakah kelompok etnik tertentu dan tanda –

tanda kelompok budaya yang dilihat.

ii. Data dapat dikumpulkan melalui wawancara, observasi lapangan

(winshel survey) dan studi dokumentasi.

iii. Sumber data dapat berasal dari : tokoh masyarakat, aparat

pemerintahan, dan literature/ perpustakaan.

4) Nilai dan Keyakinan.

i. Pengkajian: nilai dan keyakinan yang dianut masyarakat, agama

(distribusi dan pemimpin agama), apakah diwilayah tersebut memiliki

sarana ibadah, apakah ada tanda seni, bagaimana budayanya,

bagaimana leluhurnya, dan apakah ada tanda – tanda peninggalan

sejarah.

ii. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi lapangan (winshel

survey ), dan studi dokumentasi.

iii. Sumber data : tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, dan

literature/ perpustakaan, departemen kesehatan dan laporan statistik/

sensus.
b) Pengkajian sub – sub sistem

1) Lingkungan.

a) Pengkajian : bagaimana keadaan masyarakat, bagaimana kualitas

udara, tumbuh – tumbuhan, perumahan,pembatasan daerah, jarak,

daerah penghijauan, binatang peliharaan, anggota masyarakat,

struktur yang dibuat masyarakat, keindahan alam, iklim, apakah ada

peta wilayah dan berapa luas daerah tersebut.

b) Data dikumpulkan melalui wawancara,observasi lapangan (winshel

survey) dan studi dokumentasi.

c) Sumber data : tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, dan

literature/ perpustakaan, departemen kesehatan dan laporan statistik/

sensus.

2) Pelayanan kesehatan dan sosial.

a) Pengkajian meliputi : kejadian kondisi akut/kronis, rumah singgah,

pengobatan tradisonal/ dukun, jenis pelayanan kesehatan yang ada

(rumah sakit,klinik,praktek bersama,agensi perawatan, fasilitas

perawatan rumah), pusat kedaruratan (lokasi, kualitas, catatan

pelayanan, kesiapsiagaan, unit kebakaran, pusat control keracunan,

pelayanan gawat darurat professional dan relawan), rumah jompo,

fasilitas pelayanan social ( pelayanan konseling dan support,

intervensi krisis, pelayanan protektif anak dan remaja, pelayanan

populasi special: imigran,cacat, keterbatasan, sakit mental kronik),

biaya, pelaksana, sumber daya,karakteristik pengguna,sumber diluar

daerah terebut yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, akses dari

pelayanan kesehatan dan social dan kepuasan dari pelayanan

kesehatan dan social.


b) Data melalui wawancara,observasi lapangan (winsheld survey ), dan

studi dokumentasi.

c) Sumber data : tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, dan literature/

perpustakaan, departemen kesehatan dan laporan statistik/ sensus.

3) Ekonomi.

a) Pengkajian : apakah merupakan komunitas berkembang atau miskin,

tenaga kerja ( jumlah yang bekerja, penganguran, jenis pekerjaan,

kelompok pekerja, kelompok usia pekerja), pendapatan anggota

keluarga, dan individual, sumber penghasilan, perkembangan

ekonomi saat ini dan yang akan datang, kondisi kerja dan lingkungan

kerja yang beresiko, jumlah dan rata- rata injury dan kesakitan akibat

kerja, apakah terdapat industri, pertokoan, lapangan kerja, kemana

warga masyarakat belanja.

b) Data melalui wawancara,observasi lapangan (winshel survey ), dan

studi dokumentasi Sumber data dapat berasal dari : tokoh

masyarakat, aparat pemerintahan, dan literature/ perpustakaan, dan

laporan statistik/sensus.

4) Transportasi dan keamanan.

a) Pengkajian meliputi : bagaimana masyarakat melakukan perjalanan,

jenis kendaraan, kepemilikan kendaraan, apakah ada jalur khusus

(sepeda, pelintas jalan kaki ), apakah penyandang cacat dapat

berkeliling daerah tersebut, jenis layanan perlindungan apa yang

tersedia (misalnya kebakaran, polisi,sanitasi), apakah kualitas udara

dipantau, jenis tindakan criminal apa yang dipantau?,jenis tindakan

criminal apa yang biasa terjadi, apakah masyarakat merasa aman.


b) Data melalui wawancara,observasi lapangan (winshel survey) dan

studi dokumentasi.

c) Sumber data dapat berasal dari : tokoh masyarakat, aparat

pemerintahan dan literature/ perpustakaan.

5) Politik dan pemerintahan.

a) Pengkajian meliputi apakah ada tanda – tanda kegiatan politik

(misalnya poster, rapat pertemuan), aliansi partai apa yang paling

berpengaruh, apakah ada organisasi diwilayah tersebut yang peduli

terhadap kesehatan,kegiatan yang dilakukan oleh organisasi, adakah

kontrak kerjasama secara tertulis dengan organisasi, jenjang/struktur

pemerintahan, kebijakan/program pemerintah yang berkaitan dengan

kesehatan, kegiatan- kegiatan pemerintah setempat yang melibatkan

peran serta masyarakat, bagaimana pemerintahan di daerah tersebut

dibentuk (dengan pemilihan atau dengan calon tunggal dari daerah),

apakah warga terlibat dalam pembuatan keputusan di pemerintahan

wilayah setempat.

b) Data dapat dikumpulkan melalui wawancara,observasi lapangan

(winshel survey ), dan studi dokumentasi.

6) Komunikasi.

a) Pengkajian meliputi : bagaimana masyarakat melakukan hubungan

satu dengan yang lain, adakah tempat khusus untuk berkumpul, hal –

hal yang mendasari untuk memperoleh informasi termasuk informasi

kesehatan, tipe komunikasi :audio, video, media cetak, telepon,

bertemu muka, computer, Akses dari media komunikasi,karakteristik

pengguna/yang memiliki,dukungan untuk keberlansungan informasi.


b) Data dapat dikumpulkan melalui wawancara,observasi lapangan

(winshel survey ), dan studi dokumentasi Sumber data dapat berasal

dari : tokoh masyarakat, aparat pemerintahan,dan

literature/perpustakaan.

7) Pendidikan.

a) Pengkajian meliputi : apakah ada sekolah ditempat tersebut,

bagaimana kondisi sekolah tersebut, apakah ada perpustakaanya,

program dan sumber daya,pelayanan,pembiayaan, dokumen,

fasilitas, kemampuan (performance) sekolah, apakah ada badan yang

mengurus pendidikan diwilayah tersebut, bagaimana fungsinya,

bagaimana reputasinya, apakah isu utama yang muncul dalam

pendidikan, bagaimana angka putus sekolah, apakah tersedia

aktivitas ekstrakurikuler, apakah dimanfaatkan oleh peserta didik,

adakah pelayanan kesehatan sekolah, adakah perawat sekolah.

b) Data dikumpulkan melalui wawancara,observasi lapangan (winshel

survey ), dan studi dokumentasi Sumber data dapat berasal dari :

tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, dan literature/

perpustakaan, departemen pendidikan dan laporan statistik/ sensus

8) Rekreasi.

a) Pengkajian meliputi : bagaimana warga masyarakat menggunakan

waktu luang , partisipasi dalam waktu luang dan aktivitas social, social

kemasyarakatan dan sevice group,sumber rekreasi : ketersedian,

lokasi, kapan dibuka, bagaima mendapatkan, siapa pengguna,

programnya apa, di mana anak – anak bermain, bentuk rekreasi apa

yang utama,siapa pesertanya dan fasilitas rekreasi apa yang ada.


b) Data dapat dikumpulkan melalui wawancara,observasi lapangan

(winshel survey) dan studi dokumentasi sumber data dapat berasal

dari : tokoh masyarakat, aparat pemerintahan dan literature/

perpustakaan.

c) Persepsi

i. Persepsi yang meliputi bagaimana persepsi masyarakat terhadap kondisi

lingkungan (merasa aman, nyaman, fasilitas lengkap atau kurang),

penilaian masyarakat terhadap kekuatan dan kelemahan wilayah tempat

tinggal mereka.

ii. Data tersebut diambil dari group atau kelompok yang berbeda dari

golongan umur dan jenis pekerjaan. Berikan penilaian anda terhadap

kondisi kesehatan masyarakat di wilayah tersebut secara umum, apa

masalah yang mungkin muncul serta analisa kekuatan dan kelemahan

yang ada.

Tahap pengkajian selanjutnya :

d) Pengelompokan data, pengolahan data

e) Analisa data

2. Diagnosa Keperawatan Komunitas

a. Diagnosakeperawatan pada umumnya format standar :

a) Deskripsi masalah; respon atau kendali

b) Identifikasi berbagai faktor etiologi yang berhubungan dengan masalah

c) Tanda gejala yang merupakan karakteristik masalah

d) Diagnosa keperawatan komunitas berfokus pada suatu komunitas yang

biasanya didefenisikan sebagai suatu kelompok,populasi atau kumpulan


orang dengan sekurang-kurangnya memiliki suatu karakteristik tertentu

(misalnya lokasi geografik).

b. Komposisi Diagnosis Keperawatan Komunitas

a) Jenis diagnosis: Potensial, Risiko dan Aktual

b) Aktual:menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan/proses

kehidupan yang benar nyata pada individu, keluarga, komunitas. Hal ini

didukung oleh batasan karakteristik (manifestasi tanda dan gejala) yang

saling berhubungan (NANDA, 2012-2014).

c) Wellnes/Promosi Kesehatan : penilaian klinis dari motivasi seseorang ,

keluarga atau komunitas dan keinginan untuk meningkatkan kesahjetaraan

mewujudkan potensi kesehatan manusian dan menguatkan perilaku sehat

secara khusus, misalnya nutrisi dan olahraga.

d) Resiko : Menggambarkan respon manusia terhadap kondisi

kesehatan/proses kehidupan yang mungkin berkembang dalam kerentanan

individu, keluarga, komunitas. Hal ini didukung oleh faktor-faktor resiko yang

berkontribusi pada peningkatan kerentanan. Setiap label diawali dengan

frase ; Resiko’ (NANDA 2012-2014).

e) Kondisi yang perlu ditingkatkan: gangguan yg mungkin atau sudah terjadi

c. Komposisi Diagnosis

a) Agregat yg terisiko

b) Wilayah dimana agregat bertempat tinggal

c) Manifestasi/data penunjang (sign and Symptom)

d) P = problem (untuk potensial)

e) PS= Problem, sign dan simptom

3. INTERVENSI KEPEPERAWATAN KOMUNITAS


a. Prevensi :

a) Primer : adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan

komunitas serta menurunkan kerentanan komunitas terhadap stresor.

Contoh : pemberian imunisasi, melakukan olah raga untuk orang dewasa.

b) Sekunder : dilakukan setelah penyakit atau kondisi tertentu terjadi (walaupun

mungkin tidak disertai gejala) penekanan ditujukan kepada skrining,

diagnosis dini, test tuberkulin dll.

c) Tersier ; berfokus pada restorasi dan rehabilitasi.

b. Strategi Intervensi

a) ProsesKelompok

Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan

komunitas yang dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui

pembentukan peer group atau social support berdasar kondisi dan

kebutuhan masyarakat (Stanhope dan Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber

dan Thomas, 1999).

1) Pembentukan kelompok kerja kesehatan desa

2) Pembentukan kelompok pendukung/swabantu

b) Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif

dan preventif dengan melakukan penyebaran informasi dan meningkatkan

motivasi masayarakat untuk berperilaku sehat (Stanhope dan Lancaster,

2004).

1) Penyuluhan kesehatan

2) Penyebaran leaflet

c) Pemberdayaan dan Kemitraan

1) Pembinaan keluarga/Kelompok
2) Pembinaan kelompok dan masyarakat

3) Kerjasama LP dan LS (LSM, swasta)

d) Intervensi Profesional

1) Terapi modalitas keperawatan

2) Terapi komplementer

4. IMPLEMENTASI

a. Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan klien.

Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada

klien dan berorientasi pada hasil, sebagaiman yang digambarkan pada rencana.

b. Tindakan dikomunitas dapat dilkasanakan oleh perawat, masyarakat atau

petugas kesehatan lainnya atau kombinasinya.

c. Implemnetasi rencana keperawatan dipengaruhi oleh model yang dipadukan

dengan proses keperawatan.

d. Melalui konsep model yang berhubungan dengan klien, kesehatan, keperawatan

dan lingkungan, model memandu peran dan tindakan yang dilakukan perawat

guna memperbaiki, mempertahankan, atau meningkatkan kesehatan mereka

(Christensen dan Kenney, 2012).

5. EVALUASI

Efektivitas dari suatu program yang dievaluasi dapat melalui :

a. Survei mendalam berkaitan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui kuesioner,

wawancara dan test. Hal tersebut dapat dilakukan sebelum dan sesudah

program/implemantasi.

b. Ukuran lain yang dapat digunakan angka stasistik komunitas.

c. Terdapat tiga tipe evaluasi yang menjelaskan apa yang perlu dievaluasi yaitu :

struktur, proses dann hasil.


a) Evaluasi struktur mencakup : fasilitas fisik, perlengkapan, kapan, layanan.

b) Evaluasi proses : tindakan keperawatan dalam setiap komponen proses

keperawatan yang mencakup adekuasi, kesesuain,efektifitas dan efisiensi.

c) Evaluasi hasil: perubahan perilaku klien yang mencakup : respon fisiologis

dan psikhologis, keterampilan psikomotor, pengetahuan dan kemampuan.


BAB III

PENGKAJIAN KOMUNITAS

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan, mengingat

pengkajian sebagai awal bagi kelompok untuk mengidentifikasi data data yang ada pada

masyarakat. Sebelum melakukan pengkajian pada masyarakat di Rw 01 di RT 01, 02

dan 03 Kecamatan Pasar Muara Bungo Kelurahan Bungo barat kelompok mengunjungi

atau menemui tenaga kesehatan yang berwenang dalam kesehatan masyarakat di Rw

01 di RT 01, 02 dan 03 Kecamatan Pasar Muara Bungo Kelurahan Bungo timur

Setelah itu kelompok menjelaskan tujuan dari kunjungan ini yaitu untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di wilayah Rw 01 di RT 01, 02 dan 03

Kecamatan Pasar Muara Bungo Kelurahan Bungo barat. Setelah dilakukan wawancara

didapatkan bahwa masalah terbanyak yang dialami oleh masyarakat di wilayah Rw 01 di

RT 01, 02 dan 03 Kecamatan Pasar Muara Bungo Kelurahan Bungo Timur yaitu

masalah PHBS, hipertensi dan ASI Eksklusif

Setelah diperoleh masalah terbanyak yang dialami masyarakat di Rw 01 di RT

01, 02 dan 03 Kecamatan Pasar Muara Bungo Kelurahan Bungo Timur, kelompok

merumuskan atau membuat kuesioner sebagai instrument pengkajian komunitas dan

keluarga dan dikonsulkan terlebih dahulu kepada Pembimbing Akademik yang

berwenang. Instrument pengkajian keperawatan komunitas dan keluarga yang

dirumuskan yaitu kuesioner tentang masalah PHBS,hipertensi , dan ASI Eksklusif

Masing-masing sub pokok kuesioner terdiri atas pernyataan tentang tanda dan

gejala penyakit, pengetahuan, sikap dan tindakan tentang tiap-tiap masalah.

Setelah kami menyusun instrumen kami melakukan pengumpulan data dengan

teknik sampling dari jumlah total KK 267 maka diambil jumlah sample 73 KK, setelah
dilakukan proses pengumpulan data pada tanggal 20-21 april 2019 maka selanjutnya

dilakukan pengolahan data dan perumusan masalah pada tanggal 26-28 april 2019.

Oleh karena itu dengan adanya masalah maka perlu di selesaikan bersama masyarakat

karena masyarakat perlu dilibatkan dalam menyelesaikan masalah mereka, proses

keterlibatan masayarakat didalam penyelesaian masalah maka dilakukan kegiatan

Lokakarya mini RW. Oleh karena itu kelompok akan melakukan lokakarya mini tingkat

RW dalam rangka mempresentasikan data dan menyelesaikan masalah yang ditemui di

Kelurahan Bungo Barat. Setelah dilakukan pengkajian sebanyak 73 KK dilakukan

pengolahan data menggunakan system SPSS pada setiap sub system pernyataan dan

didapatkan hasil dari setiap subsistem pernyataan. Setelah dilakukan pengolahan data

dan pembuatan laporan, dilakukan loka karya mini (LOKMIN) untuk memaparkan hasil

yang didapat saat pengkajian dan mendiskusikan prioritas masalah dan kegiatan apa

saja yang dapat dilakukan di wilayah Rw 01 di RT 01, 02 dan 03 Kecamatan Pasar

Muara Bungo Kelurahan Bungo dengan masalah barat PHBS, hipertensi, dan ASI

Eksklusif

B. Demografi
1. Usia
Tabel 1.1 Distribusi Penduduk Berdasarakan usia KK
di RW 01 Bungo Barat tahun 2019
Usia F %
0-1 tahun 0 0
2-5 tahun 0 0
6-12 tahun 0 0
13-19 tahun 0 0
20-59 tahun 62 84.9
> 60 tahun 11 15.1
Total 73 100

Analisa Tabel:
Dari tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa distribusi KK yang berjumlah
73 orang berdasarkan tingkat umur di RW 01 Bungo Barat di dapatkan mayoritas
KK berusia 20-59 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas KK memiliki usia
yang produktif.
2. Jenis kelamin

Tabel 1.2 Distribusi Penduduk Berdasarakan jenis kelamin


di RW 01 Bungo Barat tahun 2019
Jenis kelamin F %
Laki-laki 64 87.7
Perempuan 9 12.3
Total 73 100

Analisa Tabel:
Dari tabel 1.2 diatas dapat diketahui bahwa distribusi KK yang berjumlah
73 orang berdasarkan jenis kelamin di RW 01 Bungo Barat di dapatkan
mayoritas KK berjenis kelamin laki-laki
3. Pekerjaan

Tabel 1.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan pekerjaan KK


di RW 01 Bungo Barat tahun 2019

Pekerjaan F %
Pns 4 5.5
Wiraswasta 37 50.7
Petani 18 24.7
IRT 6 8.2
Tidak bekerja 8 11
Total 73 100

Analisa Tabel:
Dari tabel 1.3 diatas dapat diketahui bahwa distribusi KK yang berjumlah
73 orang berdasarkan pekerjaan di RW 01 Bungo Barat didapatkan lebih dari
separo KK bekerja sebagai wiraswasta.
4. Pendidikan

Tabel 1.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan pendidikan KK


di RW 01 Bungo Barat tahun 2019
Pekerjaan F %
Tidak sekolah 4 5.5
SD 14 19.2
SMP 19 26
SMA 24 32.9
Diploma/sarjana 12 16.4
Total 73 100

Analisa Tabel:
Dari tabel 1.4 diatas dapat diketahui bahwa distribusi KK yang berjumlah
73 orang berdasarkan pendidikan di RW 01 Bungo Barat di dapatkan sebagian
besar berpendidikan SMA sebanyak 32.9%. Hal ini menunjukkan bahwa memiliki
pengetahuan yang cukup tinggi

C. PHBS
1. Pengetahuan tentang PHBS
Berdasarkan hasil pengolah data pengetahuan tentang PHBS masyarakat RW 01
Bungo Barat.

Tabel 1.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan pengetahuan KK


di RW 01 Bungo Barat tahun 2019
Pengetahuan F %
Tinggi 16 21.9
Rendah 57 78.1
Total 73 100

Dari tabel diatas diketahui distribusi penduduk berdasarkan pengetahuan PHBS di


RW 01 didapatkan dari 73 KK mayoritas berpengetahuan rendah (78.1%). Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman tentang PHBS di RW 01 masih rendah. Yang mana
berdampak negative terhadap peningkatan kesehatan keluarga.

2. Sikap tentang PHBS


Berdasarkan hasil pengolah data sikap tentang PHBS masyarakat RW 01 Bungo Barat.

Dari diatas diketahui distribusi Tabel 1.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan sikap KK di
RW 01 Bungo Barat tahun 2019
Sikap F %
Baik 30 41.1
Kurang baik 43 58.9
Total 73 100

penduduk berdasarkan sikap tentang PHBS di RW 01 didapatkan dari 73 KK


mayoritas memiliki sikap yang kurang baik (58.9). sehingga hal ini beresiko terjadinya
penurunan kesehatan.

3. Tindakan PHBS
Berdasarkan hasil pengolah data tindakan tentang PHBS masyarakat RW 01 Bungo
Barat

Tabel 1.7 Distribusi Penduduk Berdasarkan sikap KK


di RW 01 Bungo Barat tahun 2019
Sikap F %
Baik 32 43.8
Kurang baik 41 56.2
Total 73 100

Dari tabel diatas diketahui distribusi penduduk berdasarkan tindakan tentang PHBS di
RW 01 didapatkan dari 73 KK mayoritas melakukan tindakan tentang PHBS dengan
kurang baik sebanyak 56.2%. Hal ini dapat menyebabkan resiko terjadinya penurunan
kesehatan.

D. ASI EKSKLUSIF
1. Pengetahuan tentang asi ekslusif
Tabel 1.8 Distribusi Penduduk Berdasarkan pengetahuan KK
di RW 01 Bungo Barat tahun 2019
Pengetahuan F %
Tinggi 65 89
Rendah 8 11
Total 73 100

Dari tabel diatas diketahui distribusi penduduk berdasarkan pengetahuan tentang asi
ekslusif di RW 01 didapatkan dari 73 KK mayoritas memiliki pengetahuan yang tinggi
sebanyak 89%. Hal ini menunjukkan pemahaman pengetahuan tentang asi ekslusif
sudah baik. Yang mana berdampak positif terhadap kesehatan keluarga.
2. Sikap
Tabel 1.9 Distribusi Penduduk Berdasarkan sikap KK tentang Asi ekslusif
di RW 01 Bungo Barat tahun 2019
Sikap F %
Baik 32 43.8
Kurang baik 41 56.2
Total 73 100

Dari tabel diatas diketahui distribusi penduduk berdasarkan sikap tentang asi
ekslusif di RW 01 didapatkan dari 73 KK mayoritas memiliki sikap yang kurang baik
sebanyak 56,2 %. Hal beresiko terjadi penurunan kesehatan.
3. Tindakan

Tabel 2.0 Distribusi Penduduk Berdasarkan tindakan KK tentang


asi eksklusif di RW 01 Bungo Barat tahun 2019
Sikap F %
Baik 57 78.1
Tidak baik 16 21.9
Total 73 100
Dari tabel diatas diketahui distribusi penduduk berdasarkan tindakan tentang asi
ekslusif di RW 01 didapatkan dari 73 KK mayoritas memiliki tindakan yang sudah
baik tentang pemberian asli ekslusif sebanyak 78.1%. Hal ini beresiko terjadinya
peningkatan kesehatan.

E. HIPERTENSI
1. Pengetahuan tentang hipertensi
Tabel 2.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan pengetahuan tentang hipertensi KK RW 01
Bungo Barat tahun 2019
Pengetahuan F %
Rendah 54 74
Tinggi 19 26
Total 73 100

Dari tabel diatas diketahui distribusi penduduk berdasarkan pengetahuan tentang


hipertensi di RW 01 didapatkan dari 73 KK mayoritas memiliki pengetahuan yang kurang
baik pengetahuan sebanyak 83,3%. Hal ini beresiko terjadinya penurunan kesehatan.
2. Sikap tentang hipertensi

Tabel 2.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan sikap tentang hipertensi KK


di RW 01 Bungo Barat tahun 2019
Sikap F %
Baik 19 26
Kurang baik 54 74
Total 73 100

Dari tabel diatas diketahui distribusi penduduk berdasarkan sikap tentang hipertensi
di RW 01 didapatkan dari 73 KK mayoritas memiliki sikap yang kurang baik sebanyak 74
%. Hal beresiko terjadi penurunan kesehatan.

3. Tindakan tentang hipertensi

Tabel 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan tindakan tentang


hipertensi KK di RW 01 Bungo Barat tahun 2019
Sikap F %
Baik 19 26
Tidak baik 54 74
Total 73 100

Dari tabel diatas diketahui distribusi penduduk berdasarkan tindakan tentang tindakan
hipertensi di RW 01 didapatkan dari 73 KK mayoritas memiliki tindakan yang kurang
baik tentang tindakan terhadap hipertensi sebanyak 74%. Hal ini beresiko terjadinya
peningkatan masalah kesehatan
A. ANALISA DATA

No. DATA Masalah keperawatan


1. Berdasarkan hasil koesioner didapatkan Perilaku cenderung
data : beresiko tentang PHBS
a. Masyarakat wilayah RW 01 kelurahan dan asi ekslusif di
Bungo barat memiliki pengetahuan wilayah RW 01
yang cukup rendah tentang PHBS Kelurahan Bungo Barat
khususnya :
1) 41.1% mengatakan salah setelah
melahirkan bayi diberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan
2) 97.3% mengatakan salah
menkonsumsi Buah dan sayur
dapat memenuhi kebutuhan vitamin
dan mineral serta serat yang
dibutuhkan tubuh untuk tumbuh
optimal dan sehat.
3) 31.5% mengatakan salah
melakukan aktifitas fisik / olahraga
secara teratur tiap hari sebaiknya
dilakukan lebih dari 3 jam sehari
4) 89% mengatakan salah Asi yang
pertama kali keluar dari payudara
ibu harus dibuang karena tidak
sehat

b. Masyarakat wilayah RW 01 kelurahan


Bungo Barat memiliki sikap yang
kurang baik tentang PHBS dan Asi
ekslusif khususnya :
1) 8.2% mengatakan tidak setuju
persalinan yang dibantu oleh selain
tenaga kesehatan dapat
membahayakan bayi dan ibu
2) 32.9% mengatakan tidak setuju
penimbangan bayi dan balita
dilakukan secara berkala setiap
bulannya sejak usia 1 bulan-5
tahun
3) 52.1% mengatakan setuju mencuci
tangan dengan air bersih cukup
dilakukan ketika ingin makan saja
4) 65.8% mengatakan setuju setiap
keluarga menggunakan air bersih
dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
5) 28.8% mengatakan tidak setuju
mengkonsumsi buah dan sayur 1
minggu sekali saja
6) 28.8% mengatakan tidak setuju
aktivitas fisik/olahraga secara
teratur dilakukan setiap hari dapat
membuat tubuh sehat
7) 82.2% mengatakan setuju jika ibu
bekerja anak bisa diberikan asi
susu formula

c. Masyarakat wilayah RW 01 kelurahan


Bungo Barat memiliki tindakan yang
kurang baik tentang PHBS khususnya :
1) 34.2% mengatakan kadang-kadang
anggota keluarga yang berusia bayi
dan balita dilakukan dengan
penimbangan ke posyandu setiap
bulannya
2) 17.8% mengatakan kadang-kadang
anggota keluarga mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun ketika
mau makan
3) 34.2% mengatakan kadang-kadang
ketika air PDAM dirumah berubah
warna menjadi kuning apakah
anggota keluarga tetap
menggunakannya dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
4) 76.7% mengatakan selalu anggota
keluarga pernah buang air besar
disungai atau laut
5) 31.5% mengatakan kadang-kadang
anggota keluarga membersihkan
penampungan air dirumah untuk
memberantas jentik nyamuk
6) 50.7% mengatakan kadang-kadang
anggota keluarga melakukan
aktivitas fisik/olahraga minimal 30
menit sehari
7) 45.2% mengatakan kadang-kadang
anggota keluarga tidak merokok
ketika ada anak kecil disekitarnya
8) 86.3% mengatakan selalu jika anak
menolak menyusu ibu memberikan
susu formula sebagai gantinya

Hasil wawancara
a. Dari hasil wawancara dengan
beberapa warga diwilayah RW 01
kelurahan Bungo Barat didapatkan
rata-rata tidak mengetahui
pentingnya PHBS
b. Sebagian besar kadang-kadang
ketika air PDAM dirumah berubah
menjadi kuning tetap menggunakan
untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
c. Sebagian besar warga kadang-
kadang mengkonsumsi buah dan
sayur
d. Sebagian besar warga kadang-
kadang melakukan aktivitas
fisik/olahraga minimal 30 menit
sehari
e. Sebagian besar warga kadang-
kadang tidak merokok ketika ada
anak kecil disekitarnya
f. Dari hasil wawancara dengan
beberapa warga wilayah RW 01
kelurahan bungo barat dari hanya
sedikit yang memiliki bayi
g. Sebagian besar orang tua
mengatakan sudah mulai
mengetahui pentingnya Asi Ekslusif
h. Masih ada orang tua yang
melakukan tindakan aski ekslusif
yang kurang baik
2. Hipertensi Ketidakefektifan
Berdasarkan hasil koesioner didapatkan pemeliharaan kesehatan
data : diri khususnya tentang
Masyarakat yang berada wilayah RW o1 Hipertensi di wilayah RW
Kelurahan Bungo Barat 70% menderita 01 kelurahan Bungo
penyakit Hipertensi Barat
a. Masyarakat diwilayah RW 01
kelurahan Bungo Barat memiliki
pengetahuan yang rendah tentang
Hipertensi khususnya :
1) 95.9% kurangnya pengetahuan
tentang hipertensi
2) 95,9% tentang tanda gejala
hipertensi
3) 90.4% mengkonsumsi garam
berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah
4) 67.1% makanan rendah lemak
merupakan faktor resiko penyakit
hipertensi
b. Masyarakat di wilayah RW 01
Kelurahan Bungo Barat memiliki sikap
yang kurang baik tentang Hipertensi
khususnya :
1) 64.4% tidak setuju jika istirahat
cukup dan mengurangi beban
pikiran dapat menghindari
terjadinya peningkatan tekanan
darah
2) 63% tidak setuju jika penderita
hipertensi harus mengurangi
asupan garam berlebihan
3) 56.2% tidak setuju jika
mengkonsumsi makanan seperti
daging kambing dapat
meningkatkan tekanan darah tinggi
c. Masyarakat di wilayah RW 01
Kelurahan Bungo Barat memiliki
tindakan yang kurang baik tentang
Hipertensi khususnya:
1) 67.1% kadang-kadang jika anggota
keluarga tidak mengkonsumsi
makanan yang tidak mengandung
kolesterol tinggi seperti daging
merah, gorengan, jeroan
2) 57.5% warga kadang-kadang jika
anggota keluarga akan mengontrol
emosi jika sedang marah/banyak
pikiran
Hasil wawancara :
a. Dari hasil wawancara dengan
beberapa warga diwilayah RW 01
kelurahan Bungo Barat didapatkan
rata-rata tidak mengetahui tentang
penyakit hipertensi
b. Sebagian besar kadang-kadang
warga masih sering mengkonsumsi
makanan dengan asupan garam
yang tinggi, dan mengkonsumsi
makanan yang mengandung
kolesterol tinggi seperti jeroan
Hasil observasi :
Dari hasil observasi didapatkan sebagian
besar warga di wilayah RW 01 kelurahan
bungo barat mengalami hipertensi.

B. Diagnosa keperawatan
1. Perilaku cenderung beresiko tentang PHBS dan Asi ekslusif di wilayah
RW 01 Kelurahan Bungo Barat
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri khususnya tentang
Hipertensi di wilayah RW 01 kelurahan Bungo Barat
C. Skoring
No. Dx. Keperawatan Pentingnya Kemungkinan Kemungkinan masalah
masalah untuk masalah dapat di dapat dicegah:
dipecahkan : ubah:  Tinggi : 3
 tinggi: 3  Mudah: 2
 Cukup: 2
 cukup : 2  Sebagian: 1
 Rendah: 1
 rendah : 1  Tidak dapat: 0

1 Perilaku cenderung
beresiko tentang
PHBS dan Asi
ekslusif di wilayah
RW 01 Kelurahan
Bungo Barat
2 Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan diri
khususnya tentang
Hipertensi di
wilayah RW 01
kelurahan Bungo
Barat

D. Rencana asuhan keperawatan

NO DATA DIAGNOSA TUJUAN NOC


(NANDA/INCP)

1 PHBS Kelas 2 : Tujuan : Prevensi Primer


Hasil Observasi : Manajemen Kesehatan Berkurangnya Level 1 Domain 4 :
perilaku kesehatan Pengetahuan perilaku
 Berdasarkan Diagnosis : cenderung beresiko kesehatan
hasil observasi Perilaku kesehatan PHBS pada
pada masyarakat cenderung beresiko masyarakat wilayah Level 2 Kelas :
wilayah RW 01 (00188) RW 01 Kelurahan Perilaku kesehatan,
Kelurahan Bungo Bungo Barat keyakinan
barat di dapatkan kesehatan,pengetahuan
bahwa rata-rata kesehatan,manajemen
masyarakat kesehatan, kontrol resiko
memahami dan keamanan (49).
tentang PHBS
 Berdasarkan
hasil observasi Level 1 Domain 7 :
pada masyarakat Kesehatan Komunitas
wilayah RW 01 Level 2 Kelas :
Kelurahan Bungo Proteksi kesehatan
Barat didapatkan komunitas
bahwa rata-rata Prevensi sekundr kelas
merokok ketika T : Kontrol Resiko dan
ada anak kecil Keamanan Level 3 :
disekitarnya Intervensi

Hasil Wawancara  1902 : Kontrol resiko


 Berdasarkan  1934 : Keamanan dan
hasil wawancara kesehatan serta
masyarakat perawatan lingkungan
mengatakan
mengetahui apa Prevensi Tersier :
itu PHBS Domain VI: Kesehatan
 Berdasarkan keluarga
hasil wawancara Kelas Z : Kualitas hidu
masyarakat
keluarga
mengatakan
kurang Level 3 : Intervensi
melakukan  2605 : Partisipasi tim
tentang PHBS kesehatan dalam
 Berdasarkan keluarga
hasil wawancara
masyarakat
mengatakan
mengetahui
dampak tidak
melakukan
PHBS

Asi ekslusif

 Dari hasil
wawancara
dengan
beberapa warga
wilayah RW 01
kelurahan bungo
barat dari hanya
sedikit yang
memiliki bayi
 Sebagian besar
orang tua
mengatakan
sudah mulai
mengetahui
pentingnya Asi
Ekslusif
 Masih ada orang
tua yang
melakukan
tindakan aski
ekslusif yang
kurang baik

2. Hipertensi Domain 1:promosi Tujuan : Prevensi primer :


kesehatan Berkurangnya Domain 4:
 Berdasarkan prilaku berisiko Pengetahuan kesehatan
hasil wawancara Kelas 2 : manajemen kesehatan dan dan prilaku
masyarakat kesehatan meningkatnya Kelas S : Pengetahuan
wilayah RW 01 efektifitas kesehatan
Kelurahan Ketidakefektifan pemeliharaan (1805) : pengetahuan :
Bungo Barat manajemen kesehatan serta prilaku sehat.
memiliki pemeliharaan manajemen (1832) : pengetahuan :
pengetahuan kesehatan kesehatan promosi kesehatan
yang cukup (1854) :: pengetahuan :
rendah tentang diet sehat
hipertensi (1855) : pengetahuan :
 Berdasarkan gaya hidup sehat
hasil wawancara
masyarakat
wilayah RW 01
Kelurahan
Bungo Barat
memiliki sikap
kurang baik
tentang
hipertensi
 Berdasarkan
hasil wawancara
masyarakat
wilayah RW 01
Kelurahan
Bungo Barat
memiliki
tindakan kurang
baik tentang
hipertensi

DATA
WAWANCARA

 Didapatkan
pengetahuan
masyarakat
kelurahan bungo
Barat tentang
hipertensi
rendah
 Dari hasil
wawancara
masyarakat
kelurahan bungo
Barat tidak
mengetahui
penyebab dan
akibat dari
hipertensi
 Didapatkan lebih
dari setengah
masyarakat
kelurahan bungo
barat tentang
tindakan
mengatasi
hipertensi tidak
baik

DATA
OBSERVASI

Dari hasil observasi


didapatkan semua
masyarakat tidak
mengetahui tentang
hipertensi

Tabel
POA (Planning Of Action)

RENCANA
No MASALAH TUJUAN SASARAN METODE MEDIA
KEGIATAN
1 Perilaku 1. Agar 1. Penyuluhan Masyarakat RW. Ceramah dan Flipchar
kesehatan masyarakat kepada 01 (RT. 01, 02, 02) Tanya Jawab Leaflet
cenderung memahami dan masyarakat Kelurahan Bungo
beresiko melaksanakan tentang 10 Barat
pada PHBS 10 indikator indikator PHBS
PHBS Rumah Tangga.
RumahTangga. 2. Penyuluhan
tentang bahaya
2. Agar rokok
masyarakat 3. Memberikan
mengikuti untuk penyuluhan
memanfaatkan tentang asi
perkarangan ekslusif
rumah dengan
Tanaman Obat
Keluarga
(TOGA)
3. Agar
masyarakat
tahu pentingnya
pemberian asi
ekslusif

2. Ketidakefe 1. Meningkatnya 1. memberikan Masyarakat RW. Ceramah dan 1. Flipc


ktifan efektifitas penyuluhan 01 (RT. 01, 02, 02) Tanya Jawab dan Le
pemelihar pemeliharaan kesehatan Kelurahan Bungo 2.
aan kesehatan pada Barat
tentang Demon
kesehatan dewasa dan
diri lansia hipertensi senam
khususnya kelurahan 2. melalukan hiperte
tentang Bungo Barat senam 3.
Hipertensi hipertensi demon
di wilayah 3. terapi tehnik tehnik
RW 01 relaksi relaksa
kelurahan
Bungo
Barat
IMPLEMENTASI

No Data Diagnosa NOC


1. Agregat Masyarakat Perilaku PREVENSI PRIMER
a. Masyarakat wilayah RW 01 cenderung Pengetahuan: kesehatan
kelurahan Bungo barat beresiko Pengetahuan: promosi kesehatan
memiliki pengetahuan yang tentang PHBS Status kesehatan keluarga
tinggi tentang PHBS dan Asi ekslusif Prilaku promosi kesehatan
khususnya : di wilayah RW
1) 41.1% mengatakan
01 Kelurahan
salah setelah
melahirkan bayi Bungo Barat
diberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan
2) 97.3% mengatakan PREVENSI SEKUNDER
salah menkonsumsi Pemulihan penyalahgunaan: rokok
Buah dan sayur dapat Funfsi keluarga
memenuhi kebutuhan Status kesehatan keluarga
vitamin dan mineral Integritas keluarga
serta serat yang Partisipasi keluarga dalam perawatan
dibutuhkan tubuh untuk professional
tumbuh optimal dan
sehat.
3) 31.5% mengatakan PREVENSI TERSIER
salah melakukan Partisipasi tim kesehatan dalam keluarga
aktifitas fisik / olahraga Dukungan sosial
secara teratur tiap hari Prilaku pemeriksaan kesehatan pribadi
sebaiknya dilakukan
lebih dari 3 jam sehari
4) 89% mengatakan salah
Asi yang pertama kali
keluar dari payudara
ibu harus dibuang
karena tidak sehat

b. Masyarakat wilayah RW 01
kelurahan Bungo Barat
memiliki sikap yang kurang
baik tentang PHBS
khususnya :
1) 41.1% mengatakan
salah setelah
melahirkan bayi
diberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan
2) 97.3% mengatakan
salah menkonsumsi
Buah dan sayur dapat
memenuhi kebutuhan
vitamin dan mineral
serta serat yang
dibutuhkan tubuh untuk
tumbuh optimal dan
sehat.
3) 31.5% mengatakan
salah melakukan
aktifitas fisik / olahraga
secara teratur tiap hari
sebaiknya dilakukan
lebih dari 3 jam sehari
4) 89% mengatakan salah
Asi yang pertama kali
keluar dari payudara
ibu harus dibuang
karena tidak sehat

c. Masyarakat wilayah RW 01
kelurahan Bungo Barat
memiliki tindakan yang
kurang baik tentang PHBS
khususnya :
1) 34.2% mengatakan
kadang-kadang
anggota keluarga yang
berusia bayi dan balita
dilakukan dengan
penimbangan ke
posyandu setiap
bulannya
2) 17.8% mengatakan
kadang-kadang
anggota keluarga
mencuci tangan
dengan air bersih dan
sabun ketika mau
makan
3) 34.2% mengatakan
kadang-kadang ketika
air PDAM dirumah
berubah warna menjadi
kuning apakah anggota
keluarga tetap
menggunakannya
dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
4) 76.7% mengatakan
selalu anggota
keluarga pernah buang
air besar disungai atau
laut
5) 31.5% mengatakan
kadang-kadang
anggota keluarga
membersihkan
penampungan air
dirumah untuk
memberantas jentik
nyamuk
6) 50.7% mengatakan
kadang-kadang
anggota keluarga
melakukan aktivitas
fisik/olahraga minimal
30 menit sehari
7) 45.2% mengatakan
kadang-kadang
anggota keluarga tidak
merokok ketika ada
anak kecil disekitarnya
8) 86.3% mengatakan
selalu jika anak
menolak menyusu ibu
memberikan susu
formula sebagai
gantinya

Hasil wawancara
a. Dari hasil wawancara
dengan beberapa
warga diwilayah RW 01
kelurahan Bungo Barat
didapatkan rata-rata
tidak mengetahui
pentingnya PHBS
b. Sebagian besar
kadang-kadang ketika
air PDAM dirumah
berubah menjadi
kuning tetap
menggunakan untuk
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
c. Sebagian besar warga
kadang-kadang
mengkonsumsi buah
dan sayur
d. Sebagian besar warga
kadang-kadang
melakukan aktivitas
fisik/olahraga minimal
30 menit sehari
e. Sebagian besar warga
kadang-kadang tidak
merokok ketika ada
anak kecil disekitarnya
f. Dari hasil wawancara
dengan beberapa warga
wilayah RW 01
kelurahan bungo barat
dari hanya sedikit yang
memiliki bayi
g. Sebagian besar orang
tua mengatakan sudah
mulai mengetahui
pentingnya Asi Ekslusif
a. Masih ada orang tua
yang melakukan
tindakan asi ekslusif
yang kurang.

2. Hipertensi Ketidakefektifan PREVENSI PRIMER


Berdasarkan hasil koesioner pemeliharaan Pengetahuan: kesehatan
didapatkan data : kesehatan diri Pengetahuan: promosi kesehatan
a. Masyarakat diwilayah RW khususnya Status kesehatan keluarga
01 kelurahan Bungo Barat tentang Prilaku promosi kesehatan
memiliki pengetahuan yang Hipertensi di Prilaku mencari kesehatan
rendah tentang Hipertensi wilayah RW 01
khususnya : kelurahan PREVENSI SEKUNDER
1) 95.9% kurangnya
Bungo Barat Koping keluarga
pengetahuan tentang
hipertensi Fungsi keluarga
2) 95,9% tentang tanda Status kesehatan keluarga
gejala hipertensi
3) 90.4% mengkonsumsi
garam berlebihan dapat
meningkatkan tekanan PREVENSI TERSIER
darah Prilaku pemeriksaan kesehatan
4) 67.1% makanan Partisipasi tim kesehatan dalam keluarga
rendah lemak Dukungan sosial
merupakan faktor Dukungan keluarga selama perawatan
resiko penyakit
hipertensi
b. Masyarakat di wilayah RW
01 Kelurahan Bungo Barat
memiliki sikap yang kurang
baik tentang Hipertensi
khususnya :
1) 64.4% tidak setuju jika
istirahat cukup dan
mengurangi beban
pikiran dapat
menghindari terjadinya
peningkatan tekanan
darah
2) 63% tidak setuju jika
penderita hipertensi
harus mengurangi
asupan garam
berlebihan
3) 56.2% tidak setuju jika
mengkonsumsi
makanan seperti
daging kambing dapat
meningkatkan tekanan
darah tinggi
c. Masyarakat di wilayah RW
01 Kelurahan Bungo Barat
memiliki tindakan yang
kurang baik tentang
Hipertensi khususnya:
1) 67.1% kadang-kadang
jika anggota keluarga
tidak mengkonsumsi
makanan yang tidak
mengandung kolesterol
tinggi seperti daging
merah, gorengan,
jeroan
2) 57.5% warga kadang-
kadang jika anggota
keluarga akan
mengontrol emosi jika
sedang marah/banyak
pikiran

Hasil wawancara :
a. Dari hasil wawancara
dengan beberapa
warga diwilayah RW 01
kelurahan Bungo Barat
didapatkan rata-rata
tidak mengetahui
tentang penyakit
hipertensi
b. Sebagian besar
kadang-kadang warga
masih sering
mengkonsumsi
makanan dengan
asupan garam yang
tinggi, dan
mengkonsumsi
makanan yang
mengandung kolesterol
tinggi seperti jeroan

Hasil observasi :
Dari hasil observasi
didapatkan sebagian besar
warga di wilayah RW 01
kelurahan bungo barat
mengalami hipertensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan membahas pelaksanaan asuhan keperawatan


komunitas di kelurahan bungo timur, kec pasar muara bungo tanggal 20-
21 april 2019 dilakukan beberapa tahap kegiatan, dimana masing – masing
tahap tersebut akan dibahas berdasar kan analisa SWOT yang meliputi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap masing – masing
tahap.
A. TAHAP PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA
1. Pengkajian
Teori pengkajian atau tahap pengkonsepan adalah
mengindetifikasi masalah – masalah yang terdapat dalam suatu
wilayah dapat berupa wawancara, apservasi dan penyebaran kuisioner
( Standhope M dan Jeanette, 1996 ) pengkajian tersebut mencangkup
: individu, yaitu berhubungan dengan keluarga, pola hubungan , dan
peran serta pola pertahan dan koping. Kedua yaitu pengkajian yang
perlu dilakukan adalah struktur dan karakteristik keluarga, sosial
budaya, lingkungan,riwayat kesehatan dan pemeriksaan pisik.
Didalam kelompok komunitas dikelurahan batang bungo
melakukan pengkajian atau pengumpulan data kemasyarakat seperti
penyebaran angket, dan melakukan kegiatan winshield survey untuk
melihat gambaran umum keadaan komunitas dikelurahan batang
bungo. Kelompok mengambil data dengan teknik wawancara dengan
pedoman kuisioner dan hasilnya disampaikan dalam LookMin.
Selama proses pengkajian yang dilakukan pada masyarakat
kelurahan batang bungo, mahasiswa dapat dukungan dari kecematan
pasar muara bungo, bidan serta kader yang telah meluangkan
waktunya untuk menemi mahasiswa praktek untuk melakukan
pendataan, masyarakat kooperatif dalam memberikan jawaban serta
pertanyaan yang diajukan mahasiswa untuk mempersingkat waktu
pengkajian, mahasiswa/i membagi jumlah penduduk yang harus dikaji
berdasarkann denah yang ada.
Dari pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 20-21 april
2019 dan dilakukan pengelolaan beberapa masalah kesehatan
masyarakat bahwa tingkat pengetahuan warga mengenai kesehatan
masih rendah,hal ini ditandai dengan masih banyaknya warga yang
belum tau mengenai indikator perilaku hidup bersih dan sehat serta
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit yang mereka
alami yaitu (hipertensi dan ASI Ekslusif).

Dalam tahap pengkajian masyarakat dalam memberikan


infromasi mengetahui tujuan pengkajian yang dilakukan dari
rumah kerumah, sample diambil seluruh dari populasi 1 di RW
05 adanya keter batasan waktu yang dimiliki masyarakat saat
pendataan sehingga Kurangnya respons dari sebagian kecil
masyarakat, dan Terdapat juga anggota keluarga yang tidak ada
dirumah sehingga kelompok terlambat dalam pendataan
B. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

Berdasarkan hasil pendataan pada tanggal 20-21 april 2019 telah


dilakukan pengolahan data maka didapatkan beberapa masalah
keperawatan komunitas pada kelurahan Bungo Timur, RW 01 RT 01,02
dan 03 yaitu perilaku cendrung berisiko ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan. Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinikal pada
motivasi dan keinginan individu, keluarga atau komunitas untuk
meningkatkan kesejahteraan, dan mewujudkan fotensi kesehatan
manusia, seperti mengekspresikan kesehatan mereka untuk tambah
perilaku sehat yang specific seperti nutrisi dan latihan. Dengan
demikian diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas,
padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang
dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Penggunaan rencana kegiatan di kelurahaan Bungo Timur RW
01 RT 01,02 dan 03 di fokuskan pada kegiatan promosi kesehatan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative.
Penyusunan rencana ini sesuai dengan model keperawatan komunitas
yang digunakan yaitu dengan pendekatan intervensi primer, sekunder
dan rehabilitative (Betty Neuman).
Diagnosa keperawatan ditemukan di kelurahan Batang Bungo
RW 05, RT 14, 15, dan 16 :
1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada PHBS
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (Diare)
a. kesehatan Ketidaefektifan manajemen pemeliharaan manajemen
kesehatan dan manejemen diri berkaitan dengan hipertensi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Setelah dilakukan penfolahan data dan dirumuskan diagnosa
keperawatan sesuai dengan strategi intervensi keperawata yakni
kemitraan,pemberdayaan, pendidikan kelompok dan proses kelompok, lalu
dibuatlah planing of action (POA). Perencanaaan keperawatan adalah
penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. Terdapat dua
masalah yang ditemukan yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko pada
PHBS pada masyarakat keluarahan batang bungo tahun 2018 dan
ketidakefektifan manajemen pemeliharaan kesehatan dan manajemen
kesehatan diri berkaitan dengan hipertensi dikelurahan batang bungo
kecamatan muaro bungo tathun 2018.Jadi, perencaan asuhan keperawatan
dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan penyuluhan
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang di susun harus mencakup perumusan dengan tujuan
melakukan penyuluhan (hipertensi, bahaya merokok, dan diare). Yang di
lakukan di RW 05 RT 14,15 dan 16 di kelurahan batang bungo kecamatan
muaro bungo.

Mewakili diagnoisa keperawatan yang berisikan, perilaku


kesehatan cenderung beresiko pada PHBS,ketidak efektipan
pemeliharaan kesehatan ( DIARE) dan ketidak efektifan manajemen
pemeliharaan kesehatan dan manajemen kesehatan diri berkaitan
dengan hipertesi dengan melakukan kegiatan penyuluhan mengenai
diagnosa tersebut.
Dalam proses intervensi keperawatan kelompok bertujuan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada di Kelurahan Batang Bungo.
Diagnosa yang muncul kemudian dilakukan proses intervensi
keperawatan dan dalam menindaklanjuti diagnosa keperawatan yang
ditemukan di Kelurahan Batang Bungo semua sudah disesuaikan
dengan teori yang ada.
Untuk pelaksanaan kegiatan yang telah disepakati tersebut diatas.
Maka diperlukan kerjasama dengan Bidan, Kader, serta Pemuda
Masyarakat untuk melancarkan kegiatan/ intervensi yang dilakukan
oleh mahasiswa Profesi Ners STIKes Perintis Sumbar. Dalam proses
intervensi keperawatan yang dilakukan kelompok bertujuan untuk
mengatasi masalah yang ada dilingkungan Kelurahan Batang Bungo
Kecamatan Pasar Muara Bungo dengan diagnosa yang muncul.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Setelah diperoleh kesempatan perencanaan kemudian dilakukan


kegiatan sesuai lokakarya mini di masjid Jami’ Darul Hikmah
kelurahan batang bungo namun tetap disesuaikan dengan keinginan
masyarakat di kelurahan batang bungo dalam mengatasi masalah
berdasarkan dari yang ditemukan kelompok pada saat pengkajian.
Dalam melaksanakan proses lokakarya mini terdapat hambatan yakni
cuaca yang tidak mendukung dan masih kurang nya partisipasi
masyarakat RW 05 untuk menghadiri penyuluhan. Adapun dari hasil
kesepakatan bersama masyarakat kelurahan batang bungo khusunya
di RW 05 yaitu melakukan penyuluhan hipertensi, bahaya merokok,
dan diare.
Proses implementasi hambatan yang ditemukan dalam acara
kegiatan yaitu masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam
mengikuti proses kegiatan dan masih banyak masyarakat tidak hadir
dalam mengikuti acara kegiatan di masjid jami’ darul hikmah
kelurahan batang bungo dikarenakan keterbatasan waktu dan
dikarenakan cuaca yang tidak mendukung (hujan).
E. EVALUASI

Adanya kerja sama dari masyrakat maka mahasiswa dapat melakukan implementasi yang sebelumnya telah
direncanakan, sehingga kegiatan yang dilakukan mahasiswa dapat diterima masyarakat
Streinght (kekuatan) Weakness Opportunity (peluang) Threat
(kelemahan) ( ancaman)

1. Dukungan dari 1. Sulitnya kelompok 1. Tidak ada mahasiswa 1. Masih banyak mayarakat yang tidak
dosen dalam mendapatkan praktik kesehatan lain di mengikuti kegiatan kelompok
pembimbing posko sehingga RW 05 2. adanya keter batasan waktu yang
2. Dukungan dari memperlambat 2. adanya kesempatan – dimiliki masyarakat saat pendataan
RW 05 Dan RT persiapan turun kesempatan yang 3. Takutmasyarakattidakdapathadirterut
14,15 dan 16 kemasyarakat mendukung pelaksanaan amaibu- ibukarenaadapengajianrutin
3. Pembagian tugas 2. Kurangnya respons kegiatan seperti kegiatan adanya acara lain.
sesuai dengan darisebagiankecilma pengajian. 4. adanya keter batasan waktu yang
kesepakatan syarakat 3. Mahasiswa dapat dimiliki masyarakat untuk mengikuti
bersama mendata masyarakat kegiatan
3. Terdapat anggota
mahasiswa 4. 2. Masyarakat dapat 5. masih banyak masyarakat yang
keluarga yang tidak
4. Peralatan dan memberikan respons mengalami penyakit hipertensi
ada dirumah
perlengkapan baik 6. masih banyak masyarakat yang
sehingga kelompok
tersedia terlambat dalam 5. adanya kesempatan – belum mengetahui perilaku hidup
5. Kerja sama yang pendataan kesempatan yang bersih dan sehat (bahaya merokok
baik antar 4. Kurangnya respons mendukung pelaksanaan dan diare
masyarakat kegiatan seperti kegiatan 7. Takut tidak sesuainya hasil laporan
dari masyarakat
untuk pengajian dengan
untuk mengikuti
melaksanakan 6. Mahasiswa dapat pre-planing.
setiap kegiatan
kegiatan yang memberikan materi
5.Hanya50%
sudah penyuluhan
masyarakat dapat 7. 50 % masyarakat yang
dilaksanakan
6. Keterampilan mengikuti setiap hadir dapat melakukan
kemampuan kegiatan penyuluhan senam krolanis
mahasiswa 6.Kurangnya 8. Mahasiswa dapat
dalam minatmasyarakatunt memberikan materi
melaksanakan uk datang mengikuti tentang kesehatan
kegiatan. kegiatan seperti hipertensi,bahaya
7. Kelompok aktif merokok, dan diare
7.Cuaca yang kurang
mengajak 9. Mahasiswa memberikan
mendukung (hujan)
masyarakat untuk penyuluhan dengan baik
8.Sulitnya kelompok
berpartisipasi kepada masyarakat
dalam memastikan
dalam kegiatan 10. 50% masyarakat dapat
jadwal kegiatan.
kelompok Kegiatan tidak tepat mengerti setiap materi
8. Format kuesioner waktu. penyuluhan yang
tersedia 9.Kurangnya diberikan Mahasiswa

masyarakat yang
hadir
RENCANA TINDAKAN EVALUASI
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada PHBS pada masyarakat Kelurahan Batan gBungo Muara Bungo Tahun
2018.

a. Perlu dilakukan penyuluhan tentang bahaya merokok minimal 1 kali setahun


Analisa :kemungkinan bisa dilakukan karena peranaktif pihak kader
b. Perlu dilakukan kegiatan gotong royong minimal 1 bulan sekali

2. Ketidakefektifan manajemen pemeliharaan kesehatan dan manajemen kesehatan diri berkaitan dengan hipertensi di
Kelurahan Batang Bungo Muara Bungo Tahun 2018.

a. Perlu dilakukan penyuluhan tentang hipertensi minimal 6 bulan sekali


Analisa :kegiatan bisadilaksanakan melalui kerja sama dengan pihak Puskesmas.
b. Perlu dilakukan kegiatan pemeriksaan kesehatan rutin minimal 3 bulan sekali
Analisa :kegiatan bisa dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak Puskesmas.
c. Perlu dilakukan demonstrasi dan cek kesehatan minimal 1 bulan sekali
Analisa :kegiatan bisa dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai