TINJAUAN PUSTAKA
B. DEFINISI
Menurut Aru Widoyo,dkk (2009), Glomerulusnefritis (GN) adalah
penyakit akibat respon imunologik dan hanya jenis tertentu saja yang secara
pasti telah di ketahui etiologinya.
Glomerulusnefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.
Peradangan dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria
dan atau hemataturia. Meskipun lesi terutama di temukan di glomerulus, tetapi
seluruh nefron pada akhirnya mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal
ginjal kronik. (Sylvia A. Price, 2002)
.
D. ETIOLOGI
Penyebab glomerulus nefrtis menurut Brunner & Suddarth, 2002 adalah :
1. Tidak di ketahui pada glomerulusnefritis
2. Infeksi mikroorganisme, streptokokus beta hemolitikus grup A tipe 12 atau
4 dan 1
3. Infeksi virus akut (ISPA, gondongan, varisella, hepatitis B dan infeksi HIV)
E. PATOFISIOLOGI
Pada GN akut terjadi setelah infeksi streptokokus pad tenggorokan atau
kadang-kadang pada kulit sesudah masa laten 1 sampai 2 minggu. Organisme
penyebab streptokokus beta hemolitikus grup A tipe 12 atau 4 dan 1, jarang
karena penyebab lainnya. Namun, sebenarnya bukan streptokokus yang
menyebabkan kerusakan pada ginjal. Di duga terdapat suatu antibodi yang
ditujukan terhadap antigen khusus yang merupakan unsur membran plasma
streprokokua-spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi dalam darah dan
bersirkulasi ke dalam glomerulus. Selanjutnya komplemen akan terfiksasi
mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimerfonuklear
(PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim
lisosom juga merusak endotel dan membran basalis glomerulus. Sebagai
respon terhadap lesi yang terjadi timbul sel-sel endotel yang diikuti sel-sel
epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler glomerulus menyebabkan
protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang di bentuk
oleh ginjal , mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya, kompleks
komponen antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel
(atau sebagai bungkusan epimembranosa) pada mikroskop elektron dan sebagai
bentuk granular.
Pada CGN (glomerulusnefritis) lanjut maka ginjal tampak mengkerut,
kadang-kadang beratnya hanya tinggal 50gram dan permukaannya bergranula.
Perubahan-perubahan ini terjadi akibat berkutangnya jumlah nefron karena
iskemia dan hilangnya nefron. Pada pemeriksaan mikroskop tampak sebagaian
besar glomerulus telah mengalami perubahan. Mungkin terdapat campuran
antara perubahan membranosa dan proliferasi dan pembentukan epitel
berbentuk sabit. Akhirnya tubulus mengalami atrofi, fibrosis intersialis dan
oenebalan dinding arteria. Bila semua organ strukturnya telah mengalami
kerusakan hebat, organ ini disebut ginjal stadium akhit dan mungkin sulit
menentukan apakah lesi asalnya terjadi pada glomerulus, intertisial dan di
sebabkan oleh pielonefritis. (Sylvia A. Price, 2002)
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sylvia A. Price, 2002. Tanda gejala yang sering di temukan pada
pasien glomerulusnefritis adalah
1. Hematuria
2. Proteinuria
3. Oliguria < 400cc/ 24 jam
4. Azotemia
5. Pruritus
6. Edema
7. Hipertensi
8. Rasa lelah
9. Anoreksia
10. Demam
11. Sakit kepala
12. Mual dan muntah
G. KOMPLIKASI
Komplikasi glomerulus nefrtis menurut Arif muttakin, 2011 adalah
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari, terjadi
sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena
hipertensi, terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing,
muntah dan kejang-kejang. Ini kaibat spasme pembuluh darah lokal
dengan anoreksia dan edema
3. Gangguan sirkulasi berupa dispnea, ortopnea, tedpat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darahyang bukan saja di
sebabkan spasme pembuluh darah
4. Anemia
5. Gagal ginjal
H. PENATALAKSAAN
1. Penatalaksaan medis
a. Tujuan penatalaksaan glomerulusnefritis akut adalah untuk
melindungi fungsi ginjal dan menangani komplikasi dengan tepat.
Jika diduga terdapat infeksi streptokokus sisa, penisilin dapat di
resepkan. Agens diuretik dan antihipertensi diresepkan untuk
mengendalikan hipertensi. Pengananan dialisis yang adekut untuk
menurunkan kadar produk sampah uremik dalam darah.
b. Pemberian natrium dan cairan di sesuaikan dengan kemampuan
ginjal dalam mengeskresikan urin, (brunner & suddarth, 2002)
2. Penatalaksaan keperawatan
a. Anjurkan klien untuk tirah baring selama fase akut sampai urin
berwarna jernih dan kadar BUN , kreatinin dan tekanan darah
kembali normal. Lama tirah baring dapat di tentukan dengan
mengkaji urin klien ; aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan
proteinuria dan hematuria.
b. Hitung keseimbangan cairan secara cermat. Cairan di berikan
untuk emgatasi kehilangan cairan dan berat badan seharian.
c. Jelaskan pada klinen tentang penjelasan dan penjadwalan rencana
tindak lanjut terhadap tekanan darah, pemeriksaan urinalisis, kadar
BUN dan kreatinin untuk menentukan perkembangan penyakit.
(Toto Suharyanto,2009)
3. Penatalaksanaan diet
a. Diet rendah protein dan natrium. Protein di batasi jika terjadi
insufisiensi ginjal dan retensi nitrogen. Natrium di batai jika terjadi
hipertensi , edema dan gagal jantung kongestif.
b. Diet TKTP untuk mendukung status nutrisi yang baik. (Toto
Suharyanto, 2009)
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Brunner & Suddarth, 2002 pemeriksaan diagnostik pada GN
adalah
a. AGN , gambaran primer glomerulus akut adalah hematuria (darah
dalam urin) mikroskopik atau makroskopik (gros). Urin tampak
berwarna-kola akibat sel darah merah dan butiran atau sedimen
protein. Proteinuria, terutama albumin, juga terjadi akibat
meningkatnya permeabilitas membran glomerulus. Kadar BUN
dan kreatinin serum meningkat seiring dengan haluaran urin.
b. CGN, urinalisa menunjukan gravitasi spesifik mendekati 1.010,
berbagai proteinuria dan endapan urinarius. Hiperkalemia akibat
penurunan eksresi , masukan makanan dan medikasi , asidosis dan
katabolisme.Penurunan eritropoesis sehingga terjadinya anemia,
Serum kalsium meningkat. Hipermagnesia akibat penurunan
eksresi dan ingesti antasid yang mengandung magnesium. Dan
pemeriksaan sinar X pada dada menunjukkan pembesaran jantung
dan edema pulmoner.
J. KOMPLIKASI
Menurut Brunner & Suddarth, 2002 komplikasi pada penyakit
glomerulusnefritis adalah
1. Hipertensi enselofati
2. Gagal jantung kongestif
3. Edema pulmoner
4. Sindrom nefrotik mencakup infeksi
5. Tromboembolisme
6. Emboli pulmoner
7. Peningkatan terjadinya aterosklerosis
K. ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan menurut Doengus, 2000 adalah
1. Dasar data pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus
b. Sirkulasi
Tanda : hipotensi/hipertensi
Disritmia jantung
Nadi lemah/halus
Edema jaringan umum
Pucat, kecenderungan perdarahan
c. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih, oliguria
Disuria, rasa tidak puas saat berkemih
Abodemen kembung
Tanda : perubahan warna urin seperti pekat, merah, coklat,berawan
Oliguria
d. Makanan/cairan
Gejala : peningkatan BB (edema), penurunan BB ( dehidrasi )
Mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati
Penggunaan diuretik
Tanda : Perubahan turgor kulit
Edema (umum, ekstremitas bagian bawah)
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur
Kram otot/kejang
Tanda : gangguan status mental, contoh penurunan lapang pandang
perhatian, ketidak mampuan berkonsentrasi, hilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran ( azotemia )
Kejang, faskikulasi otot, aktivitas kejang
Nyeri/ketidaknyaman
Gejala : nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : perilaku hati-hati, gelisah.
Pernapasan
Gejala : nafas pendek
Tanda : takipnea, dispnea, normal
Keamanan
Tanda : pruritus, petekia
2. Diagnosa yang timbul pada kasus
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme
regulatori dengan retensi air
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan katabolisme protein ; peningkatan kebutuhan metabolik
; anoreksia
c. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik/ pembatasan diet, anemia
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan
imunologik