Anda di halaman 1dari 47

PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN KADARZI


NOMOR:

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Kesehatan
2005-2009 menetapkan 4 (empat) sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya adalah
menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20 %. Guna mempercepat
pencapaian sasaran tersebut, di dalam Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009
telah ditetapkan 4 strategi utama, yaitu 1) Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk
hidup sehat; 2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas; 3) Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, dan 4)
Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Dari empat strategi utama tersebut telah ditetapkan 17 sasaran prioritas, satu
diantaranya adalah seluruh keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). sebagai salah
satu tujuan Desa Siaga. Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumberdaya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
Di dalam Undang-undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas) dan di dalam visi Indonesia Sehat 2010, ditetapkan bahwa 80% keluarga
menjadi Keluarga Mandiri Sadar Gizi (KADARZI), karena keluarga mempunyai nilai yang amat
strategis dan menjadi inti dalam pembangunan seluruh masyarakat, serta menjadi tumpuan
dalam pembangunan manusia seutuhnya. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu
keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal
dengan :
1. Menimbang berat badan secara teratur.
2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan
(ASI eksklusif).
3. Makan beraneka ragam.
4. Menggunakan garam beryodium.
5. Minum suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran.

Kegiatan KADARZI ini bekerja sama dengan lintas sector dan lintas program. Adapun
kerjasamanya dengan lintas sector adalah, seperti kegiatan menimbang berat badan dilakukan
di Posyandu yang melibatkan kelurahan Bah manis dan Bah Biak dalam pemilihan kader yang
akan bertugas disetiap posyandu dan menyediakan tempat untuk setiap posyandu. Kerjasama
dengan lintas program yaitu dengan program KIA yaitu bersama-sama mendata balita yang ASI
Eksklusif. Petugas gizi selalu mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Bah Biak yaitu
“SEHAT”, Petugas gizi selalu sopan dan santun dalam melakukan kegiatan kadarzi seperti
melakukan penimbangan, Petugas gizi sangat empati terhadap status gizi masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Bah Biak., Petugas gizi yang melakukan kegiatan ini handal sesuai
dengan keilmuannya, dan bersikap teladan dalam memberikan nasehat gizi terkait masalah gizi
yang dihadapi oleh masyarakat.

1.2TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
a. Mengubah anggota keluarga supaya berprilaku Kadarzi
b. Tercapainya keadaan gizi yang optimal pada keluarga secara terus menerus
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan dan perilaku anggota keluarga untuk mengatasi
masalah gizi
b. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam menanggulangi masalah gizi
keluarga

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Ibu-ibu balita di Posyandu, Ibu-ibu Lansia di Posyandu, dan kelas ibu hamil.
2.2 METODE
Ceramah dan Diskusi
2.3 MEDIA
LCD, Laptop, Materi
2.4 TEMPAT DAN WAKTU
Puskesmas Bah Biak
Waktu kondisional sesuai kebutuhan
2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )

2.6 LUARAN
1. Diperoleh data berat badan dan tinggi badan/panjang badan balita
2. Diperoleh data ASI Eksklusif
3. Diperoleh data tes garam beryodium
4. Diperoleh data balita mendapatkan Vitamin A
5. Diperoleh data TTD pada ibu hamil dan ibu nifas

2.7 EVALUASI
Pengisian Formulir 1 data dasar keluarga sasaran, formulir 2 rekapitulasi daftar
keluarga sasaran tingkat desa, formulir 3 rencana jadwal kunjungan rumah keluarga
sasaran, formulir 4 catatan hasil kunjungan pendampingan keluarga.
2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
MONITORING GARAM BERYODIUM
NOMOR :

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Bab VIII) mengamanatkan
bahwa Upaya Perbaikan Gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar
gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan
ilmu dan teknologi. Upaya pembinaan gizi dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan sesuai dengan perkembangan masalah gizi, pentahapan dan prioritas
pembangunan nasional (Kemenkes, 2013).
Masalah Gizi Di Indonesia sangat beragam salah satu masalah gizi di Indonesia adalah
GAKY. Mengingat dampak negatif dari GAKY berpengaruh langsung terhadap kualitas sumber
daya manusia, Yodium merupakan salah satu mikronutrien penting untuk tubuh manusia.
Kekurangan zat tersebut dapat mengakibatkan berbagai gangguan yang dikenal sebagai GAKY
(Gangguan akibat kekurangan Yodium). Akibat kekurangan yodium yang paling banyak dikenal
adalah pembesaran kelenjar gondok, namun sebenarnya akibat defisiensi yodium masih lebih
luas lagi, yaitu gangguan mental dan kecerdasan yang akan mempengaruhi keseluruhan
produktivitas dan potensi pembangunan Negara ini.(SGY, 1999).
Secara visual garam beryodium tidak dapat dibedakan dari garam beryodium. Kecuali
label yang menyatakan adanya yodium, pembuktiannya hanya dapat dilakukan dengan
pengujian secara laboratoris dan telah diproduksi pula suatu alat tes sederhana (tester) yang
dapat langsung digunakan dilapangan.Walaupun seluruh produksi garam untuk konsumsi telah
beryodium, namun keadaan ini belum sepenuhnya menjamin bahwa garam tersebut
dikonsumsi, kebenaran label dan ada tidaknya garam beryodium dipasaran. Karena itu, cara
yang tepat untuk mengetahui sejauh mana tingkat konsumsi garam beryodium dimasyarakat
adalah dengan langsung mengetesnya dirumah tangga (SGY, 1999).
Upaya penanggulangan masalah GAKI mengutamakan kegiatan promosi garam
beriodium.Untuk daerah-daerah endemik masalah GAKI, upaya yang dilakukan yaitu menjamin
garam yang dikonsumsi adalah garam beriodium melalui penyusunan peraturan daerah yang
mengatur pemasaran garam beriodium. Sampai dengan tahun 2009, terdata 9 (sembilan)
provinsi dan 13 kabupaten/kota yang sudah memiliki Perda Penanggulangan masalah GAKI
(Kemenkes 2013)
Hasil pemantauan konsumsi garam beriodium tahun 2012 di 29 provinsi menunjukkan
cakupan sebesar 87,9% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium. Meskipun secara
nasional angka ini meningkat dari tahun sebelumnya dan sudah mencapai target program
tahun 2012 (80%), namun masih ada 4 (empat) provinsi yang belum melaksanakan pemantauan
garam beriodium di wilayahnya. (Kemenkes 2013)
Diharapkan semakin bertambah wilayah yang melakukan pemantauan garam beriodium
dengan penerapan Permendagri No. 63 tahun 2010 tentang Pedoman Penanggulangan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Daerah.Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 diketahui
bahwa hampir 90% rumah tangga(RT) di Sumatera Utara telah mengkonsumsi garam yang
mengandung cukup iodium. Konsumsi garam mengandung cukup iodium merupakan upaya
prevalensi penderita GAKY(Kemenkes 2013)
Kegiatan monitoring garam beryodium ini bekerja sama dengan lintas sector adapun
bentuk kerjasamanya adalah dengan kader posyandu yaitu turun ke rumah-rumah penduduk
untuk melakukan tes garam didampingi oleh kader posyandu. Petugas gizi selalu
mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Bah Biak yaitu “SEHAT”, Petugas gizi selalu sopan
dan santun dalam melakukan kegiatan monitoring garam beryodium, Petugas gizi sangat empati
terhadap status gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bah Biak, Petugas gizi yang
melakukan kegiatan ini handal sesuai dengan keilmuannya, dan bersikap teladan dalam
memberikan nasehat gizi terkait masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat.

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Terlaksananya pemantauan garam beryodium untuk memperoleh gambaran
berkala tentang akses masyarakat terhadap garam beryodium.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran berkala tentang situasi dan masalah konsumsi garam
beryodium yang memenuhi syarat di rumah tangga
b. Mendapatkan informasi tentang garam beryodium ( bentuk, merk, dan hasil uji
garam ) di tingkat masyarakat

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Seluruh rumah tangga yang ada di kelurahan Bah manis dan Bah Biak kecamatan
Sibolga Selatan wilayah kerja Puskesmas Bah Biak.

2.2 METODE
Pemeriksaan Garam yang dikonsumsi keluarga dirumah dan Penyuluhan tentang
Garam Yodium.

2.3 MEDIA
a. Lembar Balik
b. Poster
c. Format Laporan
d. Garam yang dibawa murid dari rumah
e. Iodina test
2.4 TEMPAT DAN WAKTU
1. Tempat
Rumah Tangga wilayah kerja Puskesmas Bah Biak
2. Waktu
Waktu kondisional sesuai kebutuhan

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )
2.6 LUARAN
Diperoleh data masyarakat yang menggunakan garam beryodium dan tidak
menggunakan garam beryodium

2.7 EVALUASI
Pengisian formulir sudah dilakukan pada rumah tangga dan sudah direkap oleh Tim
Survey.

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
DISTRIBUSI VITAMIN A
NOMOR:

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan setiap warga
negara.Peningkatan kemajuan dan keejahteraan bangsasangat tergantung pada kemampuan
dan kualitas sumberdayamanusianya. Ukuran kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat
padaIndeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraanmasyarakat antara
lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan statusgizi masyarakat (Bapennas, 2011).
Tolok ukur yang dapat mencerminkan status gizi masyarakatadalah status gizi pada anak
balita yang diukur dengan beratbadan dan tinggi badan menurut umur dan dibandingkan
denganstandar baku rujukan WHO (2005). Selain itu keadaan gizimasyarakat juga dapat
diketahui dari besarnya masalahkekurangan gizi mikro pada kelompok rentan, yaitu GAKY,
AGB, dan KVA (Bapennas, 2011).
Hasil Studi Masalah Gizi Mikro di 10 propinsi yang dilakukanPuslitbang Gizi dan Makanan
Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2006 memperlihatkan balita dengan Serum Retinol
kurang dari 20μg/dl adalah sebesar 14,6%. Hasil studi tersebut menggambarkan terjadinya
penurunan bila dibandingkan dengan Survei Vitamin A Tahun 1992 yang menunjukkan 50%
balita mempunyai serum retinol kurang dari 20 μg/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin A
(KVA) sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi karena berada di bawah 15%
(batasan IVACG).Hal tersebut salah satunya berkaitan dengan strategi penanggulangan KVA
dengan pemberian suplementasi Vitamin A yang dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus
(Bulan Kapsul Vitamin A) (Kemenkes, 2009).
Direktorat Bina Gizi Masyarakat bekerja sama dengan SEAMEOTROPMED RCCN
Universitas Indonesia, UNICEF dan Micronutrient Initiative pada tahun 2007 melakukan survei di
3 Provinsi terpilih yaitu Kalimantan Barat, Lampung dan Sulawesi Tenggara untuk melihat
cakupan suplementasi Vitamin A dan mengevaluasi manajemen program Vitamin A. Hasil survei
menunjukkan bahwa di provinsi Kalimantan Barat cakupan Vitamin A pada bayi (6-11bulan)
adalah sebesar 55,8% dan anak balita (12-59 bulan) sebesar 56,6%, sementara untuk provinsi
Lampung cakupan pada bayi adalah 82,4% dan anak balita 80,4%, dan Sulawesi Tenggara
adalah 70,5%
Pada bayi dan anak balita sebesar 62,2%. Hasil survei juga menemukan bahwa sebanyak
70,2% bayi umur 6-11 bulan dan 13,9% anak balita umur 12-59 bulan mendapatkan
suplementasi Vitamin A dengan dosis yang tidak sesuai umur(Kemenkes, 2009).
Rendahnya cakupan suplementasi vitamin A ini mengindikasikanbahwa manajemen
dansosialisasi program Vitamin A tingkat Kabupaten/Kota belum berjalan optimal.Berkaitan hal
tersebut diperlukan pelatihan penyegaran terkait dengan manajemen suplementasi Vitamin A
bagi petugas dalam rangka meningkatkan cakupan program khususnya pada Kabupaten/Kota
dengan cakupan rendah(Kemenkes, 2009).
Xerophthalmia merupakan masalah kesehatan masyarakat yangtelah dapat ditangani sejak
tahun 2006 (studi gizi mikro di 10 provinsi), namun KVA pada balita dapat berakibat
menurunnya daya tahan tubuh sehingga dapat meningkatkan kesakitan dankematian. Untuk itu
suplementasi vitamin A tetap harus diberikan pada balita 6-59 bulan, setiap 6 bulan, dianjurkan
pada bulan kampanye kapsul vitamin A yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Kapsul vitamin
A juga harus didistribusikan pada balita di daerah endemik campak dan diare. Data Riskesdas
2010 menunjukkan bahwa cakupan pemberian kapsul vitamin A secara nasional pada anak
balita sebesar 69,8 persen . Terjadi disparitas antar provinsi dengan jarak 49,3 persen sampai
91,1 persen Cakupan nasional ini menurun dari 71,5 persen.
Hasil studi gizi mikro tahun 2006 yang dilaksanakan di 10 propinsi diperoleh gambaran
prevalensi xeropthalmia 0,13%, dan indeks serum retinol <20 μg/dl pada balita sebesar 14,6%.
Keadaan ini sudah jauh membaik jika dibandingkan dengan kondisi tahun 1992 bahwa ada 50%
balita dengan serum retinol <20 μg/dl. Namun demikian, apabila diperhitungkan dengan jumlah
balita yang ada saat ini, diperkirakan masih ada 26.000 balita menderita xeropthalmia dan
sekitar 2.920.000 balita mempunyai serum retinol <20 μg/dl (Kemenkes, 2009)
Cakupan pemberian kapsul vitamin A (dari 71,5% tahun 2007 menjadi 75,5% tahun 2013).
Persentase tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat (89,2%) dan yang terendah di Sumatera
Utara (52,3%). Data tersebut menunjukkan bahwa kegiatan suplementasi vitamin A masih perlu
ditingkatkan lagi (Riskesdas, 2013).
Kegiatan pemberian kapsul vitamin A ini bekerja sama dengan lintas sector dan lintas
program. Adapun kerjasama dengan lintas sector yaitu bekerjasama dengan kader posyandu
untuk membagikan Vitamin A saat kegiatan Posyandu dan saat sweeping kerumah-rumah
penduduk.Kerjasama dengan lintas program adalah petugas gizi bersama-sama dengan
petugas KIA untuk membagikan vitamin A sampai mencapai target. Petugas gizi selalu
mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Bah Biak yaitu “SEHAT”, Petugas gizi selalu sopan
dan santun dalam melakukan kegiatan monitoring pemberian kapsul vitamin A, Petugas gizi
sangat empati terhadap status gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bah Biak, Petugas
gizi yang melakukan kegiatan ini handal sesuai dengan keilmuannya, dan bersikap teladan
dalam memberikan nasehat gizi terkait masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat.

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan cakupan distribusi kapsul vitamin A.
1.2.2. Tujuan Khusus
Tersedianya vitamin A bagi semua bayi, balita dan ibu nifas

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
a. Bayi 6-11 bulan
b. Anak Balita 12-59 Bulan
2.2 METODE
Pemberian kapsul Vitamin A dan sosialisasi

2.3 MEDIA
a. Lembar Balik
b. Poster
c. Format Laporan
d. Kapsul Vitamin A

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


1. Tempat
a. Posyandu Balita
b. Puskesmas
2. Waktu
Bulan Februari dan Agustus
2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )

2.6 LUARAN
Diperoleh data distribusi Vitamin A pada balita

2.7 EVALUASI
Pengisian laporan vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus oleh Tim pelaksana
pemberian vitamin A.

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui :
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 001
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
DISTRIBUSI PMT IBU HAMIL KEK
NOMOR:

I.PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sasaran Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019 adalah meningkatnya
ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh
masyarakat. Indikator Kegiatan Program (IKP) Bina Gizi dan KIA terdiri dari Persentase
persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (target pada tahun 2019 sebesar 85%) dan
menurunnya persentase ibu hamil kurang energi kronik menjadi 18,2% (Kemenkes,
2015)
Salah satu kegiatan intervensi spesifik yang dilakukan Kementerian Kesehatan
melalui Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak,
adalah Pemberian MP ASI, PMT Pemulihan Balita Gizi Kurang, PMT Pemulihan Ibu
Hamil KEK, dan PMT Anak Sekolah. Dengan fokus pada 1000 hari pertama
kehidupan (270 hari selama kehamilan dan 730 hari dari kelahiran sampai usia 2 tahun)
yaitu pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan.
Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yangdikonsumsi oleh
ibunya dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam tubuh ibunya.Selama hamil atau
menyusui seorang ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dimakan untuk
mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung
bayinya serta untuk memproduksi ASI. Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup
mengandung zat gizi yang dibutuhkan, maka janin atau bayiakan mengambil persediaan
yang ada didalam tubuh ibunya, seperti sel lemak ibu sebagai sumber kalori; zat besi
dari simpanan di dalam tubuh ibu sebagai sumber zat besi janin/bayi (Kemenkes, 2014)
Demikian juga beberapa zat gizi tertentu tidak disimpan di dalam tubuh seperti
vitamin C dan vitamin B yang banyak terdapat di dalam sayuran dan buah
buahan.Sehubungan dengan hal itu, ibu harus mempunyai status gizi yang baik sebelum
hamil dan mengonsumsi makanan yang beranekaragam baik proporsi maupun
jumlahnya.Kenyataannya di Indonesia masih banyak ibu-ibu yang saat hamil mempunyai
status gizi kurang, misalnya kurus dan menderita Anemia.Hal ini dapat disebabkan
karena asupan makanannya selama kehamilan tidak mencukupi untuk kebutuhan dirinya
sendiri dan bayinya. Selain itu kondisi ini dapat diperburuk oleh beban kerja ibu hamil
yang biasanya sama atau lebih berat dibandingakan dengan saat sebelum hamil.
Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan, sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangannya (Kemenkes, 2014).
Ada 8 upaya penanganan masalah gizi pada periode emaskehidupan. Dimulai
dengan pemberian tablet tambah darah sebanyak 90 tablet kepada ibu hamil, pemberian
makanan tambahan pada ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK),
pelayanan inisiasi menyusu dini bagi ibu baru melahirkan, konseling menyusui dan
konseling pemberian makanan pendamping air susu ibu (ASI), pelaksanaan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan bagi seluruh Balita di Posyandu, pemberian
kapsul vitamin A kepada seluruh Balita usia 6–60 bulan sebanyak 2 kali setahun,
pelaksanaan PMT pemulihan bagi Balitagizi kurang di Puskesmas, dan perawatan bagi
Balita gizi buruk termasuk penyediaan mineral mix rumah sakit dan Puskesmas
(Kemenkes, 2011).
Kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi.
Jika sudah terlalu lama maka akan terjadi Kekurangan Energi Kronik (KEK).
Pada tahun 2010 jumlah ibu hamil di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 307.577
orang dan yang menjadi sasaran ibu hamil KEK/Anemia adalah sebanyak 30.757 orang.
Dari jumlah sasaran ibu hamil KEK/Anemia tersebut, sebanyak 2.500 orang atau 8,1%
yang mendapatkan PMT (Pemberian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010).
Mengingat pentingnya status gizi ibu hamil terutama Ibu Hamil KEK, maka
dipandang perlu melaksanakan kegiatan Pemberian PMT Pemulihan Ibu Hamil KEK di
seluruh kabupaten kota di Sumatera Utara khususnya di wilayah Puskesmas Bah Biak.
Kegiatan penditribusian makanan tambahan ibu hamil KEK ini bekerja sama
dengan lintas sector yaitu dengan kelurahan dalam penyediaan aula untuk saat
penyuluhan dikelas ibu hamil, setiap ibu hamil yang KEK diberikan makanan tambahan
dan bekerjasama juga dengan lintas program KIA dalam pendataan ibu hamil yang KEK.
Petugas gizi selalu mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Bah Biak yaitu “SEHAT”,
Petugas gizi selalu sopan dan santun dalam melakukan kegiatan penditribusian
makanan tambahan ibu hamil KEK ini, Petugas gizi sangat empati terhadap status gizi
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bah Biak, Petugas gizi yang melakukan
kegiatan ini handal sesuai dengan keilmuannya, dan bersikap teladan dalam
memberikan nasehat gizi terkait masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat.

1.2TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan status gizi ibu hamil dengan indikator peningkatan Lingkar
Lengan Atas (LiLA) <23,5 cm.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan Ibu Hamil KEK dalam
rangka mendukung penurunan Bumil KEK dengan cara memberikan PMT
Pemulihan bumil KEK
2. Memperbaiki status gizi bumil KEK.
3. Mencegah terjadinya Bayi BBLR.
II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Ibu hamil yang berisiko KEK dengan pita LiLA < 23,5 cm.

2.2 METODE
Distribusi PMT Pemulihan Ibu Hamil KEK.
2.3 MEDIA
a. Susu untuk Ibu Hamil
b. Biskuit untuk Ibu Hamil
c. Format Laporan
2.4 TEMPAT DAN WAKTU
Puskesmas Bah Biak
Waktu kondisional sesuai kebutuhan
2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )
2.6 LUARAN
Data ibu hamil yang mendapat PMT ibu hamil KEK
2.7 EVALUASI
Pengisian Format Laporan Ibu Hamil KEK tiap bulan nya
2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 199403 2 001
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
DISTRIBUSI Fe IBU HAMIL
NOMOR :

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Status gizi janin dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil,
bahkanstatus gizi ibu pada saat sebelum hamil. Kurang gizi pada wanita usia subur
(WUS) yang disebut kurang energy kronis (KEK) ditandai dengan lingkar lengan atas
(LiLA) kurang dari 23,5 cm, sehingga ibu tersebut mempunyai resiko melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR) karena sejak dalam kandungan janin sudah mengalami
kegagalan pertumbuhan janin (foetal growth retardation). Secara nasional WUS
dengan KEK menurun dalam satu dekade terakhir, dari 24,9 persen pada tahun 1999
ke 16,7 persen pada tahun 2003 dan menjadi 13,6 persen pada tahun 2007. Masalah
anemia pada WUS juga perlu mendapat perhatian sejak sebelum hamil agar janin
terhindar dari resiko kurang zat besi.Anemia berat pada ibu hamil meningkatkan
resiko kematian ibu melahirkan akibat perdarahan pasca persalinan.
Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa di perkotaan 19,7 persen WUS
menderita anemia dan 24,5 persen menderita anemia pada saat hamil. Anemia gizi
kurang zat besi (AGB) masih dijumpai pada 26,3 persen balita (Studi gizi mikro,
2006). Analisis cakupan pemberian suplementasi besi-folat/tablet tambah darah (Fe3)
dan cakupan pemeriksaan kehamilan (K4) menunjukkan adanya kesenjangan yang
besar antara cakupan Fe3 dengan cakupan K4. Riskesdas 2010 membuktikan
cakupan pemberian >90 tablet tambah darah (Fe3) pada ibu hamil hanya 18 persen.
Anemia kurang zat besi pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko kematian waktu
melahirkan dan melahirkan bayi yang juga menderita anemia.
Kondisi kesehatan dan gizi ibu, bayi dan anak balita secara umum
mengalami perbaikan yang ditunjukkan dengan menurunnya kematian ibu, kematian
neonatal, kematian bayi dan kematian balita. Berdasarkan laporan evaluasi
pencapaian MDGs, angka kematian ibu menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi
228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Demikian juga angka kematian
neonatal, angka kematian bayi dan angka kematian balita masing masing turun dari
32; 68; dan 97 pada tahun 1991 menjadi masing-masing 19; 34; dan 44 per 1000
kelahiran hidup (SDKI, 2007).Gerakan 1000 HPK terdiri dari intervensi gizi spesifik
dan intervensi gizi sensitive.Intervensi spesifik, adalah tindakan atau kegiatan yang
dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK. Kegiatan ini
pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan, seperti imunisasi, PMT ibu hamil
dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen tablet Fe.
Cara pemberian tablet Fe yaitu untuk pencegahan 1 tablet / hari sejak awal
kehamilan seterusnya sampai masa nifas, dan untuk pengobatan diberikan 2 tablet /
hari sampai kadar Hb normal.
Kegiatan pemberian tablet Feini bekerja sama dengan lintas sector yaitu
kader posyandu dalam pembagian tablet Fe di kelas ibu hamil dan bekerjasama
dengan lintas program yaitu program KIA dalam pembagian tablet Fe. Petugas gizi
selalu mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Bah Biak yaitu “SEHAT”, Petugas
gizi selalu sopan dan santun dalam melakukan kegiatan pemberian tablet Fe ini,
Petugas gizi sangat empati terhadap status gizi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Bah Biak, Petugas gizi yang melakukan kegiatan ini handal sesuai
dengan keilmuannya, dan bersikap teladan dalam memberikan nasehat gizi terkait
masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat

1.2TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan pemberian Fe 3 mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi berjalan
lancar.

1.2.2. Tujuan Khusus


Tersedianya tablet Fe (besi) bagi semua ibu hamil dan ibu nifas.

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Ibu hamil

2.2 METODE
Distribusi Tablet Fe

2.2 MEDIA
Tablet Fe

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


Tempat :Di Posyandu, di Puskesmas
Waktu :Dilakukan pada saat pertama kali ibu hamil ditemukan sampai habis 90 tablet fe

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )

2.6 LUARAN
Diperoleh data ibu hamil yang mendapat tablet Fe
2.7 EVALUASI
Formulir rekapitulasi distribusi tablet Fe pada ibu hamil

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
REMAJA PUTRI DAPAT TTD
NOMOR :

I. PENDAHULUAN
1.2 LATAR BELAKANG
Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan
perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat,
mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan professional disemua instansi pelayanan kesehatan. Gizi memegang
peranan penting dalam pembangunan sumber daya manusia, tidak saja untuk
kesehatan tetapi juga untuk kecerdasan, produktivitas, dan menjadi investasi untuk
memajukan ekonomi bangsa (Bank Dunia, 2010 repositioning Perbaikan Gizi Global).
Oleh karena itu, perbaikan gizi harus menjadi prioritas dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Kegiatan pembinaan perbaikan gizi
melalui dana dekonsentrasi merupakan
Kegiatan Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan WUS yang
dilakukan, utamanya merupakan kegiatan KIE yaitu promosi atau kampanye tentang
anemia kepada masyarakat luas, ditunjang dengan kegiatan penyuluhan kelompok
serta konseling yang ditujukan secara langsung pada Remaja Putri/Wanita melalui
wadah yang sudah ada di masyarakat seperti sekolah, pesantren, tempat kerja
(formal/informal), organisasi dan LSM bidang kepemudaan, kesehatan, keagamaan
dan wanita. Kegiatan suplementasi TTD dilakukan secara mandiri dengan dosis 1
tablet seminggu sekali minimal selama 16 minggu, dan dianjurkan minum 1 tablet
setiap hari selama masa haid/menstruasi. Anjuran konsumsi makanan kaya besi
dilaksanakan dengan mengacu pada “gizi seimbang”, diikuti dengan pembinaan
kantin di sekolah atau penjaja makanan di sekitar remaja/wanita berkumpul.
Anemia Gizi Besi (AGB) diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia
sekolah, 3,5 juta remaja putri. Sedangkan menurut WHO, kejadian prevalensi kejadian
anemia di Indonesia pada anak usia sekolah sebesar 12,8 persen. Karena tinggi nya
Anemia Gizi Besi pada remaja putri maka perlu adanya pemberian TTD pada remaja
putri terutama remaja putri yang ada diwilayah kerja puskesmas Bah Biak.
Kegiatan pemberian tablet Fe ini bekerja sama dengan lintas sector yaitu
sekolah-sekolah yang ada diwilayah kerja puskesmas Bah Biak dalam pendistribusian
tablet Fe pada remaja putri. Petugas gizi selalu mengimplementasikan tata nilai
Puskesmas Bah Biak yaitu “SEHAT”, Petugas gizi selalu sopan dan santun dalam
melakukan kegiatan pemberian tablet Fe ini, Petugas gizi sangat empati terhadap
status gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bah Biak, Petugas gizi yang
melakukan kegiatan ini handal sesuai dengan keilmuannya, dan bersikap teladan
dalam memberikan nasehat gizi terkait masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat
1.2TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia gizi besi pada remaja
putri
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya tablet Fe (besi) bagi semua remaja putri di wilayah kerja
Puskesmas Bah Biak.
b. Meningkatkan kesadaran remaja putri dan WUS serta keluarganya akan
pentingnya meningkatkan status kesehatan dan gizi dengan mencegah
masalah anemia sedini mungkin.
c. Melaksanakan suplementasi TTD untuk remaja putri dan WUS secara
mandiri.
II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Remaja Putri
2.2 METODE
Distribusi Tablet Fe
2.3 MEDIA
Tablet Fe
2.4 TEMPAT DAN WAKTU
Sekolah diwilayah kerja Puskesmas Bah Biak
Waktu kondisional sesuai kebutuhan
2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )
2.6 LUARAN
Diperoleh data remaja putri yang mendapatkan tablet Fe
2.7 EVALUASI
Formulir rekapitulasi distribusi tablet Fe pada remaja putri
2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui :
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
PSG ANAK SEKOLAH
NOMOR:

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Usia anak sekolah adalah 7-12 tahun. Pada usia ini anak tumbuh secara
perlahan dan menunjukkan pematangan keterampilan motoric kasar dan halus.
Kepribadiannya berkembang dan tingkat kemandiriannya meningkat. Hal-hal ini
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis makanan yang dimakan dan cara
memakannya.Pada saat ini terbentuk sikap suka dan tidak suka terhadap makanan
tertentu , yang sering merupakan dasar bagi kebiasaan makan selanjutnya.
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanyasumberdaya
manusia masa depan yang berkualitas. Anak yangmengalami masalah gizi pada usia
dini akan mengalami gangguantumbuh kembang dan meningkatkan kesakitan,
penurunanproduktivitas serta kematian.
Berdasarkan UU RI No. 32 tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah dan
Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembiayaan Urusan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menegaskan, informasi status gizi memegang peranan penting dalam menentukan
perencanaan program di daerah.
Menurut Gibson (1998) dalam bukunya Nutritional Status , Penilaian status
gizi adalah upaya menginterpretasikan semua informasi yang diperoleh melalui
penilaian antropometri , konsumsi makanan, biokimia dan klinik. Informasi ini
digunakan untuk menetapkan status kesehatan seseorang atau kelompok penduduk
yang dipengaruhi oleh konsumsi dan utilisasi zat-zat gizi.Sistem penilaian status gizi
dapat dilakukan dalam bentuk survey, surveilan atau skrining (WHO, dalam Gibson,
1988).
Menurut RISKESDAS, penduduk yang mengkonsumsi makanan di bawah
70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan tahun 2004 sebanyak 40,6%.
Keadaan ini banyak dijumpai pada anak usia sekolah (41,2%), remaja (54,5%), dan
ibu hamil (44,2%). Data RISKESDAS menunjukkan bahwa masih terdapat anak usia
sekolah dasar yang prevalensi status gizinya (IMT/U) dengan kategori kurus di atas
prevalensi nasional (7,6%) salah satunya yang berada di wilayah provinsi Banten
yaitu sekitar 9,5%. Menurut jenis kelamin, prevalensi kependekan pada anak laki-laki
lebih tinggi yaitu 36,5% daripada anak perempuan yaitu 34,5%. Menurut tempat
tinggal, prevalensi anak kependekan di daerah perkotaan lebih rendah (29,3%)
dibandingkan anak perdesaan (41,5%).
Anak-anak sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rawan
mengalami gizi kurang diantara penyebabnya ialah tingkat ekonomi yang rendah dan
asupan makanan yang kurang seimbang serta rendahnya pengetahuan orang
tua.Anak sekolah dengan pola makan seimbang cenderung memiliki status gizi yang
baik.Oleh sebab itu perlu diadakan survey penilaian status gizi anak sekolah untuk
meningkatkan status gizi anak sekolah terutama anak sekolah dilingkungan kerja
Puskesmas Bah Biak.
Kegiatan pemantauan status gizi anak sekolah ini bekerja sama dengan
lintas sector yaitu sekolah-sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bah Biak
dalam pemantauan status gizi anak sekolah. Petugas gizi selalu
mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Bah Biak yaitu “SEHAT”, Petugas gizi
selalu sopan dan santun dalam melakukan pemantauan status gizi anak sekolah ini,
Petugas gizi sangat empati terhadap status gizi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Bah Biak, Petugas gizi yang melakukan kegiatan ini handal sesuai
dengan keilmuannya, dan bersikap teladan dalam memberikan nasehat gizi terkait
masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Memperbaiki status gizi anak sekolah
1.2.2. Tujuan Khusus
Mengetahui gambaran status gizi berdasarkan indeks BB/TB

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Anak Sekolah

2.2 METODE
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

2.3 MEDIA
a. Mirotoise
b. Timbangan Digital
c. Format Laporan
d. ATK

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


Sekolah SD diwilayah kerja Puskesmas Bah Biak
Waktu kondisional sesuai kebutuhan

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )
2.6 LUARAN
Memperoleh data status gizi anak sekolah

2.7 EVALUASI
Formulir rekapitulasi status gizi anak sekolah

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
PELACAKAN BALITA GIZI BURUK
NOMOR :

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadimasalah gizi dan
kesehatan masyarakat di Indonesia. BerdasarkanRiset Kesehatan Dasar tahun 2010,
sebanyak 13,0% berstatus gizikurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data
yang samamenunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangatkurus dan
17,1% anak memiliki kategori sangat pendek.Status gizi yang diukur berdasarkan
berat badan menurut umur ( Z-Score terletak <-3 ), dan atau disertai tanda klinis
kwashiorkor, marasmus, marasmus –kwashiorkor).
Kasus gizi buruk dan gizi kurang dapat diketahui dari hasil penimbangan
anak balita di posyandu, pemeriksaan di fasilitas pelayanan kesehatan, laporan
masyarakat dan skrining aktif. Bila ditemukan anak dengan LiLA <12.5 cm,
berdasarkan hasil penimbangan berat badan dua kali tidak naik (2T), dan berat badan
pada kartu menuju sehat (KMS) berada di bawah garis merah (BGM), perlu dilakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan tanda klinis serta penyakit penyerta
ataupun komplikasi medis (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan hasil pemeriksaan lanjut bila balita ditemukan tampak sangat
kurus, berat badan menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB)-nya <-3SD, LiLA <11,5 cm disertai dengan salah satu atau lebih tanda
komplikasi medis seperti anoreksia, dehidrasi berat, pneumonia berat, anemia berat
harus dirawat inap. Perawatan anak gizi buruk rawat inap dilakukan dengan
memperhatikan tahap stabilisasi, transisi, reBiakitasi dan tindak
lanjut.Pelaksanaannya memperhatikan 10 langkah diawali dengan mengatasi
hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi dilanjutkan dengan pemberian makanan dan
mikronutrien sampai dengan memberikan makanan untuk tumbuh kejar, simulasi dan
persiapan tindak lanjut di rumah.Anak gizi buruk tanpa komplikasi medis dapat
dilakukan perawatan secara rawat jalan (Kemenkes, 2013).
Seorang anak gizi buruk dikatakan sembuh dengan kriteria BB/TB atau
BB/PB-nya >- 2SD dan tidak ada gejala klinis. Untuk anak gizi buruk yang telah
membaik berada dalam tahap pemulihan pasca perawatan gizi buruk atau balita gizi
kurang mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) yang
dapat diberikan dengan dana BOK (Kemenkes, 2013).
Bahaya gizi buruk adalah Anak gizi buruk sangat gampang sakit dan cepat
menjadi parah yang bisa menimbulkan kematian, gizi buruk dapat menyebabkan
kematian bila tidak ditanggulangisegera, kurang cerdas, Berat dan tinggi badan pada
umur dewasa lebih rendah dari anak normal, Sering sakit infeksi seperti batuk, pilek
diare, TBC dan lain-lain.
Kegiatan pelacakan gizi burukbekerjasama dengan lintas sector yaitu kader
posyandu dalam penimbangan balita diposyandu. Petugas gizi selalu
mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Bah Biak yaitu “SEHAT”, Petugas gizi
selalu sopan dan santun dalam melakukan pelacakan gizi buruk ini, Petugas gizi
sangat empati terhadap status gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bah Biak,
Petugas gizi yang melakukan kegiatan ini handal sesuai dengan keilmuannya, dan
bersikap teladan dalam memberikan nasehat gizi terkait masalah gizi yang dihadapi
oleh masyarakat

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan status gizi dan menurunkan angka kematian anak gizi buruk.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Dilakukannya penapisan anak gizi buruk
b. Terselenggaranya kegiatan perawatan anak gizi buruk sesuai standar
c. Tercapainya status gizi anak
d. Dilakukannya pemantauan dan evaluasi pelayanan anak gizi buruk

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Anak Balita
2.2 METODE
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
2.3 MEDIA
a. Alat Antropometri
b. Tabel WHO 2005
c. ATK
2.4 TEMPAT DAN WAKTU
Seluruh posyandu balita yang ada diwilayah kerja Puskesmas Bah Biak
Setiap jadwal posyandu balita
2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )
2.6 LUARAN
Data status gizi anak balita
2.7 EVALUASI
Formulir rekapitulasi status gizi buruk
2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19790415 200903 2 001 NIP.19790415 200903 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
DISTRIBUSI MP ASI
NOMOR:

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam rangka pembangunan manusia yang berkualitas, upaya peningkatan gizi
dan kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam meningkatkan mutu,
taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Oleh karena itu
upaya-upaya itu harus dilaksanakan sedini mungkin.
Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi
guna mencapai tumbuh kembang bayi/anak yang optimal sekaligus mempertahankan
kesehatan ibu setelah melahirkan. Sejak lahir bayi seharusnya diberi ASI secara
eksklusif, yaitu bayi hanya diberi ASI saja hingga usia 6 bulan, selanjutnya bayi diberi
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai dan cukup dalam jumlah maupun
mutunya serta ASI terus diberikan hingga bayi berusia 2 tahun.
Gencarnya promosi susu formula yang berperan menghambat keberhasilan
pemberian ASI eksklusif di masyarakat memerlukan perlindungan hukum yang tegas
sehingga penindakan hukum dapat dilaksanakan kepada berbagai pihak secara adil.
Pemerintah pusat telah menerbitkan Peraturan Pemerintah no 33 tahun 2012 tentang
ASI Eksklusif dan akan diberlakukan pada tahun 2013 memerlukan perluasan
desiminasi informasi melalui kegiatan sosialisasi. Masyarakat perlu mengetahui hak ibu
dan bayi untuk memberikan dan mendapatkan ASI Eksklusif dalam kehidupannya.
Masyarakat dengan kesadarannya mempunyai hak untuk menuntut pada pemberi
pelayanan pada saat melahirkan bayinya. Masyarakat perlu tahu bahwa bayi mereka
harus mendapat IMD dan ASI Eksklusif untuk kualitas kehidupan bayinya. Produsen
susu formula dan tenaga pemberi pelayanan kesehatan tidak berhak mengahalangi
masyarakat melaksanakan ASI Eksklusif.
Pada usia 6 bulan bayi perlu mendapat tambahan MP-ASI yang memenuhi syarat
standar MP-ASI terutama kebersihan makanan dan pemilihan bahan makanan yang
tepat pada bayi. Menginjak usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan pada makanan yang
dinamakan makanan pendamping ASI atau disingkat MPASI. Inilah makanan bayi
kedua yang menyertai pemberian ASI.
Karena organ pencernaan bayi yang belum sempurna seperti orang dewasa,
sehingga jika salah memberikan pengenalan makanan bayi ini dapat menimbulkan
gangguan pencernaan pada bayi seperti terjadinya sembelit atau malah terjadinya
perut kembung.Memberikan makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan secara
bertahap, baik dilihat dari jenis makanannya, tekstur dan jumlah porsinya. Kekentalan
makanan bayi dan jumlah harus disesuaikan dengan kesiapan bayi dalam menerima
makanan. Dari sisi tekstur makanan, awalnya bayi harus diberi makanan semi padat,
sedangkan makanan padat diberikan ketika bayi sudah mulai tumbuh giginya. Porsi
makanan juga berangsur mulai dari satu sendok hinga berangsur-angsur bertambah
sesuai porsi bayi.
Oleh karena pentingnya pemberian MP ASI maka dipandang perlu bagi balita
mendapat bantuan MP ASI dengan prioritas BGM gakin. Kegiatan pemberian MP ASI
ini bekerja sama dengan lintas sectoryaitu kader posyandu dalam penimbangan,
pendataan dan pengisian KMS serta pembagian MP ASI.
Petugas gizi selalu mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Bah Biak yaitu
“SEHAT”, Petugas gizi selalu sopan dan santun dalam melakukan pemberian MP
ASIini, Petugas gizi sangat empati terhadap status gizi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Bah Biak, Petugas gizi yang melakukan kegiatan ini handal sesuai dengan
keilmuannya, dan bersikap teladan dalam memberikan nasehat gizi terkait masalah
gizi yang dihadapi oleh masyarakat

1.2TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Memberikan MP-ASI yang benar dan tepat pada bayi usia 6-24 bulan terutama
pada Balita BGM Gakin.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan ibu dalam membuat MP-ASI yang benardan
bergizi
b. Memberikan MP ASI pada balita usia 6 – 24 bulan BGM Gakin
c. Meningkatkan Status Gizi Balita BGM Gakin usia 6 – 24 bulan
II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Balita BGM dengan prioritas gakin usia 6 – 24 bulan

2.2 METODE
Pemberian biskuit MP-ASI

2.3 MEDIA
a. Bahan Makanan biskuit MP-ASI
b. Format Laporan
2.4 TEMPAT DAN WAKTU
Dirumah Balita BGM Gakin usia 6 – 24 bulan yang mendapat MP-ASI
Sesuai dengan kebutuhan

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )

2.6 LUARAN
Data balita yang mendapatkan MP ASI
2.7 EVALUASI
Formulir rekapitulasi status gizi kurang

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 001
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
PMT PEMULIHAN
NOMOR :
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena
merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Untuk mengatasi
kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu diselenggarakan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-
59 bulan dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama
sehari-hari. PMT Pemulihan yang diberikan selama 90 hari makan berupa susu balita
(Kemenkes, 2011).
Riskesdas menghasilkan berbagai peta masalah kesehatan dan
kecenderungannya, dari bayi lahir sampai dewasa. Misalnya, prevalensi gizi kurang
pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen
(2007) menurun menjadi 17,9 persen (2010) kemudian meningkat lagi menjadi 19,6
persen (tahun 2013). Beberapa provinsi, seperti Bangka Belitung, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah menunjukkan kecenderungan menurun. Dua
provinsi yang prevalensinya sangat tinggi (>30%) adalah NTT diikuti Papua Barat, dan
dua provinsi yang prevalensinya <15 persen terjadi di Bali, dan DKI Jakarta. Masalah
stunting/pendek pada balita masih cukup serius, angka nasional 37,2 persen.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2010), persentase
BBLR di Indonesia sebesar 8,8 persen, anak balita pendek sebesar 35,6 persen, anak
balita kurus sebesar 13,3 persen, dan anak balita gizi lebih sebesar 12,2 persen.
Dengan demikian Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, di satu pihak
mengalami kekurangan gizi di pihak lain mengalami kelebihan gizi.
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi tersebut diatas, dalam
jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan, dalam
jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan
kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan
resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua. Kesemuanya itu akan
menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, produktifitas, dan daya saing
bangsa (Gerakan 1000 HPK, 2013).
Kegiatan pendistribusain makanan tambahan pemulihan ini bekerja sama
dengan lintas sector yaitu kelurahan dalam pengadaan dana PMT pemulihan setiap
posyandu dan bekerjasama dengan kader posyandu dalam pembagian PMT
pemulihan posyandu. Petugas gizi selalu mengimplementasikan tata nilai Puskesmas
Bah Biak yaitu “SEHAT”, Petugas gizi selalu sopan dan santun dalam melakukan
pendistribusain makanan tambahan pemulihan ini, Petugas gizi sangat empati
terhadap status gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bah Biak, Petugas gizi
yang melakukan kegiatan ini handal sesuai dengan keilmuannya, dan bersikap
teladan dalam memberikan nasehat gizi terkait masalah gizi yang dihadapi oleh
masyarakat

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Menurunnya prevalensi balita gizi kurang
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jumlah balita gizi kurang di Puskesmas Bah Biak
b. Memberikan makanan tambahan pada semua balita gizi kurang
c. Memperbaiki status gizi balita yang buruk dan kurang menjadi gizi baik
d. Memberikan pengetahuan pada keluarga balita tentang pemberian
makanan seimbang yang tepat dan benar

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
a. Balita bawah garis merah (BGM)
b. Balita 2T
c. Balita kurus
d. Balita Sangat kurus

2.2 METODE
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
Konsultasi Gizi
2.3 MEDIA
Susu

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


Tempat yaitu rumah balita yang dilakukan selama 90 hari makan (3 bulan berturut-
turut)

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )

2.6 LUARAN
Meningkatnya status gizi balita
2.7 EVALUASI
Formulir rekapitulasi status gizi kurang
2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19790415 200903 2 005 NIP.19790415 200903 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
DISTRIBUSI PMT PENYULUHAN
NOMOR :

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemenuhan gizi merupakan hak setiap anak, upaya ini ditujukan untuk
mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan).Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian,
karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi.Pertumbuhan anak
hendaknya dipantau secara teratur . Pemantauan pertumbuhan anak dibawah lima
tahun (balita), mengukur berat dan tinggi badan menurut umur dapat dilakukan sendiri
dirumah, posyandu atau puskesmas dengan menggunakan kartu KMS (Kartu Menuju
Sehat).
Prevalensi berat-kurang (underweight) menurut provinsi dan nasional. Secara
nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7
persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka
prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat.
Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen tahun 2007, 4,9
persen pada tahun 2010, dan 5,7 persen tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi
kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan 2013. Diantara 33 provinsi di
Indonesia,18 provinsi memiliki prevalensi gizi buruk-kurang di atas angka prevalensi
nasional yaitu berkisar antara 21,2 persen sampai dengan 33,1 persen. Urutan ke 19
provinsi tersebut dari yang tertinggi sampai terendah adalah (1) Nusa Tenggara Timur;
(2) Papua Barat; (3) Sulawesi Barat; (4) Maluku; (5) Kalimantan Selatan; (6)
Kalimantan Barat; (7) Aceh; (8) Gorontalo; (9) Nusa Tenggara Barat; (10) Sulawesi
Selatan; (11) Maluku Utara; (12) Sulawesi Tengah; (13) Sulawesi Tenggara; (14)
Kalimantan Tengah; (15) Riau; (16) Sumatera Utara; (17) Papua, (18) Sumatera Barat
dan (19) Jambi. Masalah kesehatan masyarakat juga dianggap berat bila prevalensi
pendek sebesar 30 – 39 persen dan serius bila prevalensi pendek ≥40 persen (WHO
2010). Sebanyak 14 provinsi termasuk kategori berat, dan sebanyak 15 provinsi
termasuk kategori serius. Ke 15 provinsi tersebut adalah: (1) Papua, (2) Maluku, (3)
Sulawesi Selatan, (4) Maluku Utara, (5) Sulawesi Tengah, (6) Kalimantan Tengah, (7)
Aceh, (8) Sumatera Utara, (9) Sulawesi Tenggara, (10) Lampung, (11). Kalimantan
Selatan, (12). Papua Barat, (13). Nusa Tenggara Barat, (14). Sulawesi Barat dan (15)
Nusa Tenggara Timur.
Kelebihan dan kekurangan asupan energy dan zat gizi anak, atau kemungkinan
pengaruh keturunan terhadap pertumbuhan, akan terefleksi pada pola
pertumbuhannya. Anak yang kurang makan akan menunjukkan penurunan pada grafik
berat badan menurut umur. Perubahan pada alur grafik berat badan dapat juga
menggambarkan pengaruh keturunan terhadap pertumbuhan , Bila kekurangan makan
cukup berat dan berlangsung lama, kecepatan pertumbuhan akan berkurang atau
pertumbuhan akan terhenti. Pemantauan pertumbuhan sebaiknya dilakukan secara
teratur , yaitu sebulan sekali dan dapat dilakukan diposyandu.
Posyandu adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunanan angka kematian ibu dan bayi.
Pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu adalah untuk meningkatkan
status gizi balita dengan memberikan makanan tambahan kepada setiap balita yang
datang keposyandu.
Kegiatan pendistribusain makanan tambahan penyuluhan ini bekerja sama
dengan lintas sector yaitu kelurahan dalam pengadaan dana PMT penyuluhan setiap
posyandu dan bekerjasama dengan kader posyandu dalam pembagian PMT
penyuluhan posyandu.. Petugas gizi selalu mengimplementasikan tata nilai
Puskesmas Bah Biak yaitu “SEHAT”, Petugas gizi selalu sopan dan santun dalam
melakukan pemantauan pertumbuhan balitaini, Petugas gizi sangat empati terhadap
status gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bah Biak, Petugas gizi yang
melakukan kegiatan ini handal sesuai dengan keilmuannya, dan bersikap teladan
dalam memberikan nasehat gizi terkait masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat.
1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan status gizi dan menurunkan angka kematian anak
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Memberikan makanan tambahan pada semua balita yang datang ke
Posyandu
b. Memperbaiki status gizi balita
c. Memberikan pengetahuan pada keluarga balita tentang pemberian makanan
seimbang yang tepat dan benar

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Anak Balita

2.2 METODE
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

2.3 MEDIA
-
2.4 TEMPAT DAN WAKTU
Seluruh posyandu balita yang ada diwilayah kerja Puskesmas Bah Biak
Setiap jadwal posyandu balita

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )

2.6 LUARAN
Data balita yang mendapat PMT Penyuluhan

2.7 EVALUASI
Formulir rekapitulasi status gizi

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 199403 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
KONSULTASI ASI EKSKLUSIF
NOMOR :

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Upaya perbaikan gizi
melalui penerapan pemberian ASI Eksklusif telah diamanatkan dalam UU No.36 tahun
2009 pasal 128 dan 129 bahwa bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif dan peraturan
pemerintah RI No.33 tahun 2012 Bab II pasal 3,4, dan 5 menyebutkan bahwa
pemerintah, pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kab/Kota bertanggungjawab dalam
program pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya pada Bab III pasal 6 menyebutkan
bahwa setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklisif pada bayi yang
dilahirkan.
Adanya PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif membuat semua
pihak harus mendukung ibu menyusui.Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan wajib
melakukan IMD, menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruang rawat. Selain itu
keharusan penyediaan ruang menyusui ditempat kerja dan fasilitas umum serta
pembatasan promosi susu formula.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
menetapkan 4 sasaran pembangunan kesehatan, tiga diantaranya terkait dengan
pemberian ASI Eksklusif yaitu : 1. Menurunkan Angka kematian bayi menjadi 24 per
1000 kelahiran hidup, 2. Menurunkan angka kematian Ibu menjadi 228 per 100 ribu
kelahiran hidup, 3. Menurunkan prevalensi Gizi Kurang menjadi 15% dan balita
pendek menjadi 32%.
Untuk keberhasilan program ASI Eksklusif keberhasilan ibu untuk menyusui
diperlukan dukungan dari semua pihak baik suami, keluarga, masyarakat, lingkungan
kerja dan sistem pelayanan kesehatan. Merupakan hak anak untuk disusui dan hak ibu
untuk menyusui anaknya.Oleh karena itu pemberian dukungan terhadap ibu yang
menyusui merupakan factor penting bagi keberhasilan menyusui eksklusif sampai 6
bulan dan menyusui dilanjutkan hingga 2 tahun.
Untuk mendukung pencapaian target MDGs 2014 bidang kesehatan yang
sejalan dengan pencapaian sasaran RPJMN 2014 bidang kesehatan dan upaya
pencapaian indicator cakupan ASI Eksklusif 80% dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi
sampai tahun2 014 maka perlu dilakukan strategi operasional ditingkat pusat dan
daerah secara berkesinambungan. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa terdapat
Program Kemitraan Eksklusif yang melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan dan
tenaga kesehatan dengan produsen /distributor susu formula. Program kemitraan ini
akan berdampak dan menghambat Program Pemberian ASI Eksklusif. Tingkat
pengetahuan ibu tentang pemberian ASI, dukungan suami dan keluarga serta
dukungan tenaga kesehatan merupakan factor yang berhubungan dengan berhasil
tidaknya keberhasilan menyusui secara eksklusif.
Untuk menyelenggarakan promosi ASI Eksklusif perlu dilakukan Komunikasi
Informasi Edukasi berupa konsultasi ASI dan Laktasi bisa dilakukan
diposyandu,maupun ditempat pelayanan kesehatan.

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan ibu menyusui/ibu nifas tentang pentingnya
menyusui secara eksklusif.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Meningkatkan jumlah cakupan ASI Eksklusif
b. Mengajari ibu nifas cara menyusui yang benar

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Ibu nifas dan ibu menyusui

2.2 METODE
Praktek dan penyuluhan/konseling

2.3 MEDIA
Leaflet / brosur

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


Di posyandu, dirumah ibu, atau puskesmas dan pustu
Dilakukan pada saat ibu hamil sudah melahirkan

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )

2.6 LUARAN
Diperoleh data balita yang ASI Eksklusif

2.7 EVALUASI
Formulir rekapitulasi ASI Eksklusif
2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
PENDAMPINGAN BALITA GIZI BURUK
NOMOR :

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gizi buruk terjadi karena kekurangan gizi tingkat berat yang bila tidak ditangani
dengan segera dapat mengakibatkan kematian.Untuk itu surveilens gizi buruk
dilakukan dengan baik sehingga upaya menanggulangi balita gizi buruk dapat
ditingkatkan. Berdasarkan Riskesda 2010 sebanyak 13% anak berstatus gizi kurang,
diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak
kurus, diantaranya 6% anak sangat kurus dan 17% anak sangat pendek. Keadaan ini
berpengaruh pada tingginya angka kematian bayi.Menurut WHO > 50% kematian bayi
dan anak terkait gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu
ditangani dengan cepat.
Masalah kekurangan gizi merupakan dampak rendahnya pemberian ASI
Eksklusif sampai 6 bulan dan pemberian MP-ASI yang tidak tepat karena diberikan
terlalu dini atau terlambat, jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan
tidak bergizi seimbang. Hanya 41% keluarga yang mempunyai perilaku pemberian
makanan bayi yang benar.Buruknya perilaku kebersihan individu dan lingkungan
mengakibatkan bayi /balita sering terkena diare dan penyakit infeksi sehingga
memperburuk status gizinya.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pangan dalam rumah tangga terutama
pada anak balita berdampak pada asupan makanan yang dikonsumsi balita mulai
sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Gizi kurang dan gizi buruk
yang terus terjadi dapat menjadi factor penghambat dalam pembangunan nasional
Salah satu cara menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah
dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menanganisetiap kasus
yang ditemukan. Pada saat ini tatalaksana gizi buruk menunjukkan kasus dapat
ditangani dengan 2 pendekatan yaitu gizi buruk dengan komplikasi harus dirawat
dirumah sakit, sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat
jalan.Penanganan gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap merupakan jawaban
terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Perbaikan Gizi yaitu
setiap anak gizi buruk yang ditemukan harus mendapatkan perawatan sesuai standar.
Petugas gizi selalu mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Bah Biak yaitu
“SEHAT”, Petugas gizi selalu sopan dan santun dalam melakukan pendampingan
balita gizi buruk ini, Petugas gizi sangat empati terhadap status gizi masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Bah Biak, Petugas gizi yang melakukan kegiatan ini handal
sesuai dengan keilmuannya, dan bersikap teladan dalam memberikan nasehat gizi
terkait masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat.
1.2TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan status gizi dan menurunkan angka kematian anak gizi
buruk.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Dilakukan penapisan balita gizi buruk
b. Terselenggaraknnya kegiatan perawatan balita gizi buruk sesuai standar
c. Tercapainya peningkatan status gizi anak
d. Dilakukan pendampingan balita gizi buruk baik pasca rawat inap maupun
rawat jalan
e. Dilakukan pemantauan dan evaluasi pendampingan balita gizi buruk

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Balita Gizi Buruk yaitu balita Kurus dan Sangat kurus

2.2 METODE
a. Pemberian paket obat gizi
b. Pemberian makanan tambahan
c. Konseling gizi
d. Gizi buruk dengan komplikasi didampingi dengan cara memberikan dan
memasak makanan yang bergizi dan sesuai dengan kebutuhan mereka

2.3 MEDIA
a. Alat Antropometri : timabangan, dacin, alat ukur PB/TB, pita LILA
b. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Buruk
c. Formulir pencatatan dan pelaporan
d. PMT Pemulihan berupa susu untuk pasien rawat jalan tanpa komplikasi
e. Media KIE : poster,leaflet, foodmodel, lembar balik
f. Obat gizi Vitamin A, Fe, Mineral Mix, Taburia
g. Obat-obatan lain missal obat cacing, antibiotic
h. ATK

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


Seluruh balita yang mengalami gizi buruk

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )

2.6 LUARAN
Meningkatnya status gizi balita
2.7 EVALUASI
Formulir rekapitulasi status gizi buruk

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
KONSELING GIZI
NOMOR :

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau
keluarga tentang gizi dapat dilakukan melalui konseling.Konseling adalah suatu
bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi untuk menolong individu dan
keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya serta permasalahan
yang dihadapi.Setelah melakukankonseling, diharapkan individu dan keluarga mampu
mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizinya termasuk perubahan
pola makan serta memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat.
Kebiasaan hidup sehat dinilai dari kebiasaan pola makan seseorang yaitu pola
makan yang tepat jenis, tepat jadwal dan tepat jumlah.Namun pola makan di
Indonesia dan khususnya di beberapa tempat di Indonesia khususnya di Sumatera
Utara.
Proporsi aktivitas fisik di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 tergolong
kurang aktif secara umum adalah 26,1 persen. Terdapat 22 provinsi dengan
penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif berada di atas rerata Indonesia.
Proporsi penduduk Indonesia dengan perilaku sedentari ≥6 jam perhari 24,1 persen.
Proporsi rerata nasional perilaku konsumsi kurang sayur dan atau buah 93,5
persentahun 2013, tidak tampak perubahan dibandingkan tahun 2007. Hari konsumsi
dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari.Penduduk dikategorikan
‘cukup’ mengonsumsi sayur dan/atau buah apabila makan sayur dan/atau buah
minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu.Dikategorikan ’kurang’ apabila
konsumsi sayur dan/atau buah kurang dari ketentuan di atas. Riskesdas 2007 dan
2013 mengumpulkan hal yang sama, sehingga dapat dilakukan analisis
kecenderungan proporsi penduduk umur >10 tahun yang mengonsumsi kurang sayur
dan buah. Sumatera Utara sekitar 90-95% kurang mengkonsumsi sayur dan buah.
Perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk umur ≥10 tahun paling
banyak konsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman manis
(53,1%), dan makanan berlemak (40,7%).
Satu dari sepuluh penduduk mengonsumsi mi instan ≥1 kali per hari.Perilaku
konsumsi makanan berisiko, antara lain kebiasaan mengonsumsi makanan/minuman
manis, asin, berlemak, dibakar/panggang, diawetkan, berkafein, dan berpenyedap
adalah perilaku berisiko penyakit degeneratif. Perilaku konsumsi makanan berisiko
dikelompokkan ‘sering’ apabila penduduk mengonsumsi makanan tersebut satu kali
atau lebih setiap hari.
Mempresentasikan proporsi penduduk ≥10 tahun dengan makanan berisiko
menurut provinsi. Konsumsi makanan/minuman manis ≥1 kali dalam sehari secara
nasional adalah 53,1 persen. Lima provinsi dengan proporsi tertinggi dilaporkan di
Kalimantan Selatan (70,4%), DI Yogyakarta (69,2%), Kalimantan Tengah (67,6%),
Sumatera Selatan (63,3%) dan Sumatera Utara (62,5%).
Kegiatan konseling gizi ini bekerja sama dengan lintas sector dan lintas
program. Petugas gizi selalu mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Bah Biak
yaitu “SEHAT”, Petugas gizi selalu sopan dan santun dalam melakukan konseling gizi
ini, Petugas gizi sangat empati terhadap status gizi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Bah Biak, Petugas gizi yang melakukan kegiatan ini handal sesuai
dengan keilmuannya, dan bersikap teladan dalam memberikan nasehat gizi terkait
masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat.

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi masalah gizi yang ada dimasyarakat
b. Meningkatkan status gizi masyarakat

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Semua pasien/masyarakat diwilayah kerja Bah Biak yang beresiko mempunyai
masalah gizi

2.2 METODE
Konseling gizi

2.3 MEDIA
Leaflet dan food model

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


Sesuai kebutuhan

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )

2.6 LUARAN
Meningkatnya status gizi balita yang mengalami status gizi buruk
2.7 EVALUASI
Formulir NCP

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
PENYIMPANAN MAKANAN DAN BAHAN MAKANAN MENCERMINKAN UPAYA
MENGURANGI RISIKO TERHADAP KONTAMINASI DAN PEMBUSUKAN
NOMOR :

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai penyembuhan
pasien di Puskesmas.Makanan yang diberikan tidak hanya harus memenuhi unsur
gizi tetapi juga unsur keamanannya dalam arti harus bebas dari komonen-komponen
yang menyebabkan penyakit, (PP Nomor 28 Tahun 2004).
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan, sehingga menjadi hal
yang mutlak harus dipenuhi dalam proses pengolahan makanan di Puskesmas.
Makanan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut foodhome
disease, yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi makanan yang
mengandung atau tercemar bahan/senyawa beracun atau organisme pathogen.
Bahan makanan harus segera disimpan diruang penyimpanan, gudang atau
ruang pendingin setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, ruang
penyimpanan memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga kondisi kualitas dan
keamanan bahan makanan tetap terjaga.Oleh karena itu instalasi gizi atau unit gizi,
harus mempunyai ruang penyimpanan untuk bahan makanan kering (gudang bahan
makanan) dan ruang pendingin serta ruang pembeku (Freezer).

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang
tepat sesuai dengan kebutuhan.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi resiko bahan makanan tercemar kontaminan
b. Memperlambat proses pembusukan bahan makanan

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Bahan makanan

2.2 METODE
Penyimpanan
2.3 MEDIA
Gudang penyimpanan, ruang pendingin dan freezer

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


Ruang gizi dan dilakukan setiap hari

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )
2.6 LUARAN
Tersedianya bahan makanan yang siap digunakan

2.7 EVALUASI
Formulir rekapitulasi penyimpanan bahan makanan

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKP untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 005
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN
ASUHAN GIZI
NOMOR :

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada dasarnya asuhan gizi di Puskesmas sangat penting dipahami oleh
semua tim bahwa gizi berperan penting dalam upaya pelayanan kesehatan baik
upaya preventif, promotif, kuratif maupun reBiakitatif. Sampai saat ini asuhan gizi
sebagai tugas pokok dan fungsi profesionalisme ahli gizi di Indonesia masih belum
tersosialisasi sampai tingkat Puskesmas dalam menentukan bahasa diagnosa
gizi.Maka untuk membangun kerja profesionalisme ahli gizi dalam memberikan
asuhan gizi di Puskesmas diperlukan pula acuan kesamaan bahasa yang mungkin
bisa diadopsi dari konsep upaya standar bahasa diagnosa gizi yang digunakan oleh
organisasi profesi gizi Amerika Serikat yakni ; American Dietetic Association (ADA).
Konsep penyamaan bahasa diagnosa gizi terdapat dalam kerangka asuhan
gizi yang dipandang sebagai suatu proses layanan yang dinamis, maka pemahaman
konsep menentukan dan menyamakan bahasa diagnosa gizi terdapat kerangka
proses asuhan gizi yang tertuang dalam kerangka Nutrition Care Process (NCP).
Maka bukan hal berlebihan jika konsep ini perlu diperkenalkan secara luas sebagai
sebuah pola dasar memberikan asuhan gizi di Puskesmas meskipun pada
implementasinya boleh diaplikasikan bertahap sesuai kemampuan tenaga gizi di
Puskesmas.
Dasar berpikir konsep Asuhan Gizi pasien di Puskesmas adalah memahami
konsep diagnosa gizi yang berkaitan dengan masalah gizi pasien dan status gizi
pasien.Masalah tersebut berkaitan erat dengan gangguan proses pencernaan,
metabolisme dan ekskresi yang berkaitan dengan berbagai penyakit. Masalah gizi
bisa muncul saat sebelum pasien berkunjung ke Puskesmas, tetapi dapat pula timbul
pada saat selama menjalani perawatan di Puskesmas (terutama Puskesmas
perawatan).
Petugas gizi di Puskesmas dalam menentukan masalah gizi perlu pemahaman
tentang bagaimana masalah gizi itu terjadi. Konsep pemahaman proses terjadinya
gangguan gizi pada pasien atau klien ini menjadi titik kritis dalam menentukan
diagnosa gizi secara profesional, sehingga tim asuhan layanan kesehatan (baik
dokter, perawat atau pun bidan) bisa memahami dalam komunikasi tim.

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Agar setiap pasien dapat dipenuhi kebutuhan zat gizinya secara optimal
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Menentukan diagnosis gizi secara dini dan tepat
2. Melakukan intervensi gizi
3. Melakukan monitoring evaluasi

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Pasien

2.2 METODE
Asuhan gizi

2.3 MEDIA
Leaflet

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


Ruang instalasi gizi dan dilakukan setiap hari

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )

2.6 LUARAN
Terpenuhinya status gizi pasien secara optimal

2.7 EVALUASI
Formulir asuhan gizi

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKP untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 001
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAH BIAK
Jalan Manunggal Karya Pematangsiantar 21127
Email : puskesmasbahbiak88@gmail.com

KERANGKA ACUAN KERJA


REFRESHING KADER POSYANDU
NOMOR:

II. PENDAHULUAN
1.3 LATAR BELAKANG
Posyandu merupakan bentuk peran serta masyarakat di bidang kesehatanyang
dikelola oleh kader dengan sasaran seluruh anggota masyarakat.Dalam
perkembangannya untuk meningkatkan kualitas posyandu.Disamping melaksanakan
tugas-tugas pokok di Posyandu, kegiatan kader di Posyandu juga difokuskan pada
deteksi dini tumbuh kembang balita.Kader sebagai pelaksana kegiatan di Posyandu
perlu terlebih dahulu memahami tentang petunjuk teknis di Posyandu dan
meningkatkan pengetahuan serta kemampuan kader dalam melaksanakan deteksi dini
tumbuh kembang Balita.Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan
dan kemampuan kader di Posyandu dalam melakukan deteksi dini tumbuh kembang
balita perlu dilakukan pertemuan refreshing kader di Posyandu yang dilaksanakan
Puskesmas Bah Biak.
Kegiatan pertemuan refreshing kader ini bekerja sama dengan lintas sector
dan lintas program. Adapun kerjasamanya dengan lintas sector adalah, seperti
mengundang kader untuk datang ke Aula Puskesmas Bah Biak yang melalui kelurahan
Bah manis dan Bah Biak dalam pemilihan kader yang akan dilatih dan akan bertugas
disetiap posyandu. Kerjasama dengan lintas program yaitu dengan program KIA yaitu
bersama-sama mendata balita yang ASI Eksklusif. Petugas gizi selalu
mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Bah Biak yaitu “SEHAT”, Petugas gizi
selalu sopan dan santun dalam melakukan kegiatan pertemuan refreshing kader seperti
berusaha dengan sopan meminta kader untuk bertanya apabila ada yang belum
dimengerti tentang apa yang telah disampaikan saat refreshing kader dan melatih
kader sampai benar-benar mengerti, Petugas gizi sangat empati terhadap status gizi
balita di wilayah kerja Puskesmas Bah Biak oleh karena itu berusaha terus
mendampingi kader untuk lebih mengerti deteksi dini tumbuh kembang balita, Petugas
gizi yang melakukan kegiatan ini handal sesuai dengan keilmuannya, dan bersikap
teladan dalam mendampingi kader terkait masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat.
1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan kader Posyandu tentang kegiatan Posyandu
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkanpemahaman kader posyandu tentang Posyandu
b. Meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang deteksi dini tumbuh
kembang balita
c. Meningkatkan kemampuan kader posyandu dalam melaksanakan deteksi dini
tumbuh kembang balita

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bah Biak
2.2 METODE
a. Registrasi peserta
b. Pengarahan
c. Pembinaan
d. Diskusi dan tanya jawab
e. Evaluasi dan RTL
2.3 MEDIA
LCD, Laptop, Materi

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


Kelurahan
Kegiatan refreshing kader dilaksanakan 4 x setahun
2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )
2.6 LUARAN
a. Kader posyandu memahami tugas-tugas pokoknya di Posyandu
b. Kader posyandu melakukan kegiatan Posyandu dengan baik dan benar
2.7 EVALUASI
Pengisian buku registrasi posyandu dinilai setiap bulan dan SKDN dikumpulkan setiap
bulannya.
2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM untuk
dilakukan evaluasi.

Diketahui
Kepala Puskesmas Bah Biak Penanggungjawab Program

Rumondang RJ Sirait,M.Kes Herlina Sirait


NIP.19710710 199403 2 001 NIP.19790415 200903 2 005

Anda mungkin juga menyukai