PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari penelitian diketahui bahwa hidup maksimal yang dapat dicapai manusia
adalah 116-120 tahun. Tiap kemunduran intelektual sebelum usia 50 tahun adalah
abnormal atau patologis.
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental
merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar
penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun,
kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini
juga berlaku pada seorang lansia.
Dari penelitian diketahui bahwa ada fungsi otak yang sedikit saja mengalami
perubahan atau tidak mengalami perubahan dengan melanjutnya usia, misalnya dalam
menyimpan (storage) informasi. Namun dengan melanjutnya usia didapatkan penurunan
yang kontinyu daripada kecepatan belajar, kecepatan memproses informasi baru dan
kecepatan bereaksi terhadap stimulus sederhana atau kompleks.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun,
kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu.
Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-
tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di
mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk
mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Kemerosotan
intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan,
disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum:
Agar mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Gerontik
2. Tujuan khusus:
Menjelaskan Konsep Keperawatan Gerontik
BAB II
PEMBAHASAN
C. Tipologi Lansia
Orang lanjut usia dalam literatur lama dibagikan dalam dua golongan, yaitu:
1) SERAT WERDATAMA (MANGKU NEGORO IV)
H.I Widypranata mengutip Serat Werdatama yang mnyebutkan :
Wong sepuh
Orang tua yang sepih hawa nafsu, menguasai ilmu “ Dwi Tunggal”, yakni
mampu membedakan antara baik dan buruk, antara sejati dan palsu, dan
antara Gusti (Tuhan) dan kawulanya
Tua sepuh
Orang tua yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi,
tingkah lakunya dibuat-buat edan berlebihan serta memalukan.
2) SERAT KALATIDA (RONGGO WARSITO)
Menyebutkan ada 2 kelompok, yaitu:
Orang yang berbudi sentosa
Orang tua yang meskipun diridhoi Tuhan dengan rezeki, namun tetap
berusaha terus disertai ingat dan waspada.
Orang yang lemah
Orang tua yang berputus asa, sudah tua mau apa; sebaiknya hanya
menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih sayang Tuhan.
Di zaman sekarang atau zaman pembangunan, dijumpai banyak bermacam-
macam tipe lanjut usia, antara lain yang menonjol:
Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan yang
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status,
teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut,
sulit dilayani, dan pengkritik,
Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang
terang, mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, acuh, tak acuh.
Orang lanjut usia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe yang bergantung
pada karakter, pengalaman kehidupannya, lingkungan, kondisi fisik, mental,
sosial, dan ekonominya. Tipe ini,antara lain;
Tipe Optimis: santai dan riang=tipe kursi goyang (rocking chairman)
Tipe Konstruktif
Tipe Ketergantungan (dependent)
Tipe Defensif
Tipe Militan dan Serius
Tipe Marah/frustasi (the angry man)
Tipe Putus Asa (benci pada diri sendiri)=self heating man.
Menurut kemampuannya dalam berdiri sendiri para lanjut usia dapat digolongkan
dalam kelompok-kelompok sebagai berikut:
1. Lanjut usia mandiri sepenuhnya
2. Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya.
3. Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung
4. Lanjut usia panti sosial TresnaWerda
5. Lanjut usia yang dirawat di Rumah Sakit
6. Lanjut usia yang menderita gangguan mental
Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah keadaan mentalnya yang dapat
mengalami apa yang disebut Dimensia (kemunduran dalam fungsi proses
berfikir).
D. Mitos Lansia
Menurut Sheiera Saul (1974):
1) Mitos Kedamaian dan Ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda
dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah
berhasil dilewati.
Kenyataan:
Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta
penderitaan karena penyakit.
Depresi
Kekuatiran
Paranoid
Masalah psikotik
2) Mitos Konservatisme dan Kemunduran
Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya:
Konservatif
Tidak Kreatif
Menolak Inovasi
Berorientasi ke masa silam
Merindukan masa lalu
Kembali ke masa anak-anak
Susah berubah
Keras kepala
Cerewet
Kenyataan:
Tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikir demikian.
3) Mitos Berpenyakit
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua.
(lanjut usia merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran).
Kenyataaan:
Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit.
Tetap banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.
4) Mitos Senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan
bagian otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
5) Mitos Tidak Jatuh Cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan:
Perasaan emosi setiap orang berubah sepanjang masa.
Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut /usia.
6) Mitos Aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat,
dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang.
Kenyataan:
Menujukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja. Memang
frekuensi hubungan seksual menurun, sejalan dengan meningkatnya usia tetapi
masih tetap tinggi.
7) Mitos Ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.
Kenyataan:
Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan dan
produktifitas mental dan material.
3. Rasa Aman
Adanya penurunan dari sitem organ dan kekuatan otot yang menurun menyebabkan
lansia mudah untuk jatuh. Jatuh seringkali dialami oleh lansia dan penyebabnya bisa multi
faktor. Banyak faktor yang berperan didalamnya, baik faktor intrinsik maupun faktor
ekstrinsik.
Dalam penelitian (Kane et al, 1994) di Amerika Serikat, lansia yang mengalami patah
tulang pangkal paha dan 5% akan mengalami perlukaan jaringan lunak. Perlukaan jaringn
lunak yang sering yaitu subdural hematome, memar, keseleo otot. Dinyatakan pula 5%
lansia yang jatuh akan mengalami patah tulang iga, humerus, dan pelvis.
Sistem sensorik berperan di dalamnya adalah penglihatan atau visus dan pendengaran.
Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan.
Begitupula gangguan pada telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran.
Faktor yang benar-benar berperan besar terhadap jatuhnya lansia adalah muskuluskletal.
Gangguan muskuluskletal menyebabkan gangguan gaya berjalan dan ini berhubungan
dengan proses menua yang fisiologis.
Penyebab jatuh ada 2 yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, antara lain:
a. Gangguan jantung dan sirkulasi darah
b. Gangguan sistem anggota gerak
c. Gangguan sistem susunan saraf
d. Gangguan penglihatan
e. Gangguan psikologis
f. Pengaruh obat-obatan yang dipakai
g. Vertigo
h. Infeksi telinga
i. Artritis lutut
j. Sinkope atau pusing
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lanjut usia adalah sebuah proses yang ditandai dengan penurunan berbagai fungsi
organ dan perubahan fisiologis tubuh. Manusia dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya dimulai dar saat pembuahan, berlangsung sepanjang masa
hidupnya hingga dewasa sampai tua, semua proses pertumbuhan tersebut memerlukan
zat gizi yang terkandung dalam makanan. Proses penuaan tidak dapat dihindari oleh
semua orang.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik mencakup bio
psiko sosial dan spiritual. Dimana klien adalah orang yang telah berusia lebih dari 60
tahun baik yang kondisinya sehat maupun sakit
B. Saran
Disarankan kepada para pembaca, khususnya para mahasiswa DIII Keperawatan
agar mampu memahami dengan benar konsep dari keperawatan gerontik, agar dapat
mengaplikasikan setiap konsep gerontik yang sudah ada cengan benar di dunia kerja
nantinya, dan tetap memperlakukan setiap individu yang telah lanjut usia sama seperti
memperlakukan individu dewasa muda, artinya melalui konsep ini di harapkan kita
sebagai perawat pemula tidak membeda-bedakan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal Mubarak. Wahit, SKM. dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2, CV. Sagung
Seto. Jakarta
Iqbal Mubarak. Wahit, SKM, Adi Santoso Bambang. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Konsep dan Aplikasi. Salemba Medika. Jakarta
Stanley. Mickey, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta. EGC
OLEH
KELOMPOK 1
NAMA KELOMPOK:
1. ENJEL MARDIAN TANIU (012130008)
2. ELISABETH ASI (012130005)
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmatNya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah dengan judul “Konsep Keperawatan Gerontik” bertujuan untuk membantu para
mahasiswa mengetahui dan memahami bagian dari individu lanjut usia dan permasalahannya.
Makalah ini selain untuk membantu mahasiswa dalam proses perkuliahan, dapat juga
menambah wawasan untuk dapat membuat asuhan keperawatan yang pasti bagi pasien gerontik.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar isi makalah ini dapat
memenuhi harapan kita bersama dalam pembuatan makalah-makalah lainnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
pembuatan makalah ini dapat selesai dengan baik.
Penulis