Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari penelitian diketahui bahwa hidup maksimal yang dapat dicapai manusia
adalah 116-120 tahun. Tiap kemunduran intelektual sebelum usia 50 tahun adalah
abnormal atau patologis.
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental
merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar
penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun,
kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini
juga berlaku pada seorang lansia.
Dari penelitian diketahui bahwa ada fungsi otak yang sedikit saja mengalami
perubahan atau tidak mengalami perubahan dengan melanjutnya usia, misalnya dalam
menyimpan (storage) informasi. Namun dengan melanjutnya usia didapatkan penurunan
yang kontinyu daripada kecepatan belajar, kecepatan memproses informasi baru dan
kecepatan bereaksi terhadap stimulus sederhana atau kompleks.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun,
kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu.
Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-
tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di
mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk
mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Kemerosotan
intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan,
disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum:
Agar mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Gerontik
2. Tujuan khusus:
Menjelaskan Konsep Keperawatan Gerontik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Keperawatan Gerontik


A. Pengertian
1) Gerontik
 Keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan usia lanjut yang dapat
mejalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan (dirumah sakit, rumah, dan
panti) dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan keterampilan
merawat untuk meningkatkan fungsi optimal para lansia secara komprehensif.
 Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik
mencakup bio-psiko-sosial dan spiritual. Dimana klien adalah orang yang
telah berusia lebih dari 60 tahun baik yang kondisinya sehat maupun sakit
(Mia Fatma Ekasari;2008 : 6)
2) Geriatri
a) Geriatri berasal dari kata geros = lanjut usia dan eatrie= kesehatan /medikal
 Geriatri cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit
pada lanjut usia.
 Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif
maupun terapeutis bagi klien lanjut usia
 Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat-
akibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek
dari geriatri adalah manusia lanjut usia
 Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan
penyakit dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia.
 cabang ilmu kedokteran (medicine) yangberfokus pada masalah
kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia.
b) Geriatri nursing
 Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua.
 Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada
tiap tatanan pelayan dengan mengguanakan pengetahuan, keahlian dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia/
lansia secara kopreshensif
(wahjudi Nugroho,SKM;2000:11-12)
c) Usia lanjut
 Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keliat,1999).
Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2),(3),(4),UU No.13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
 Klasifikasi lansia
1) Pralansia (prasenilis).
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah. Sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain

B. Batas Lansia Menurut WHO, Depkes Dan Para Ahli


1) Menurut WHO
Mengenai kapankah orang disebut sebagai Lanjut Usia, sulit dijawab secara
memuaskan. Dibawah ini dikemukan beberapa pendapat mengenai batasan
umur.
Lanjut Usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 – 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun


2) Menurut Para Ahli
 Menurut Prof. Ny. Smiati Ahmad Mohamad
Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohamad (alm) Guru Besar Universitas
Gajah Mada pada Fakultas Kedokteran, membagi
periodisasi perkembangan manusia sebagai berikut:
0-1 tahun = masa bayi

1-6 tahun = masa prasekolah

6-10 tahun = masa sekolah

10-20 tahun = masa pubertas

40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium)

65 tahun keatas = masa lanjut usia (senium)

 Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog UI)


Mengatakan: lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian. pertama = fase iuventus,
antara 25 dan 40 tahun, kedua = fase verilitas antara 40 dan 50 tahun, ketiga
= fase prasenium, antara 55 dan 65 tahun, dan keempat = fase senium,
antara 65 tahun hingga tutup usia.
 Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro
Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut: usia dewasa muda (elderly
adulhood): 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh (middler years) atau
maturitas: 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 atau
70 tahun. Terbagi untuk umur 70-75 tahun (young old) 75-80 tahun (old),
dan lebih dari 80 tahun (very old).
Kalau dilihat dari pembagian umur dari beberapa ahli tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah
berumur 65 tahun keatas.

C. Tipologi Lansia
Orang lanjut usia dalam literatur lama dibagikan dalam dua golongan, yaitu:
1) SERAT WERDATAMA (MANGKU NEGORO IV)
H.I Widypranata mengutip Serat Werdatama yang mnyebutkan :
 Wong sepuh
Orang tua yang sepih hawa nafsu, menguasai ilmu “ Dwi Tunggal”, yakni
mampu membedakan antara baik dan buruk, antara sejati dan palsu, dan
antara Gusti (Tuhan) dan kawulanya
 Tua sepuh
Orang tua yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi,
tingkah lakunya dibuat-buat edan berlebihan serta memalukan.
2) SERAT KALATIDA (RONGGO WARSITO)
Menyebutkan ada 2 kelompok, yaitu:
 Orang yang berbudi sentosa
Orang tua yang meskipun diridhoi Tuhan dengan rezeki, namun tetap
berusaha terus disertai ingat dan waspada.
 Orang yang lemah
Orang tua yang berputus asa, sudah tua mau apa; sebaiknya hanya
menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih sayang Tuhan.
Di zaman sekarang atau zaman pembangunan, dijumpai banyak bermacam-
macam tipe lanjut usia, antara lain yang menonjol:
 Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
 Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan yang
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
 Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status,
teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut,
sulit dilayani, dan pengkritik,
 Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang
terang, mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
 Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, acuh, tak acuh.
Orang lanjut usia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe yang bergantung
pada karakter, pengalaman kehidupannya, lingkungan, kondisi fisik, mental,
sosial, dan ekonominya. Tipe ini,antara lain;
 Tipe Optimis: santai dan riang=tipe kursi goyang (rocking chairman)
 Tipe Konstruktif
 Tipe Ketergantungan (dependent)
 Tipe Defensif
 Tipe Militan dan Serius
 Tipe Marah/frustasi (the angry man)
 Tipe Putus Asa (benci pada diri sendiri)=self heating man.

Menurut kemampuannya dalam berdiri sendiri para lanjut usia dapat digolongkan
dalam kelompok-kelompok sebagai berikut:
1. Lanjut usia mandiri sepenuhnya
2. Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya.
3. Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung
4. Lanjut usia panti sosial TresnaWerda
5. Lanjut usia yang dirawat di Rumah Sakit
6. Lanjut usia yang menderita gangguan mental
Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah keadaan mentalnya yang dapat
mengalami apa yang disebut Dimensia (kemunduran dalam fungsi proses
berfikir).

D. Mitos Lansia
Menurut Sheiera Saul (1974):
1) Mitos Kedamaian dan Ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda
dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah
berhasil dilewati.
Kenyataan:
 Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta
penderitaan karena penyakit.
 Depresi
 Kekuatiran
 Paranoid
 Masalah psikotik
2) Mitos Konservatisme dan Kemunduran
Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya:
 Konservatif
 Tidak Kreatif
 Menolak Inovasi
 Berorientasi ke masa silam
 Merindukan masa lalu
 Kembali ke masa anak-anak
 Susah berubah
 Keras kepala
 Cerewet
Kenyataan:
 Tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikir demikian.
3) Mitos Berpenyakit
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua.
(lanjut usia merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran).
Kenyataaan:
 Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit.
 Tetap banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.
4) Mitos Senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan
bagian otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
5) Mitos Tidak Jatuh Cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan:
 Perasaan emosi setiap orang berubah sepanjang masa.
Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut /usia.
6) Mitos Aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat,
dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang.
Kenyataan:
Menujukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja. Memang
frekuensi hubungan seksual menurun, sejalan dengan meningkatnya usia tetapi
masih tetap tinggi.
7) Mitos Ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.
Kenyataan:
Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan dan
produktifitas mental dan material.

E. Permasalahan pada Lansia


Bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya akan perlahan-
lahan tetapi pasti akan menurun. Sebagai akibatnya, aktivitas hidupnya akan ikut
terpengaruh, yang pada akhirnya dapat menurnai kesigapan seseorang secara umum
menjai tua/menua ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain:
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai timbul keriput serta garis-garis yang
menetap
2. Rambut pada kepala mulai putih/beruban
3. Gigi mulai lepas
4. Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang
5. Mudah lelah serta mudah jatuh
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
Adapun ada masalah-masalah khusus pada gerontik yang selalu berkaitan dengan:
1. Nutrisi
Pada lansia, keluhan seperti perut kembung dan perasaan tidak enak seringkali
terjadi, hal ini disebabkan oleh makanan yang kurang bisa di cerna akibat
menurunnya fungsi kelenjar pencernaan. Selain itu juga di sebabkan oleh
berkurangnya toleransi terhadap maknanan terutama yang mengandung
lemak. Keluhan lain yang sering di jumpa adalah konstipasi dan kurangnya
napsu makan. Dengan proses menua bisa terjadi motilitas otot polos esofagus,
jga bisa terjadi refluks deases insidensi ini mencapai puncaknya pada usia 60
tahun sampai 70 tahun.
Penyebab gangguan nutrisi pada lansia adalah:
a. Penurunan alat penciuman dan pengecapan
b. Pengunyahan yang kurang sempurna
c. Gigi yang tidak lengkap
d. Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar
e. Melemah otot-otot lambung dan usus
Masalah-masalah gizi yang sering timbul pada lanjut usia adalah gizi
berlebihan, gizi kurang, kurang vitamin, dan kelebihan vitamin. Maka dari
itu, kebutuhan nutrisi pada lanjut usia (gerontik) sangat perlu di perhatikan
agar tidak terjadi masalah-masalah gizi tersebut.
Perencanaan makanan perlu dibuat pada lansia guna mencegah terjadinya
permasalahan gizi atau penyakit pada lambung seperti gastritis, ulkus
peptikum, dan diabetes melitus. Adapun perencanaan makanan yang dapat
di buat adalah:
a. Perlu di perhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi
makanan hendaknya di atur merata dalam satu hari.
b. Banyak minum dan hindari konsumsi garam. Dengan banyak
minum memperlancar pengeluaran sisa maknanan, dan menghindari
makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta
mencegah kemungkinan terjadniya tekanan darah tinggi.
c. Membatasi penggunaan kalori hingga berat dalam batas normal,
terutama makanan yang manis-manis
d. Bagi para klien lanjut usia yang proses penuaannya sudah lebih
lanjut perlu diperhatikan hal-hal berikut:
 Makanlah makanan yang mudah dicerna
 Hindari makanan yang terlalu manis, asin, gurih dan
goreng-gorengan.
 Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu
kurang baik makanan harus lunak dan lembek.
 Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah
sebaiknya diberikan
 Batasi minum teh dan kopi
Menu seimbang bagi lansia
Menu seimbang bagi lansia adalah susunan makanan yang mengandung cukup semua
unsur gizi yang dibutuhkan oleh lanjut usia.
1. Syarat menu seimbang untuk lansia sehat:
a. Mengandung zat gizi dari beranekaragam bahan makanan yang terdiri dari zat
tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur
b. Jumlah kalori yang baik dikonsumsi oleh lansia adalah hidrat arang kompleks
sperti sayuran, kacang-kacangan dan biji-bijian.
c. Dapat dianjurkan mengandung tinggi serat yang bersumber pada buah dan sayur
d. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium dan zat besi
e. Membatasi penggunaan garam penggunaan alkohol
2. Syarat menu untuk lansia dengan berat badan yang kurang
a. Jika lansia mengalami kekurangan berat badan, makanan yang diberikan
adalah makanan yang mengandung tinggi kalori tinggi protein
b. Bahan makanan yang baik diberikan adalah ayam, telur, hati, susu, keju dan
ikan. Sebagai sumber nabati maka baik diberikan kacang-kacangan, tahu,
oncom, dan tempe.
3. Syarat menu lanjut usia dengan BB lebih:
a. Mengurangi konsumsi energi sampai mencapai BB normal
b. Diit rendah kalori untuk lansia harus memenuhi syarat sebagai berikut kalori
dikurangi 500 sampai 100 kalori dari kebutuhan normal pengurangan kalori
sebaiknya dari pengurangan karbohidrat dan lemak.
c. Protein diberikan dalam jumlah yang normal dapat juga atas kebutuhan
normal yaitu 1-1,5 gram/kg BB
d. Serat dan vitamin tetap diberikan dalam jumlah seperti biasa
2. Aktivitas Istirahat
Pada lansia, penyakit pada sendi adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan
sendi-sendi tulang yang banyak di jumpai pada lansia. Hampir 8% orang-orang berusia 50
tahun keatas mempunyai keluhan pada sendi-sendinya misalnya, linu-linu, pegal dan
kadang terasa nyeri. Biasanya yang terkena adalah jari-jari, tulang punggung, sendi
penahan berat tubuh. Nyeri pada sendi disebabkan karena gout. Hal ini disebabkan
gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh.
Terjadinya osteoporesis ini menyebabkan tulang-tulang lansia mudah patah sehingga akan
sulit sembuhnya. Biasanya patah tulang terjadi karena lansia jatuh. Menurut Ruben, 1996
(dalam buku ajar Geriatri (Prof. Dr. Boedhi Darmojo,1999) jatuh adalah suatu kejadian
yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan
seseorang mendadak terbarik, terduduk dilantai, atau tempat yang lebih rendah dengan
atau tanpa kehilangan kesdaran atau luka.
Faktor yang sangat berperan besar terjadinya jatuh pada lansia adalah muskuluskeletal.
Gangguan muskuluskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan dan ini behubungan
dengan proses menua yang fisiologis, misalnya:
a. Kekakuan jaringan penghubung
b. Berkurangnya massa otot
c. Perlambatan konduksi saraf
d. Penurunan visus atau lapang pandang
Semua perubahan tersebut menyebabkan kelambanan bergerak, langkah yang pendek-
pendek, penurunan irama, kaki yang tidak dapat menapak dengan kuat dan cendrung
gampang goyah, susah terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan.
Selain terjadi penurunan aktivitas, pada lansia juga mengalami gangguan tidur atau
pola tidur yang memendek. Irwin Feinberg mengungkapkan bahwa sejak
meninggalkan masa remaja kebutuhan tidur seseorang menjadi relatif tetap. Faktor
usia merupakan faktor yang terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur.

3. Rasa Aman
Adanya penurunan dari sitem organ dan kekuatan otot yang menurun menyebabkan
lansia mudah untuk jatuh. Jatuh seringkali dialami oleh lansia dan penyebabnya bisa multi
faktor. Banyak faktor yang berperan didalamnya, baik faktor intrinsik maupun faktor
ekstrinsik.
Dalam penelitian (Kane et al, 1994) di Amerika Serikat, lansia yang mengalami patah
tulang pangkal paha dan 5% akan mengalami perlukaan jaringan lunak. Perlukaan jaringn
lunak yang sering yaitu subdural hematome, memar, keseleo otot. Dinyatakan pula 5%
lansia yang jatuh akan mengalami patah tulang iga, humerus, dan pelvis.
Sistem sensorik berperan di dalamnya adalah penglihatan atau visus dan pendengaran.
Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan.
Begitupula gangguan pada telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran.
Faktor yang benar-benar berperan besar terhadap jatuhnya lansia adalah muskuluskletal.
Gangguan muskuluskletal menyebabkan gangguan gaya berjalan dan ini berhubungan
dengan proses menua yang fisiologis.
Penyebab jatuh ada 2 yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, antara lain:
a. Gangguan jantung dan sirkulasi darah
b. Gangguan sistem anggota gerak
c. Gangguan sistem susunan saraf
d. Gangguan penglihatan
e. Gangguan psikologis
f. Pengaruh obat-obatan yang dipakai
g. Vertigo
h. Infeksi telinga
i. Artritis lutut
j. Sinkope atau pusing
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lanjut usia adalah sebuah proses yang ditandai dengan penurunan berbagai fungsi
organ dan perubahan fisiologis tubuh. Manusia dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya dimulai dar saat pembuahan, berlangsung sepanjang masa
hidupnya hingga dewasa sampai tua, semua proses pertumbuhan tersebut memerlukan
zat gizi yang terkandung dalam makanan. Proses penuaan tidak dapat dihindari oleh
semua orang.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik mencakup bio
psiko sosial dan spiritual. Dimana klien adalah orang yang telah berusia lebih dari 60
tahun baik yang kondisinya sehat maupun sakit

B. Saran
Disarankan kepada para pembaca, khususnya para mahasiswa DIII Keperawatan
agar mampu memahami dengan benar konsep dari keperawatan gerontik, agar dapat
mengaplikasikan setiap konsep gerontik yang sudah ada cengan benar di dunia kerja
nantinya, dan tetap memperlakukan setiap individu yang telah lanjut usia sama seperti
memperlakukan individu dewasa muda, artinya melalui konsep ini di harapkan kita
sebagai perawat pemula tidak membeda-bedakan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal Mubarak. Wahit, SKM. dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2, CV. Sagung
Seto. Jakarta

Iqbal Mubarak. Wahit, SKM, Adi Santoso Bambang. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Konsep dan Aplikasi. Salemba Medika. Jakarta

Stanley. Mickey, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta. EGC

Tamher-Noorkasiani S. 2008. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.


Salemba Medika. Jakarta
Siti.R.Maryam,dkk,( 2008 ),Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya, Penerbit Medika, Jilid
1.Jakarta

Nugroho Wahjudi,( 2000 ),Keperawatan Gerontik,EGC,edisi 2.Jakarta

Anonim. 2009. http://askep- askeb.cz.cc/ diakses tanggal 10 maret 2010


ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
“PENGERTIAN GERONTIK DAN PERMASALAHAN PADA GERONTIK”

OLEH
KELOMPOK 1

NAMA KELOMPOK:
1. ENJEL MARDIAN TANIU (012130008)
2. ELISABETH ASI (012130005)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmatNya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah dengan judul “Konsep Keperawatan Gerontik” bertujuan untuk membantu para
mahasiswa mengetahui dan memahami bagian dari individu lanjut usia dan permasalahannya.
Makalah ini selain untuk membantu mahasiswa dalam proses perkuliahan, dapat juga
menambah wawasan untuk dapat membuat asuhan keperawatan yang pasti bagi pasien gerontik.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar isi makalah ini dapat
memenuhi harapan kita bersama dalam pembuatan makalah-makalah lainnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
pembuatan makalah ini dapat selesai dengan baik.

Maumere, November 2015

Penulis

Anda mungkin juga menyukai