PENDAHULUAN
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau
tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang (Donna L. Wong, 2003).
Penyakit spina bifida atau sering dikenal sebagai sumbing tulang belakang adalah
salah satu penyakit yang banyak terjadi pada bayi. Penyakit ini menyerang medula
spinalis dimana ada suatu celah pada tulang belakang (vertebra). Hal ini terjadi
karena satu atau beberapa bagian dari vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk
secara utuh dan dapat menyebabkan cacat berat pada bayi, ditambah lagi penyebab
utama dari penyakit ini masih belum jelas. Hal ini jelas mengakibatkan gangguan
pada sistem saraf karena medula spinalis termasuk sistem saraf pusat yang tentunya
memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem saraf manusia. Jika medula
spinalis mengalami gangguan, sistem-sistem lain yang diatur oleh medula spinalis
pasti juga akan terpengaruh dan akan mengalami gangguan pula. Hal ini akan
semakin memperburuk kerja organ dalam tubuh manusia, apalagi pada bayi yang
sistem tubuhnya belum berfungsi secara maksimal.Bayi-bayi tersebut butuh
perawatan medis intensif sepanjang hidup mereka. Biasanya mereka menderita
lumpuh kaki, dan dimasa kanak-kanak harus dioperasi berulang kali pada bagian
tulang belakang mereka
Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat menangani hal-hal yang terkait
dengan spina bifida misalnya saja dalam memberikan asuhan keperawatan harus tepat
dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat spina bifida.
A.1.2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
PEMBAHASAN
A.2.1 Pengertian
Spina bifida adalah istilah umum untuk NTD (Neural Tube Defects) yang
mengenai daerah spinal. Kelainan ini berupa pemisahan arkus vertebrae dan mungkin
jaringan saraf dibawahnya mungkin juga tidak.(T.W.Sadler,2010)
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus
posterior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis
spinalis pada perkembangan awal embrio.(Chairuddin Rasjad, 1998)
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau
tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang. (Donna L. Wong, 2009)
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus
posterior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis
spinalis pada perkembangan awal embrio (Chairuddin Rasjad, 1998).
Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke 4 masa embrio. Derajat dan
lokalisasi defek bervariasi, pada keadaan yang ringan mungkin hanya ditemukan
kegagalan fungsi satu atau lebih dari satu arkus posterior vertebra pada daerah
lumosakral. Belum ada penyebab yang pasti tentang kasus spina bifida. Spina bifida
juga bias disebabkan oleh gagal menutupnya columna vertebralis pada masa
perkembangan fetus. Defek ini berhubugan dengan herniasi jaringan dan gangguan
fusi tuba neural.Gangguan fusi tuba neural terjadi beberapa minggu (21 minggu
sampai dengan 28 minggu) setelah konsepsi.
A.2.2 Etiologi
1. Hidrosefalus
2. Siringomielia
3. Dislokasi pinggul.
A.2.3 Klasifikasi
Merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak
terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak
menonjol. Spina bifida okulta merupakan cacat arkus vertebra dengan kegagalan fusi
posterior lamina vertebralis dan seringkali tanpa prosesus spinosus, anomali ini
paling sering pada daerah antara L5-S1, tetapi dapat melibatkan bagian kolumna
vertebralis, dapat juga terjadi anomali korpus vertebra misalnya hemi vertebra. Kulit
dan jaringan subkutan diatasnya bisa normal atau dengan seberkas rambut abnormal,
telangietaksia atau lipoma subkutan. Spina bifida olkuta merupakan temuan terpisah
dan tidak bermakna pada sekitar 20% pemerikasaan radiografis tulang belakang.
Sejumlah kecil penderita bayi mengalami cacat perkembangan medula dan radiks
spinalis fungsional yang bermakna. Secara patologis kelainan hanya berupa defek
yang kecil pada arkus posterior.
Spina bifida aperta merupakan cacat kulit, arkus vertebra dan tuba neuralis pada
garis tengah, biasanya didaerah lumbosakral merupakan salah satu anomali
perkembangan susunan saraf yang tersering.Hanya sedikit yang diketahui mengenai
etiologi meningomiekel,meskipun tampaknya berkaitan dengan anensefali. Wanita
yang mempunyai anak dengan anensefali ataupun meningomiekel, beresiko tinggi
untuk kedua keadaan tersebut pada dua keadaan yaitu meningokel dan
mielomeningokel. Diferensiasi kllinis keduanya sangat sulit, bilamana tidak
ditemukan adanya gejala neurologis maka kemungkinan besar adalah meningokel,
apabila struktur saraf juga terlihat disebut mielomeningokel dan biasanya disertai
gangguan neurologis.(Arif Muttaqin, 2008)
3. Meningokel
4. Myelomeningokel
Myelomeningokel ialah jenis spina bifida yang kompleks dan paling berat,
dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari tubuh, kulit diatasnya tampak kasar
dan merah. Penaganan secepatnya sangat di perlukan untuk mengurangi kerusakan
syaraf dan infeksi pada tempat tonjolan tesebut. Jika pada tonjolan terdapat syaraf
yamg mempersyarafi otot atau extremitas, maka fungsinya dapat terganggu, kolon
dan ginjal bisa juga terpengaruh. Jenis myelomeningocale ialah jenis yang paling
sering dtemukan pada kasus spina bifida. Kebanyakan bayi yang lahir dengan jenis
spina bifida juga memiliki hidrosefalus, akumulasi cairan di dalam dan di sekitar
otak.
A.2.4 Patofisiologi
Menurut Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden dalam Buku Saku Keperawatan
Pediatri :
1.Pemeriksaan diagnostik :
a. Kajian foto toraks
b. USG
c. MRI/CT scant
d.amniosentesis.
2.Tes periode antenatal :
a.fetoprotein alfa serum antara kehamilan 16 – 18 minggu
b.USG fetus
c.amniosentesis jika hasil uji lainnya tidak meyakinkan.
3.Uji prabedah rutin :
a.pemeriksaan darah lengkap
b.urinalisis
c.pembiakan dan sensitivitas
d.golongan dan pencocokan silang darah
e.pemeriksaan foto toraks.
A.2.7 Penatalaksanaan
1.Penatalaksanaan Medis
a.Perawatan pra-bedah
Segera setelah lahir daerah yang terpapar harus dikenakan kasa steril
yang direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar
harus ditutupi kasa yang tidak melekat, misalnya telfa untuk
mencegah jaringan syaraf yang terpapar menjadi kering.
Perawatan prabedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada
mempertahankan suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada
beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan dalam kantong plastik untuk
mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi akibat permukaan lesi
yang basah.
A.2.7 Komplikasi
Komplikasi yang lain dari spina bifida yang berkaitan dengan kelahiran antara
lain adalah:
Paralisis cerebri
Retardasi mental
Atrofi optic
Epilepsi
Osteo porosis
Fraktur (akibat penurunan massa otot)
Ulserasi, cedera, dikubitus yang tidak sakit.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
B.2.1 Pengkajian
1. Anammesa
2 Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing) : normal
B2 (Blood) : takikardi/bradikardi, letargi, fatigue
B3 (Brain) : 1.Peningkatan lingkar kepala
2.Adanya myelomeningocele sejak lahir
3.Pusing
B4 (Bladder) : Inkontinensia urin
B5 (Bowel) : Inkontinensia feses
B6 (Bone) : Kontraktur/ dislokasi sendi, hipoplasi ekstremitas bagian bawah
B.2.2 Diagnosa
3.3 Intervensi
Diagnose 1 : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan spinal malformation dan luka
operasi
Tujuan :
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda vital. Observasi Untuk melihat tanda-tanda terjadinya resiko infeksi
tanda infeksi : perubahan suhu, warna
kulit, malas minum , irritability, perubahan
warna pada myelomeingocele.
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Dorong orangtua mengekspresikan Untuk meminimalkan rasa bersalah dan saling
perasaannya dan perhatiannya menyalahkan
terhadap bayinya, diskusikan
perasaan yang berhubungan dengan
pengobatan anaknya
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Ajarkan orangtua cara merawat bayinya Agar orangtua dapat mandiri dan menerima segala
dengan memberikan terapi pemijatan bayi sesuatu yang sudah terjadi
Posisikan bayi prone atau miring Untuk mencegah terjadinya luka infeksi dan
kesalahasatu sisi tekanan terhadap luka
Lakukan stimulasi taktil/pemijatan saat Untuk mencegah terjadinya luka memar dan infeksi
melakukan perawatan kulit yang melebar disekitar luka
Kriteria Hasil:
Intervensi Rasional
Observasi dengan cermat adanya tanda- Untuk mencegah keterlambatan tindakan
tanda peningkatan TIK
Sebagai pedoman untuk pengkajian
Lakukan pengkajian Neurologis dasar pascaoperasi dan evaluasi fungsi firau
pada praoperasi
Karena tingat kesadaran adalah pirau
Hindari sedasi penting dari peningkatan TIK
Tujuan : pasien tidak mengalami iritasi kulit dan gangguan eleminasi urin
Kriteria hasil :
kulit tetap bersih dan kering tanpa bukti-bukti iritasi dan gangguan eleminasi.
Intervensi Rasional
Jaga agar area perineal tetap bersih dan Untuk mengrangi tekanan pada lutut dan
kering dan tempatkan anak pada pergelangan kaki selama posisi telengkup
permukaan pengurang tekanan.
Untuk meningkatkan sirkulasi.
Masase kulit dengan perlahan selama
pembersihan dan pemberian lotion.
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus
pascaerior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis
spinalis pada perkembangan awal embrio (Chairuddin Rasjad, 1998). Keadaan ini
biasanya terjadi pada minggu ke empat masa embrio.Kelainan pada spina bifida
bervariasi, sehingga dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu : spina bifida
okulta, meningokel, dan myelomeningokel.
Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya) dapat
menyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida.Kelainan yang umumnya
menyertai penderita spina bifida antara lain: hidrosefalus, siringomielia,dan dislokasi
pinggul.Tanda-tanda fisik yang umumnya bisa dilihat adalah penonjolan seperti
kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir jika disinari, kantung
tersebut tidak tembus cahaya dan kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau
kaki.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan spina bifida adalah
pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA