Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Data Departemen Sosial pada 2008 hingga 2009, katanya, ada 1,1 juta
anak di Indonesia yang kini terlantar dan terpaksa tinggal di panti asuhan. Ini
belum termasuk sebanyak 10 juta anak yang terancam
ditelantarkan.Penelantaran anak merupakan salah satu bentuk kekerasan,
berakar dari rumah tangga.Orang tua mengabaikan tanggung jawab,
melalaikan kewajiban untuk memberikan jaminan perlindungan bagi anak-
anak mereka.Ada kecenderungan orang tua melempar tanggung jawab
pendidikan anaknya hanya pada sekolah.Lalu, mereka menyerahkan waktu
anaknya kepada kemajuan teknologi visual, TV dan internet.Tidak jarang, ibu
muda menyuapi bayinya sembari matanya terpaku pada tayangan
kekerasan.TV berperan membuat jarak sosial dalam relasi keluarga
melebar.Ada juga anak yang mengunduh tayangan pornograpi melalui
internet.Anak menonton tanpa kendali, dininabobokkan dan disuapi
pengetahuan TV tanpa didampingi orang tua. Anak-anak sekolah berjudi,
bermain game online di warnet.Tak jarang ada yang berhutang dan mencuri
agar bisa mengikuti kemajuan IT.
Kemiskinan selalu dijadikan argumentasi menjawab kasus
penelantaran anak.Alasan ini diterima masyarakat seperti hal wajar.Anak
membantu orang tua dengan bekerja itu hal biasa, sebagai tanda
bakti.Masyarakat menganggap manipulasi dan ekploitasi untuk kepentingan
ekonomi terhadap anak bukan hal serius dan negatif. Mereka tidak
memperdulikan keselamatan anaknya, sepanjang ia dapat memberikan
keuntungan finansial bagi keluarga. Di kota-kota besar, anak diekploitasi
untuk bekerja menafkahi keluarga.Ada yang sengaja dibuang keluarganya dan

1
terlunta-lunta sebagai gepeng dan pengamen.Ibu rumah tangga juga bisa
bertindak kejam dengan meninggalkan anak di rumah kontrakan dan
membiarkan mereka kelaparan.Tidak banyak yang peduli apakah kematian
anak-anak didasari faktor alamiah, kelalaian atau kesengajaan.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Penelantaran Anak
2. Tujuan khusus
a) Menyebutkan Pengertian Penelantaran Anak
b) penyebab terjadinya penelantaran ana k
c) Gejala yang ada pada penelantaran anak
d) Dampak yang muncul pada penelantaran anak
e) pengobatan ataun cara menanggulangi

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Penelantaran anak termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala keadaan
perhatian yang tidak memadai, baik fisik, emosi maupun social.
Penelantaran anak adalah di mana orang dewasa yang bertanggung jawab
gagal untuk menyediakan kebutuhan memadai untuk berbagai keperluan,
termasuk fisik (kegagalan untuk menyediakan makanan yang cukup, pakaian,
atau kebersihan), emosional (kegagalan untuk memberikan pengasuhan atau
kasih sayang), pendidikan (kegagalan untuk mendaftarkan anak di sekolah),
atau medis (kegagalan untuk mengobati anak atau membawa anak ke dokter).
B. Macam-Macam Penelantaran Anak
1. Penelantaran Fisik
Merupakan kasus terbanyak. Misalnya keterlambatan mencari bantuan
medis, pengawasan yang kurang memadai serta tidak tersedianya
kebutuhan akan rasa aman dalam keluarga.
2. Penelantaran Pendidikan
Terjadi ketika anak seakan-akan mendapat pendidikan yang sesuai padahal
anak tidak dapat berprestasi secara optimal. Lama kelamaan hal ini dapat
mengakibatkan prestasi sekolah yang semakin menurun.
3. Penelantaran Secara Emosi
Dapat terjadi misalnya ketika orang tua tidak menyadari kehadirananak
ketika ribut dengan pasangannya . Atau orang tua memberikan perlakuan
dan kasih sayang yang berbeda di antara anak-anaknya.
4. Penelantaran Fasilitas Medis.
Hali ini terjadi karena ketika orang tua gagal menyediakan layanan medis
utuk anak meskipun secara finansial memadai. Dalam beberapa kasus

3
orang tua, orang tua memberi pengobatan tradisional terlebih dahulu, jika
belum sembuh barulah kembali ke layanan dokter.
C. Penyebab Penelantaran Anak
Penelantaran anak seringkali terjadi pada keluarga yang memiliki banyak
masalah. Kecanduan obat atau alkohol maupun penyakit menahun bisa
menyebabkan kesulitan keuangan sehingga pemberian makan, perawatan dan
perhatian kepada anak berkurang.
Biasanya penelantaran anak itu terjadi pada keluarga yang tidak mampu,
mungkin saja dikarenakan seorang orang tua tunggal (single parent) , ini juga
bisa terjadi pada seoarang wanita yang hamil diluar nikah alhasil anak yang
dikandungnya ditelantarkan setelah dilahirkan.
Terkadang juga dikarenakan pada orang tua yang jiwanya terganggu, entah
bagaimana dia sangat membenci anaknya sehingga menelantarkannya.
1. Gejala Penelantaran Anak
Seorang anak yang ditelantarkan bisa mengalami kekurangan gizi
(malnutrisi), lemas atau kotor atau pakaiannya tidak layak.
Pada kasus yang berat, anak mungkin tinggal seorang diri atau dengan
saudara kandungnya tanpa pengawasan dari orang dewasa.
Anak yang ditelantarkan bisa meninggal akibat kelaparan.
2. Dampak Penelantaran Anak
a. Kecepatan perkembangan fisik maupun emosional dari seorang anak
yang dianiaya atau ditelantarkan seringkali tidak normal.
b. Bayi yang mengalami kekurangan kasih sayang dari orang tuanya
tampak tidak peka atau tidak menunjukkan ketertarikan terhadap
lingkungannya. Mungkin terjadi gangguan pada kemampuan sosial
dan bahasanya karena mereka kurang mendapatkan perhatian.
c. Seorang anak mungkin menunjukkan sikap curiga, tidak tegas dan
sangat gelisah.

4
d. Anak yang lebih tua sering bolos sekolah atau prestasinya di sekolah
kurang baik. Mereka mungkin mengalami masalah dalam membentuk
hubungan dengan teman-teman maupun guru di sekolahnya.
e. Penampilan tampak sangat lusuh tidak terawat, karena tidak diurus dan
mungkin bisa jadi tidak punya siapa-siapa setelah ditelantarkan
D. Faktor Penyebab Dari Dampak Penelantaran Anak
1. Faktor Usia Anak.
Semakin mudah usia anak maka akan menimbulkan akibat yang lebih
fatal.
2. Siapa yang terlibat
Jika yang melakukan penganiyaan adalah orang tua, ayah, ibu tiri atau
anggota keluarga maka dampaknya akan lebih parah lagi daripada yang
melakukannya orang yang tidak dikenal
3. Seberapa parah.
Semakin sering dan semakin buruk perlakuan yang diterima anak akan
memperburuk kondisi anak.
4. Berapa lama terjadi.
Semakin lama kejadian berlangsung akan semakin meninggalakan trauma
yang membekas pada diri anak.
Jika anak mengungkapkan penganiyaan yang dialaminya dan menerima
dukungan dari orang lain atau anggota keluarga yang dapat mencintai,
mengasihi dan memperhatikannya maka kejadiannya tidak menjadi lebih
parah sebagaimana jika anak justru tidak dipercaya
E. Pengobatan Penelantaran Anak
1. Memberi pengobatan bila diperlukan
Anak yang terlantar biasanya mengalami luka-luka akibat tinggal seorang
diri, karena masih kecil belum bisa jaga diri.
2. Melindungi,

5
Kita sebagai orang dewasa selayaknya melindungi, mungkin jika kita
menjumpai anak terlantar dan sekiranya kita bisa membantu layaknya kita
memberi perlindungan walau tidak secara langsung, paling tidak kita bisa
mengirimnya ke KOMNAS PERLINDUNGAN ANAK atau tempat lain
misalnya panti asuhan.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelantaran anak merupakan hal yang sudah berlangsung sejak jaman
Yunani dan Romawi kuno.Anak perempuan mempunyai resiko yang lebih
tinggi untuk mengalami penyiksaan dan penelantaran yang berhubungan
dengan status mereka di masyarakat pada saat dewasa nanti.
Kasus-kasus penelantaran anak sungguh memberi pelajaran yang
sangat berharga untuk kita. Bagaimana cara kita menghadapi masalah ini
ketika kita dihadapkan pda masalahnya. Sebagai orang dewasa kita layaknya
menyantuni, agar para anak tidak terlantar.Alangkah baiknya bagi orang yang
benar-benar siap dalam memiliki anak, maka harus siap pula memiliki
tanggung jawab yang besar.
B. Saran
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan informasi secara tepat
kepada calon orang tua dan meningkatkan kedekatan anak dan orang tua sejak
lahir. Negara mempunyai kewajiban untuk meningkatkan taraf hidup
penduduknya terutama dalam bidang sosial ekonomi karena secara langsung
maupun tidak langsung status ekonomi sosial mempengaruhi tindak
penyiksaan dan penelantaran anak..

7
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pendidikan Kewarganegaraan Sumber: makalah-di.blogspot.com


Departemen Kesehatan RI dan UNICEF, 2007, Pedoman kasus kekerasan kasus
terhadap anak.
http://www.menegpp.go.id
Ditjen Bina Keshatan masyarakat, Kementrian, 2010,Melindungi Anak Korban
Kekerasan.
Majalah farmacia edisi mei 2006, Halaman 68

Anda mungkin juga menyukai