Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan keadaan pathology yang sering terjadi pada ibu
yang hamil preterm maupun hamil aterm. Kadang kala ibu hamil tidak tahu tentang
tanda-tanda kelahiran yang pasti sehingga bila adanya pengeluaran cairan lewat jalan lahir
merupakan salah satu indikasi terjadinya suatu proses persalinan.
Kematian ibu d
an janin dapat terjadi karena adanya komplikasi akibat KPD yaitu infeksi yang tidak
ditanggulangi sedini mungkin. Dapat diketahui bahwa 30 % kematian terjadi akibat infeksi
(Basic Maternity Nursing; thn. 1995; Edition. 6.) kematian akibat infeksi ini salah satu
faktornya adalah KPD dan angka kejadian terjadinya KPD pada ibu hamil preterm 24,7 %
sedangkan ibu hamil aterm 78,9 % (Dep.Kes.RI. Penanganan Kegawatdaruratan
obstetric; 1997; cetakan ke III, Edition 5 ).
Asuhan keperawatan pada ibu dengan ketuban pecah dini merupakan salah satu upaya
penanganan pada masalah kebutuhan dasar disamping program pengobatan dan
pemeriksaan diagnostic lainnya. Mengingat bahwa pemberian asuhan keperawatan yang
baik akan mengatasi suatu permasalahan maka kiranya penguasaan tentang asuhan
keperawatan tersebut perlu dipahami dan dilaksanakan dengan sebaiknya
B. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan:
a. Memperluas konsep dasar mahasiswa tentang Ketuban Pecah Dini meliputi: defenisi,
etiology, pathofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan penunjang serta
penatalaksanaan secara medik.
b. Memperluas konsep dasar mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada ibu dengan
Ketuban Pecah Dini meliputi: pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana
intervensi, implementasi, evaluasi se,,,rta pendidikan kesehatan.
c. Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan kesehatan ibu dalam konteks keluarga.
,
C. ME,TODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan adalah metode descriptive melalui penulusuran atau
study kepustakaan.

1
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang dibuat adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN:
Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN:
Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini dan Asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini
BAB III KESIMPULAN

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini ( KPD )


1. Defenisi
KPD adalah Pecahnya selaput ketuban secara spontan 1 jam atau lebih sebelum
terjadinya persalinan. (Hamilton Mary Persis; 1995).
2. Etiology
Sampai saat ini belum diketahui penyebab utama yang pasti namun berdasarkan riset
beberapa ahli yang mengatakan bahwa ada beberapa faktor Predisposisi pencetus
terjadinya KPD yaitu:
 Infeksi Genetalia yang pasti
 Serviks Inkompeten
 Hydramnion
 Disproporsi Sefallo pelvic
 Kehamilan Ganda
 Kelainan dan Malposisi Janin

3. P,athofisiologi
,,,,, Infeksi Genetalia yang biasa disebabkan oleh Streptococcus beta –
hemolytic C yang termasuk dalam bakteri group B masuk ke uterus dan menyerang
uterus termasuk selaput ketuban karena penurunan PH vagina lebih dari 7 yang
bersifat basa sehingga terjadi iritasi dan menyebabkan selaput ketuban menjadi robek.
S,erviks yang inkompeten biasanya terjadi pada kehamilan trimester II. Penurunan
bagian terendah janin yang masuk pada PAP dan terjadi penekanan pada selaput
ketuban dimana serviks tidak berdilatasi maka dapat mempermudah terjadinya ruptur
selaput ketuban. Hidramnion merupakan salah satu faktor predisposi terjadinya KPD
karena adanya tekanan yang berlebihan oleh cairan amnion pada dinding selaput
amnion dan adanya perkembangan fetus dalam uterus maka dapat terjadi Pecahnya
selaput ketuban. Disproporsi Sefallo Pelvic juga merupakan faktor yang menyebabkan
terjadinya KPD. Hal ini terjadi pada hamil aterm karena saat penurunan bagian
terendah janin yang melewati pelvic terdapat kelainan bentuk pelvic sehingga terjadi
penekanan yang berlebihan pada daerah pelvic dan dapat mempermudah robeknya
selaput ketuban. Dengan adanya Ketuban Pecah Dini sebelum adanya tanda-tanda
persalinan maka mempunyai dampak yang sangat fatal pada janin yaitu kelainan letak

3
janin, pergerakan janin yang tidak efektif, adanya Prolaps tali pusat maka dapat terjadi
kematian janin dalam uterus. ( Secara singkat dapat dilihat pada next page ).

PATOFISIOLOGI

SERVIX INFEKSI DISPROPORSI


INKOMPETEN GENETALIA HYDRAMNION SEPALLOPELVIK

STREPTOCOCCUS
HEMOLITIC- C

PENURUNAN INFLAMASI PENURUNAN


BAGIAN SELAPUT PERKEMBANGAN BAGIAN
TERENDAH KETUBAN FETUS TERENDAH
JANIN JANIN

PENEKANAN
MENEKAN IRITASI PELVIX
BERLEBIHAN
DAERAH SELAPUT ABNORMAL
SELAPUT
SERVIX KETUBAN
KETUBAN

TIDAK ADA PENEKANAN


DILATASI SELAPUT
SERVIX KETUBAN

KETUBAN PECAH
DINI

INFEKSI INFEKSI
IUFD PROLAPS PARTUS DISTOSIA POST
INTRA
TALI PUSAT LAMA PARTUM
PARTAL

4. Tanda dan Gejala


 Keluar air ketuban lewat jalan lahir yang berwarna putih keruh, jernih, kuning,
hijau, atau kecoklatan secara sedikit-sedikit atau sekaligus.
 Pada Periksa Dalam tidak ada selaput ketuban, air ketuban kering, bisa tidak ada
pembukaan.
 Inspekulo : Tampak air ketuban mengalir keluar.
 Air ketuban kering janin mudah diraba bagian-bagiannya.
 ,Bila infeksi terjadi peningkatan suhu tubuh, takikardi,

4
5. Pemeriksaan Penunjang
 Test Nitrasin : Berwarna biru akibat PH vagina > 7 ( sifat basa )
 Mikroskopis cairan ketuban :
Terdapat lanugo dan Vernix casiosa.
 U S G : Menentukan umur kehamilan dan mengidentifikasi cairan amnion
serta kedaan janin dalam uterus
 Darah : Terjadi peningkatan Leukosit akibat infeksi
6. Komplikasi
 Infeksi intra partal dan Infeksi post partum
 Partus preterm, Distosia
 Prolaps tali pusat
 Kematian Janin dalam uterus ( IUFD )
 Partus Lama
7. Penataksanan
Pemikiran dasar yang menjadi acuan dalam penatalaksanaan KPD adalah mencegah
terjadinya infeksi intra uterina dan janin serta Perhitungan kemampuan janin untuk
hidup di dunia luar.
Pada Penataksanan ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu : Management Umum :
 Secara konservatif ( ekspektatif atau menunggu )
Diupayakan untuk menunda persalinan agar janin lebih mampu hidup di luar
uterus.
Syarat-syarat :
a) Keadaan ibu baik, tidak ada tanda-tanda infeksi intra uterina
b) Keadaan janin baik, tidak ada gawat janin.
c) Umur kehamilan antara 28 - < 37 minngu atau taksiran berat badan janin antara
1000 - < 2500 gram.
d) Belum ada tanda-tanda persalinan
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
o Rawat inap di rumah sakit selama 3 x 24 jam
o Hindari pemeriksaan dalam
o Awasi secara ketat tanda-tanda infeksi, keadaan janin, Adanya tanda- tanda
persalinan terutama fase aktif.
o Setelah 3 hari keadaan membaik maka ibu boleh dipulangkan tetapi harus
istirahat, tidak boleh bersanggama, bekerja berat, perjalanan yang jauh di
hindari, bila ada tanda-tanda bahaya seperti demam, janin tidak bergerak,
5
keluar cairan dari jalan lahir yang berbau maka harus segera kembali ke rumah
sakit.
 Secara Aktif ( Terminasi Kehamilan )
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri persalinan .
Syarat-syarat :
a) Umur kehamilan < 28 minggu atau > 37 minggu atau TBBJ < 100 gram atau >
2500gram bila ada indikasi yang memperburuk keadaan janin dan ibu.
b) Sudah inpartu terutama pada fase aktif
c) Adanya tanda-tanda infeksi intra uterina dan gawat janin.
d) Seksio cesarea dilakukan bila:
 Adanya infeksi intra uterina berat.
 Gagal persalinan dengan induksi.
 Bila ada kontra indikasi persalinan pervaginam.

Management Medic
Secara konservatif maka dapat dilakukan dengan :
a) Pemberian Antibiotik (oral ) paling sedikit 5 hari bila infeksi.
b) Pemberian obat tocolityc untuk mempercepat kematangan paru janin bila lahir
premature apabila kehamilan > 34 minggu
Secara aktif maka dapat di lakukan dengan :
a) Bila ketuban pecah > 6 jam maka dapat di berikan injeksi anti
biotik tiap 6 jam sampai 5-7 hari setelah anak lahir.
b) Pada hamil aterm dan ada tanda-tanda persalinan bila ketuban
pecah < 6 jam maka di tunggu sampai 6 jam terhitung ketuban pecah tetap
diberikan anti biotik dengan harapan akan lahir spontan.

B. Asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini (KPD)


1. Pengkajian
a) Kaji status ANC dan status Imunisasi
b) Umur kehamilan
c) Persepsi ibu tentang ketuban pecah dini (KPD)
d) Kaji tanda-tanda infeksi termasuk air ketuban yang berbau
e) Kaji apakah ada pengeluaran cairan yang jernih, hijau, kecoklatan, keruh dan
kuning lewat jalan lahir
f) Kaji kapan terjadi pengeluaran cairan amnion

6
g) Kaji adanya pergerakan atau tidak
h) Kaji ukuran pelvic dan bentuk
i) Palpasi terdapat:
 Tidak ada pembukaan serviks
 Bagian janin dapat diraba dengan jelas
 Terjadi malposition janin
 Pemeriksaan dalam tidak ada selaput ketuban.
 Kaji aktifitas uterus: His, Frekuensi, durasi dan intensitas.
 Kaji kemampuan bagian terendah janin membuka jalan lahir.
j) Inspeksi adanya pengeluaran cairan amnion dari jalan lahir dan terlihat blood
shadow.
k) Denyut jantung janin normal atau tidak.
l) Kaji tanda-tanda vital setiap 2-4 jam dan bila terjadi infeksi maka adanya
peningkatan suhu tubuh dan takikardi.
2. Diagnosa Keperawatan
 Peningkatan kecemasan pada ibu b.d partus yang lama, kematian janin dalam
uterus dan tindakan operasi yang akan di laksanakan.
 Resiko tinggi infeksi b.d ketuban pecah dini.
 Resiko tinggi injury (kematian) janin b.d oligohidramnion.
3. Intervensi
1. Dx. I
Goal :
Ibu dapat menurunkan kecemasannya akibat partus yang lama, kematian janin
dalam uterus dan tindakan operasi yang akan di laksanakan.
Objektif :
Dalam jangka waktu 30 menit ibu dapat mengungkapkan kecemasannya dan mau
menerima keadaan janinnya setelah mendapat penjelasan.
Tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan pada ibu.
R/ Sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya.
2. Berikan penjelasan tentang prosedur perawatan dan tindakan medis.
R/ Tingkat pemahaman yang memadai dapat menurunkan kecemasan dan ibu
dapat ajak untuk cooperative
3. Libatkan ibu dan keluarga dalam setiap prosedur perawatan dan tindakan
medis

7
R/ Keterlibatan klien dan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan dapat
menurunkan kecemasan dan cooperative.
4. Gunakan komunikasi therapeutic dengan kontak mata, sentuhan therapeutic,
mendengar dengan bijaksana.
R/ Komunikasi therapeutic dapat memberikan support emosional dan membina
hubungan saling percaya.
5. Berikan kesempatan kepada ibu untuk mengungkapkan kecemasannya.
R/ Kecemasan dapat diungkapkan.
6. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi seperti tarik napas dalam, alihkan
perhatian pasien dengan jalan berkomunikasi.
R/ Mengahlihkan perhatian ibu dari kecemasan.
7. Anjurkan keluarga untuk selalu bersama ibu.
R/ support sosial dapat memberikan dukungan psikologis dan moril.

2. Dx. II
Goal :
Klien akan terbebas dari infeksi selama perawatan
Objektif :
Selama perawatan tanda-tanda infeksi tidak terjadi seperti: peningkatan suhu
tubuh, takikardi, bengkak, merah dan cairan ketuban tidak berbau busuk.
Tindakan :
1. Kaji tanda-tanda infeksi termasuk air ketuban yang berbau
R/ Dapat mengetahui tanda-tanda infeksi dan sebagai indikasi untuk intervensi
selanjutnya.
2. Monitor tanda-tanda vital; Suhu, Nadi, Tekanan Darah, Respirasi.
R/ Tanda-tanda vital yang abnormal merupakan salah satu indikasi terjadinya
infeksi.
3. Pertahankan tehnik aseptic setiap kontak dengan ibu.
R/ Meminimalkan terjadinya transfer mikroorganisme ke ibu dan janin
4. Kurangi vagina touché.
R/ Vagina touche sering mempercepat terjadinya infeksi
5. Beri kompres hangat bila terjadi peningkatan suhu tubuh pada daerah axial
dan lipatan paha.
R/ Pada daerah tersebut terdapat pembuluh darah besar dan urat saraf sehingga
terjadi vasodilatation sehingga dapat menurunkan suhu tubuh.

8
6. Kolaborasi therapy dengan pemberian antibiotic dan analgesic bila perlu.
R/ Mencegah perkembangan dan Kepekaan mikroorganisme serta membunuh
mikroorganisme dan analgesic untuk menurunkan suhu tubuh.
3.Dx. III
Goal :
Klien akan menurunkan resiko injury (kematian) janin selama perawatan.
Objektif:
Selama perawatan tanda-tanda resiko injury pada janin tidak ada seperti DJJ
normal, pergerakan janin (+), malposition tidak terjadi.
Tindakan:
1. Kaji tanda-tanda vital janin meliputi DJJ,
R/ DJJ yang abnormal dapat di identifikasi sedini mungkin sehingga dapat
menentukan intervensi selanjutnya.
2. Lakukan paksi luar
R/ Mempertahankan posisi janin dalam keadaan normal.
3. Kosongkan blender dengan jalan pemasangan kateter logam
R/ Mengurangi penekanan pada janin
4. Lakukan pengamanan pada lingkungan sekitar ibu seperti pada tempat tidur
dengan pemasangan restrain
R/ Menghindari injury pada ibu (jatuh) yang dapat menimbulkan trauma pada
janin
5. Kolaborasi therapy pemberian tocolityc (terbutalin dan retodrin)
R/ Dapat merangsang pematangan paru janin agar janin mampu hidup diluar
uterus
4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara optimal mencakup aspek peningkatan serta pemeliharaan kesehatan. Tidakan
keperawatan untuk diagnosa 1 s/d 3 dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan sambil mengobservai respon pasien terhadap intervensi keperawatan yang
sudah dilaksanakan.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah tindakan yang diberikan berhasil dicapai
sesuai tujuan atau tidak. Untuk diagnosa keperawatan 1 s/d 3 di nilai berdasarkan goal
dan objektif yang sudah ditetapkan.

9
6. Pendidikan Kesehatan
a) Bila hamil preterm setelah terapi konservatif selama 3 hari maka: ibu dianjurkan
untuk istirahat yang cukup, tidak boleh bersanggama, batasi aktifitas, bila ada
tanda-tanda bahaya seperti demam, janin tidak bergerak, keluar cairan dari
vagina yang berbau; maka segera kembali ke rumah sakit.
b) Bila hamil aterm setelah lakukan tindakan untuk lahirkan janin maka ibu dapat
memperhatikan personal hygiene, istirahat yang cukup, makan bergizi, bila ada
tanda-tanda infeksi; maka segera ke fasilitas kesehatan yang terdekat.

1
BAB III
KESIMPULAN

KPD merupakan keadaan pathologys yang sering terjadi pada maternities, dimana KPD dapat
di identivikasi bahwa Pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum adanya tanda-tanda
persalinan. Mengingat bahwa etiology utama tidak jelas namun ada faktor Predisposisi yang
memungkinkan terjadinya ruptur selaput ketuban dan mempunyai dampak yang sangat vatal
bagi ibu maupun janin sehingga perlu penanganan yang lebih serius karena KPD dapat terjadi
pada ibu hamil preterm maupun hamil aterm. Dalam penatalaksanaan medis ditujukan untuk
mencegah terjadinya infeksi intra uterina dan kemampuan janin untuk hidup diluar uterus.

Asuhan keperawatan dapat diberikan untuk mengatasi masalah kebutuhan dasar ibu hamil
namun dalam pelaksanaannya perlu peran aktif dari team kesehatan lain maupun keluarga,
guna meminimalkan terjadinya infeksi dan memberikan support moril maupun psikologis
kepada ibu dan janin sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan janin akibat infeksi.

11
RUJUKAN

Dep.Kes.RI; 1997; “ Penanganan Kegawatdaruratan Obstetric ” cetakan ke III; Edition 5;


Jakarta.
Hamilton Persis Mary; 1995; “ Bacic Maternity Nursing “ ;Editoin 6; EGC; Jakarta.
Mansjoer Arif dkk; 2000; “ Kapita Selekta Kedokteran “; Edisi ke-tiga Jilid Ke-dua; Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 283-287; Jakarta.
Prawirihardjo Sarwono, Wiknjosastro Hanifa, Sumapraja Sudraji, dkk; 1994; “ Ilmu
Kandungan “ ; Edisi ke-dua; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 486-
494; Jakarta
Wiknjosastro Hanifa; 1999; “ Ilmu Kebidanan “ Edisi ke-tiga cetakan Pertama; Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai