Anda di halaman 1dari 64

KEDEWASAAN ROHANI

J. Oswald Sanders

YAYASAN KALAM HIDUP


JI. Naripan 67-Kotak Pos 156
Bandung 40111

Kedewasaan Rohani – Hal 1


Buku asli : Spiritual Maturity
Copyright: @ 1962, by The Moody Bible lnstitute of Chicago
Hak pengarang dilindungi Undang-Undang
Diterjemahkan oleh : Drs. Ridwan Sutedja
Diredaksi oleh : Drs. Ganda Wargasetia
Gambar sampul oleh : Yahya Ramli
KH III/6R,3R/900212
K01-013-014

Kedewasaan Rohani – Hal 2


DAFTAR ISI

Pasal
I
1. PEMELIHARAAN ALLAH YANG MUTLAK ............................................................. 5
"Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan"
2. KEMULIAAN ALLAH .............................................................................................. 15
"Perlihatkanlah kiranya ke muliaan-Mu kepadaku"
3. KETEKUNAN ALLAH YANG TAK TERGOYAHKAN ............................................ 24
"Allah Yakub"
4. DISIPLIN ALLAH YANG DISKRIMINATIF ............................................................. 35
"Setiap harikah orang membajak, mencangkul, dan
menyisir tanahnya untuk menabur?"
5. KEKUATAN ALLAH YANG DISEMPURNAKAN ................................................... 44
Dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna"
6. KEBENCIAN BAGI ALLAH ................................................................................... 52
"Yang dibenci Tuhan . . . mata sombong"
7. KOMPENSASI ALLAH YANG MEMUASKAN ....................................................... 64
" Tetapi ada empat orang kulihat . . . dan yang
keempat itu rupanya seperti anak dewa"

II
8. PENGLIHATAN TERTINGGI TENTANG KRISTUS .............................................. 74
"Tampaklah kepadaku . . . seorang serupa Anak
Manusia"
9. KELAYAKAN KRISTUS YANG TIADA TARANYA ................................................ 84
" Anak Domba yang disembelih itu layak "
10. KARYA KRISTUS YANG BELUM SELESAI ......................................................... 96
" Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara
Mereka”
11. KARAKTER KRISTUS YANG IDEAL .................................................................. 105
" Berbahagialah.orang yang miskin di hadapan Allah”
12. SYARAT.SYARAT PEMURIDAN YANG DITUNTUT OLEH KRISTUS .............. 115
”Ia tidak dapat menjadi murid-Ku "

Kedewasaan Rohani – Hal 3


13. SEPUCUK SIJRAT PRIBADI DARI KRISTUS .................................................... 124
" Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus
14. KEHIDUPAN YANG BERKUASA OLEH KARENA KRISTUS ........................... 133
" 'Mereka . . . akan hidup dan berkuasa oleh karena
satu orang itu, yaitu Yesus Kristus"

III
15. ROH KUDUS - NAFAS ALLAH ............................................................................. 143
"Turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan
angin keras"
16. KUASA ROH KUDUS YANG MENGUBAH ......................................................... 151
"Kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya “
17. API ROH KUDUS YANG MENYUCIKAN ............................................................. 159
"Lalu turunlah api Tuhan”
18. DINAMIKA ROH KUDUS YANG MAHAKUASA .................................................. 169
"Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan
kekuatan, melainkan dengon roh-Ku''"
19. SEMANGAT ROH KUDUS UNTUK PENGABARAN INJIL ................................. 177
"Berkatalah Roh Kudus, 'Khususkanlah Barnabas
dan Saulus bagi-Ku'”
20. ROH KUDUS DAN BERKATA-KATA DENGAN KARUNIA LIDAH (1) ................ 188
"Mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa
Lain”
21. ROH KUDUS DAN BERKATA-KATA DENGAN KARUNIA LIDAH (2) ................ 197
"Adakah mereka semua . . . berkata-kata dalam
bahasa roh?"

Kedewasaan Rohani – Hal 4


BAGIAN I

-----------------------------------------------------------------------------------------------
PEMELIHARAAN ALLAH YANG MUTLAK
1
-----------------------------------------------------------------------------------------------
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam
segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah” - Rm 8:28.

Pembacaan Alkitab: Roma 8:26-30

Kalimat di atas. apabila ditafsirkan menurut konteksnya.dapat mendatangkan


penghiburan dan penguatan yang tidak sedikit kepada orang Kristen yang sedang
menghadapi pencobaan. Bagi Paulus kebenaran ayat ini merupakan keyakinan yang
mendalam : "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segaia sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan.” Dalam hal ini sama sekali tidak ada keragu-raguan. Ia
memiliki kepercayaan yang tidak tergoyahkan akan pemeliharaan Allah yang mutlak. Ia
percaya bahwa Allah akan menjadikan segala sesuatu serba baik. Dengan keyakinan ini
tidak mungkin ia mengeluh mengenai suatu apa pun karena setiap peristiwa dalam
hidup direncanakan oleh Allah atau diperkenankan oleh-Nya. Keyakinan ini pulalah yang
memungkinkan dia mempraktekkan nasihatnya yang sempurna. "Ucaplah syukur
senantiasa atas segala sesuatu" (Ef 5:20).
Keyakinan ini mengubah keluhan menjadi nyanyian dan mempraktekkan kebenaran
inilah yang memungkinkan dia bersama dengan seorang rekannya menyanyikan puji-
pujian kepada Allah di tengah-tengah malam, walaupun segala rencana nampaknya
gagal dan mereka terkurung dalam penjara bawah tanah dengan punggung berdarah.
Bagi dia tidaklah terlalu menjadi soal apakah keadaan jasmani baik atau tidak, asal saja
ia tahu bahwa ia mengasihi Allah dan terpanggil sesuai dengan rencana'Nya. Segala
sesuatu, apakah nampaknya menguntungkan atau merugikan, pasti
mendatangkan kebaikan. Pertanyaan yang penting ialah: apakah

Kedewasaan Rohani – Hal 5


seperti halnya dengan Paulus, kita juga memiliki keyakinan yang mendatangkan
sukacita ini?
Paulus mengemukakan pernyataannya dengan kata-kata yang tegas sehingga
tidak mungkin kita bersikap netral dalam menghadapi tuntutannya yang luar biasa itu.
Seandainya pernyataan itu diberi keterangan lebih lanjut atau dinyatakan dengan cara
yang tidak dogmatis seperti itu, orang dapat menerimanya dengan lebih mudah. Apabila
kita menghadapi kesulitan atau dukacita yang meremukkan hati, maka kedengarannya
seperti kefasihan lidah belaka dan tidak ada hubungannya dengan kenyataan hidup,
kalau kita mengatakan bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk
mendatangkarr kebaikan. Tetapi benarkah demikian halnya? Apakah pernyataan itu
harus diterima dengan keragu-raguan yang tersembunyi ataukah kita bisa menerimanya
sebagai kenyataan yang mendatangkan sukacita? Kalau kita menafsirkan ayat itu dalam
konteksnya dengan menyadari sepenuhnya apa arti setiap kata yang ada di dalamnya.
maka tidak ada ayat lain dalam seluruh Alkitab yang memberikan ketenangan dan
ketentraman seperti itu di tengah-tengah dukacita, pencobaan, atau kekecewaan.
Kunci untuk menafsirkan inti pernyataan, "Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan.” ialah bahwa bagian kalimat itu tidak boleh
dilepaskan dari konteksnya atau diceraikan dari kedua keterangan yang mengiikutinya -
"bagi mereka yang mengasihi Dia" dan "bagi mereka yang terpanggi! sesuai dengan
rencana Allah." Kedua keterangan ini menentukan dan membatasi penerapannya.
Sebenarnya, bahwasanya segala sesuatu mendatangkan kebaikan tidaklah berlaku bagi
setiap orang tanpa syarat. Dua hal harus ada terlebih dahulu. Pertama-tama, harus ada
hubungan yang benar dengan Allah. Orang yang menerima kebaikan dari janji itu ialah
anggota keluarga Allah dan ia menikmati serta hidup di tengah-tengah kasih sayang
keluarga. Orang seperti itu berkeyakinan bahwa Dia, yang tidak menyayangkan Anak-
Nya sendiri, tidak akan membiarkan atau menetapkan sesuatu yang bukan untuk
kebaikannya semata-mata. Kasih itu percaya, bahkan pada waktu tidak dapat melihat
sekalipun. Kemudian, harus ada persekutuan. la adalah seorang yang "terpanggil"
sesuai dengan rencana Allah yang kekal

Kedewasaan Rohani – Hal 6


dan rencana-rencananya sendiri telah diserahkan kepada rencana Allah. Bagi dia,
rencana Atlah yang sempurna mustahil dapat dihalangi oleh sesuatu yang merugikan
dia. Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan baginya. Bagi
Allah yang disembahnya, "kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan dan kemalangan
tidak selalu merugikan.” Kesimpulan yang kita dapat ambil ialah bahwa rencana Allah
diungkapkan kepada orang-orang yang telah dipanggil-Nya dan yang membahas kasih-
Nya. Janji itu tidak berlaku bagi orang yang memberontak terhadap Allah dan yang tidak
setuju dengan maksud-maksud-Nya- Bagi hati yang dingin, ayat ini merupakan batu
sandungan, namun bagi hati yang hangat karena kasih kepada Allah, ayat ini
merupakan penghiburan. Tetapi untuk memperoleh hak atas penghiburan itu, kita harus
termasuk golongan yang disebutkan oleh Paulus
Mau tidak mau, timbullah pertanyaan: Mungkinkah suatu tragedi itu baik? Apakah
keadaan sakit itu baik? Apakah dukacita itu baik? Apakah frustasi itu baik? Mengapa
Allah membiarkan hal-hal ini menimpa kita? Pada jaman Paulus, ada empat macam
reaksi yang khas terhadap kesulitan. Sikap golongan Epikuros ialah, "Marilah kita makan
dan minum, karena besok kita mati." Golongan Sinis menantang nasib terburuk.
Golongan Stoa menguatkan hati untuk menerima kehendak Allah. Epictetus menulis:
"Hendaknya kita berani memandang Allah dan berkata, 'Mulai sekarang perlakukanlah
aku menurut kehendak-Mu. Aku seperti bersatu dengan Engkau; aku adalah milik-Mu.
Aku tidak akan melarikan diri dari apa pun, asalkan Engkau berpendapat hal itu baik.
Pimpinlah aku ke mana Kaukehendaki; kenakanlah kepadaku pakaian yang Kau
kehendaki aku pakai. Apakah Engkau menghendaki aku tetap pada jabatanku. atau
Engkau menghendaki aku melepaskannya? Apakah Engkau menghendaki aku diam
atau melarikan diri, kaya atau miskin? Untuk ini aku akan membela Engkau di depan
sekalian manusia.’ “
Tetapi dalam ayat di atas Paulus menyimpulkan sikap orang Kristen: bukan sikap
menantang atau acuh tak acuh atau bahkan sikap menerima nasib. Orang Kristen
dengan sukacita menerima kesulitan atau kesedihan, karena tahu bahwa Allah turut
bekerja dalam segala hal, baik maupun buruk, untuk mendatangkan yang

Kedewasaan Rohani – Hal 7


terbaik baginya .
- Dari ayat ini muncullah empat kebenaran yang penuh dengan penghiburan dan
dorongan.

Rencana Allah Mendatangkan Kebaikan. “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan-."
Persoalan utama yang kita hadapi dalam penerapan ayat ini kepada kehidupan
sehari-hari rerdapat di dalam cara kita menafsirkan kata-kata "untuk mendatangkan
kebaikan".Kebaikan" yang dijanjikan Allah dalam pandangan-Nya yang jauh
mungkin tidak selalu tampak baik bagi kita dan tidak selalu dapat kita terima.
Sesungguhnya, pemeliharaan-Nya kadang-kadang tampak membahayakan, apabila
ditinjau dari sudut kebendaan yang bersifat duniawi. Kebaikan yang dijanjikan Allah
bersifat rohani, bukan duniawi, dan mungkin diperlukan waktu sebelum kita dapat
melihat kebaikan yang sebenarnya.
Diperlukan waktu bertahun-tahun sebelum pemeliharaan Allah yang aneh dalam
kehidupan Ayub terbuktii kebaikannya. Penderitaan yang harus dialaminya disebabkan
oleh pikiran Iblis yang jahat, tetapi Ayub tidak menyalahkan nasib atau Iblis. Pandangan
hidupnya diutarakan dengan kata-kata yang muiia ini. "Tuhan yang memberi. Tuhan
yang mengambil terpujilah nama Tuhan!" Ketika ia dicela oleh istrinya. ia terap percaya
kepada Allah, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Aliah, tetapi tidak mau
menerima yang buruk?” Sikap imannya banyak di benarkan oleh peristiwa-peristiwa
berikutnya. Ia keluar dari cobaan-cobaan itu sebagai orang yang telah menjadi lebih
kaya dan bukannya sebagai orang yang telah dijadikan miskin. Atas kerja sama dengan
Ayub, Allah menyebabkan tindakan-tindakan Iblis yang jahat itu mendatangkan
kebaikan, tetapi sama sekali tanpa merestui kejahatan itu.
"Kita cenderung untuk menafsirkan kebaikan dari sudut kesenangan jasmani,',
kata penulis Vemon Grounds.',Kalau kita bebas dari penyakit, kalau tubuh kita tidak
pernah diserang kesakitan, kalau kita selalu mempunyai uang dalam saku atau uang
simpanan di bank, kalau kita hidup dalam rumah modern dan menikmati barang-barang
mewah yang mutakhir, kalau kita dapat berpakaian bagus dan berlibur panjang di tepi
pantai . . .

Kedewasaan Rohani – Hal 8


itulah yang kita anggap kebaikan. Sayang sekali bahwasanya kita telah menjadi korban
kebudayaan yang materialistis, sehingga dalam menjalani iman kekristenan, sadar
maupun tidak, kita menyamakan kenyamanan dengan kebaikan. Demikian juga kita
cenderung menyamakan keberhasilan dengan kebaikan. .. atau bahkan kila
menyamakan kesenangan dengan kebaikan . . . padahal persamaan-persamaan seperti
itu sangat jauh dari ajaran dasar yang diberikan oleh Paulus. Karena semua persamaan
itu tidak benar, maka kita merasa sulit untuk menerima Roma 8:28. Kegagalan kita untuk
memahami konsepsi Paulus tentang kebaikan, mengubah apa yang seharusnya
rnerupakan bantal yang empuk bagi hati kita menjadi masalah yang pelik bagi otak kita.,,
Tidak ada banyak tragedi yang lebih menonjolkan kebenaran ini dari pada
kebakaran di Serampore, India. pada tanggal 12 Maret 1812. hlam beberapa saat saja
karya penerjemahan yang telah dikerjakan oleh William Carey dan rekan-rekannya
dengan penuh pengorbanan itu telah habis dimakan api. Kerugian kertas yang telah
disediakan untuk Alkitab besar sekali. Huruf-huruf timah yang baru dibuat untuk bahasa
Tamil dan huruf-huruf Cina yang terbuat dari pelat metal musnah sama sekali.
Naskah-naskah tata bahasa dan kamus yang disusun dengan susah payah tidak
dapat diselamatkan. Mlliam Carey menulis, “Tidak ada yang dapat diselamatkan. kecuali
mesin cetak. Ini merupakan pukulan hebat karena akan mcnghentikan pencetakan
Alkitab untuk beberapa lama. Kerja keras selama setahun tidak akan memulihkan
keadaan kami; belum lagi kerugian harta benda, naskah, dan sebagainya yang rasanya
tidak akan pernah dapat kami tanggulangi."
Naskah-neskah yang terbakar itu mencakup bagian-bagian dari hampir seluruh
versi Alkitab India. seluruh Perjanjian Baru dalam bahasa Kanar, dua buku besar berupa
perjanjian lama dalam bahasa Sansekerta. sebagian besar dari kamus Bengali, seluruh
Tata Bahasa Telugu, sebagian besar Tata Bahasa Punjabi dan Kamus Bahasa
Sansekerta, karyanya yang terbesar dalam hidupnya sebagai ahli bahasa.
Tetapi kemudian menyusul pernyataan imannya dengan kata-kata yang senada
dengan Roma 8:28. "Allah pasti akan mendatangkan kebaikan dari keadaan yang buruk
ini demi ke-

Kedewasaan Rohani – Hal 9


pentingan kita. "Sebelum abu menjadi dingin, rekan Carey bernama Marshman menulis
bahwa musibah itu merupakan ,,salah satu cara Allah memelihara kita, untuk
mendorong kita agar beriman kepada Dia, yang firman-Nya, teguh seperti tiang-tiang
surga, telah menyatakan bahwa Ia akan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah. Karena itu, hendaklah kita
kuat di dalarn Tuhan. Ia tidak akan pernah meninggalkan pekerjaan tangan-Nya sendiri."
Ditengah-tengah bencana yang hebat itu, para hamba Tuhan tetap memiliki
kesentosaan dalam hati mereka karena mereka meresapi kebenaran ayat itu. "Kejadian
itu menyebabkan saya menyerahkan diri dalam ketenangan sehingga saya dapat
memandang ke atas dan menyambut kehendak Allah," kata Marshman. Carey
mengisahkan bagaimana ia telah ditenangkan oleh ayat, "Diamlah dan ketahuilah,
bahwa Akulah Allah'' (Mzm 46:11). Ward, orang ketiga dalam tiga sekawan yang
terkenal itu, didapati orang bukan saja penuh dengan penyerahan, melainkan juga
penuh dengan keriangan, sementara api masih menyala.
Tetapi bagaimana mungkin hal ini dapat mendatangkan kebaikan? Tidak berapa
lama kemudian kelihatanlah cara kerja Allah. "Musibah itu membuka telinga umat Kristen
di Inggris. Dalam kobaran api kebakaran, mereka dapat menyadari besarnya usaha
yang sedang dilakukan dan mereka mengetahui pula fakta-fakta berkenaan dengan
usaha pelayanan itu. Demikianlah kecelakaan itu ternyata menjadi mercu suar, dan
melipatgandakan jumlah orang yang menaruh minat terhadap pengutusan Injil. "
Kebakaran itu mendatangkan begitu banyak kemasyhuran kepada mereka sehingga
mereka menghadapi bahaya yang sebaliknya "Kebakaran itu telah menjadikan usaha
Saudara-Saudara sangat terkenal dan rasanya tidak ada hal lain yang dapat
menjadikannya lebih terkenal,” tulis Fuller dalam suatu peringatan yang
sungguhsungguh."Sekarang khalayak ramai memuji-muji kita. Delapan ratus guinea
telah ditawarkan kepada orang yang dapat menyamai Carey. Jika kita dimabukkan oleh
pujian ini, Allah akan menahan berkat-Nya,: dail talau sudah begitu, apa yang kita dapat
lakukan?"
Jadi apakah sifat kebaikan yang dimaksudkan oleh Paulus?

Kedewasaan Rohani – Hal 10


Jawabannya terdapat dalam konteks: "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula,
mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-
Nya" (Rm 8:29). Konsepsi Paulus ialah bahwa segala sesuatu yang menjadikan dia lebih
menyerupai Kristus itu baik, tanpa mempertimbangkan reaksinya terhadap
kenyamanannya, kesehatannya, keberhasilannya, atau kesenangannya. Keserupaan
dengan Kristus tidak selamanya hidup subur di tengah-tengah kesenangan materi.
Banyak di antara orang Kristen yang paling menyerupai Kristus telah dibebani dengan
kosehatan yang buruk. Sukses di bidang usaha telah terbukti merupakan tanda
kematian bagi kekudusan. Dalam mencari kesetangan, orang sering kehilangan
kesenangan.

Rencana Allah Bersifat Aktif. "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan."
Hati yang mengasihi Allah dapat melihat Dia sibuk bekerja bahkan dalam
peristiwa yang paling menghancurkan hati dan paling tidak diharapkan dalam hidup ini.
Segala sesuatu akan mendatangkan kebaikan karena Allah turut serta beke{a di
dalamnya, mengubah bencana menjadi berkat dan tragedi menjadi kemenangan. Kerja
Tuhan tidak selalu dapat dilihat dengan nyata. Sesungguhnya, sering sekali nampaknya
Ia tidak berbuat apa-apa. Pada waktu merenungkan teka-teki kehidupan, Carlyle dengan
sedih mengatakan, "Hal yang paling buruk mengenai Allah ialah bahwa Ia tidak berbuat
sesuatu." Tetapi sering Allah sangat aktif ketika segala sesuatu narnpak diam. Kerja
Tuhan di dalam alam tidak nampak, tetapi walaupun demikian sangat efeklif. Di bawah
pengawasan-Nya yang tidak dapat dilihat, bintang-bintang tetap berada pada jalan yang
telah ditetapkan sebelumnya, samudera yang bergelora tetap berada pada batas-batas
yang telah ditetapkan baginya. Janganlah sekali-kali kita merasa tidak sabar kalau
nampaknya tidak ada kegiatan di pihak Allah, lalu kita mengambil tindakan dan berusaha
menentukan nasib sendiri.
Kejadian-kejadian sehari-hari, baik yang menyedihkan maupun yang
menyenangkan. merupakan bahan baku yang dipakai Allah untuk menenun pola-pola
kehidupan. Kalau kita mengikutserta kan Allah di dalam peristiwa-peristiwa hidup ini.
maka yang berantakan akan menjadi beres. “Ia terlalu baik hati

Kedewasaan Rohani – Hal 11


untuk berbuat sesuatu yang kejam, terlalu bijaksana untuk membuat kesalahan." Kita
tidak dapat membayangkan suatu keadaan yang akan lebih memajukan rencana Allah
atau lebih memajukan kepentingan kita.

Rencana Allah Mencakup Segala-galanya. "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
."
"Segala sesuatu" benar-benar berarti segala sesuatu. Segala sesuatu berada di
bawah kekuasaan Allah. Kenyataan bahwa pernyataan ini mencakup segala-galanya
adalah sesuatu yang sungguh-sungguh menakjubkan. Kematian dalam keluarga,
penyakit, kekecewaan, harapan yang tidak terpenuhi, gangguan syaraf, anak-anak yang
merisaukan, tidak adanya hasil dalam pelayanan walaupun segala syarat supaya
berhasil telah dipenuhi semua ini pasti bukan hal-hal yang turut bek€rja mendatalSkan
kebaikan. Dengan tenang Paulus menyatakan bahwa semua itu sesungguhnya
mendatangkan kebaikan. Kita mungkin mau mengakui bahwa kehidupan secara
keseluruhan berada di tangan Allah, tetapi kita ragu-ragu untuk percaya bahwa setiap
hal dalam kehidupan, betapapun kecilnya, tidak luput dari perhatian Allah yang penuh
kasih. Namun, Allah menyatakan bahwa memang demikianlah halnya. Bahkan burung
pipit pun tidak jatuh ke tanah tanpa setahu Allah Bapa yang di surga. Keadaan hidup
orang Kristen sudah ditetapkan oleh Allah. Di daiam hidupnya tidak ada yang disebut
kebetulan. Kasih tidak percaya bahwa Allah tidak menaruh perhatian terhadap setiap
bagian dalam kehidupan.Segala sesuatu diizinkan dan dlrencanakan oleh Dia untuk
tujuan-tujuan yang bijaksana. Satu detik pun Ia tidak akan menghentikan pengawasan-
Nya.
Setiap pengalaman pahit akan ada kebaikannya, apabila diterima dengan benar.
Kesakitan dan kelemahan jasmani menyebabkan kita menyadari kerapuhan kita.
Kebingungan menyatakan ketidakbijaksanaan kita. Kesulitan-kesulitan keuangan
menunjukkan bahwa sumber-sumber kekayaan kita sangat terbatas adanya. Kesalahan
dan kegagalan menurunkan kesombongan kita. Semua hal ini dapat digolongkan ke
dalam "kebaikan".

Kedewasaan Rohani – Hal 12


Rencana Allah Serasi. "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu."
Segala sesuatu merupakan bagian dari suatu pola yang sudah dirancang
sebelumnya. Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan tidaklah terlepas satu dari yang lain.
Resep yang diberikan dokter terdiri dari beberapa macam obat. Kalau dimakan secara
terpisah, beberapa di antaranya akan menjadi racun dan hanya akan mencelakakan.
Tetapi, kalau dicampur atas petunjuk seorang dokter yang ahli dan berpengalanan. obat-
obat itu semata-mata mendatangkan kebaikan. Barclay ntengemukakan isi ayat itu
sebagai berikut, "Kita tahu bahwa Allah mencampurkan segala sesuatu untuk kebaikan
bagi mereka yang mcngasihi Dia." Apabila pengalaman-pengalaman hidup diambil
secara terpisah-pisah, mungkin kelihalannya tidak ada kebaikan sama sekali di
dalamnya, tetapi apabila dicampur rnenjadi satu, hasilnya tidak dapat lain, kecuali
kebaikan
Dalam kcadaan-keadaan yang tidak menguntungkan. Ketidakpercayaan
bertanya. "Bagaimana mungkin hal ini mendatangkan kebaikan ?" Jawabannya ialah.
"Tunggulah sampai Tabib Agung itu selesai menulis resep." Siapakah yang tidak dapat
mengenang kembali rnasa lalu untuk melihat bahwa hal-hal yang dianggap sebagai
musibah akhirnya ternyata merupakan berkat terselubung? Seorang pelukis mencampur
berbagai warna yang bagi mata orang biasa nampaknya jauh sekali dari tujuan si
pelukis. Tetapi tunggulah sampai ia selesai mentadukan warna-warni itu.
Kehidupan diumpamakan sebagai sehelai kain yang sedang ditenun. Untuk
manbuat pola yang indah, kita harus menggunakan berbagai warna. Beberapa harus
cerah dan indah, beberapa lagi harus gelap. Campurun warna-warna itulah yang
membentuk keindahan pola kain.
Pada waktu rnenghadapi kesulitan yang luar biasa, kita dicobai untuk
mempercayai kebenaran yang umum, namun kita merasa bahwa keadaan kita sekarang
adalah kekecualian. Jika demikian halnya, maka ayat itu tidak berlaku dan pemeliharaan
Allah yang mengatasi segala sesuatu dalam kehidupan manusia tidak mempunyai arti.
Sementara tragedi demi tragedi menimpa Yusuf dibuang dari rumah, dijual sebagai
budak, dipenjarakan secara tidak adil sukar sekali bagi dia untuk dapat melihat

Kedewasaan Rohani – Hal 13


bahwa peristwa-peristiwa itu bekerja sama untuk mendatangkan kebaikann baginya.
namun dengan mengenang masa lalu, ia berkata kepada saudara-saudaranya,
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah
mereka-rekakannya untuk kebaikan " (Kej 50:20).
Dalam peristiwa-peristiwa dalam hidup kita, "Allah selalu mempunyai tujuan yang
sesuai dengan martabat-Nya, dan yang harus kita setujui kalau kita tidak lagi
memandangnya secara terpisah-pisah." Sekalipun kita harus menghadapi angkara
murka manusia atau Iblis, kita boleh merasa yakin bahwa pada akhirnya hal itu akan
mendatangkan kepujian bagi Allah, sedangkan yang tidak mendatangkan kepujian bagi-
Nya tentu akan dicegah-Nya.

Kedewasaan Rohani – Hal 14


-----------------------------------------------------------------------------------------------
KEMULIAAN ALLAH
2
-----------------------------------------------------------------------------------------------
"Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku” – Kel 33 : 18.

Pembacaan Alkitab: Keluaran 33 : 11 - 23

DOA Musa ini telah bergema dari abad ke abad. Dari angkatan ke angkatan,
umat Kristen telah berdoa ingin melihat Allah, sering tanpa menyadari kemungkinan-
kemungkinan yang akan timbul dari permohonan seperti itu. Tidak jarang pula mereka
tidak mengenali jawaban doa mereka ketika jawaban itu diberikan. John Newton,
seorang pedagang budak yang telah bertobat, sangat merindukan penglihatan yang
dapat mengubahkan itu, tetapi jawaban untuk doanya yang tekun itu datang dengan
cara yang mengejutkan dan hampir-hampir menenggelamkan dia.
Apabila kita berdoa ingin melihat Allah, apakah yang kita harapkan? Suatu
penglihatan yang terang cemerlang di langit? Sinar kemuliaan yang menyilaukan seperti
yang melanda Saulus dari Tarsus? Atau suatu kesadaran akan adanya peninggian
rohani yang mendebarkan hati dan menguasai? Kalau kita mempelajari Alkitab
mengenai peristiwa-peristiwa di mana Allah memperlihatkan diri, maka kita akan
mendapat gambaran yang sama sekali berbeda. Dalam Alkitab, tidak ada satu peristiwa
pun dimana penglihatan akan Allah menghasilkan suatu keriangan yang meluap-luap.
Penglihatan akan Allah selalu membuat orang yang melihatnya merasa sangat rendah.
Dalam setiap kesempatan, peristiwa itu ditandai dengan kegentaran, bukan keriangan.
Dan lebih kuat pengiihatan itu, lebih rendah lagi orang sujud dihadapan-Nya.

Kedewasaan Rohani – Hal 15


Kalau ini benar. maka sebelum kita meminta kepada Allah supaya memperlihatkan diri
kepada kita. kita harus siap menghadapi akibat yang pasti akan timbul. Di atas salju
yang putih bersih. maka kain seprai yang paling bersih sekalipun akan kelihatan koror.
Di hadapan AlIah yang tidak bercacat dan kudus, segala sesuatu dari bumi kelihatan
bernoda dan najis. Di hadirat Allah, Imam Besar Yosua yang kudus nampaknya”
mengenakan pakaian yang kotor" dan karena itu, tidak memenuhi syarat untuk
jabatannya (Za 3:l). Kita tidak mempunyai alasan untuk dikecualikan dari ketetapan ini.
Jika kita bertanya dalam bentuk apa penglihatan itu akan datang, kita tidak
dibiarkan dalam keadaan iagu-ragu. “ Allah... membuat terang-Nya bercahaya di dalam
hati kiti, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang
nampak pada wajah Kristus" (2 Kor 4:6). Di atas Alkitab sebagai kanvasnya dan dengan
gerakan tangan yang ahli serta warna-warna yang hidup, Roh Kudus melukiskan wajah
Kristus sebagai bayangan Allah yang tidak tanlpak. Dan roh yang sama pulalah yang
menerangi kanvas itu bagi orang yang rindu memandang kemuliaan-Nya. Tidak ada
yang lebih senang dilakukan-Nya dari pada mengambil hal-hal mengenai Kristus
sebagaimana tercantunt di dalan Alkitab dan menyatakannya bagi kemuliaan Allah.
Walaupun AYUB, yang mungkin sejaman dengan Abraham, hidup di dalam
keremangan rohani. namun ia memiliki konsep tentang Allah yang sangat
mengherankan dan standar hidup yang tinggi. Sifatnya tidak bercacat pada
pemandangannya sendiri. Karena sadar akan integriras batinnya. ia berseru." Aku
bersih, aku tidak melakukan pelanggaran, aku suci, aku tidak ada kesalahan" (Ayb 33:9).
Ini bukan bual orang yang “Sok saleh”, melainkan pernyataan yang tulus setelah
mengadakan penelitian batin. Sifatnya bukan saja tidak bercacat padi pemandaingannya
serrdr-r. retrpi juga secara unik rerpuji pada pcrnandangan Allah. Pada waktu berbicara
kepada lblis. Allah bertanya. "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab
tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan
Allah dan menjauhi kejahatan” (1:8). Tidak banyak orang dapat memiliki hati nurani yang
sebersih itu dan memperoleh pujian yang setinggi itu dari Allah mereka.

Kedewasaan Rohani – Hal 16


Ayub adalah salah seorang dari sekelompok kecil orang yang disebut "sempurna" oleh
Allah dan hal lnl membuktikan bahwa ia tidak bersalah dan ia adalah orang yang tulus
dan jujur. Namun, bagaimanakah keadaan orang sempurna ini pada waktu ia
menghadapi krisis karena pencobaan-peniobaan yang semakin memuncak dan Allah
menampakkan diri kepadanya? Ia mencatatnya dengan beberapa patah kata yang
penuh arti: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar teniang Engkau, tetapi sekarang
mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu, aku mencabut perkataanku dan
dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu" (Ayb 42:5-6). Pada waktu
dihadapkan kepada Allah, orang yang sempurna pun menyadari bahwa ia adalah orang
yang hina dan nista.
Kelika seorang diri ditempat penyeberangan Sungai Yabok, YAKUB mendapat
penglihatan dari Allah. “Seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.”
Ketika menamai lempat itu Pniel, Yakub berkata dengan takut, ,,Aku telah melihat Allah
berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!,, (Kej J2:24.30). Apakah pengaruh
penglihatan itu rerhadap Yakub? Ia terpaksa mengakui kenistaan tabiatnya dengan arti
dari namanya. "Bertanyalah orang itu kepadanya, 'Siapakah namamu? Sahutnya,
'Yakub" - perampas, pembohong, penipu. Sebelum ia memenuhi syarat untuk menerima
berkat yang akan diberikan Allah kepadanya, ia harus mengakui tabiatnya yang
sebenarnya. Sepanjarrg hidupnya ia menanggung tanda dari pertemuan itu. Pada waktu
memandtng Allah, orang yang telah berhasit menipu semua orang terpaksa harus
mengakui aibnya yang tersembunyi.
MUSA dapat membanggakan pendidikannya yang tinggi. Ia mendapat
kehormatan disebut anak putri Firaun. Patriotisme yang berkobar-kobar menyebabkan
dia mengambil tindakan yang tergesa-gesa terdorong oleh kedagingannya dalam
usahanya membebaskan Israel. Ia tidak menunggu sampai Allah mengungkapkan
rencana kerja-Nya. Akibatnya, Musa harus menyembunyikan diri dari murka Firaun. Di
padang gurun ketidaksabarannya berubah menjadi kepasifan sampai ia dapat melihat
Allah. “Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang
keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi
tidak dimakan api

Kedewasaan Rohani – Hal 17


Lalu befirman: 'Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu,
sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.' . . . Lalu Musa
menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah', (Kel 3:2-6). Di dalam diri orang
yang kepadanya akan dipercayakan usaha penyelamatan umat pilihan Allah,
penglihatan itu menimbulkan rasa hormat dan takut sehinggq ia memalingkan mukanya.
ELIA telah digambarkan sebagai tokoh yang paling besar dan paling romantis
yang pernah hidup di Israel. Dengan tiba-tiba ia dipentaskan di atas panggung sejarah
dalam drama di Gunung Karmel. Ia benar-benar seorang yang luar biasa! Begitu besar
kuasa Allah yang menyertai dia sehingga ia dapat mengunci langit dengan sesuka
hatinya. Terhadap manusia ia tidak takut. Karena itu, ia berani menentang raja, bahkan
seluruh bangsa. Sama halnya seperti Henokh, ia mendapat kehormatan untuk
memasuki surga tanpa melalui gerbang kematian. Bagaimanakah hamba Allah yang
berani ini dapat tetap hidup seteah penglihatan itu? "Maka Tuhan lalu! Angin besar dan
kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu . . . Dan
sesudah angin itu datanglah gempa . . . Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi
tidak ada Tuhan dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi
basa. Segera sesudah Elii mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya'.
(1 Raj 19:11-13). Menghadapi pernyataan kuasa -Allah yang demkian mulia, ia memang
dapat tetap bersikap menentang dan kurang sabar: tetapi ia dipatahkan dan ditundukkan
oleh suara-Nya yang lemah lembut dan ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya.
YESAYA, nabi yang kepadanya kebenaran Injil keselamatan telah lama
diberitakan sejelas-jelasnya, sama sekali tidak di hantui oleh perasaan rendah diri.
Nubuat-nubuat yang agung dicampur dengan teguran yang pedas terdapat dalam
pesan-pesannya kepada bangsa Israel. la merasa sanggup mendatangkan malapetaka
ke atas orang-orang sejamannya (3 : 9,11 ; 5 : 8,20 ) sampai ia melihar Allah. Aku
melihat Tuhan duduk di aras takhta yang tinggi dan menjulang. dan ujung jubah-Nva
memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya . . . Dan mereka berseru
seorang kepada seorang, katanya: 'Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam,
seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!, Maka ber-

Kedewasaan Rohani – Hal 18


goyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itu
pun penuhlah dengan asap" (Yes 6 : 1-5). Setelah penglihatan yang terang cemerlang
itu, siapakah yang dikatakannya akan celaka dan binasa? “Lalu kataku ,’Celakalah aku!
aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir. . . namun mataku telah melihat Sang
Raja, yakni Tuhan semesta alam.” Bibir yang telah dipakai untuk menyampaikan pesan
Allah ternyata najis di hadapan Allah Yang Mahakudus.
Allah memperlihatkan diri kepada YEHEZKIEL ketika ia bersama-sama dengan
bangsanya dalam kesengsaraan dan pembuangan. "Kelika aku bersama-sama dengan
para buangan berada
di tepi sungai Kebar, terbukalah langit dan aku melihat penglihatan-penglihatan tentang
Allah" ( 1 : I ) - penglihatan- penglihatan tentang kebesaran dan kemahahadiran Allah,
tentang kegiatan-Nya yang tidak henti-hentinya dan kemuliaan takhta-Nya yang
dikelilingi pelangi. "Di atas cakrawala yang ada di atas kepala mereka ada menyerupai
takhta yang kelihatannya seperti permata lazurit; dan di atas yang menyerupai takhta itu
ada yang kelihatan seperti rupa manusia. Dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke
atas aku lihat seperti suasa mengkilat dan seperti api yang ditudungi sekelilingnya; dan
dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke bawah aku lihat seperti api yang di
kelilingi sinar. Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan,
demikianlah kelihatan sinar yang mengeiilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan
Tuhan. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud” (1:26-28). Nabi yang tak mengenal
takut dan yang setia itu tidak tahan melihat sinar yang mengelilingi takhta yang diduduki
Allah yang Mahamulia.
Di antara orang-orang saleh dalam Alkitab, DANIEL adalah yang terkemuka. Ia
telah memegang jabatan Perdana Menteri di bawah lima orang raja berturut-turut
dengan penghargaan yang tinggi. Bahwa kepalanya dapat tetap berada di atas
pundaknya membuktikan kebijaksanaan dan kejujurannya. Muiuh-musuhnya tidak dapat
menemukan kesalahan apa pun, kecuali bahwa ia terlalu banyak berdoa. Hanya
mengenai Daniel sajalah ada tertulis bahwa seorang malaikat Tuhan diutus kepadanya
untuk memberitakan bahwa ia sangat dikasihi oleh Alah. Apakah ia keluar dari
penglihatan yang membahagiakan itu tanpa kekurangan

Kedewasaan Rohani – Hal 19


suatu apa pun? Dengarlah pengakuannya: "Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu ...
aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah
kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. Lalu
kudengar suara ucapannya, dan ketika aku mendengar suara ucapannya itu, jatuh
pingsanlah aku tertelungkup dengan mukaku ke tanah" (10:7-9 ). Ketika dihadapkan
kepada kemuliaan Allah, salah seorang saleh yang paling tidak bercacat jatuh
tertelungkup dengan mukanya ke tanah, bukan karena kejahatannya, melainkan karena
ke baikannya.
Di tengah-tengah pengalaman yang menghancurkan sebagai akibat penyataan
diri sendiri, seorang pemuda menuls: "Seandainya saya tahu bahwa apa yang saya
anggap sebagai kebaikan yang terutama, yaitu kejujuran mental saya, hanya sekadar
kedok seperti ini, saya tentu tak akan dapat hidup terus. Namun saya ingin hidupt. Tetapi
pelajaran yang saya dapat ambil sudahlah jelas. Saya tak dapat mempercayai diri saya
barang sedikit pun. Pada waktu saya merasa saleh, saya barangkali mengidap penyakit
keangkuhan yang sangat parah. Saya kira lebih baik berdiri di mulut terowongan
kejahatan pribadi dan berkata, ‘Terowongan ini tidak ada ujungnya . . .’”
Setelah PETRUS semalam-malaman menjala ikan tanpa hasil, Tuhan
menampakkan diri kepadanya dan ketaatan kepada perintah Kristus mendatangkan
hasil yang demikian besar jumlahnya sehingga jala mulai koyak. Menghadapi mujizat itu,
Petrus sadar bahwa Kristus pasti mahatahu dalam hal menuntun mereka kepada ikan
yang banyak itu atau mahakuasa dalam menuntun ikan-ikan itu kepada mereka, Ketika
memandang kemuliaan Allah pada wajah Yesus Kristus, ia menjadi sadar benar akan
kenajisan dan ketidaklayakannya. Ia tersungkur di depan Yesus dan berkata, "Tuhan,
pergilah daripadaku, karena aku ini seorang berdosa" (Luk 5:8). Sebenarnya ia sama
sekali tidak menghendaki hal itu, telapi ketika orang yang akan dipakai Allah untuk
membuka pintu Kerajaan Surga bagi orang Yahudi maupun orang bukan-Yahudi itu
melihat penglihatan tentang Allah, ia tidak dapat berbuat lain, kecuali minta disingkirkan
dari hadirat-Nya.
SAULUS dari Tarsus sedang dalam perjalanan menuju Damsyik. Ia dipenuhi semangat
yang keliru bagi Allah dan ia haus

Kedewasaan Rohani – Hal 20


akan darah orang-orang Kristen yang sangat dibencinya. la bangga akan kenyataan
bahwa ia adalah orang lbrani asli,'orang Farisi yang saleh dan ia puas dengan
semangatnya dalam melayani Allah. "Tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi
dia. Ia rebahke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya:
'Saulus. Saulus. mengapakah engkau menganiaya Aku?' Jawab Saulus: 'Siapakah
Engkau, Tuhan?, Kata-Nya: ‘Akulah Yesus . . ‘", (Kis 9:3-5). Kemuliaan Atlah yang
terpancar dari wajah Kristus yang telah naik ke surga membutakan dan merebahkan
orang yang mungkin paling giat melayani Tuhan.
YOHANES yang dikasihi Tuhan adalah orang kudus yang paling lemah lembut
dan matang pada jamannya. Ia adatah buah hati Kristus, bukan karena pilih kasih,
melainkan karena di antara murid-nrurid Yesus. Yohanneslah yang paling banyak
menuntut kasih Yesus. Hanya dia yang tetap setia pada waktu Yesus diadili. Ada banyak
keterangan yang menyatakan keluwesan kepribadiannya dan kemurnian penyerahannya
kepada Kristus. Pada waktu usianya telah lanjut. ia diberi penglihalan yang indah sekali
tentang Kristus. "Tampaklah kepadaku . . . seorang serupa Anak Manusia . . . kepala
dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan matanya bagaikan nyala api;
suara-Nya bagaikan desau air bah . . . wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang
terik" (Why l:12-17). Seandainya ada yang yang memenuhi syarat untuk mendapat
penglihatan tentang Allah tanpa jatuh tersungkur. maka orang itu pastilah Yohanes
orang yang berkaji-kali menyandarkan;kepalanya di dada Allah yang telah menjelma
menjadi manusia. Tetapi tidaklah demikiin halnya. Yohanes menulis: "Ketika aku melihat
Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati.” Orang kudus
yang paling lemah lembut dan penuh kasih karunia sekalipun tersungkur seperti orang
yang mati di hadapan Altah yang Mahabesar dan Mahkudus.
... Ada suatu pola yang tetap tampak pada penglihatan-penglihatan ini. Mula-mula ada
penglihatan, kemudian perasaan muak akan diri sendiri, kesadaran akan kenistaan diri
sendiri, muka yang dipalingkan, keinsafan akan kenajisan diri sendiri, kebutaan,
keadaan tersungkur, wajah cerah berubah menjadi pucat, penyingkiran diri sendiri,
keadaan terjatuh seperti oring mati. Masih

Kedewasaan Rohani – Hal 21


jugakah kita ingin berdoa meminta penglihatan tentang Allah?
Sebaliknya, Allah tidak suka melihat anak-anakNya tercampak di atas debu.
Apabila Ia merendahkan mereka, itu dilakukan-Nya agar Ia dapat meninggikan mereka
pada waktunya. Bukanlah tujuan Allah untuk merendahkan manusia, melainkan
menyiapkan mereka untuk menerima berkat. Pelajaran yang gamblang dalam
penglihatan-penglihatan itu tentunya ialah bahwa Allah tidak dapat mempercayakan
kepada seseorang suatu berkat yang rnendalam atau pelayanan rohani yang penting
sebelum keakuan orang itu sama sekali diruntuhkan.
Dalam hal Ayub, runtuhnya kebenaran diri sendiri segera diikuti oleh diterimanya
dua kali lipat dari segala yang telah hilang dan keadaannya dipulihkan oleh Allah setelah
ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya. Penglihatan yang dilihat oleh Yakub
menghasilkan perubahan perangai yang memberi dia kuasa baru dengan Allah dan
manusia. Teguran terhadap Musa atas tindakan kedagingannya dan sikap apatis yang
menyebabkan dia kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri, menyiapkan dia untuk
tugas mahaberat, yaitu menyelamatkan umat Allah. Setelah Elia merasa putus asa, ia
dibesarkan hatinya oleh Allah dan diberi tugas baru untuk pelayanan selanjutnya. Dalam
hal Yesaya, bukan saja bibirnya yang najis disucikan dan kesalahannya dihapuskan,
melainkan ia juga menerima tugas yang lebih besar. Bagi Daniel, kebobrokan yang
dirasakannya berubah menjadi sukacita karena mendapat hak istimewa menjadi
perantara wahyu Allah. Kesadaran Petrus yang sangat dalam akan ketidak-Iayakannya
merupakan unsur yang paling penting dalam menerapkan dia untuk menjadi penghotbah
yang sangat berkuasa pada hari Pentakosta. Penglihatan telah menyisihkan Paulus
sebagai alat yang terpilih untuk membawa nama Allah di hadapan raja-raja dan orang-
orang bukan-Yahudi. Yesus, yang telah membangunkan Yohanes dari keadaan
tersungkur, mempercayakan kepadanya tugas untuk menuliskan kitab Wahyu, buku
yang selama dua ribu tahun telah menjadi kekuatan bagi Gereja yang teraniaya. Setiap
penglihatan merupakan pendahuluan ke arah kekudusan pribadi yang lebih ditingkatkan
dalam bidang pelayanan yang lebih luas.
Memang, penglihatan tentang Allah selalu menyebabkan

Kedewasaan Rohani – Hal 22


penyataan diri sendiri, tetapi selalu dengan tujuan akhir yang baik. Bukanlah tujuan Allah
untuk semata-mata merendahkan kita. Kita tidak usah takut untuk dibawa kepada akhir
diri kita sendiri, karena "akhir dari sendiri adalah permulaan Allah”. Memang kita boleh
menyambut penglihatan tentang Allah apabila keinginan kita ialah supaya maju dalam
kekudusan dan menjadi sangat bermanfaat bagi-Nya.
Kita mungkin dapat memperoleh penglihatan tentang Allah apabila kita sungguh-
sungguh menginginkannya dan apabila kita bersedia menerima segala konsekuensinya.
Dan apabilipenglihatan itu sudah diberikan, maka kita tidak perlu terus berada di dalam
debu dengan membenci diri sendiri. Apabila dengan sepenuh hati kita bertobat atas
segala kekurangan yang dinyatakan di hadapan Allah. maka kita pun akan dapat
mendengar kata-kata yang ditujukan kepada Yesaya. “Kesalahanmu lelah dihapus dan
dosamu telah diampuni . . . katakanlah kepada bangsa ini ..."

Kedewasaan Rohani – Hal 23


-----------------------------------------------------------------------------------------------
KETEKUNAN ALLAH YANG TAK TERGOYAHKAN
3
-----------------------------------------------------------------------------------------------
"Allah Yakub” – Maz 46:8.
"Hai si Cacing Yakub” – Yes 41:14.

Pembacaan Alkitab: Kejadian 31 : 1 - 32

TIDAK ADA SEBUTAN ALLAH yang lebih mengejutkan dari pada sebutan "Allah
Yakub". Tidak ada pasangan yang lebih tidak serasi. Tetapi tidak ada pernyataan yang
dapat dengan lebih jelas menggambarkan ketekunan Allah yang tak tergoyahkan.
Asas ketekunan orang.orang kudus selalu merupakan unsur yang penting dalam
teologi aliran Calvin, tetapi kebenaran yang menyertainya tidak selalu mendapat tekanan
yang sama. Ketekunan orang-orang kudus hanya dimungkinkan oleh ketekunan Allah.
Seandainya tidak demikian halnya, tidak ada seorang pun di antara kita berada dalam
perlombaan Kristen sekarang. Paulus mempunyai keyakinan yang sangat teguh akan
ketekunan Allah. "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan
yang baik ali antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus
Yesus" (Flp 1:6). Ia memalingkan pandangan kita dari kepicikan dan kekerdilan manusia
kepada kuasa dan kebesaran Allah. Ia mengangkat kita dari lingkungan yang
dipengaruhi keadaan ke dalam maksud dan tujuan Allah yang tak mungkin gagal.
Allah kita tidak mengenal pekerjaan yang tak terselesaikan. Ia menyelesaikan
apa yaflg dimulai-Nya. Walaupun umat Israel menyeleweng dan menjegal Dia pada
setiap kesempatan, Ia bertekun dalam ketetapan-ketetapan-Nya sampai maksud-Nya
tercapai, dan di dalam bangsa Yahudi segala bangsa diberkati. Apabila satu macam
pendekatan tidak mendatangkan hasil, Ia meng-

Kedewasaan Rohani – Hal 24


gunakan cara. yang lain. Apabila satu angkatan tidak mau memberi jawaban, dengan
sabar Ia mulai lagi dengan angkatan yang berikutnya. Berkalikali angkatan-angkatan
umat Israel yang secara berturul-turut berpaling kepada penyembahan berhala sampai
akhirnya penghukuman yang mereka alami dalam pembuangan di Babel menyadarkan
mereka unluk selama-lamanya akan kebodohan dan kesia-siaan penyembahan berhala
Sejak itu tidak pernah lagi bangsa Yahudi menyembah berhala.
Ketekunan Tuhan kita yesus Kristus adalah salah satu ciri khas dalam hidup-Nya.
Mengenai Dia tetah dinubuatkan : Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan
patah terkulai, sampai Ia menegakkan hukum di bumi (yes 42:4). Dan sesungguhnyalah
Ia tidak pudar dan tidak patah terkulai. Murid-murid yang dikasihi-Nya dan yang menjadi
tumpuan harapan-Nya telah mengecewakan Dia. Sampai saat terakhir pun kelemahan
mereka dan kepentingan diri sendiri selalu mengalahkan kasih mereka kepada-Nya.
Pada saat Ia sungguh-sungguh memerlukan dukungan dan bantuan, mereka semua
meninggalkan Dia dan melarikan diri. Yang menyerahkan Dia ke dalam tangan lawan-
lawabNya bukanlah seorang musuh, melainkan justriu seorang yang sangat akrab
dengan Nya. Walaupun demikian, Ia tidak pudar dan tidak patah terkulai. Bahkan
dengan perantaraan murid-murid-Nya itu Ia mencapai maksud-Nya. Ia memiliki
keyakinan tidak tergoyakan bahwasanya Bapa-Nya yang telah memulai pekerjaan yang
baik akan menyelesaikanya. Tidak ada satu pun maksud-Nya yang tidak terlaksanakan.
Kita juga boleh memiliki keyakinan ini. Kita boleh percaya bahwa Allah akan
menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Catatan Alkilab dan pengalaman Krisren penuh denpan bukti-bukti yang
menyatakan bahwa kasih Allh itu tekun dan sabar. Selama bertahun-lahun Francis
Thornpson melarikan diri dari Allah sampai ia menjadi gelandangan yang tidur di antara
para penganggur di tepian Sungai Thames di London. Di situlah Kasih AIlah mengejar
dan menguasai dia.

Allah Yakub
Dalam Alkitab. tidak ada gambaran yang lebih menjelaskan kebenaran ini, yaitu
ketekunan Allah dalam menyatakan kasih-

Kedewasaan Rohani – Hal 25


Nya, daripada cara Allah mengejar Yakub dan di dalam istilah yang mengandung
pertentangan sejauh langit dari bumi, yaitu "Allah Yakub"- Allah Abraham, bapa semua
orang setia? Ya! Allah Musa, yang berbicara dengan Allah berhadapan muka seperti
orang berbicara dengan sahabatnya? Ya! Allah Daniel, yang sangat dikasihi? Ya! Allah
Yakub, penipu yang licik, serakah, dan penuh muslihat? Tidak! Seribu kali tidak! Allah
berarti mengkompromikan tabiat-Nya sendiri dengan menghubungkan nama-Nya
rlengan nama Yakub. Walaupun demikian, Ia telah berkata, "Aku mengasihi Yakub. . . .
Kota benteng kita Allah Yakub. . . . Janganlah takut, hai si cacing Yakub." Adakah yang
lebih lemah dan lebih tidak berharga daripada cacing? Namun, si cacing Yalub, Yakub
yang tidak berharga, yang menjadi bulan-bulanan kasih Allah yang terus-menerus
mengejar dia, menjadi raja di hadapan Allah dan di hadapan manusia.

Kedaulatan Pilihan-Nya
Seandainya kita sedang mencari orang untuk memimpin suatu bangsa supaya
dengan perantaraan orang itu tercapai suatu maksud yang mulia dan kudus dan di
dalam dia semua bangsa akan diberkati, maka pastilah kita tidak akan memilih Yakub.
Esau yang murah hati dan lapang dada tentu lebih memenuhi syarat untuk dipilih. Siapa
lagi selain Allah yang akan memilih orang yang patut dibenci seperti Yakub? Tidak ada
hal yang menarik di dalam diri orang yang serakah, yang mengingini milik orang lain.
dan yang licik itu - yang demikian jahatnya sehingga ia mengambil kesempatan dalam
kesempitan kakak kandungnya untuk bukan saja merampas warisannya di dunia, tetapi
juga wewenang .rohaninya. Karena Esaulah yang seharusnya menjadi pemimpin rohani
keluarganya setelah ayahnya wafat.
Untuk bersikap adil terhadap Yakub, hendaknya diingat bahwa orang tuanya pun
tidak menunjukkan kepribadian yang tinggi. "Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka
makan daging buruan" (Kej 25:28) - seorang ayah yang tidak berdisiplin, yang dikuasai
oleh selera perutnya. Ribka sayang kepada Yakub dengan kasih yang memanjakan dan
merusak. Ia mendorong dan membantu Yakub serta bersekongkol dengan dia dalam
penipuannya - seorang ibu yang tidak berbudi, yang dikuasai oleh ambisi-

Kedewasaan Rohani – Hal 26


Nya yang rendah untuk memajukan anak kesayangannya. Esau tidak suka akan
kerohanian dan dengan begitu saja melepaskan hak-hak rohaninya. Yakub sendiri licik
dari mementingkan diri sendiri. bahkan siap untuk menggarap saudara kembarnya.
Itulah keluarga yang telah dipilih Allah untuk menunjukkan kasih karunia-Nya.
Keturunan sama sekali tidak menguntungkan Yakub, tetapi Allah tidak dibatasi
oleh soal keturunan. ketika murid-murid Yesus bertanya kepada-Nya mengenai orang
yang buta sejak lahirnya, "Siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang
tuanya?" Yesus menjawab, "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, telapi karena
pekerjaan-pekeirun Allah harus dinyatakan di dalam dia" (Yoh 9:2-3). Disinilah terletak
kunci kepada pilihan Allah atas Yakub. Ia memilih cacing supaya Ia dapat mengubahnya
menjadi raja.
Perangai Yakub yang bengkok itu merupakan latar belakang yang sangat kontras
untuk menunjukkan kasih karunia Allah yang tidak ada tandingannya dan untuk
menyatakan sikap-Nya terhadap anak-anak-Nya yang paling lemah. Seandainya Allah
hanya memilih orang-orang yang kuat, yang mulia; yang pandai untuk mencapai iujuan-
Nya, maka sebagian besar orang Kristen tentu harus didiskualifikasi. Paulus
membenarkan pilihan Allah atas Yakub dalam ayat-ayat berikut:
Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu
dipanggil: menurut ukuran manusia , tidak banyak orang yang bijak,
tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang
terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk
memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang Iemah bagi
dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak
terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang
tidak berarti, dipilih Alah untuk meniadakan apa yang berarti, Supaya
jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan
Allah (1 Kor 1:26-29).
Tidak semua orang menyadari bahwa Yakub bukan seorang pemuda, melainkan
seorang dewasa yang sudah berumur tujuh

Kedewasaan Rohani – Hal 27


puluh tahun ketika ia merampas hak kesulungan Esau; atau bahwa ia mungkin sudah
berumur delapan puluh tahun ketika ia melakukan penipuan untuk memperoleh berkat
yang diperuntukkan bagi Esau. Memang. umurnya mencapai seratus empat puluh tujuh
tahun, tetapi ia sudah setengah umur sebelum kejadian-kejadian yang memalukan ini
terjadi. Ia bukanlah seorang pemuda yang tidak berpengalaman, melainkan seorang
dewasa yang pola hidupnya sudah terbentuk, orang yang sudah biasa melakukan
kecurangannya selama setengah umurnya. Para ahli ilmu jiwa akan mengatakan bahwa
pada usia setua itu, perangainya tidak mungkin dapat diubah secara drastis, tetapi Allah
tidak dibatasi oleh hukum-hukum ilmu jiwa, Ia tidak berputus asa mengenai kita,
walaupun kita sendiri sudah berputus asa. Kesabaran-Nya tidak pernah berakhir. Ia tidak
pernah kehilangan akal.

Tajamnya Penglihatan Allah


Allah memiliki sikap optimis yang dapat melihat kemungkinan-kemungkinan
tersembunyi bahkan di dalam diri orang yang sama sekali tidak mernberi harapan.
Dengan tajam Ia dapat melihat unsur-unsur ketinggian budi dan kebaikan di dalam hidup
seseorang yang sama sekali tidak memberi kesan baik. Ia adalah Allah dari orang yang
berperangai sulit. Allah dari orang yang berkepribadian menyeleweng, Allah dari orang
yarg terbuang. Hanya Allah yang dapat melihat raja yang ada di dalam pribadi Yakub. Ia
dapat memecahkan setiap persoalan kepribadian dan perangai. Apabila kita
menyerahkan hidup kita ke dalam tangan-Nya untuk pengobatan yang drastis dan
radikal, maka Ia akan memanfaatkan rahmat dan kasih karunia-Nya.
"Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau', (Mal 1:3; Rm 9:1 3) adalah satu
ayat yang membingungkan karena ayat itu seolah-olah menyatakan Allah bersifat
sewenang-wenang. Ada dua hal yang perlu kita ingat. Pertama, walaupun kedengaran
keras pada telinga kita, kata "membenci" tidak selamanya mengandung arti yang sama
seperti yang kita berikar kepada kata itu pada masa sekarang. Kedua, pernyataan yang
dibuat oleh Maleakhi dan Paulus berkenaan dengan bangsa-bangsa - bagi Israel dan
bani Edom, keturunan Yakub dan Esau. Pilihan Allah atas Yakub bukan didasarkan atas
jasa-jasa baik atau perangai yang baik

Kedewasaan Rohani – Hal 28


karena pilihan itu sudah diambil ketika mereka masih dalam kandungan (Kej 25:23).
Paulus sedang mengemukakan bahwa dalam melaksanakan kehendak-Nya yang
mutlak, Allah telah menyatakan bahwa imanlah - bukan keturunan atau perbuatan baik -
yang menjadi prinsip kekal untuk mendapat hak sebagai anak. Dalam penerapannya
kepada kedua bangsa itu, istilah "mengasihi' dan "membenci" tidak dijadikan dasar untuk
pemilihan sebagaimana kita memahami kedua macam perasaan yang bersifat subyektif
itu. Allah tidak sewenang-wenang dalam pilihan-Nya dan tidak dapat dituduh pilih kasih.
Kedua istilah yang mengandung perasaan itu lebih cenderung menyatakan fungsi dan
nasib bangsa-bangsa itu. Yang dipilih untuk menerima wahyu secara progresif dalam
sejarah bukan Edom, melainkan Yehuda.
Tetapi pernyataan ini juga mempunyai penerapan kedua yang bersifat
perseorangan. Pilihan Allah atas Yakub dan penolakan-Nya atas Esau tidak dilakukan
dengan sewenang-wenang. melainkan dengan pengertian yang dalam. Di balik
keserakahan dan kecurangan Yakub terselip keinginan dan kemampuan untuk hal-hal
yang rohani. Berkali-kali ia melawan keinginan itu. Tetapi keinginan itu tidak pernah
terhapus. Esau murah hati dan lapang dada, tetapi di balik permukaan yang menarik itu
tersembunyi kebencian akan hal-hal yang rohani. Ia lebih suka memuaskan keinginan-
keinginan tubuhnya daripada melakukan pelayanan rohani.
Di balik segala kelemahan dan kegagalan Yakub, keinginannya untuk hal-hal
yang rohani merupakan dasar bagi Allah untuk terus mengejar dia dan membinanya.
Bagi orang Kristen yang merasa tertekan oleh kegagalannya, kenyataan ini memberi
dorongan yang tidak sedikit. Manusia selalu memperhatikan yang terburuk dalam diri
sesamanya, tetapi Allah selalu mencari yang terbaik. Dengan jelas Ia melihat kerinduan
rohani yang terdalam di dalam hati dan Ia bekeda untuk menjadikan kerinduan itu suatu
kenyataan. lnilah tujuan segala hajaran yang diberikan-Nya. Allah menampakkan diri
kepada Yakub sebanyak lima kali. Pada setiap kesempatan la memperbaiki kesalahan
anak-Nya yang keras hati itu dan setiap kali memberi dia kesempatan yang baru.

Kedewasaan Rohani – Hal 29


Ketekunan-Nya dalam Mencari
Nama “Yakub" berarti perampas. Di balik kata ini terdapat arti yang menyatakan
orang yang mengejar lawan dengan hati yang tetap dan tidak mengenal kasihan, orang
yang setelah dapat mengejar musuh, membanting musuhnya itu - inilah riwayat hidup
Yakub secara singkatl Yakub menemukan lawannya yang tangguh dan akhirnya
menyerah kepada Allah yang mengasihi dan telah mengejar-ngejar dia dengan terus-
menerus tanpa mengenal lelah dan yang menundukkan dia di Yabok Seandainya Allah
tidak bertekun dilam usaha-Nya mengejar Yakub, maka Yakub tidak akan pernah
menjadi raja di hadapan Allah Pasti ia tetap saja meniadi penipu yang tidak mengasihi
dan tidak pula dikasihi orang. Tetapi dengan kasih-Nya yang limpah Allah terus-menerus
mengikuti dia dari pertemuan pertama di Betel sampai akhirnya tiga puluh tahun
kemudian, ia akhiinya dikalahkan oleh Allah di tempat yang sama. Usaha Allah mengejar
Yakub ditandai oleh empat macam krisis.
Krisis Betel yang pertama terjadi ketika Yakub mencuri berkat dari Esau. Setelah
rasa laparnya terpuaskan. Esau mulai menyadari implikasi dari tindakan tercela yang
dilakukan saudaranya terhadap dia. Ketika mengetahui bahwa saudaranya telah
melarikan diri, Esau yang naik pitam itu mulai mengejar dia. Sementara itu Yakub
bertemu dengan Allah untuk pertama kalinya. Dengan beralaskan sebuah batu sebagai
bantal, Yakub bermimpi bahwa di bumi ada didirikan "sebuah tangga yang ujungnya
sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu".
Kemudian Allah berbicara serta memberikan kepadanya janji-janji yang mutlak tentang
kemakmuran dan perlindungan, janji-janji yang sebenarnya tidak patut diterimanya,
ditambah pula dengan jaminan bahwa semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat
olehnya serta keturunannya Dengan takut Yakub berseru, "Alangkah dahsyatnya tempat
ini. Ini tidak lain dari rumah Allah . . . Lalu bernazarlah Yakub" - dan ia melupakan
nazarnya (Kej 28 17,20). Tetapi Allah tidak lupa.
Kemudian datanglah krisis Pniel. Sekarang Yakub telah berusia lebih dari seratus
tahun. Ia telah melewatkan dua puluh tahun melayani pamannya yang bernama Laban.
Kita dapat

Kedewasaan Rohani – Hal 30


menarik pelajaran dengan rnemperhatikan disiplin yang dikenakan Allah kepada Yakub
untuk mencapai tujuan-Nya. Ia mempertemukan dia dengan orang yang lebih serakah
dan lebih curang daripada dia. Sepanjang tahun-tahun itu Yakub tipu-menipu dengan
pamannya. Si penyikut disikut, si penipu tertipu. Tetapi disiplin yang keras inilah yang
akhirnya menyebatkan dia berubah sama sekali. Mungkinkah ini sebabnya mengapa
orang dihadapkan kepada keadaan rumah atau syarat-syarat kerja yang tidak
menyenangkan? Inikah sebabnya mengapa seorang pengabar Injil ditempatkan
bersama dengan rekan sekerja yang sulit? Kita selalu menginginkan keadaan yang
menyenangkan dan orang-orang yang ramah sebagai rekan sekerja atau teman
sepergaulan, tetapi Allah lebih mengutamakan pertumbuhan rohani kita daripada
kesenangan yang hanya sementara.
Sungguh membesarkan hati bahwa Allah menyertai Yakub sepanjang seluruh
pengalaman ini dan memberkatinya. Ia tidak mengizinkan Laban berbuat jahat kepada
Yakub (Kej 31:?,24,29). Demikian juga orang-orang seperti Iaban dalam kehidupan kita
tidak akan dapat berbuat jahat kepada kita. Kita patut memuji Yakub yang tidak
melarikan diri dari pencobaan ini sebelum waktu yang telah ditetapkan oleh Allah. Kita
cenderung untuk bersikap tidak sabar dalam keadaan yang sulit dan berusaha
menghindarinya. Tetapi kita akan menderita kerugian rohani apabila kita mengelakkan
disiplin ilahi. Allah akan meniadakannya apabila disiplin itu telah mencapai tujuannya.
Watak kita disempurnakan dan dikayakan oleh orang-orang dan keadaan-keadaan yang
menyulitkan dalam hidup kita.
Dalam perjalanan pulang, Yakub melihat bahwa Esau datang hendak
menjumpainya. Dengan segera ia dicekam ketakutan yang disebabkan oleh hati nurani
yang menuduh. Yakub bukannya berseru kepada Allah dan menuntut perlindungan yang
dijanjikan-Nya (Kej 28:15), malahan ia mengguhakan taktik yang bersifat duniawi.
Dengan hati-hati ia menyiapkan berbagai hadiah secara beruntun untuk mengambil hati
kakaknya. Tetapi Allah tetap mengejar-ngejar dia dengan tak jemu-jemunya. Lalu
tinggallah Yakub seorang diri. Dan seseorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar
menyingsing."
Yang memulai pergulatan itu adalah Allah, bukan Yakub,

Kedewasaan Rohani – Hal 31


tetapi Yakub mempunyai daya tahan yang luar biasa. Rupanya ia mengira bahwa ia
akan dapat melepaskan diri seperti pada kesempatan yang sudah-sudah. Tetapi
tekanan terhaalap dia terus ililancarkan. Menentang Allah yang bermaksud memberkati
adalah suatu tindakan yang sangat serius. Ketika Ia melihat bahwa Yakub tidak mau
menyerah, Ia memukul sendi pangkal paha Yakub sehingga terpelecok, dan sejak itu ia
pincang sebagai akibat pertemuan yang dahsyat itu. Ketika Yakub tidak mempunyai
tenaga lagi untuk melawan, ia memeluk Pegulat itu dan tidal membiarkan Dia pergi
sebelum ia menerima berkat. Padahal itulah yang ingin dilakukan Allah selama ini!
Sebelum berkat dapat diberikan, hidup Yakub yang didasarkan atas diri sendiri
itu harus dirobohkan terlebih dahulu. Ia harus bersedia mengakui dosa dan kenistaan
perangainya. "Siapakah namamu?" Allah bertanya. Ia menjawab, "Yakub" – perebut
kedudukan orang, pembohong, dan, penipu. Inilah pengakuan orang yang menyesali
dosanya dan pengakuan itu merupakan intisari dari suatu kehidupan yang penuh
dengan kegagalan. Ketulusan hati senantiasa merupakan prasyarat untuk menerima
berkat dan Yakub sekarang telah mengambil sikap yang benar di hadapan Allah. Bagi
dia, Pniei, "wajah Allah", berarti suatu pengakuan bahwa dosanya sangat parah dan
kesadaran bahwa ia sama sekali lemah. Dengan khidmat ia berkata, "Aku telah melihat
Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!" Di Pniel pulalah ia menerima janji
berkat yang lebih lanjut. "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab
engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang" (Kej 32:28).
la telah menang dengan cara menyerah. Allah telah berhasil mematahkan
kekerasannya. "Ia bergumul dengan malaikat dan menang; ia menangis dan memohon
belas kasihan kepada-Nya" (Hos l2:5).
Setelah Allah mengganti namanya yang lama dan aib itu, kita mengharapkan
Yakub akan dapat hidup sesuai dengan namanya yang baru. Tetapi nyatanya tidak. Ia
tetap curiga dan licik seperti sediakala. Ciri-ciri perangainya yang sudah berurat berakar
itu sukar hilang. Bahlan ciri-ciri itu telah menjerumuskan dia ke dalam krisis Sikhem yang
keji dan memalukan. Karena takut kepada Esau, Yakub tidak langsung pulang, tetapi ber

Kedewasaan Rohani – Hal 32


kemah di dekat Sikhem. Seperti juga sanaknya, Lot, yang telah melakukan kebodohan
yang sama di Sodom, ia harus membayar sangat mahal untuk ketidakpercayaannya.
Suatu tragedi menimpa seluruh keluarganya karena ia membuat rencana sendiri untuk
keluar dari kesulitan dan tidak mempercayakan dirinya kepada Allah yang telah dua kali
menampakkan diri kepadanya. Kisah selanjutnya merupakan kisah perkosaan,
pembunuhan, dan ketakutan. Melupakan suatu nazar atau menarik kembali suatu
penyerahan harus dibayar dengan mahal sekali.
Tiga puluh tahun telah berlalu sejak Allah pertama kali menangkap dia. Pasti Ia
dapat dibenarkan seandainya Ia meninggalkan saja orang yang keras kepala dan
pemberontak itu. Tetapi Allah bukan manusia. Kasih-Nya tidak berubah. Bukannya
mininggalkan Yakub, bahkan Ia mengunjunginya sekali lagi. “Bersiaplah, pergilah ke
Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan
diri kepadamu” (Kej 35:1). Inilah krisis Betel yang kedua.
Kali ini disiplin yang telah dilakukan Allah terhadap Yakub selama tiga puluh
tahun ada hasilnya. Yatub tidak berayal-ayal. Dengan segera ia mengumpulkan
keluarganya dan bergegas-gegas ke Betel. "Maka Allah menampakkan diri pula
kepadanya dan memberkati dia." Allah sungguh-sungguh kokoh dalam maksud-Nya
untuk memberkati umat-Nya. Sekali lagi Yakub mendengar kata-kata, "Namamu bukan
lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu" (Kej 35:9-10). Kali ini
Yakub hidup sesuai dengan martabat namanya yang baru dan tidak kembali kepada
kelicikan dan penipuan yang lama. Disiplin Allah telah mendatangkan hasil dan si cacing
Yakub termasuk ke dalam golongan tokoh-tokoh iman dalam Ibrani I 1. "Di mana dosa
bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.”
Tidak ada perbedaan yang hakiki antara satu orang dengan yang lainnya. Hanya
timbulnya cobaan memang berbeda. Pada waktu menghadapi serangan cobaan-cobaan
yang biasa seperti, misalnya: kecemburuan, kesombongan, ambisi, uang, atau seks,
maka kebanyakan orang biasanya mengalami kegagalan. Mereka jatuh jauh di bawah
ukuran mereka sendiri. Dosa lama yang itu-itu juga hidup kembali, menghimpun
kekuatan, dan menguasai mereka. Suatu kegagalan yang menyedihkan atau suatu
kelemah-

Kedewasaan Rohani – Hal 33


an dalam perangai menghantui mereka seumur hidup. Keputus-asaan timbul sebagai
akibat serangkaian kekalahan.
Iblis mengkhotbahkan berita putus asa. Tetapi di dalam kehidupan Yakub, Allah
mengkhotbahkan kabar baik tentang pemulihan. Hukum keturunan bukanlah hukum
yang tertinggi. Allah Yakub terutama sekali adalah Allah yang memberi kesempatan
kedua kepadla orang Kristen yang sudah berkali-kali gagal. Kesempatan kedua itu tidak
meniadakan akibat-akibat kegagalan yang lama, tetapi kegagalan sekalipun dapat
dijadikan batu loncatan kepada kemenangan-kemenangan baru. Bagi anak Allah,
kegagalan dapai mempunyai nilai pendidikan yang tinggi, Allah tidak menyia-nyiakan
bahkan kegagalan sekalipun.
Pelajaran yang menonjol dalam hidup Yakub ialah bahwa tidak ada kegagalan
yang bersifat tetap. Dengan Allah Yakub selalu ada harapan bagi setiap sifat atau setiap
perangai. Tidak ada kekalahan masa lalu yang menutup kemungkinan kemenangan
masa depan. Apabila Allah telah menyelamatkan dan menangkap seseorang, maka Ia
mengejarnya terus-menerus dengan ketekunan yang tidak mengenal jemu agar Ia dapat
memberkatinya. Petobat-petobat yang telah mengalami kegagalan tidak disingkirkan dari
pelayanan dalam Kerajaan-Nya. Seandainya Allah melepaskan Petrus karena
kegagalamya, maka tidak akan ada pengkhotbah yang besar pada hari Pentakosta.
Allah mengadakan serangan balasan terhadap si Iblis dengan menciptakan bidang
pelayanan yang lebih luas lagi dari kegagalan-kegagalan kita.

Kedewasaan Rohani – Hal 34


-----------------------------------------------------------------------------------------------
DISIPLIN ALLAH YANG DISKRIMINATIF
4
-----------------------------------------------------------------------------------------------
"Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan
menyisir tanahnya untuk menabur ?” – Yes 28 : 24.

Pembacaan Alkitab: Yesaya 28 : 23 - 29

BIARLAH DIA MEMBAJAK, Ia bermaksud memberikan panen. Inilah reaksi Samuel


Rutherford terhadap hajaran-hajaran yang dialaminya. Reaksinya menunjukkan
wawasan sejati tentang disiplin ilahi dan sikap yang diperhitungkan untuk menarik
manfaat sebanyak-banyaknya dari disiplin itu. Disiplin kehidupan mungkin menyedihkan,
tetapi tidak pernah tanpa tujuan. "Memang tiap'tiap ganjaran pada waktu ia diberikan
tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah
kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya" (Ibr 12:11).
Apabila kita menginginkan panen, kita harus mau menerima disiplin.
Ayat-ayat Alkitab yang sedang kita bahas merupakan bagian dari salah satu
nubuat Yesaya yang terbesar. "Bagian ini bercirikan keanekaragaman gaya yang
menempatkan penulisnya di bagian depan dari barisan nabi-nabi Ibrani. Di dalamnya
terdapat analisa kepribadian yang sangat dalam, pertentangan yang realistis antara
dosa dan penghukuman, teguran dan sindiran yang mengena, rentetan hardikan dan
penghukuman - tetapi yang merupakan persoalan pokok adalah arus argumentasi yang
tenang yang diselingi dengan perumpamaan yang manis" (G.A. Smith). "Perumpamaan
yang manis" ini menggunakan cara-cara petani untuk menggambarkan cara-cara Allah
memperlakukan bangsa-bangsa dan juga jemaat serta anggota-anggotanya masing-
masing.
Yesaya menonjolkan sifat-sifat Allah yang membuat Dia

Kedewasaan Rohani – Hal 35


bertindak tegas dalam perlakuan-Nya terhadap manusia. "Ia telah diajari, diberi petunjuk
oleh Allahnya" (ayat 26). "Tuhan semesta alam . . . ajaib dalam keputusan dan agung
dalam kebijaksanaan" (ayat 29). Di dalam kehidupan manusia Ia tidak hanya mencoba-
coba. Ia tidak dipengaruhi oleh kesewenang-wenangan ataupun oleh prasangka. Setiap
kegiatan diatur dengan kebijaksanaan yang tertinggi dan dilaksanakan di dalam kasih
yang terdalam. Seluruh kegiatan itu ditandai dengan pengertian yang mendalam dan
diskriminasi yang halus. Cara-cara yang dipakai selalu merupakan cara-cara untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila diterima dengan benar, maka dijamin akan
mendatangkan panen yang berlimpah.
Ketrampilan si petani, penilaiannya yang saksama dalam ketiga proses pertanian
- membajak, menabur, menuai - hanya sekadar gambaran tentang ketrampilan dan
kebijaksanaan Allah yang mengajar dia. Apabila petani menunjukkan pengertian yang
sedalam itu dan melaksanakan pengawasan yang seteliti itu atas tanam-tanamannya,
demikianlah argumentasi Yesaya, apakah Allah yang menasihati si petani akan berbuat
lebih kurang daripada itu dalam tugas yang jauh lebih rumit, yaitu menghasilkan panen
dari hidup kita?

Dikriminasi Disiplin-Nya
Walaupun Petani Sugawi membiarkan bajak dan garu kesedihan atau
penderitaan merobek-robek hidup anak-anak-Nya, bajak dan garu itu selalu dikendalikan
dan dikuasai oleh tangan yang benar-benar trampil. Ia selalu ingat akan tujuan-Nya yang
utama, yaitu menghasilkan panen. Tiga proses utama dalam pertanian dipakai oleh
Yesaya untuk menggambarkan kebijaksanaan yang dijalankan Allah dalam Ia melatih
watak dan membina roh manusia.
Kalau kita memandang kegiatan membajak, menabur, dan mengirik sebagai
perumpamaan untuk disiplin kehidupan, maka ada tiga kebenaran yang kita dapat
peroleh.
Allah memperhatikan lamanya disiplin itu berlangsung. "Setiap harikah orang
membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur?" (ayaf 24J. Tentu saja
tidak. "Mengenai adat kebiasaan ia telah diajari, diberi petunjuk oleh Allahnya"

Kedewasaan Rohani – Hal 36


(ayal 26). Membajak hanyalah jalan untuk mencapai tujuan. Apabila tujuan telah dicapai,
maka la pun berhenti hembajak. Di dalam sejarah bangsa Israel kita dapai melihat
perhatian Allah. Selama 430 tahun bajak kekuasaan Mesir memecahkan tanah keras
bangsa Ibrani, yang merupakan gurun tandus yang tidak memberikan harapan, tetapi
Allah melihat adanya kemungkinan panen yang berlimpah-limpah. Tanpa pembajakan
tidak mungkin ada panen. Segra setelah disiplin berupa cimeti mandor Mesir mencapai
tujuannya, maka cemeti itu ditiadakan. Tidak satu hari pun Ia membiarkan umat-Nya
menderita di bawah tekanan tuan mereka lebih daripada yang perlu untuk mencapai
tujuan-Nya. Segera setelah mereka siap untuk mendapat penyelamatan, Ia menuntun
mereka ke dalam perhentian, kelimpahan, dan kemenangan Kanaan. Tetapi hanya
disiplin yang keras sajalah yang dapat melepaskan mereka dari Mesir.
Seorang petani yang cakap mengadakan pembedaan antara berbagai macam
tanah. Tanah yang lepas dan berpasir memerlukan pembajakan yang ringan dalam
waktu yang tidak lama. Tanah yang liat memerlukan pengolahan yang sama sekali lain
kalau tanah itu diharapkan akan memberikan hasil. Tanah itu harus dibiarkan kena
teriknya matahari sehingga benar-benar kering. Bajak harus menembus lapisan tanah
sedalam mungkin. Tanah itu harus digaru berkali-kali supaya menjadi gembur dan benih
yang berharga dapat bersemi dan tumbuh menjadi tanaman. Petani itu memperhatikan
lamanya pembajakan yang harus dilakukan. Ia tidak terus-menerus membajak dan
menggaru tanahnya. Ia mengolah setiap jenis tanah menurut keperluannya masing-
masing. Bukankah ini merupakan gambaran tentang berbagi pengalaman dalam hidup:
penderitaan, kesedihan, dan pencobaan? Petani Surgawi dapat dipercaya dalam
menetapkan saat dan jangka waktu disiplin yang dibolehkan oleh kasih-Nva. Di dalam
Tangan-Nya kita aman.
Disiplin selalu ,merupakan persiapan untuk suatu berkat dan mau tidak mau akan
mendatangkan berkat apabila diterima dengan benar. Di sinilah letak tanggung jawab
kita. Makanan yang tidak dicernakan merupakan kutuk, bukan berkat. Disiplin yang tidak
diterima dengan benar akan memasamkan tabiat, bukan memaniskan. Pada waktu
hajaran diberikan, bersikap menentang

Kedewasaan Rohani – Hal 37


dan bertanya "Mengapa?" sama saja dengan menuduh Allah yang Mahabijaksana dan
Mahakasih telah berbuat sewenang-wenang. Ia merenggut hati bukan sekadar untuk
memperlihatkan kuasa dan kedaulatan-Nya, melainkan untuk menyiapkan kita agar
berbuah lebih ,banyak lagl. Ia membersihkan sitiap ranting yang tidak mengeluarkan
buah agar mendatangkan hasil. Disiplin mempunyai tujuan. Bagaimana reaksi kita
terhadap bajak Allah? Apakah bajak itu melunakkan, menundukkan, dan menyucikan
kita? Atau apakah bajak itu malahan mengeraskan dan menambah perlawanan kita
terhadap kehendak-Nya? Apakah bajak itu memaniskan atau memasamkan kita?
Reaksi kita terhadap masalah keluarga dan keuangan, terhadap penderitaan dan
kekecewaan, terhadap kandasnya cita-cita dan putusnya harapan, penting sekali.
Apabila kita menyerah karena merasa bahwa perlawanan akan sia-sia, itu lebih baik
daripada pemberontakan yatg terus-menerus. Jika kita pasrah kepada Allah, walaupun
tanpa sukacita, maka kita berdiri ditempat yang lebih tinggi. Tetapi jika ketetapan-
ketetapan Allah yang tidak dapat dimengerti itu kita terima dengan nyanyian pujian,
maka Allah dimuliakan dan kita diberkati. padi waktu Samuel Rutherford meringkuk di
penjara Aberdeen, ia biasa menuliskan di atas kertas suratnya, "Istana Allah, Aberdeen.”
Madame Guyon, seorang wanita Perancis yang berpendidikan, dipenjarakan dari
tahun 1695 sampai 1705 karena imannya. Bukannya menangisi nasibnya, malahan ia
menerima kehendak Allah sebagai bagiannya. "sementara saya dipenjarakan di
Vincennes," ia menulis, "saya melewatkan waktu saya dalam damai sejahtera. Saya
menyanyikan lagu-lagu sukacita dan pembantu yang melayani saya menghafal lagu-lagu
itu secepat ssya membuatnya. Bersama-sama kami bernyanyi, 'puji kepada-Mu, ya
Allahku.” Batu-batu tembok penjara gemerlapan bagaikan permata dalam pandangan
mata saya. Hati saya penuh dengan sutacita yang diberikan-Nya kepada orang-orang
yang mengasihi Dia di tengah-tengah penderitaan mereka.” Di penjara ltulah iamenulis
salah satu nyanyian pujiannya yang terbaik.
Ayub mengalami penderitaan dalam hidupnya, tetapi reaksinya membungkam
musuh yang bermaksud melawan Allah dengan kegagalannya. Iblis tidak punya jawaban
terhadap per-

Kedewasaan Rohani – Hal 38


nyataan Ayub yang agung, “Tuhan yang memberid, Tuhan yang mengambil, terpujilah
nama Tuhan!” (Ayb 1:21). Kepercayaan Allah kepada Ayub tidak sia-sia dan terbukti
dengan jelas sekali.
“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan
kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami. Sebab
kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang
kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal" (2 Kor 4:17-
18). Kita baru dapat menafsirkan dengan tepat pengalaman hajaran dalam hidup bila
kita mengalihkan pandangan kita dari yang ada di depan mata dan mengarahkannya
pada tujuan terakhir.
Ia hati-hati dalam memilih bentuk disiplin. “Bukankah setelah meratakan
tanahnya, ia menyerakkan jintan hitam dan menebarkan jintan putih, menaruh gandum
jawawut dan jelai kehitam-hitaman dan sekoi di pinggirnya? Mengenai adat kebiasaan ia
telah diajari, diberi petunjuk oleh Allahnya', (Yes 28:25-26). Petani yang bijaksana
mengadakan pemilihan yang sangat teliti, baik dalam penilaian benih-benihnya, maupun
dalam penentuan keadaan mereka. Ia tidak serampangan dalam cara kerjanya. Benih
yang lebih berharga diberi tempat yang paling baik. Benih yang tidak begitu berharga
dapat mengisi sudui-sudut yang tidak terpakai. Jintan putih dan jintan hitam adalah
benih-benih kecil yang dipakai sebagai bumbu dan karena itu agak kurang penting bila
dibandingkan dengan gandum jawawut dan jelai yang merupakan bahan pokok. Si
petani selalu memperhitungkan apa yang paling menguntungkan dan bagaimana ia
dapat memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dari tanahnya.
Begitu juga halnya dengan Tuhan. Ia tak pernah menyia-nyiakan hajaran-Nya. Ia
tahu yang mana akan menghasilkan tuaian yang berkelimpahan. Masing-masing dipilih
dengan teliti oleh kebijaksanaan yang tak terbatas. Ia memandang hidup kita sebagai
kebun bibit bagi kekekalan dan memperhatikan bukan saja benihnya, tetapi juga
tanahnya. Cara dan saat dari tindakan-tindakan perbaikan-Nya cermat sekali. Da yang
mengajar sipetani tidak kurang kebijaksanaan-Nya dalam memelihara hati manusia.
Pemilhan-Nya tidak dapat meleset, apakah itu penangguhan atau penyangkalan,
penahanan, atau pinarikan kem-

Kedewasaan Rohani – Hal 39


bali, kemakmuran atau kemalangan, sukacita atau derita. Ia selalu mementingkan hasil
tuaian.
Apakah kita kurang bijaksana daripada si petani dalam menetapkan nilai-nilai
relatif dan dalam menentukan prioritas-prioritas? Sebenarnya dalam hal itulah letaknya
sukses, baik jasmani maupun rohani. Kita menuai apa yang kita tabur. Bila tanah
kehidupan kita ditaburi hal-hal yang tak berguna atau hal-hal kedagingan, mereka akan
mendatangkan hasil menurut jenis mereka masing-masing. Di lain pihak, bilamana kita
menabur yang utama dan yang rohani, maka kita akan memperoleh tuaian
berkelimpahan dari kekudusan dan sukacita.
Ia hati-hati dalam menentukan beratnya disiplin. “Sebab jintan hitam tidak diirik
dengan eretan pengirik, dan roda gerobak tidak dipakai untuk menggiling jintan putih.
tetapi jintan hitam dirik dengan memukul-mukulnya dengan galah, dan jintan putih
dengan tongkat. Apakah orang waktu mengirik memukul gandum sampai hancur?
Sungguh tidak, orang tidak terus-menerus memukulnya sampai hancur! Dan sekalipun
orang menjalankan di atas gandum itu jentera gerobak dengan kudanya, namun orang
tidak akan menggilingnya sampai hancur. Dan ini pun datangnya dari Tuhan semesta
alam; la ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan" (Yes 28:27-29). Si
petani menaruh perhatian atas sifat benih maupun nilainya dan cara pemukulannya
disesuaikan dengan itu. Memperlakukan masing-masing benih dengan cara yang sama
akan merusak beberapa benih demikian sehingga tidak dapat,diperbaiki lagi, atau
membiarkan benih lain tak terkupas dari sekamnya. Ia harus menggunakan jumlah
waktu yang tepat untuk mencapai tujuan. Pukulan perlahan-lahan dengan tongkat sudah
cukup untuk jintan hitam, tetapi gandum jawawut memerlukan alat pemukul yang berat.
Kecerdasannya dan pengalamamya mencegah si petani menggunakan cara pemukulan
yang berkelebihan. Begitu benih terpisah dari sekam yang menghalang-halanginya,
proses pemukulan itu dihentikan.
Allah menggunakan kebijaksanaan yang sama dalam cara yang dipilih untuk
menghasilkan tuaian dalam kehidupan anak-anak-Nya. Ia tidak akan memakai alat
pemukul yang berat jika tongkat yang ringan sudah cukup untuk mencapai tujuan-Nya.
Tujuan-Nya bukan menghancurkan atau membinasakan biji, melainkan

Kedewasaan Rohani – Hal 40


memurnikan dan mengawetkannya. Bila Ia memberi penderitaan, itu hanya karena tidak
ada jalan lain yang akan memberikan hasil. Ia tidak menggunakan lebih banyak
kekuatarn atau lebih banyak waktu daripada seperlunya. Kesuburanlah yang menjadi
tujuan terakhir dari hajaran. Kerohanian yang benar menyambut baik kesengsaraan
bilamana itu menghasilkan tuaian yang lebih besar bagi Allah. "Aku bermegah dalam
kesengsaraan," kata Paulus, dan ia benar-benar tahu apa yang dikatakannya. Tidak
pernah ada orang yang wataknya lebih peka daripada dia, tetapi jarang ada orang yang
merasai tongkat hajaran Iebih banyak daripada dia.

Tujuan Hajaran Allah


Tak habis-habisnya keanekawarnaan tindakan Allah dalam sifat dan caranya.
Tidak ada dua orang yang diperlakukan sama oleh-Nya. Ia mengaku kekhasan suatu
kepribadian, dan ini tercermin dalam cara penghajaran-Nya. Tindakan Tuhan
mempunyai tiga macam tujuan.
Secara pibadi - untuk mengembangan jiwa. Kepribadian kita jauh lebih penting
daripada perbuatan kita. Allah menaruh perhatian besar atas perkembangan watak yang
seperti Kristus. Ia bertujuan agar setiap orang Kristen hendaknya "menjadi serupa
dengan gambaran Anak-Nya". Bahkan pengalaman Anak-Nya sebagai manusia yang
diperlukan bagi jabatan-Nya sebagai Imam Besar hanya dapat dimatangkan melalui
penderitaan. Tidak ada jalan lain. Apabila disiplin tidak dikenakan, atau dilalaikan, maka
tidak akal ada tuaian kekudusan pribadi dan keserupaan dengan gambaran Kristus.
Dalam Alkitab kita dapat baca bahwa apabila Tuhan dalam kasih karunia-Nya
melimpahkan kebaikan-Nya kepada umat-Nya, jawaban mereka bukannya terima kasih,
melainkan pemberontakan. "Dibuat-Nya dia berkendaraan mengatasi bukit-bukit di bumi,
dan memakan hasil dari ladang; dibuat-Nya dia mengisap madu dari bukit batu, dan
minyak dari gunung batu yang keras, dadih dari lembu sapi dan susu kambing domba.
dengan lemak anak-anak domba; . . . dengan gandum yang terbaik; ... Lalu menjadi
gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang" (Ul 32:23-15).
Watak kerap kali berkembang secara tidak merata. "Efraim

Kedewasaan Rohani – Hal 41


telah menjadi roti bundar yang tidak dibalik,” kata Hosea: roti yang sebelah matang dan
sebelahnya lagi masih mentah. Allah tidak puas dengan pengudusan sebagian-
sebagian. dengan orang-orang Kristen yang berkembang berkelebihan dalam beberapa
segi, tetapi kurang dalam lain hal. Untuk memperbaiki ketidaik-rataan itulah Ia
menggunakan api pencobaa terhadap segi watak kita yang kuang berkembang.
Terhadap orang lain - untuk memberikan makanan bagi mereka. Apakah orang
waktu mengirik memukul gandum sampai hancur? Pasti tidak. Orang tidak terus-
menerus memukul gandum sampai hancur. Si petani tak perlu menghancurkan gandum
itu dengan kayu pemukul yang berat. Gandum yang belum terkupas tidak berguna bagi
konsumsi manusia dan tujuan memukul adalah memnisahkan gandum dari sekamnya
sehingga gandum itu siap dipakai untuk konsumsi. Pada waktu pengirikan, gandum
mengalami proses pemecahan kulit penggilingan.
Tuhan kita “diremukkan oleh karena kejahatan kita., supaya Ia menjadi bagi kita
Roti Hidup untuk memelihara hidup kita. Seorang murid tidak lebih daripada-gurunya,
atau seorang hamba daripada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid sama seperti
gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya" (Mat 10:24,25).
Bila demikian, ta tidak perlu heran bahwa peremukan adalah biaya suatu pelayanan
rohani.
Tujuan terakhir – mempersiapkan diri ke surga. Hidup ini hanya taman kanak-
kanak bagisurga, dan Tuhan menghendaki supaya kita menguasai pelajaran rohani
tingkat pertama. Kita harus belajar bahwa di mana tidak ada salib, disitu tidak ada
mahkota. Bilamana kuk tidak dipikul, maka ketenangannya pun tidak dinikmati. Tetapi
kita ini pelajar-pelajar yang lambat dan pelajannya sering harus diulang berkali-kali.
"Kita tidak lagi merasa begitu heran akan perhatian yang diberikan Allah kepada
watak manusia," tulis Alexander Whyte,“ dan biaya yang dikeluarkan oleh-Nya, bilamana
kita pikir bahwa hanya pekerjaan tangan-Nya yang akan bertahan selama-lamanya.
Memang wajar bahwa yang fana harus melayani yang kekal, dan waktu yang sementara
melayani ‘kekekalan’ berikut smua yang ada di dunia ini yang akan tetap bertahan
setelah bumi ini lenyap;

Kedewasaan Rohani – Hal 42


semua yang kita miliki atau kita kejar akan lenyap dan binasa, watak moral kita saja
yang akan berjalan. Kekayaan, kehormatan, harta, kesenangan segala jenis; pada satu
hari maut akan merampas dengan satu pukulan tangan yang merusak sampai tertinggal
hanya kain kafan dan peti mati dari semua benda yang kita kejar-kejar untuk
memilikinya.”

Kedewasaan Rohani – Hal 43


-----------------------------------------------------------------------------------------------
KEKUATAN ALLAH YANC DISEMPURNAKAN
5
-----------------------------------------------------------------------------------------------
"Dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”
– 1 Kor 12:9.

Pembacaan Alkitab : I Korintus 1 : 25 – 2:5 ; II Korintus 12 : 7-10

ADA PERBEDAAN YANG MENARIK antara pikiran Ailah dan pikiran manusia mengenai
kelemahan dan ketidakmampuan. Kita benderung untuk memandang ini sebagai dalih
yang dapat membenarkan kita untuk menghindari suatu tugas yang sukar. Allah
mengemukakan justru sifat-sifat ini sebagai alasan untuk mengatasinya. Kita
menyatakan bahwa kita terlalu lemah. Tetapi Allah justru menyatakan kelemahan ltu
sebagai alasan sebenarnya mengapa Ia memilih kita. Bukannya yang bijak dan
berkuasa dan mulia yang mengisi barisan terdepan dari bala tentara Allah, melainkan
yang bodoh, yang lemah, yang tak dipandang, yang tak berarti. Mengapa? Supaya tidak
ada manusia ying menyombongkan diri di hadapan Allah, dan supaya kekuatan-Nya
disempurnakan dalanm kelemahan kita. “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana
keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang
yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipiliih Allah untuk memalukan orang-oran yang
berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang
kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa
yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti’ (l Kor 1:26-28).

Kedewasaan Rohani – Hal 44


Suatu Prinsip Rohani
Ada satu prinsip rohani penting yang harus dikuasai oleh semua orang yang ingin
bekerja bagi Allah dengan sebaik-baiknya. Allah tidak terbatas pada orang-orang yang
berbakat besar dan luar biasa pandainya untuk memenuhi maksud-Nya. Sesungguhnya,
Ia dapat memakai mereka hanya apabila mereka mau melepaskan ketergantungan
mereka pada kemampuan lahiriah belaka. Sepanjang sejarah, Allah telah memilih dan
menggunakan orang-orang yang tak berarti, karena ketergantungan mereka yang luar
biasa kepada Allah memberi kesempatan kepada Dia untuk menyatakan kuasa-Nya
secara khusus. Bilamana mereka puas menjadi sesuatu yang tak berarti, maka Allah
dapat menjadi segala-galanya. Ia menilih dan memakai orang-orang yang sangat
berbakat, hanya apabila mereka menyangkal ketergantungan nereka pada kemampuan
dan sumber-sumber mereka sendiri.
Paulus tidak menyatakan dalam ayat-ayat di atas bahwa Allah berusaha sebaik-
baiknya dengan bahan jelek yang tersedia pada-Nya. Ia dengan sengaja memilih
mereka dan melewatkan orang-orang yang pandai, yang berkuasa, dan yang mulia –
yang tidak mau menyangkal bukan bakat-bakat dan kecakapan-kecakapan mereka,
melainkan ketergantungan mereka pada hal-hal ini dalam mencapai tujuan rohani. Ini
sungguh suatu pikiran yang menantang dan revolusioner - Allah memakai kita, bukan
sekalipun kita lemah dan tidak mampu, melainkan justru karena kita Iemah dan tidak
mampu. la tidak mau memakai bakat-bakat kita yang menonjol dan kecakapan-
kecakapan yang luar biasa sebelum kita dilepaskan dari ketergantungan pada bakat dan
sifat itu. Kelemahan manusia memberikan latar belakang terindah untuk menyatakan
kuasa ilahi.
Penekanan yang berlebihan atas bakat-bakat dan kecakapan-kecakapan telah
menutup pintu di bidang pengabaran Injil bagi banyak pengabar Injil yang
berkemampuan hebat. L.T. Lyall menulis: "Mereka akan menawarkan pelayanan mereka
kepada yayasan penginjilan mana saja yang akan menjamin penggunaan sepenuhnya
dari kepandaian mereka. Ini perlu untuk memuaskan keluarga dan kawan-kawan mereka
bahwa kerja keras yang begitu lama sampai tercapai keahlian itu tidak akan sama sekali
terbuang. Pasti Allah membiarkan mereka mendapat didikan ini

Kedewasaan Rohani – Hal 45


supaya dipakai. Abraham tidak mengemukakan syarat-syarat seperli itu. Paulus pun
tidak. Demikian juga halnya dengan –para utusan Injil terkemuka yang hidup antara
jaman mereka dan jaman kita. Kebanyakan dari mereka membiarkan talenta mereka
jatuh ke dalam tanah dan mati, tetapi mereka menjadi utusan Injil yang berbuah. Tuhan
menuntut pemuridan yang tak bersyarat. Seorang Krislen berada di bawa perintah. Ia tak
boleh minta untuk melihat jalan sebelum ia menempuhnya. Tugas kita adalah menaati
Tuhan kita yang mahatahu dan membiarkan dia menugaskan kita di tempat yang
menurut pandangan-Nya kecakapan kita dapat dipakai dengan cara yang paling
strategis. Sikap yang sekarang lazim untuk memperoleh jaminan bahwa kecakapan
seseorang akan dapat penyaluran yang memadai mungkin merupakan bukti tidak
adanya penyerahan penuh kepada Kristus sebagai Tuhan. Jika kita percaya bahwa
Allah telah memberi kita suatu pelayanan khusus untuk melatih kita, tidak dapatkah kita
mempercayakan diri kepada Dia walaupun seolah-olah la mengesampingkan bakat-
bakat kita untuk sementara atau bahkan untuk selanma-lamanya?”
"Dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna,” adalah pesan Allah kepada
Paulus. “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat," adalah kesaksian paulus (2 Kor
12:9,10). Tentang pahlawan-pahlawan Allah telah tercatat bahwa mereka “telah beroleh
kekuatan dalam kelemaha” (Ibr 11:34).
William Wilberforce. reformator besar yang bertanggung jawab atas pembebasan
budak belian dalam Kerajaan lnggris ;adalah orang yang kecil dan lemah sehingga angin
besar pun dapat meniupnya jatuh. Tetapi pada suatu ketika Boswell mendengar dia
bicara di hadapan umum untuk membela tujuannya yang agung dan ia mengatakan
sesudahnya, “Aku melihat apa yang kelihatannya bagiku seekor udang yang naik meja.
tetapi waktu aku mendengarkan. ia menjadi besar sampai udang itu menjadi ikan paus.”
''Suatu penemuan yang mengharukan,” tulis J.S. Stewart "adalah bahwa Allah
selalu membangun Kerajaan-Nya justru atas kelemahan dan kehinaan manusia, bukan
atas kekuatan dan keyakinan manusia dan Ia tidak saja dapat menggunakan kita
sekalipun kita orang biasa dan tak berdaya dengan kelemahan yang

Kedewasaan Rohani – Hal 46


menjadikan kita tak berguna, melainlan justru karena kelemahan-kelemahan itu ... Tidak
ada suatu apa pun yang dapat mengalahkan suatu jemaat atau jiwa yang mengambil,
bukan kekuatannya melainkan kelemahannya, dan mempersembahkan kelemahannya
itu kepada Allah sebagai senjata-Nya. Itulah cara Francis Xavier, WilIiam Carey, dan
Rasul Paulus. Tuhan, inilah kelemahanku sebagai manusia. Aku menyerahkannya
kepada-Mu bagi kemuliaan-Mu'. Inilah strategi yang tak dapat dibantah. Inilah
kemenangan yang mengalahkan dunia.”

Frinsip yang Dijelaskan


Kesulitan kita bukan bahwa kita terlalu lemah; Melainkan bahwa kita ini terlalu kuat untuk
Tuhan. Raja Uzia telah “ditolong dengan ajaib sehingga menjadi kuat. Setelah ia menjadi
kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak" (2 Taw 26:15,26).
Yakub menjadi seorang pangeran yang mempunyai kuasa dengan Tuhan dan manusia
hanya setelah otot kekuatannya lumpuh karena sentuhan penentang llahi. Walaupun
nampaknya seolah-olah bertentangan, namun “orang-orang lumpuh akan menjarah
jarahan" (Yes 33:23). Bagi Allah rintangan-rintangan kita merupakan bantuan dan
kesempatan kita yang paling parah memberi Dia kesempatan yang terbaik.
Dwight L. Moody tidak pernah mendapat pendidikan sekolah. Surat-suratnya
yang banyak di antaranya masih tersimpan penuh dengan kesalahan tata bahasa.
Bentuk tubuhnya tidak terlalu mengesankan. Suaranya bernada tinggi dan sengau.
Tetapi rintangan-rintangan ini tidak menghalang-halangi Allah memakainya untuk
menggoncangkan dua benua. Seorang wartawan diutus oleh surat kabarnya untuk
menulis tentang kampanye pengabaran Injil yang diselenggarakan oleh Moody di Inggris
dan untuk mencari tahu apa gerangan rahasianya sehingga ia memiliki kuasa untuk
membawa begitu banyalk orang kepada Kristus. baik dari golongan bangsawan maupun
dari golongan rakyar jelata. Setelah mengadakan pengamatan yang saksama. ia
melaporkan: “Saya tidak dapat melihat suatu apa pun dalam diri Moody yang dapat
menjelaskan pekerjaannya yang mengagumkan ltu.” Pada waktu Moody membaca
laporan itu, ia tertawa kecil. “Justru itulah rahasia kebangunan rohani yang telah terjadi.
Kuasa Allah telah

Kedewasaan Rohani – Hal 47


bekerja di dalamnya. Pekerjaan itu pekerjaan AIah, bukan pekerjaan saya."
Tetapi Allah tidak membatasi diri pada orang-orang seperti Moody dan Carey di
dunia ini. Pikirkan bagaimana Ia memakai Rasul Paulus. Ia tergolong orang-orang yang
bijaksana, yang berkuasa, yang agung. Ia memiliki segala-galanya – daya pikir,
kegairahan emosi, logika yang tak dapat dilawan, semangat yang tak kunjung padam.
Tetapi ia tidak mengandalkan hal-hal itu "Demikian pula aku, ketika aku datang
kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau
dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah
memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu
Dia yang disalibkan. Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan
takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan
kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh! (1 Kor
2:1-4). la memiliki segala sesuatu. tetapi menyangkal ketergantungan pada bakat-
bakatnya dan didikan yang luar biasa". la menaruh kepercayaannya hanya pada Allah
yang mampu.
Musa pun merupakan gambaran prinsip ini. Sebagai seorang pangeran muda
yang berpendidikan tinggi ia merasa puas dengan dirinya sendiri dan seorang diri
mencoba melepaskan bangsanya yang tertindas. Telapi ia belum dilengkapi untuk
melaksanakan maksud Allah. Ia dibuang dari Mesir untuk suatu pelajaran, selama empat
puluh tahun di padang gurun. la benar-benar memahami perajaran sulit mengenai
kelemahan manusia sehingga ia menarik diri dari panggilan Allah pada saat panggilan
itu disampaikan kepadanya. Ia.mengajukan tujuh alasan mengapa ia tidak layak
melakukan kehendak Allah, semuanya berdasarkan kelemahan, dan
ketidakmampuannya.
Daftar ketidakmampuannya mencakup kekurang mampuan (KeJ 3:11),
kekurangan berita (3:13), kekurangan kewibawaaan (4:l), kekurangan kepandaian bicara
(4:10), kekurangan penyesuaian khusus (4: 13), kekurangan keberhasilan sebelumnya
(5:23), dan kekurangan penerimaan sebelumnya (6: 12). Suatu daftar yang lebih lengkap
tentang ketidakmampuannya akan sulit untuk dibayangkan. Tetapi hati yang
kelihatannya rendah dan

Kedewasaan Rohani – Hal 48


segan bukannya menyenangkan Allah melainkan membangkitkan murka-Nya. "Maka
bangkitlah murka Tuhan terhadap Musa" (4:14). Sesungguhnya, alasan-alasan yang
dikemukakan Musa untuk memperlihatkam ketidakmampuannya adalah justru alasan-
alasan untuk dipilihnya Musa oleh Allah uintuk tugasnya itu. Setelah dikosongkan dari
kepercayaan dan ketergantungan akan diri sendiri, Musa akan bersandar kepada
Allahnya.
Untuk tiap-tiap ketidakmampuannya, Allah mempunyai jawaban yang
memuaskan dan penyediaan yang tepat. Hal yang dilupakan ialah bahwa panggilan
Allah selalu menjamin perlengkapan Allah untuk tugas itu. Kelemahannya menjadi
senjata Allah pada saat Musa dikembalikan pada sumber-sumber Allah yang tak
terbatas. Ucapan: "Siapakah yang sanggup melakukan semua ini?" hanya merupakan
keputusasaan dari ketidakpercayaan. Sambutan iman yang bersukacita adalah:
“Kesanggupan kami dalah pekerjaan Allah" (2 Kor 3:5).
Kisah kemenangan yang dicapai oleh Gideon dengan tiga ratus prajuritnya
menggambarkan prinsip ini dari suatu segi yang lain. Dalam sambutannya terhadap
panggilan ilahi, Gideon merupakan contoh yang baik sekali tentang ketidakmampuan
yang disadari. "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel?
Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun
seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku" (Hak 6:15). Tetapi dikuatkan oleh
janji kemenangan dan tanda-tanda peneguhan, ia menyambut baik panggilannya.
Sejumlah 32.000 pengikut yang berkumpul pada pihaknya kelihatannya jauh dari
memadai menghadapi 135.000 orang Midian, tetapi mereka "terlalu banyak" bagi Allah
(7:2). Ujian keberanian menyisihkan 22.000, tetapi 10.000 yang sisa juga masih terlalu
banyak" (7:4). Ini disaring lagi dengan ujian minum, yang hanya dapat dilalui oleh 300
orang yang bersemangat dan berdisiplin. Pasukan Gideon sekarang menghadapi musuh
dengan perbandingan 1 lawan 450. Bukannya mempersenjatai mereka dengan senjata
yang paling ampuh, malahan Alllah memerintahkan supaya senjata mereka berupa
kendi rapuh, obor yang menyala, dan sangkakala besar. Pernahkah siasat militer
nampak lebih janggal daripada ini? Namun, umat pilihan Allah yang setia itu mendapat
kemenangan. “Seluruh tentara musuh

Kedewasaan Rohani – Hal 49


menjadi kacau balau, berteriak-teriak dan melarikan diri” (7:2l). Jumlah prajurit dan
perlengkapan yang tak memadai lebih dari diimbangi oleh kemahakuasaan Allah.
Kelemahan pasukan Gideon menjadi senjata bagi Allah untuk mencapai kemenangan.
Apakah sebabnya Gideon yang tak berdaya itu tidak diberi kesempatan untuk
menggunakan sumber-sumber manusia? "Jangan-jangan orang Israel memegah-
megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan
aku" (7:2), suatu alasan yang sama dengan alasan Paulus: "Supaya jangan ada seorang
manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah" (1 Kor I :29).
"Inilah srategi Allah ... bahwa dunia harus tahu bahwa kekistenan - semua
kemenangan iman dalam kehidupan orang-orang perseorangan dan kemajuan serta
tanggung jawab Gereja - tidak dihasilkan oleh sesuatu yang ada di dalam diri manusia,
suatu kebijakan manusia, keberanian. kemampuan (karena orang-orang yang
bersangkutan tidak berkemampuan untuk mencapai hasil seperti itu). Karena itu satu-
satunya penjelasan yang mungkin pastilah bersifat supernatural dan ilahi.”

Prinsip Itu Dibuktikan Kebenarannya


Francis de L. Booth Tucker, seorang pegawai muda yang berbakat, -menjabat
suatu kedudukan penting sebagai pegawai negeri di India. Kenaikan pesat
menantikannya. tetapi ia telah bertemu dengan Kristus dan menyerah kepada pangilan-
Nya. Karena tidak puas dengan hidupnya yang berpusat pada diri sendiri, ia rindu akan
dapat berbuat lebih banyak bagi oiang-orang di sekitarnya yang miskin secara moral dan
rohani. Ia mendengar tentang Bala Keselamatan yang baru didirikan dengan
pengaruhnya yang hebat pada golongan yang miskin di Inggris. Ia meninggalkan
jabatannya dan ia menyatukan diri dengan gerakan yang baru itu. Ia berangkat ke
Inggris dan setelah suatu masa latihan ia kembali ke lndia sebagai utusan Bala
Keselamatan. Tetapi berapa pun besarnya usaha pengorbanannya, ia kelihatannya tak
dapat menjembatani jurang yang ada antara dia dan rakyat lndia yang miskin. Ia gagal
dalam mencapai tujuan sebenarnya yang telah menyebabkan dia melepaskan
harapannya yang gemilang untuk masa depan. Setelah banyak berdoa, ia

Kedewasaan Rohani – Hal 50


memutuskan untuk mengenakan pakaian pribumi, membawa batok pengemis seperti
yang dilakulan orang-orang suci mereka dan makan apa saja yang diberikan orang
miskin kepadanya.
Dengan seorang kawan ia berangkat dalam usaha baru itu, berjalan tanpa kasut
sepanjang jalan-jalan panas di musim panas. Orang-orang di sana yang tidak pernah
memakai sepatu sudah biasa pada panas, tetapi tidak berapa lama Booth Tucker dan
kawannya melihat banyak lepuh padi kaki mereka yang menjadikan tiap langkah suatu
siksaan. Setelah tiba pada suatu desa dalam panas terik siang hari, mereka
mengharapkan sedikit-dikitnya minuman air dan sesuatu untuk makan, tetapi mereka
tidak dibolehkan masuk. Karena kehilangan semangat, mereka rebah di bawah pohon
dan tertidur. Sementara mereka tidur, beberapa penduduk mengerumuni mereka.
Seseorang, yang heran karena melihat lepuh pada kaki kedua orang itu, berkata,
“Betapa relanya mereka menderita demikian untuk membawa berita mereka kepada kita.
Mereka pasti orang baik, sedang kita memperlakukan mereka dengan jahat.,'
Pada waktu kedua utusan lnjil itu terbangun, mereka di undang masuk ke desa.
Kaki mereka dibalut, dan makanan dan minuman disediakan bagi mereka. Setelah itu
kesempatan yang dicita-citakan tiba untuk menyampaikan berita Injil kepada suku
penjahat. Mereka memulai suatu gerakan yang menarik 25.000 jiwa ke dalam Kerajaan
Allah. Yang membuka hati orang bukanlah keunggulannya yang tak dapat disangsikan,
melainkan kelemahannya yang nyata. Waktu ia lemah; ia kuat. Kelemahannya menjadi
senjata Allah. Kekuatan Allah disempurniakan dalam kelemahannya.

Kedewasaan Rohani – Hal 51


-----------------------------------------------------------------------------------------------
KEBENCIAN BAGI ALLAH
6
-----------------------------------------------------------------------------------------------
"Enam pekara ini yang dibenci Tuhan ...
Mata sombong” – Ams 6:16,17.

Pembacaan Alkitab : Yesaya 14 : 12-15 ; Yehezkiel 28 : 11-19

ALKITAB TIDAK MENGUNGKPKAAN bagaimana dosa memasuki alam semesta. tetapi


kita diberitahu bagaimana dosa masuk ke dalam dunia kita dan bahwa dosa sudah ada
sebelum kehadirannya dirasakan di sini. Satu ciri dari wahyu Alkitab ialah bahwa
walaupun wahyu itu tidak menyatakan kepada kita segala sesuatu yang ingin kita
ketahui, namun wahyu itu memberitahukan kepada kita segala sesuatu yang kita perlu
ketahui untuk menghadapi gelombang kehidupan dan untuk hidup berkemenangan atas
dosa dan berbagai keadaan. Untuk dapat berbuat demikian, kita tidak perlu mengetahui
asal usul dosa, tetapi kita perlu mengetahui sifat dan hakekat dosa, dasar yang telah
mencemari dunia sejak nenek moyang kita yang pertama jatuh ke dalamnya.
Dalam kitab Kejadian, pencobaan pertama untuk berbuat dosa diberikan oleh si
Iblis, dan ia sendiri telah jatuh dari kedudukannya yang tinggi. Ayat-ayat dari dalam dua
kitab Perjanjian Lama (Yeh 28:11-19 dan Yes 14;12-15) mengandung penjelasan
tentang hakekat dosa yang diperbuatnya. Sebenarnya, ayal-ayat itu pada dasarnya
berbicara mengenai raja Tirus dan raja. Babel. Tetapi makna ayat-ayat Alkitab lni jelas
tidak dapat dibatasi oleh pengertian manusia. Ayat-ayat dalam kitab Yehezkiel berbunyi:
"Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. Engkau di taman
Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga ... Kuberikan

Kedewasaan Rohani – Hal 52


tempatmu dekat kerub yang bejaga ... Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak
hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu ... engkau berbuat dosa. Maka
Kubuangkan engkau dari gunung Allah ... Engkau sombong karena kecantikanmu ... Ke
bumi kau Kulempar." Ayat-ayat ini mengingatkan kita akan kata"kata Tuhan kita, "Aku
melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit" (Luk 10:18).
Ayat-ayat dalam kitab Yesaya berbunyi: "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai
Bintang Timur ... Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit,
aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak
duduk di atas bukit pertemuan ... Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan
hendak menyamai Yang Malutinggi. Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau
diturunkan."
Tokoh-tokoh sejarah yang pertama-tama dimaksudkan dalam ayat-ayat ini tidak
membatasi makna sepenuhnya dari pernyataan-pernyataan di dalamnya, yang pasti
mempunyai arti yang lebih dalam. Cara penyataan kebenaran seperti ini dipakai pula di
bagian-bagian lain dalam Alkitab, misalnya Mazmur-mazmur Mesias, yang di dalamnya
terdapat pernyataan-pernyataan yang, walaupun mengenai pemazmur sendiri, namun
dalam kepenuhannya hanya dapat dikenakan kepada Mesias (Mazmur 22 dan 100). Hal
ini diteguhtan pula oleh bagian-bagian lain dalam Alkitab. Dengan demikian ada alasan
bagi kita untuk menarik kesimpulan bahwa ayat-ayat dalam Yehezkiel dan Yesaya
tersebut di atas dapal juga dikenakan kepada lblis. Yang mempunyai kedudukan tinggi
sebagai penjaga dan pelindung takhta Allah. Ia adalah putra Fajar, yang mempunyai
kedudukan mulia tanpa tara di dekat Matahari Kebenaran.
Apakah yang menyebabkan kejatuhannya? Dosa dasar berupa kecongkakan,
dosa untuk berusaha mendirikan takhta milik sendiri. Bukannya menjaga takhta Allah
yang telah ditetapkan supaya dijaganya, malahan takhta itu diinginkannya dan ia
berusaha menggulingkan Yang Mahakuasa. Kecongkakan menyebabkan pengagungan
diri yang nyata dalam kehendak diri sendiri. Hakekat dosanya ialah bahwa ia ingin
memerdekakan diri dari Allah. Kecongkakan adalah kecukupan diri sendiri dari jiwa

Kedewasaan Rohani – Hal 53


yang egoistis yang hanya menghendaki kebebasan tanpa batas. "Aku hendak
mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah ... hendak menyamai Yang
Mahatinggi. “ Initah dosa dasar yang berusaha mendudukkan dii sendiri di atas takhta
dengan merugikan Allah.
Walaupun Iblis dilemparkan, dalam kejatuhannya ia merebut tampuk pemerintah
dari tangan manusia di dunia dan sekarang berkuasa sebagai ilah dunia ini. Di taman
Eden ia menanamkan benih-benih dosa yang sama dan yang menyedihkan itu. "Pada
waktu kamu memakannya... kamu akan menjadi seperti Allah" (Kej 3:5), janjinya.
Bandingkan ini dengan ucapannya: "Aku . . . hendak menyamai Yang Mahatinggi.” Iblis
jatuh karena kecongkakan. Adam dan Hawa jatuh karena kecongkakan dan menyeret
segenap umat manusia ke dalam kebinasaan. Anda dan saya jatuh karena
kecongkakan, dosa dasar yang menjadi akar segala dosa yang lain, keinginan untuk
menguasai hidup kita sendiri dan bebas dari Allah. Karena itu tidak heran kalau di dalam
setiap daftar dosa yang dibuat gereja, kecongkakan selalu berada di tempat yang
teratas.

Kebencian Allah terhadap Kecongkakan


Tidak ada dosa yang lebih dibenci Allah daripada kecongkakan. Dosa-dosa
kedagingan memuakkan dan mempunyai akibat-akibat sosial tersendiri, tetapi terhadap
dosa-dosa itu tidak pemah Allah berbicara sekeras seperti terhadap kecongkakan.
"Orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka,” (Mzm 101 :5).
"Tuhan ... mengenal orang yang sombong dari jauh” (Mzm 138:6).
"Enam perkara ini yang dibenci Tuhan, bahkan, tujuh perkara yang menjadi
kekejian bagi hatiNya: Mata sombong ..." (Ams 6:16,17).
"Aku benci kepada kesombongan" (Ams 8:13).
"Setiap orang yang tintsgi hati adalah kekejian bagi Tuhan'. (Ams 16:5).
"Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan"
(Ams 16: 18).
"Mata yang congkak dan hati yang sombong ... adalah

Kedewasaan Rohani – Hal 54


dosa" (Ams 21 :4).
"Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan
direndahkan', (yes 2:17).
"Allah menentang orang yang congkak,'(Yak 4:6).
Tidak diperlukan kata-kata yang lebih banyak untuk menyatakan kebencian,
perasaan muak, dan antipati Allah terhadap kesombongan, kecongkakan, dan
ketinggian hati. Itu adalah kekejian bagi Dia. Dapatkah kita menyetujui apa yang dibenci
Allah? Dapatkah kita menyukai apa yang menjadi kekejian bagi Dia. Allah melawan
orang yang sombong dan menjauhi dia. Tidak ada titik pertemuan antara hati yang
sombong dan Allah, tetapi hati yang patah dan remuk tidak akan dipandang hina oleh
Dia.

Hakekat Kecongkakan
Kata "congkak" dalam Yakobus 4:6 sebenarnya menyatakan" orang yang
menganggap dirinya lebih tinggi daripada orang lain" dan ini merupakan pelanggaran
terhadap Allah maupun terhadap manusia. Orang-orang Yunani membencinya.
Theophylact menyebut kecongkakan "benteng dan puncak segala kejahatan“.
Kecongkakan adalah pendewaan diri sendiri. Ia menanggap dirinya lebih tinggi
daripada yang sepatutnya. Ia menangkat dirinya kepada kehormatan yang menjadi milik
Allah. Kecongkakanlah yang menyebabkan Rabi Simeon Ben Jochai berkata seolah-
olah dengan penuh kerendahan hati, “Jika ada dua orang yang benar di dunia ini, maka
kedua orang itu adalah saya dan putra saya. Jika hanya ada seorang, sayalah dia,
“Kecongkakan adalah dosa Nebukadnezar yang menyeret dia ke tingkat binatang.
Pelayan pria kaisar Jerman yang terakhir berkata, "Tidak dapat saya bantah bahwa tuan
saya adalah orang congkak. Ia harus menjadi tokoh utama dalam segala hal. Jika ia
menghadiri upacara pembaptisan bayi, ia ingin menjadi bayinya. Jika ia pergi ke pesta
perkawinan, ia ingin menjadi pengantin, perepuannya. Jika ia menghadiri upacara
penguburan, ia ingin menjadi mayatnya."
Kecongkakan bercirikan kebebasan dari Allah. Inilah yang menjadi sebab utama
dosa Adam. Bukannya bergantung pada Allah, malahan ia ingin menjadi sama seperti
Allah dan men-

Kedewasaan Rohani – Hal 55


akibatkan kehancuran bagi segenap umat manusia. Kecongkakan tidak mau berutang
budi kepada Allah maupun kepada manusia. Kecongkakan merasa cukup dengan
dirinya sendiri, berlawanan sekali dengan Anak Allah yang berkata, "Aku tidak dapat
berbuat apa-apa dari diriKu sendiri" (Yoh 5:30). Ia bersukacita dalam ketergantungan-
Nya kepada Bapa-Nya. Kecongkakan bersukacita karena lelah membentuk diri sendiri.
Kecongkakan merendahkan orang lain. "Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-
Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain ... bukan juga seperti pemungut
cukai ini" (Luk 18:11). Kecongkakan menggeser semua orang lain ke tempat yang lebih
rendah dalam kehidupan. Kecongkakan menggunakan orang-orang lain sebagai latar
belakang untuk menonjolkan kegemilangannya sendiri. Orang congkak menganggap
orang-orang lain berada di bawah dia – orang-orang kebanyakan, rakyat jelata.
Bukannya mencurahkan kebencian terhadap segala kecongkakannya, ia malahan
merendahkan orang-orang yang dianggapnya kurang berharga jika dibandingkan
dengan dirinya sendiri.
Kecongkakan pada dasarnya bersifat bersaingan, C.S Lewis mengemukakan
bahwa orang menjadi congkak bukan karena ia kaya, atau pandai, atau tampan. Ia
congkak karena ia lebih kaya, lebih pandai, atau lebih tampan daripada orang lain.
Kecongkakan menyangkut perbandingan yang selalu menguntungkan orang yang
membuat perbandingan itu.

Manifestasi Kecongkakan
Kecongkakan menyesuaikan diri dengair segala macam temperamen dan segala
macam keadaan. Sifat ini dapat rendah hati atau tinggi hati dengan sesukanya. Ada
suatu bentuk yang cocok untuk setiap tabiat manusia. Ada baiknya kita bertanya bentut-
bentuk kecongkakan yang mana yang ada pada kita. Kecongkakan atas rupa, karunia,
kedudukan atau bangsa? Atas kecerdasan, keberhasilan, atau kemahiran?
Ada kecongkakan intelek, karena "pengetahuan ... membuat orang menjadi
sombong". lnilah cobaan yang dihadapi orang-orang cerdas di Korintus yang
menyombongkan diri atas kecerdasan mereka. Ungkapan "menyombongkan diri”'
dipakai

Kedewasaan Rohani – Hal 56


berkali-kali dalam kedua surat kepada jemaat di Korintus. Bentuk kecongkakan ini nyata
dalam sikap merasa lebih tinggi daripada orang yang memiliki karunia kecerdasan yang
terbatas, atau yang tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang
tinggi. Kecongkakan tumbuh dengan suburnya di dalam diri mahasiswa yang di
hadapannya terbuka dunia pengetahuan yang baru dan ia belum lagi menyadari bahwa
pengetahuan yang sejati menumbuhkan kerendahan hati, bukan kesombongan. Lain
halnya dengan Charles Dickens. Orang yang bertemu dengan dia untuk pertama kalinya
tidak akan mengira bahwa ia adalah tokoh sastra yang paling terkemuka pada
jamannya.
Di dunia Timur, orang Barat sedang menuai hasil panen yang ditanam dalam
kecongkakan bangsa yang merendahkan orang-orang yang wama kulit dan
kebudayaannya berbeda. Orang-orang yang mempunyai sikap yang patut dibenci ini
belum menyadari bahwa perbedaan bangsa dan kebudayaan tidak berarti kerendahan
dalam segi apa pun. Sesungguhnya, semakin banyak kita bergaul dengan orang-orang
dari lain bangsa, semakin kita menyadari bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk merasa
lebih daripada bangsa mana pun.
Ada kecongkakan sosial yang menyombongkan diri atas kelahiran yang
sebenarnya tidak patut dibanggakannya. Kecongkakan macam ini merendahkan orang
banyak yang tidak termasuk golongan masyarakatnya yang terpilih. Rupanya orang
belum menyadari bahwa tabiat yang agung tidek hanya terbatas pada suatu kelas atau
golongan masyarakat saja. Pada suatu waktu Charles Lamb menegur seseorang yang
sok priayi dengan katakata, "Maaf, Tuan, apakah Tuan ini seorang tokoh tertentu?"
Tetapi dari semua ini yang lebih menjijikan bagi Alaah ialah kecongkakan rohani,
kecongkakan akan karunia. Kita mungkin sekali menyombongkan diri atas karunia-
karunia rohani yang telah dipercayakan Allah kepada kita dan lupa bahwa tidak suatu
apa pun yang kita miliki yang tidak kita te ma, bahwa karunia adalah pemberian, jasa
baik yang sebenarnya kita lidak layak untuk menerimanya. Sesungguhnya kita mungkin
saja dipenuhi dengan kecongkakan atas kefasihan dan keistimewaan khotbah tentang
kerendahan hati yang kita sampaikan. Tetapi lensa yang paling sempurna adalah lensa
yang membuat kita lupa bahwa di

Kedewasaan Rohani – Hal 57


situ ada kaca. Dr. Johr McNeill bercerita tentang seorang wanita yang menghampiri dia
pada akhir khotbahnya tentang kerendahan hati. "Ya, Dr. McNeill," katanya tanpa
ditanya, “kerendahan hati adalah kekuatan saya!"
Kecongkakan nyata dalam penonjolan diri yang berlebih-lebihan. Orang yang
dikuasai kecongkakan menyembah pada mezbah diri sendiri. Seperti Narcissus yang
melihat bayangannya sendiri di atas permukaan air, ia jatuh cinta kepada dirinya sendiri.
Melihat bayangan wajahnya yang tampak di dalam air, ia menganggapnya sebagai peri
air dan jatuh cinta kepadanya. Ia begitu mabuk cinta sehingga ia membunuh diri ketika ia
tidak memperoleh yang didambakannya. Ia merupakan contoh yang baik sekali tentang
kebodohan mencinlai diri sendiri.
Orang congkak mendambakan kata-kata manis dan pujian karena hal-hal itu
memuaskan cintanya akan diri sendiri. Ia berbesar hati kalau menerima sanjungan,
tetapi kalau tidak, ia menjadi murung. Tidak ada orang di dunia ini yang lebih sering
dibicarakannya daripada dirinya sendiri. Ia akan mengubah setiap percakapan sampai
percakapan itu berpusat pada dirinya sendiri. Di Istana Wurtzung ada sebuah ruangan
kaca yang disebut Ruangan Seribu Cermin. Pada waktu Anda memasukinya, seribu
tangan terulur menyambut Anda. Anda tersenyum, maka seribu senyuman menyambut
senyuman Anda; Anda menangis, maka seribu mata akan menangis bersama dengan
Anda. Tetapi itu semua adalah tangan Anda, senyuman Anda, dan air mata Anda
sendiri. Demikianlah halnya orang yang congkak, terbenam dalam dirinya sendiri,
dikelilingi dirinya sendiri, dikurung oleh dirinya sendiri. Tuhan kita sangat berlawanan
dengan semua itu. Dalam tangan-Nya yang peka untuk mengumumkan kemesiasan-Nya
kepada orang-orang sekota-Nya, Ia melaksanakannya tanpa menggunakan kata ganti
orang pertama: Aku. Ketika membaca Yesaya 61:1 dan 2, la berkata, "Pada hari ini
genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Satu-satunya Orang yang berhak
mengatakan "aku", dalam kerendahan hati-Nya tidak menggunakan kata itu.
Kecongkakan mencemarkan segala sesuatu yang disentuhnya. Ada kuman-
kuman yang mengubah makanan yang menyehatkan menjadi racun yang mematikan.
Kecongkakan mengubah

Kedewasaan Rohani – Hal 58


kebajikan menjadi kejahatan dan berkat menjadi kutuk. Kecantikan ditambah dengan
kecongkakan ketinggian hati. Semangat ditambah dengan kecongkakan menimbulkan
tirani dan kekejaman. Hikmat manusia dicampur dengan kecongkakan mendatangkan
ketidaksetiaan. Dalam percakapan, kecongkakan menyatakan diri dalam kecaman
karena kecaman selalu didorong oleh perasaan Iebih unggul daripada orang lain.
Kecongkakan akan menemukan alasan untuk mengecam siapa pun dan apa pun.
Kecongkakan membesar-besarkan diri dan meremehkan orang lain.
Alkitab penuh dengan tulisan-tulisan tentang kebodohan dan kesedihan yang
mengikuti kecongkakan. Kecongkakan akan kerajaan dan kekuasaannya mendorong
Raja Daud untuk menghitung orang Israel, suatu dosa yang mendatangkan hukuman
Allah (1 Taw 21:1). Karena kecongkakannya, Hizkia memperlihatkan kepada musuhnya
"segenap gedung harta bendanya, emas dan perak ... dan segala yang terdapat dalam
perbendaharaannya" (2 Raj 20:13) - dan ia kehilangan kesemuanya. Kecongkakan
Nebukadnezar disebabkan oleh segala yang telah berhasil dicapainya. "Bukankah ini
Babel yang besar itu, yang jengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku
telah kubangun menjadi kota kerajaan?" (Dan 4:30). Tetapi ketinggian hatinya
mendahului kejatuhannya. "Raja belum habis bicara, ketika suatu suara terdengar dari
langit, 'Kepadamu dikatakan, ya raja Nebukadnezar, ba\wa kerajaan telah beralih
daripadamu; engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada
di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput
seperti kepada lembu.’" Pada waktu akal budinya kembali kepadanya, pusat
penyembahannya beralih dari dirinya sendiri kepada Allah, "Jadi, sekarang aku,
Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga" (Dan 4:37).
Kecongkakan adalah semacam kegilaan moral dan spiritual.
Hati Uzia dipenuhi kecongkakan karena ia merasa memiliki kekuatan militer dan
berhasil. "Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang
merusak. Ia berrubah setia kepada Tuhan, Allahnya, dan memasuki Bait Tuhan untuk
membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan ... timbullah penyakit kusta pada
dahinya" (2 Taw 26:16,19).

Kedewasaan Rohani – Hal 59


Kecongkakan menyebabkan dia morebut hak ilahi dan pada hari matinya orang berkata,
"Ia berpenyakit kusta." Herodes bermegah-megah dalam pujian orang Tirus yang
diberikan kepada pidatonya, "'Ini suara allah ilan bukan suara manusia!' Dan seketika itu
juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah” (Kis
12:22-23). Kecongkakan Petrus membuat dia merasa lebih tinggi daripada rekan-
rekannya dalam hal keberanian sehingga ia menyombongkan diri, "Biarpun mereka
semua tergoncang imannya, aku tidak." Tidak berapa lama kemudian kesombongannya
menderita pukulan hebat ketika ia menyangkal Yesus dengan “mengutuk dan
menyumpah" (Yoh 13:36-3 8).

Bukti Kecongkakan
Peliknya kecongkakan terlihat dalam kenyataan bahwa korban-korbannya
biasanya tidak menyadari belenggu yang mengikat mereka walaupun orang-orang di
sekitarnya dapat mendengar gemerincingnya belenggu itu. Pada suatu saat seseorang
berkata kepada temannya, "Walaupun saya mempunyai banyak kekurangan dan
kelemahan yang lain, saya bersyukur kepada Allah bahwa saya ini tidak congkak."
Temannya menjawab, "Itu mudah saya pahami karena tentu saja tidlak ada banyak pada
diri Anda yang dapat Anda banggakan." "Oh, begitu ya," jawab orang itu dengan marah.
"Yang dapat saya banggakan sama banyaknya seperti yang dapat Anda banggakan!"
Jika kita jujur dengan diri kita sendiri, maka tidaklah sukar untuk menyadari betapa
kuatnya kecongkakan menguasai hidup kita. Ada beberapa ujian yang kita dapat tempuh
yang pasti dapat menunjukkan adanya kecongkakan yang sangat dibenci itu.
Ujian pada waktu orang lain didahulukan. Bagainana reaksi kita apabila orang
lain dipilih untuk memegang jabatan yang kita inginkan? Apabila orang lain dinaikkan
tingkat, sedangkan kita diabaikan? Apabila orang lain dihormati, sedangkan kita
disepelakan? Apabila orang lain lebih gemilang daripada kita? Apakah hal itu
menimbulkan iri hati dan dengki atau dapatkah kita benar-benar bersukacita melihat
orang lain lebih maju atau lebih cakap daripada kita? Apakah seperti Diotrefes, kita juga.
menyukai tempat yang terutama? Memang sukar sekali bagi orang

Kedewasaan Rohani – Hal 60


untuk menerima tempat yang kedua. Inilah ujian yang harus dihadapi oleh Yohanes
Pembaptis ketika orang banyak meninggalkan dia lalu mengikut Yesus, tetapi ia lulus
dalam ujian ini dengan baik sekali. "Ia harus makin besar. tetapi aku harui makin kecil.”
"Itulah sukacitaku."
Ujian ketulusan hati. Kita biasa mengatakan segala macam keburukan mengenai
diri sendiri. tetapi bagaimana perasaan kita kalau orang lain yang mengatakannya
tentang diri kita? Pernyataan yang merendahkan diri tentang diri kita sendiri kebanyakan
tidak tulus dan ini kita sadari pada waktu orang lain mengatakan hal yang sama tentang
diri kita. Banyak orang menolak suatu jabatan hanya karena ia ingin mendapat desakan
yang lebih kuat.
Ujian kecaman. Bagaimana reaksi kita terhadap kecaman? Apakah kita segera
naik pitam untuk membenarkan diri sendiri? Apakah kecaman menimbulkan
permusuhan atau kejengkelan di dalam diri kita? Apakah kita segera membalas
mengecam-orang yang mengecam kita? Reaksi-reaksi seperti itu terhadap kecaman
merupakan bukti nyata bahwa kita dikuasai oleh kecongkakan. Kita tidak tahan
mendengar perkataan orang, kecuali kalau perkataan itu mengandung persetujuan.
Orang yang rendah hati akan menerima kecaman dari mana pun datangnya. la akan
menarik manfaat darinya karena ia tahu bahwa di mana ada asap di situ ada api dan
biasanya ada unsur kebenaran di dalarnnya yang dapat dimanfaatkan, bahkan di dalam
kecaman yang sangat pedas sekalipun.
Ujian perasaan rendah diri. Orang yang merasa rendah diri tidak berarti bebas
dari kecongkakan. Bahkan perasaan itu mungkin sekali merupakan petunjuk yang jelas
rentang adanya kecongkakan, yaitu perasaan tersinggung karena orang-orang lain tidak
menerima penilaiannya tentang dirinya sendiri. Ini mungkin satu bentuk kecongkakan
yang lain, tetapi tetap merupakan kecongkakan. Kita merasa tersinggung karena kita
mengira bahwa orang menganggap kita rendah, padahal jauh di dalam lubuk hati kita,
tidak perluli bagaimana pun kita menyangkalnya, kita tidak merasa serendah seperti
yang mereka kira.

Obat Kecongkakan
Kecongkakan harus ditindak secara drastis. William Law

Kedewasaan Rohani – Hal 61


menulis, "Kecongkakan harus mati di dalam diri Anda atau tidak ada yang bersifat
surgawi dapat hidup di dalam diri Anda ... Kecongkakan janganlah dipandang hanya
sebagai perangai yang tidak patut, dan kerendahan hati janganlah dipandang sebagai
kebajikan yang terpuji ... yang satu adalah neraka seluruhnya dan yang lainnya adalah
surga seluruhnya."
Langkah-langkah menuju kesembuhan:
Penglihatan: Kerendahan hati, lawan daripada kecongkakan, didefinisikan oleh
Bernard sebagai suatu kebajikan yang membuat orang sadar akan keadaan dirinya yang
tidak berharga. Kita tidak pemah dapat mengalahkan dosa yang tidak kita sadari, atau
yang tidak kita sesali. Kita harus membenci apa yang dibenci Allah. Pengenalan diri
sendiri tidak mudah diperoleh karena kita semua selalu sibuk dengan hal-hal yang
menyenangkan dan menguntungkan diri sendiri. Kita melihat selumbar di mata saudara
kita dengan sangat jelas. tetapi anehnya tidak selalu kita dapat melihat balok di mata
kita. Kita perlu dengan sungguh-sungguh minta kepada Allah supaya mengungkapkan
diri kita kepada kita. Jika kita benar-benar melihat diri kita sebagaimana adanya, maka
kita akan sadar betapa rendahnya kita ini. Bukankah kita akan merasa tidak enak jika
orang-orang lain tahu akan pikiran-pikiran yang kita rahasiakan, jika mereka melihat
gambar-gambar yang terpampang di dinding-dinding khayalan kita, jika mereka melihat
niat hati kita yang tersembunyi, jika mereka mengetahui perbuatan-perbuatan kita yang
kita tutup-tutupi, dan jika mereka mendengar kata-kata yang kita bisikkan? Apakah kita
merasa kecil bahwa Allah mengetahui benar orang macam apa kita ini? Jika kita
menyadari kenyataan diri kita yang sesungguhnya, maka tidak akan ada alasan untuk
menjadi congkak. Apakah saya tahu banyak? Apa yang saya ketahui sangat sedikit jika
dibandingkan dengan apa yang masih harus diketahui. Apakah saya pandai?
Kepandaian saya adalah karunia yang bukan merupakan hasil usaha saya sendiri.
Apakah saya kaya? Tuhanlah yang memberi saya kuasa untuk memperoleh kekayaan.
Hajaran. Sebagai pencegahan terhadap kecongkakan yang dibenci di dalam diri
anak-anak-Nya, Allah mendisiplin mereka dengan penuh kasih. Paulus mengalami hal
ini. "Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar

Kedewasaan Rohani – Hal 62


biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku ... supaya aku jangan
meninggikan diri” (2 Kor l2:7). Dalam suatu keterbatasan yang melumpuhkan, suatu
penyakit yang mendatangkan banyak kesakitan. suatu cita-cita yang gagal, dapatkah
kita melihat pelayanan AIlah yang penuh dengan kasih karunia untuk menyelamatkan
kita dari sesuatu yang lebih buruk, yaitu munculnya kecongkakan di dalam diri kita?
Mematikan kecongkakan. Seorang petani yang bijaksana
Mencabut lalang pada waktu lalang itu masih muda supaya jangan menyebarkan benih
dan menjadi semakin banyak. Oleh karena itu, baiklah kita waspada terhadap pikiran
yang congkak, mengakuinya, dan menyingkirkannya. Jika suatu pikiran yang congkak
kita biarkan, maka pikiran itu akan menjadi seperti seekor ular berbisa bagi kita.
Kecongkakan berasal dari daging dan Roh akan menolong kita untuk mematikannya.
“Jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup'' (Rm
8:13).
Perbandingan. Kita membandingkan diri di antara kita sendiri dan kita cukup baik
menurut perbandingan itu. Tetapi mariIah kita bandingkan diri kita dengan Kristus yang
sempurna. Jika Kita jujur, maka kita akan dikejutkan oleh kepicikan, ketidaklayakan,
bahkan kekejian tabiat kita. Sementara para murid yang tinggi hati itu memperebutkan
kedudukan yang terutama, Tuhan Yesus rnengenakan pakaian budak dan membasuh
kaki mereka yang kotor. Sangat menarik hati bahwasanya Iblis mencobai Kristus dengan
dosa yang jusrru lelah menyebabkan kejatuhan dirinya sendiri. tetapi Kristus menang
melawan pencobaan itu.
Renungan. Kunci yang terutama ialah merenungkan Kristus. Usaha kita untuk
mengenal dan mendisiplin diri sendiri tidak akan memadai untuk menghilangkan kanker
ini. Diperlukan suatu perubahan hati yang radikal dan supernatural dan inilah yang telah
dijanjikan. "Mencerminkan kemuliaan Tuhan kita diubah menjadi serupa dengan
gambar-Nya” (2 Kor 3:18). Kecongkakan akan mengerut, layu, dan binasa jika
dihadapkan kepada kerendahan hati Kristus. Lagi pula perubahan ini terjadi “oleh Roh
Allah". Roh Kudus akan selalu bekerja sama dengan seluas-luasnya dengan orang yang
telah membenci kecongkakannya dan mendambakan kerendahan hati Kristus.

Kedewasaan Rohani – Hal 63


Kedewasaan Rohani – Hal 64

Anda mungkin juga menyukai