Anda di halaman 1dari 13

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Menurut Depkes tahun 2006, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia
setelah penyakit kardiovaskuler. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang
menjadi masalah kesehatan dikarenakan kasus kanker yang terus meningkat setiap tahun.1
Seiring peradaban zaman, sel-sel kanker sudah menyebar ke seluruh wilayah di dunia. Hal ini
dapat dibuktikan dengan ditemukannya 100 jenis penyakit kanker yang sudah beredar di dunia.
WHO melaporkan bahwa terdapat 6,25 juta penderita kanker di dunia.1 Salah satu jenis penyakit
kanker dari 100 jenis penyakit kanker yang sampai saat ini menarik perhatian, khususnya kaum
wanita adalah kanker leher rahim.1
Berdasarkan data Globocan, International Agencies for Research on Cancer (IARC) tahun
2012, kanker leher rahim menempati urutan keempat seluruh kanker pada perempuan dan
ketujuh secara umum dengan incidence rate 17 per 100.000 perempuan, kasus baru yang
ditemukan 8,8% (528.000 kasus) dengan angka kematian 8,2% (275.008) per tahun dari seluruh
kasus kanker pada perempuan di dunia.2
Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun
2012, kanker payudara menempati urutan kedua seluruh kanker pada perempuan dengan
incidence rate 40 per 100.000 perempuan dan 1,67 juta kasus baru yang terdiagnosis pada tahun
2012 (25% dari seluruh kanker), baik di negara maju maupun negara berkembang.2
Di Indonesia, berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia
tahun 2010 diketahui bahwa kanker leher rahim menempati urutan kedua dimana terdapat 5.359
kasus (12,8%) rawat inap. Sedangkan, kanker payudara menempati urutan pertama dimana
terdapat pasien rawat inap sebanyak 12.014 kasus (28,7%).2
Sedangkan, menurut laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Duren Sawit tahun 2018,
Kanker merupakan salah satu dari sepuluh penyakit terbanyak yang terdapat di Puskesmas
Kelurahan Duren Sawit yang berjumlah penderita. Kanker serviks juga merupakan salah satu
dari sepuluh diagnosa penyakit terbanyak untuk di rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi, dengan jumlah penderita.

1
Berdasarkan data diatas, maka peneliti akan mengangkat penelitian untuk melihat
bagaimana gambaran tingkat pengetahuan masyarakat mengenai test IVA di wilayah
Puskesmas Kelurahan Duren Sawit.
IVA merupakan salah satu metode untuk melakukan deteksi dini adanya kanker leher
rahim. Skrining dengan IVA ini dinyatakan lebih mudah, lebih sederhana, dan lebih murah
dibandingkan dengan tes pap smear. Faktanya, angka skrining kanker leher rahim di Indonesia
hanya berkisar kurang dari (5%) (idealnya sekitar 80%). Deteksi dini kanker payudara
menggunakan metode Clinical Breast Examination (CBE).3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
 Menurut Depkes tahun 2006, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di
dunia setelah penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat setiap tahun dan
menurut WHO terdapat 6,25 juta penderita kanker di dunia.
 Berdasarkan data Globocan, International Agencies for Research on Cancer (IARC)
tahun 2012, kanker leher rahim menempati urutan keempat seluruh kanker pada
perempuan dan ketujuh secara umum dengan incidence rate 17 per 100.000
perempuan, kasus baru yang ditemukan 8,8% (528.000 kasus) dengan angka
kematian 8,2% (275.008) per tahun dari seluruh kasus kanker pada perempuan di
dunia, dan kanker payudara menempati urutan kedua seluruh kanker pada perempuan
dengan incidence rate 40 per 100.000 perempuan dan 1,67 juta kasus baru yang
terdiagnosis pada tahun 2012 (25% dari seluruh kanker), baik di negara maju
maupun negara berkembang.
 Di Indonesia, berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di
Indonesia tahun 2010 diketahui bahwa kanker leher rahim menempati urutan kedua
dimana terdapat 5.359 kasus (12,8%) rawat inap.
 Di Jakarta, kasus kanker leher rahim yang ditemukan pada tahun ..... sebanyak .....%
dari seluruh wanita usia subur dan kasus kanker payudara sebanyak ......% dari
seluruh wanita usia subur.

2
 Hasil tes IVA yang menunjukkan positif untuk Puskesmas Kelurahan Duren Sawit
selama tahun ....... sebanyak ..... kasus.
 Puskesmas Kelurahan Duren Sawit baru mampu menapiskan .....% dari seluruh
wanita usia subur dan dengan target sebesar ......%.

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, masalah dan penyelesaiannya dalam unsur-unsur
sistem program deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara di Puskesmas
Kelurahan Duren Sawit
1.3.2 Diketahuinya cakupan konseling perempuan berusia 30-50 tahun di Puskesmas
Kelurahan Duren Sawit.
1.3.3 Diketahuinya cakupan perempuan dengan hasil positif dari tes Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat (IVA) pada penapisan kanker leher rahim di Puskesmas Kelurahan Duren
Sawit
1.3.4 Diketahuinya cakupan pelayanan rujukan pada penapisan kanker leher rahim di
Puskesmas Kelurahan Duren Sawit
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
1.4.1.1 Melaksanakan kegiatan mini project dalam rangka menyelesaikan Program Internsip
Dokter Indonesia.
1.4.1.2 Melatih kemampuan analisis, pengambilan, dan penghitungan data penelitian.
1.4.1.3 Mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang
pemeriksaan IVA
1.5 Bagi Puskesmas

1.5.1 Program ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM terhada pola diet DM di wilayah kerja
Puskesmas kelurahan Duren Sawit.
1.5.2 Sebagai upaya pencegahan komplikasi pada pasien Kanker Serviks sehingga
meningkatkan kualitas dan harapan hidup pasien di wilayah kerja Puskesmas
kelurahan Duren Sawit.

3
1.5.3 Program ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk program selanjutnya,
khususnya dalam rangka peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat semua
perempuan usia produktif di kelurahan duren sawit.

1.6 Bagi Masyarakat


1.6.1 Pengetahuan bagi masyarakat tentang kanker serviks dan pemeriksaan secara dini.
1.6.2 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pemeriksaan dini kanker serviks.

1.7 Sasaran
Semua perempuan berusia 30–50 tahun yang ada di Puskesmas Kelurahan Duren Sawit

Bab II

Penyuluhan Kelompok dan Konseling


Penyuluhan kelompok hendaknya dilaksanakan baik di dalam maupun di luar gedung.
Untuk program di luar gedung, penyuluhan dijadwalkan bersamaan dengan IVA keliling.
Sebelum menjalani test IVA, perlunya dilakukan sesi penyuluhan, konseling, dan juga edukasi
pada setiap yang menjalani test. Pada sesi tersebut dibahas beberapa topik, yaitu :3

 Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor tentang IVA dan krioterapi


 Sifat dari kanker leher rahim atau payudara sebagai sebuah penyakit
 Faktor- faktor risiko terkena penyakit tersebut
 Pentingnya penapisan dan pengobatan dini
 Konsekuensi bila tidak menjalani penapisan
 Mengkaji pilihan pengobatan bila hasil test IVA abnormal
 Peran pasangan pria dalam penapisan dan keputusan menjalani pengobatan
 Pentingnya pendekatan kunjungan tunggal sehingga ibu siap menjalani
krioterapi pada hari yang sama jika mereka mendapat hasil IVA abnormal

4
 Arti test IVA positif atau negatif
 Pentingnya membersihkan daerah genital atau kemaluan sebelum menjalani
test IVA
Definisi
IVA adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan asam
asetat 3 - 5 % secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung (mata
telanjang). Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, mudah , murah dan informasi
hasilnya langsung.
Tingkat Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi dini kanker servik yaitu 60-
92%. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada Pap Smear. Dalam waktu 60 detik
kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak putih disebut aceto white epithelium (WE
)yang bisa dicurigai sebagai lesi kanker. IVA positif jika terdapat WE dan negatif jika
tidak terjadi perubahan warna.

Porsio sebelum dipulas Gambaran bercak putih


dengan asam asetat pada lesi pra-kanker

Pemeriksaan IVA pada WUS yaitu wanita yang berusia antara 15 sampai 49
tahun. wanita yang sudah pernah melakukan senggama atau sudah menikah juga menjadi
sasaran pemeriksaan IVA. Penderita kanker servik berumur antara 30 – 60 tahun,
terbanyak antara 45 – 50 tahun, frekwensinya masih meningkat sampai kira – kira
golongan umur 60 tahun dan selanjutnya frekwensi ini sedikit menurun kembali. Hal
tersebut menjadikan alasan WUS menjadi sasaran deteksi dini kanker serviks.
 Keunggulan Test IVA
a. Hasil segera diketahui saat itu juga

5
b. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan, aman karena
pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu yang memeriksa, dan
praktis
c. Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat kesehatan yang
sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja
d. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
e. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
f. Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih

Persiapan alat.
Alat dan Bahan
a. Sarung tangan / Handscoen
b. Spekulum vagina
c. Tampon tang
d. Kom kecil
e. Swab- Lidi kapas
f. Asam asetat 3-5% dalam botol
g. Kapas DTT dalam kom
h. Waskom berisi larutan klorin 0,5%
i. Selimut
j. Lampu sorot
k. Tempat sampah medis dan non medis

Prosedur pelaksanaan
Metode IVA tergolong sederhana, nyaman dan praktis. Dengan mengoleskan
asam cuka (asam asetat) pada leher rahim dan melihat reaksi perubahan yang terjadi,
prakanker dapat dideteksi. Biaya yang dikeluarkan pun juga relatif murah. Selain
prosedurnya tidak
rumit, pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus dan juga tidak
menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Letak kepraktisan penggunaan metode ini yakni
dapat dilakukan di mana saja, dan tidak memerlukan sarana khusus.

6
Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3-5 % akan berwarna
putih (epitel putih). Dalam waktu 1-2 menit setelah diolesi asam asetat efek akan
menghilang sehingga pada hasil ditemukan pada serviks normal tidak ada lesi putih.

Prosedur IVA
1) Memberi penjelasan pada ibu atas tindakan yang akan dilakukan.
2) Menjaga privasi pasien
3) Menyiapkan alat yang diperlukan
4) Menyiapkan ibu dengan posisi lithotomi pada tempat tidur ginekologi
5) Mengatur lampu sorot ke arah vagina ibu
6) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dengan cuci tangan tujuh
langkah dan mengeringkan dengan handuk bersih
7) Menggunakan sarung tangan steril
8) Melakukan vulva hygiene dengan kapas DTT
9) Memasukkan spekulum ke dalam vagina
a. Tangan kiri membuka labia minora, spekulum dipegang dengan tangan kanan,
dalam keadaan tertutup kemudian masukkan ujungnya ke dalam introitus
b. Putar kembali spekulum 45º ke bawah sehingga menjadi melintang dalam
vagina kemudian didorong masuk lebih dalam ke arah forniks posterior sampai
puncak vagina
c. Buka spekulum pada tangkainya secara perlahan-lahan dan atur sampai porsio
terlihat dengan jelas
d. Kunci spekulum dengan mengencangkan bautnya kemudian ganti dengan
tangan kiri yang mmemegang spekulum
10) Memasukkan lidi kapas yang telah diberi asam asetat 3-5% ke dalam vagina
sampai menyentuh porsio.
11) Mengoleskan lidi kapas ke seluruh permukaan porsio, lihat hasilnya.
12) Membersihkan porsio dengan kasa steril menggunakan tampon tang.
13) Mengeluarkan spekulum dari vagina.
14) Merapikan ibu dan merendam alat dalam larutan klorin 0,5%
15) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir

7
16) Beritahu hasilnya dan beritahu rencana selanjutnya dengan jelas dan lengkap.

Kategori Pemeriksaan IVA


Terdapat empat kategori yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan dengan metode IVA
yaitu :
a. Pertama, IVA negatif
artinya tidak ada tanda atau gejala kanker mulut rahim atau serviks normal berbentuk
licin, merah muda, bentuk porsio normal.
b. Kedua, IVA radang
artinya serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya seperti polip
serviks.
c. Ketiga, IVA positif
yaitu ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi
sasaran temuan screening kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini
mengarah pada diagnosis serviks prakanker.
d. Keempat, IVA kanker serviks, pertumbuhan seperti bunga kol, dan pertumbuhan
mudah berdarah. Ini pun masih memberikan harapan hidup bagi penderitanya jika
masih pada stadium invasive dini.

Peran perawat di tahap pre, intra dan post dari masing – masing prosedur tindakan
A. Pre

8
- Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai
prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam
pemeriksaan ini.
- Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
- Inform consent
B. Intra
- Membantu memposisikan ibu dengan posisi lithotomi pada tempat tidur.
- Mengatur lampu sorot ke arah vagina ibu
C. Post
- Merapikan peralatan yang sudah digunakan
- Memberikan informasi hasilnya dan beritahu rencana selanjutnya dengan jelas
dan lengkap.
- Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan (respon klien, jenis sampel, hasil
dari pemeriksaan)

Pada anamnesis perorangan dicari faktor risiko baik kanker leher rahim atau
payudara yang tercantum dalam status pemeriksaan, seperti menstrusai < 12 tahun,
usia pertama berhubungan seksual < 17 tahun, sering keputihan, merokok, terpapar
asap rokok > 1 jam sehari, kurang konsumsi buah dan sayur, sering konsumsi
makanan berlemak dan berpengawet, kurang aktifitas fisik (30 menit/hari), pernah
pap smear, riwayat keluarga kanker dan jenis kanker, menggunakan KB hormonal
(pil > 5 tahun atau suntik > 5 tahun), riwayat tumor jinak payudara (dalam keluarga
maupun diri sendiri), riwayat operasi kandungan, menopause > 50 tahun, kehamilan
pertama > 35 tahun, pernah atau tidak menyusui, pernah atau tidak melahirkan.3
a. Penapisan Kanker Leher Rahim
Upaya penapisan merupakan upaya pemeriksaan atau tes sederhana dan mudah
dilaksanakan pada populasi masyarakat yang sehat yang bertujuan untuk mengetahui
masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit di antara masyarakat yang sehat.
Dalam hal ini dilakukan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk
pemeriksaan lesi prakanker leher rahim. Tindakan sesuai prosedur tepat dan etis.

9
Tempat untuk tindakan IVA berada di Poliklinik KIA Puskesmas Kelurahan Duren
Sawit dengan dokter dan bidan terlatih.
Tes IVA dilakukan dengan prosedur pasien berada dalam posisi litotomi, kemudian
dengan penerangan yang cukup, dilakukan inspeksi genitalis eksternal dan lihat
apakah terjadi discharge pada mulut uretra. Setiap abnormalitas yang ditemukan, bila
ada dicatat. Katakan pada pasien spekulum akan dimasukkan dan mungkin ibu akan
merasakan beberapa tekanan. Dengan hati-hati masukan spekulum sepenuhnya atau
sampai terasa ada tahanan lalu secara perlahan buka bilah untuk melihat serviks. Atur
spekulum sehingga seluruh leher rahim dapat terlihat. Serviks diamati apakah ada
infeksi (cervicitis) seperti discharge/ cairan keputihan (mucopus), ektropion
(ectropion), kista Nabothian, nanah dan lesi ‘strawberry’ (infeksi Trichomonas).
Kapas lidi yang bersih digunakan untuk membersihkan cairan yang keluar, darah atau
mukosa serviks dan dilakukan indentifikasi ostium servikalis dan SSK serta daerah di
sekitarnya. Kapas lidi dibasahi dengan larutan asam asetat 3-5% dan dioleskan pada
serviks dan didiamkan selama kurang lebih 1 menit agar diserap dan memunculkan
reaksi. Periksa SSK dengan teliti dan apakah serviks mudah berdarah dan dicari
apakah ada bercak putih yang tebal atau epitel aceto-white yang menandakan IVA
positif. Leher rahim yang normal akan tetap bewarna merah muda sementara hasil
positif bila ditemukan area, plak atau ulkus yang bewarna putih. Bila pemeriksaan
visual pada serviks telah selesai, gunakan kapas lidi yang baru untuk menghilangkan
sisa asam asetat dari serviks dan vagina. Spekulum dilepaskan secara perlahan.
b. Penapisan dengan Hasil IVA Positif pada Penapisan Kanker Leher Rahim
Tabel 2. Klasifikasi Lesi pada Hasil Tes IVA

Klasifikasi IVA Kriteria klinis

Tes negative Halus, berwarna merah muda, seragam, polos, ektropion, servisitis, ovula Nabothi dan
lesi acetowhite tidak signifikan.
Tes positif Bercak putih (aceto white epithelium yang sangat jelas terlihat) dengan batas yang tegas
dan meninggi, tidak mengkilap yang terhubung atau meluas dari SSK
(squamocolumnar junction)
Dicurigai kanker Pertumbuhan massa seperti kembang kol yang mudah berdarah atau luka bernanah atau
ulcer

10
Sumber: Departemen Kesehatan RI. Petunjuk teknis pencegahan – deteksi dini kanker leher
rahim dan kanker payudara. Jakarta : Direktorat Jendral PP & PL Depkes RI; 2007
c. Penanganan dengan Krioterapi pada Penapisan Kanker Leher Rahim
Proses pembekuan leher rahim baik menggunakan CO2 terkompresi atau
NO2 sebagai pendingin (pendinginan terus-menerus selama 3 (tiga) menit
untuk membekukan, diikuti pencairan selama 5 (lima) menit kemudian 3 (tiga)
menit pembekuan kembali. Tindakan sesuai prosedur legeartis.3

Tabel 3. Kriteria Tindakan Krioterapi di Puskesmas


Lesi yang dapat dilakukan krioterapai di Krioterapi yang tidak dapat dilakukan oleh
puskesmas dan unit pelayanannya dan RS yang tenaga dokter umum/bidan di puskesmas
mempunyai pelayanan ginekologi.

1. Lesi aceto white yang menutupi serviks kurang 1. Lesi aceto white yang menutupi serviks lebih
dari 75% (jika lebih dari 75% serviks tertutup dari 75% permukaan leher rahim.
harus dilakukan oleh seorang ginekolog) 2. Lesi acetowhite meluas sampai ke dinding
2. Tidak lebih dari 2 mm di luar daerah kriotop. vagina atau lebih dari 2 mm di luar kriotip.
3. Lesi tidak meluas sampai dinding vagina. 3. Klien menginginkan pengobatan lain selain
4. Tidak dicurigai kanker. dari krioterapi atau meminta tes diagnosa lebih
lanjut.
4. Dicurigai kanker
5. Pada pemeriksaan bimanual, dicurigai adanya
massa ovarium (ovarium mass)

Sumber: Departemen Kesehatan RI. Petunjuk teknis pencegahan – deteksi dini kanker leher
rahim dan kanker payudara. Jakarta : Direktorat Jendral PP & PL Depkes RI; 2007
d. Pelayanan Rujukan Kanker Leher Rahim
Bidan dan dokter umum harus merujuk pasien yang mengalami kondisi-
kondisi di bawah ini ke tingkat fasilitas perawatan yang lebih tinggi:
 Lesi aceto-white lebih dari 75% permukaan serviks
 Lesi aceto-white meluas sampai dinding vagina atau melebihi 2 mm
dari tepi luar prob krioterapi.

11
Tabel 4. Pelayanan Rujukan Penapisan Kanker Leher Rahim Sesuai dengan Temuan IVA

Temuan IVA Tindakan Rujukan

Bila ibu dicurigari menderita kanker Segera rujuk ke RS Kab/Kota atau Propinsi yang
leher Rahim dapat memberikan pengobatan kanker yang memadai.

Ibu dengan hasil tes positif yang lesinya Rujuk untuk penilaian dan pengobatan di fasilitias
menutupi rahim lebih dari 75%, meluas terdekat yang menawarkan LEEP atau cone biopsy.
ke dinding vagina atau lebih luas 2 mm Jika tidak mungkin atau dianggap tidak akan pergi ke
dari probe krioterapi. fasilitas lain, beritahu tentang kemungkinan besar
ersintensi lesi dalam waktu 12 bulan dan tentang
perlunya pengobatan ulang.
Ibu dengan hasil tes positif yang Beritahu mengenai kelebihan dan kekurangan semua
memenuhi kriteria untuk mendapat metode pengobatan. Rujuk ke RS Kab/Kota atau
pengobatan segera tetapi meminta Propinsi terdekat yang menawarkan pengobatan
diobati dengan tindakan lain, bukan sesuai keinginan pasien.
dengan kriterapi
Ibu dengan hasil tes positif yang Rujuk ke fasilitas tersier (RS Propinsi/Pusat) yang
meminta tes lebih lanjut (diagnosis menawarkan klinik ginekologi (bila diindikasi).
tambahan), yang tidak tersedia di
Puskesmas.
Ibu dengan hasil tes positif yang Beritahu tentang kemungkinan pertumbuhan penyakit
menolak menjalani pengobatan dan prognosisnya. Anjurkan untuk datang kembali
setelah setahun untuk menjalani tes IVA kembali
untuk menilai status lesinya.
Sumber: Departemen Kesehatan RI. Petunjuk teknis pencegahan – deteksi dini kanker leher
rahim dan kanker payudara. Jakarta : Direktorat Jendral PP & PL Depkes RI; 2007

Daftar Pustaka

12
1. Incidens Cancers in the World Based on International Agency for Research on Cancer.
[updated 2010, cited on 2013]. Diunduh dari http://globocan.iarc.fr. pada tanggal 23
April 2019.
2. Departemen Kesehatan RI. Skrining kanker leher rahim dengan metode inspeksi visual
dengan asam asetat (IVA). Jakarta : Depkes RI; 2008. Desmiwarti, & Ermawati.
(2012). Seri Keterampilan Anamnesis Dan Pemeriksaan Obstetri. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, Padang.
3. Rahayu, S. (2010). Peran Kader Paguyupan Perempuan Waspada Kanker (PPWK)
Dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Untuk Deteksi Dini Knker Cerviks.
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai