Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit yang umum dijumpai. Hipertensi yang


tidak terkontrol yang dibiarkan lama akan mempercepat terjadinya
arterosklerosis dan hipertensi sendiri merupakan faktor risiko mayor
terjadinya penyakit-penyakit jantung, serebral, ginjal dan vaskuler.
Pengendalian hipertensi yang agresif akan menurunkan komplikasi
terjadinya infark miokardium, gagal jantung kongestif, stroke, gagal ginjal,
penyakit oklusi perifer dan diseksi aorta, sehingga morbiditas dapat
dikurangi. Diperkirakan satu dari empat populasi dewasa di Amerika atau
sekitar 60 juta individu dan hampir 1 milyar penduduk dunia menderita
hipertensi, dengan mayoritas dari populasi ini mempunyai risiko yang tinggi
untuk mendapatkan komplikasi kardiovaskuler.

Data yang diperoleh dari Framingham Heart Study menyatakan


bahwa prevalensi hipertensi tetap akan meningkat meskipun sudah
dilakukan deteksi dini dengan dilakukan pengukuran tekanan darah secara
teratur. Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan


darah diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan
sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD)
normal tinggi sampai hipertensi maligna. Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi dikategorikan
ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi
berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 definisi

Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut


silent killer karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka
menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau
gejala sebelum terjadi komplikasi (Chobanian dkk., 2004). Penderita
hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta atau 1 dari 3
penduduk pada tahun 2010. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030
diperkirakan meningkat sebanyak 7,2% dari estimasi tahun 2010. Data
tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5% penderita hipertensi
menyadari bahwa bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima
pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol
(tekanan darah sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg) dan 47,5%
pasien yang tekanan darahnya tidak terkontrol. Persentase pria yang
menderita hipertensi lebih tinggi disbanding wanita hingga usia 45 tahun
dan sejak usia 45-64 tahun persentasenya sama, kemudian mulai dari 64
tahun ke atas, persentase wanita yang menderita hipertensi lebih tinggi dari
pria (Go dkk., 2014).
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terbesar penyebab
morbiditas dan mortalitas pada penyakit kardiovaskular (Kearney dkk.,
2005). Sejak tahun 1999 hingga 2009, angka kematian akibat hipertensi
meningkat sebanyak 17,1% (Go dkk., 2014) dengan angka kematian akibat
komplikasi hipertensi mencapai 9,4 juta per tahunnya (WHO, 2013).
Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan infark miokard, stroke, gagal
ginjal, dan kematian jika tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan
tepat (James dkk., 2014). Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien
stroke, dan 74% pasien congestive heart failure (CHF) menderita hipertensi
dengan tekanan darah >140/90 mmHg (Go dkk., 2014). Hipertensi
menyebabkan kematian pada 45% penderita penyakit jantung dan 51%
kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Krisis hipertensi terbagi dua, yakni hipertensi urgensi dan hipertensi
emergensi yang dibedakan berdasarkan ada tidaknya kerusakan organ target
yang menyertai peningkatan tekanan darah yang akut tersebut. Meskipun
penanganan hipertensi saat ini telah lebih baik namun krisis hipertensi dan
komplikasinya masih sering dijumpai.
Hipertensi krisis bibagi menjadi dua katagori yaitu hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi. Hipertensi emergensi adalah suatu
keadaan yang ditandai meningkatnya tekanan darah > 180/120 mmHg
disertai bukti adanya kerusakan target organ akut atau progresif sehingga
membutuhkan penurunan tekanan darah segera dengan menggunakan obat
secara parentral. Hipertensi urgensi adalah situasi meningkatnya tekanan
darah secara tajam tanpa gejala yang berat atau kerusakan target organ
progresif dimana kondisi ini membutuhkan penurunan tekanan darah dalam
beberapa jam dengan menggunakan obat oral. Yang termasuk hipertensi
urgensi adalah “accelerated malignant hypertension”, perioperatif, atau
“rebound hypertension”, pada luka bakar dan epistaksis. Accelerated-
malignant hypertension menggambarkan keadaan peningkatan tekanan
darah yang tajam disertai papiledema (Keith-Wegener grade 4) dan atau
perdarahan dan eksudat (keith-Wegener garde 3), tetapi perbedaan
gambaran funduskopi tersebut tidak menggambarkan perbedaan gambaran
klinis atau prognosis
Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah yang tinggi secara akut yang dapat dipicu
oleh beberapa faktor seperti kelainan hormonal tertentu, misalnya krisis
tiroid, krisis feokromositoma, kehamilan dengan preeclampsia/eklampsia,
penyalahgunaan obat – obat tertentu seperti cocaine dan amfetamin, luka
bakar, trauma kepala, glomerulonephritis akut, pembedahan dan lain – lain
akan memicu terjadinya peningkatan resistensi vascular sistemik yang
selanjutnya bisa berdampak terjadinya kerusakan organ target melalui dua
jalur, yaitu peningkatan tekanan darah yang demikian akan menimbulkan
kerusakan sel – sel endotel pembuluh darah yang akan diikuti dengan
pengendapan sel – sel platelet dan fibrin sehingga menyebabkan terjadinya
nekrosis fibrinoid dan proliferasi intimal. Disisi lain terjadi peningkatan
sekresi zat – zat vasokontriktor ,seperti renninangiotensin dan
katekolamin,sebagai mekanisme kompensasi yang semakin mempertinggi
peningkatan tekanan darah sehingga terjadi pula natriuresis spontan yang
mengakibatkan penurunan volume intravascular.Kedua jalur mekanisme
tersebut akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang semakin
tinggi sehingga menimbulkan iskemia jaringan dan pada akhirnya
menyebabkan disfungsi organ (Kitiyakara & Guzman, 1998).
Kerusakan organ target yang sering dijumpai pada pasien dengan
hipertensi emergensi terutama berkaitan dengan otak, jantung dan ginjal.
Berbagai kerusakan organ target yang bisa dijumpai : hipertensi malignant
dengan papiledema, berkaitan dengan cerebrovaskular (seperti Infark
cerebral, intracerebral hemorrhage, subarachnoid hemorrhage ), trauma
kepala, berkaitan dengan kardiak (seperti diseksi aorta akut, gagal jantung
akut, infark miokard akut / mengancam), setelah operasi bedah pintas
koroner (by pass coronary), berkaitan dengan ginjal (seperti
glomerulonephritis akut, hipertensi renovaskular, krisis renal akibat
penyakit kolagen – vascular dan hipertensi berat setelah transpalntasi
ginjal), berkaitan dengan kadar katekolamin yang berlebihan( seperti krisis
feokromositoma, interaksi antara makanan atau obat – obatan dengan
monoamine oxidase inhibitor, pemakaian obat simpatomimetik (kokain),
rebound hipertensi akibat penghentian mendadak obat – obat antihipertensi
dan hiperrefleksia automatic setelah cedera tulang belakang), preeklampsi /
eklampsi, berkaitan dengan pembedahan (seperti hipertensi berat pada
pasien yang memerlukan operasi segera, hipertensi pasca operasi,
perdarahan pasca operasi), luka bakar yang luas / berat, epistaksis yang
berat, purpura trombotik trombositopenia (Varon & Marik, 2003).
pathway

Anda mungkin juga menyukai

  • Kegawatdaruratan Psikiatri
    Kegawatdaruratan Psikiatri
    Dokumen4 halaman
    Kegawatdaruratan Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Psikiatri
    Psikiatri
    Dokumen36 halaman
    Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    berty
    Belum ada peringkat
  • Konsep Lanjut Usia
    Konsep Lanjut Usia
    Dokumen21 halaman
    Konsep Lanjut Usia
    berty
    Belum ada peringkat
  • Berty
    Berty
    Dokumen18 halaman
    Berty
    berty
    Belum ada peringkat
  • Depresii
    Depresii
    Dokumen7 halaman
    Depresii
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Berty Psiki Fixxxx
    Berty Psiki Fixxxx
    Dokumen23 halaman
    Berty Psiki Fixxxx
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Airway Management
    Airway Management
    Dokumen9 halaman
    Airway Management
    berty
    Belum ada peringkat
  • Gadar Berty Psikiatri
    Gadar Berty Psikiatri
    Dokumen25 halaman
    Gadar Berty Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • Kritis Berty Fixxx
    Kritis Berty Fixxx
    Dokumen25 halaman
    Kritis Berty Fixxx
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen31 halaman
    HIPERTENSI
    berty
    Belum ada peringkat
  • Berty 45
    Berty 45
    Dokumen7 halaman
    Berty 45
    berty
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen31 halaman
    HIPERTENSI
    berty
    Belum ada peringkat
  • Rheumatoid Arthritis
    Rheumatoid Arthritis
    Dokumen9 halaman
    Rheumatoid Arthritis
    Firosika's House
    Belum ada peringkat
  • Askep Individu Asma
    Askep Individu Asma
    Dokumen47 halaman
    Askep Individu Asma
    Anita Cyntya
    Belum ada peringkat
  • Belum Edit
    Belum Edit
    Dokumen9 halaman
    Belum Edit
    berty
    Belum ada peringkat
  • Askep Individu Asma
    Askep Individu Asma
    Dokumen47 halaman
    Askep Individu Asma
    Anita Cyntya
    Belum ada peringkat
  • Makalah Asma
    Makalah Asma
    Dokumen13 halaman
    Makalah Asma
    berty
    Belum ada peringkat
  • BABIII
    BABIII
    Dokumen9 halaman
    BABIII
    berty
    Belum ada peringkat
  • BABIII
    BABIII
    Dokumen9 halaman
    BABIII
    berty
    Belum ada peringkat