Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua

orang dan merupakan tahap terakhir dalam perkembangan manusia.

Bertambahnya usia wajar apabila kondisi dan fungsi tubuh manusia menurun,

yang membawa pengaruh dan perubahan menyeluruh mulai dari fisik, mental,

moral dan juga spiritual. Menurut World Health Organisation (WHO) Lansia

adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan

kelompok umur yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.

Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang

disebut Aging Process. Masalah yang menonjol pada kelompok tersebut adalah

menurunnya respon lansia terhadap kemampuan aktivitas fungsional fisik

sehingga lansia tidak mampu untukk merawat diri misalnya

mandi,berpakaian,berdandan dan toileting atau deficit perawatan diri.

defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang

mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias,

makan, dan BAB dan BAK (toileting). Kebersihan diri sangat dipengaruhi oleh

nilai individu dan kebiasaan. Oleh karena itu, personal hygiene sangat perlu

diterapkan, mengingat banyak manfaat yang ada untuk pencegahan segala


penyakit yang bisa ditimbulkan (Abdul, 2015). Menurut Anggriana T.W tahun

2010, personal hygiene adalah perawatan diri dimana seseorang merawat

fungsi-fungsi tertentu seperti mandi, toileting, kebersihan tubuh secara umum

dan berhias. Defist perawatan diri adalah suatu keadan dimana seseorang

mengalami kelainan dalam melakukan atau menyelesaikan suatu aktivitas

sehari hari secara mandiri dan merupakan sutau masalah yang serng timbul

pada lansia, deficit perawatan diri jika tidak segera di tangani maka akan

menyebabkan lansia mengalami gangguan kesehatan lansia. Dampak fisik dari

deficit perawatan diri adalah banyaknya gangguan kesehatan akibat tidak

terjaganya kebershan diri mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

aktivitas sehari-harinya dan lasia mudah depresi. Depresi merupakan gangguan

mental yang banyak menimbulkan beban disabilitas, meningkatkan

morbiditas,mortalitas (Palestin, 2016).

Prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15% dan hasil analisis

dari laporan negara-negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi

pada lansia adalah 13,5 % dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6

(Dharmono, 2008). Di komunitas prevalensi depresi pada lansia lebih bervariasi

antara 1 - 35 % (Frazer, Christensen & Griffith, 2010). Rahardjo (2010)

menyatakan bahwa di Indonesia sekitar 74 % lansia menderita penyakit kronis

seperti hipertensi, diabetes, osteoporosis, rematik, dan jantung yang harus

mengkonsumsi obat terus selama hidupnya. Angka ini dapat mengindikasikan

bahwa ada kemungkinan sebanyak 74% lansia di Indonesia berpotensi untuk

mengalami depresi.
Perubahan mental pada lansia di tandai dengan sikap yang semakin

egosentrik, mudah tersingggung, dam muda deprsei. Depresi adalah gangguan

efek yang sering terjadi pada lansia dan merupakan salh satu gangguan emosi.

Gejala depresi pada lansia ditunjukan dengan lansia menjadi kurang

bersemangat dalam menjalani hidupnya, mudah putus asa, aktivitas menurun,

kurang nafsu makan, cepat lelah dan susah tidur di malam hari,lansia yang

mengalami depresi aka mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

aktivitas sehari harinya depresi metrupakan gangguan mental yang di tandai

dengan keterbatasan komonikasi, aktivitas, tidak sesuai realita, tidak berespon,

ketidak mampuan berpikir (afnuhasi R, 2015:1). Sedangkan kemandirian berarti

tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang masi aktif.

Kemandirian adalah kemampuan atau keadaan dimana individu mampu

mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri tanpa tergantung pada orang

lain (Maryam, 2008)

Depresi pada lansia sering tidak terdeteksi dan tidak tertangani karena

tersamarkan oleh gangguan fisik lainnya. Hampir 30% lansia menderita depresi

dan timbulnya depresi selain karena penyakit yang diderita lansia juga

diakibatkan post power syndrom. Post power sydrom ini dikarenakan para

lansia merasa tidak mampu menghidupi diri atau memenuhi kebutuhannya

sendiri seperti dulu lagi (Heo M, 2013).


Tingginya jumlah lansia yang membutuhkan perhatian khusus terutama

masalah kesehatan, salah satunya ditunjukkan dengan gejala depresi yang

sering muncul pada lansia. Gejala depresi ini dapat memperpendek harapan

hidup dengan mencetuskan atau memperburuk kemunduran fisik. Dampak

terbesarnya sering terjadi di area-area tempat kepuasan dan kualitas hidup

menurun, juga menghambat pemenuhan tugas-tugas perkembangan lansia

(Irawan, 2013).

Lansia yang mandiri adalah lansia yang kondisinya sehat dalam arti luas masih

mampu untuk menjalankan kehidupan pribadinya. Lansia yang sehat berarti

lansia yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.

Kemandirian pada lansia meliputi kemampuan lansia dalam melakukan

aktivitas sehari-hari, seperti: mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet, berpindah

tempat, dapat mengontrol Buang Air Kecil (BAK), atau Buang Air Besar

(BAB), serta dapat makan sendiri. Kemandirian juga dipengaruhi oleh

perubahan situasi kehidupan, aturan sosial, usia dan penyakit. Lansia akan

berangsur-angsur mengalami keterbatasan dalam kemampuan fisik dan

peningkatan kerentanan terhadap penyakit kronis (Yuliatri, 2014). Status

kesehatan dan kualitas hidup sangat dipengaruhi oleh kinerja kegiatan hidup

sehari-hari. Penurunan dalam aktivitas hidup sehari-hari pada lansia

mempengaruhi usia dan kualitas hidup (Meridean dkk, 2001). Penurunan


Activity Daily Living (ADL) pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor

seperti persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, keadaan tidak stabil

bila berjalan, keseimbangan tubuh yang buruk, gangguan peredaran darah,

gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan pada perabaan

(Okamura, 2009).

Faktor lain yang juga mempengaruhi penurunan aktivitas hidup sehari-hari

adalah kondisi fisik menahun, kapasitas mental, status mental seperti kesedihan

dan depresi, penerimaan terhadap berfungsinya anggota tubuh dan dukungan

anggota keluarga. Menurut Budiono (2011) penyakit akut dan kronis, perilaku

gaya hidup, keterbatasan situasional, dan faktor psikososial dapat menurunkan

kemampuan lansia untuk memenuhi aktivitas hidup sehari-hari. Penurunan

aktivitas merupakan kategori respons yang luas terhadap berbagai intensitas

aktivitas fisik. Sehingga kurang aktivitas fisik menyebabkan peningkatan

morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas hidup. Penurunan

intoleransi aktivitas juga mempersulit lansia mempertahankan gaya hidup

mandiri. Mobilitas fisik memengaruhi konsep diri, harga diri, dan kemampuan

emosi manusia dalam menghadapi masalah. Lansia dengan penyakit degeneratif

cenderung mengalami depresi yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan

lansia yang tanpa disertai dengan adanya riwayat penyakit degeneratif. Lansia

dengan riwayat penyakit fisik yang multipel, memiliki resiko terjadinya depresi

yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan lansia tanpa riwayat penyakit fisik,

karena hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan lansia dalam

memenuhi aktivitas hidup sehari-hari. Adanya penyakit degeneratif yang


menyebabkan lansia mengalami kemunduran fisik dalam pemenuhan aktivitas

sehari-hari merupakan salah satu stressor pada lansia yang mampu untuk

meningkatkan resiko terjadinya depresi (Budiono, 2011).

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    berty
    Belum ada peringkat
  • Depresii
    Depresii
    Dokumen7 halaman
    Depresii
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    berty
    Belum ada peringkat
  • Konsep Lanjut Usia
    Konsep Lanjut Usia
    Dokumen21 halaman
    Konsep Lanjut Usia
    berty
    Belum ada peringkat
  • Psikiatri
    Psikiatri
    Dokumen36 halaman
    Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • Kegawatdaruratan Psikiatri
    Kegawatdaruratan Psikiatri
    Dokumen4 halaman
    Kegawatdaruratan Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Berty 45
    Berty 45
    Dokumen7 halaman
    Berty 45
    berty
    Belum ada peringkat
  • Berty
    Berty
    Dokumen18 halaman
    Berty
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Berty Psiki Fixxxx
    Berty Psiki Fixxxx
    Dokumen23 halaman
    Berty Psiki Fixxxx
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Kritis Berty Fixxx
    Kritis Berty Fixxx
    Dokumen25 halaman
    Kritis Berty Fixxx
    berty
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen31 halaman
    HIPERTENSI
    berty
    Belum ada peringkat
  • Askep Individu Asma
    Askep Individu Asma
    Dokumen47 halaman
    Askep Individu Asma
    Anita Cyntya
    Belum ada peringkat
  • Edit Pak Rahmat
    Edit Pak Rahmat
    Dokumen6 halaman
    Edit Pak Rahmat
    berty
    Belum ada peringkat
  • Gadar Berty Psikiatri
    Gadar Berty Psikiatri
    Dokumen25 halaman
    Gadar Berty Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen31 halaman
    HIPERTENSI
    berty
    Belum ada peringkat
  • Airway Management
    Airway Management
    Dokumen9 halaman
    Airway Management
    berty
    Belum ada peringkat
  • Rheumatoid Arthritis
    Rheumatoid Arthritis
    Dokumen9 halaman
    Rheumatoid Arthritis
    Firosika's House
    Belum ada peringkat
  • BABIII
    BABIII
    Dokumen9 halaman
    BABIII
    berty
    Belum ada peringkat
  • BABIII
    BABIII
    Dokumen9 halaman
    BABIII
    berty
    Belum ada peringkat
  • Belum Edit
    Belum Edit
    Dokumen9 halaman
    Belum Edit
    berty
    Belum ada peringkat
  • Askep Individu Asma
    Askep Individu Asma
    Dokumen47 halaman
    Askep Individu Asma
    Anita Cyntya
    Belum ada peringkat
  • Makalah Asma
    Makalah Asma
    Dokumen13 halaman
    Makalah Asma
    berty
    Belum ada peringkat