Anda di halaman 1dari 31

HIPERTENSI

1. Definisi

Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin,
2003 ). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,
2001). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90
mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Hipertensi didefinisikan oleh Joint
National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg
dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD)
normal tinggi sampai hipertensi maligna. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman
Sorensen,1996). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi
berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan
tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

Anatomi

a. Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada
sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.

Hubungan jantung adalah:

1) Atas : pembuluh darah besar

2) Bawah : diafragma

3) Setiap sisi : paru

4) Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis

b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-
cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).

Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan.
Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya
tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm
(0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-
kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3
lapisan yaitu :

1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri
dari jaringan endotel.

2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic dan
termasuk otot polos

3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat
gembur yang berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006)

c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat
berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat
lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah
akan meningkat.

d. Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke
venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.

Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan
endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar,
menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat
penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.

e. Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam
darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe
sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.

f. Vena dan venul

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul.
Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain. (Gibson,
John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)

Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk
ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini
juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis,
mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO

1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik
kurang atau sama dengan 90 mmHg

2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-
94 mmHg

3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension

1. Diastolik

a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal

b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi

c. 90 -104 : Hipertensi ringan

d. 105 – 114 : Hipertensi sedang

e. >115 : Hipertensi berat

2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)


a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal

b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi

c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistole ≥180
mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan
penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan
kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal,
jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Dibagi
menjadi dua:

a. Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi
parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif.
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan
tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.

b. Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang
berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah
dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik). Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.

b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.

c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh
darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi
Na, obesitas, merokok dan stress.

b. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.


Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan
pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20


tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

a. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data


penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan

1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )


3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

5) Kebiasaan hidup

6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

7) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )

8) Kegemukan atau makan berlebihan

9) Stress

10) Merokok

11) Minum alcohol

12) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :

1) Ginjal

2) Glomerulonefritis

3) Pielonefritis

4) Nekrosis tubular akut

5) Tumor

6) Vascular

7) Aterosklerosis

8) Hiperplasia

9) Trombosis

10) Aneurisma

11) Emboli kolestrol

12) Vaskulitis

13) Kelainan endokrin

14) DM
15) Hipertiroidisme

16) Hipotiroidisme

17) Saraf

18) Stroke

19) Ensepalitis

20) SGB

21) Obat – obatan

22) Kontrasepsi oral

23) Kortikosteroid

Faktor Resiko

§ Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi

§ Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause

§ Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium

§ Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti
merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.

§ Factor emosional dan tingkat stress

§ Gaya hidup yang monoton

§ Sensitive terhadap angiotensin

§ Kegemukan

§ Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan
arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari sel
jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya
perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone
aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan
tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

Pathways
Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.

b. Sakit kepala

c. Pusing / migraine

d. Rasa berat ditengkuk

e. Penyempitan pembuluh darah

f. Sukar tidur

g. Lemah dan lelah

h. Nokturia

i. Azotemia

j. Sulit bernafas saat beraktivitas


Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

1) Pemeriksaan yang segera seperti :

§ Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

§ Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

§ Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).

§ Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.

§ Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

§ Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )

§ Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

§ Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)

§ Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

§ Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

§ Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

§ EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun
gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

§ Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk
menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.

2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama
):

§ IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal
/ ureter.
§ CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

§ IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,


perbaikan ginjal.

§ Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.

§ (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

Komplikasi

Efek pada organ :

a. Otak

§ Pemekaran pembuluh darah

§ Perdarahan

§ Kematian sel otak : stroke

b. Ginjal

§ Malam banyak kencing

§ Kerusakan sel ginjal

§ Gagal ginjal

c. Jantung

§ Membesar

§ Sesak nafas (dyspnoe)

§ Cepat lelah

§ Gagal jantung

Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :


1. Terapi tanpa Obat è Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :

a. Diet

b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

§ Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

§ Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c. Penurunan berat badan

d. Penurunan asupan etanol

e. Menghentikan merokok

f. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

i. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1) Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala
dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium,
atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :

a. Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

b. Step 2

Alternatif yang bisa diberikan :

1) Dosis obat pertama dinaikkan

2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh

1) Obat ke-2 diganti

2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya

1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2) Re-evaluasi dan konsultasi

3) Follow Up untuk mempertahankan terapi


Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik
antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai
berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya

b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya

c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas

d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas
dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai
alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah

f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari

g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-
masalah yang mungkin terjadi

h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal

i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada
anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:

a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:

a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil
mungkin.

c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

d. Batasi aktivitas.

Perawatan Hipertensi

§ Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).

§ Batasi pemakaian garam.

§ Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan hipertensi
dalam keluarga.

§ Tidak merokok.

§ Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.

§ Hindari minum kopi yang berlebihan.

§ Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).

§ Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.
Bagi yang sudah sakit

§ Berobat secara teratur.

§ Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter.

§ Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena
ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.

Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan, kunci
utamanya adalah :

1. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.

2. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.

3. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan

12. Diit Hipertensi

a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa

1) konsumsi lemak dibatasi

2) konsumsi Cholesterol dibatasi

3) konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese

4) Makanan yang boleh dikonsumsi

b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi

1) Sumber kalori

Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.

2) Sumber protein hewani

Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling
banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.

3) Sumber protein nabati

Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.

4) Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.

5) Sayuran

Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge,
labu siam, oyong, wortel.

6) Buah-buahan

Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.

7) Bumbu

Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.

8) Minuman

Thea encer, coklat encer, juice buah.

c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi

1) Makanan yang banyak mengandung garam

o Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda.

o Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang, sarden ikan teri, telur
asin.

o Keju, margarine dan mentega.

2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol

Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.

3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh

o Lemak hewan :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.

o Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.

4) Makanan yang banyak menimbulkan gas

Kool, sawi, lobak, dll.

d. Bagaimana Mengatur Diit


1) Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan, margarine,mentega sebagai
pengganti gunakan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.

2) Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50 gram tiap
kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.

3) Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.

4) Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.

5) Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.

6) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola, limun,
permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.

7) Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.

e. Obat Tradisional Untuk Hipertensi

Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara tradisional untuk
mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada
masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang
tidak diketahui. Obat – obat tradisional tersebut diantaranya:

1) Buah Belimbing

Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga bisa menurunkan
tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang
sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas
sari belimbing. Air perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu
bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu
menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur
menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya
lebih banyak.

2) Daun Seledri

Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai halus, saring dan peras
deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam,
kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut
penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.

3) Bawang Putih

Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap pagi dan sore hari.
Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika
tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena
banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya
ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.

4) Buah Mengkudu / Pace

Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama dengan buah
belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih,
diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur

5) Avokad

Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air putih. Tunggu air
rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum
sore hari.

6) Melon

Buah yang sudah masak dapat langsung di makan

7) Semangka

Buah yang sudah masak dapat langsung di makan

8) Mentimun

Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum

13. Pengkajian Keperawatan

a. Aktivitas / istirahat

Gejala :

§ Kelemahan

§ Letih

§ Napas pendek

§ Gaya hidup monoton

Tanda :
§ Frekuensi jantung meningkat

§ Perubahan irama jantung

§ Takipnea

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit


serebrovaskuler

Tanda :

§ Kenaikan TD

§ Nadi : denyutan jelas

§ Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

§ Bunyi jantung : murmur

§ Distensi vena jugularis

§ Ekstermitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat

c. Integritas Ego

Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple
( hubungsn, keuangan, pekerjaan )

Tanda :

§ Letupan suasana hati

§ Gelisah

§ Penyempitan kontinue perhatian

§ Tangisan yang meledak

§ otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )

§ Peningkatan pola bicara

d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )

e. Makanan / Cairan

Gejala :

§ Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol

§ Mual

§ Muntah

§ Riwayat penggunaan diuretik

Tanda :

§ BB normal atau obesitas

§ Edema

§ Kongesti vena

§ Peningkatan JVP

§ glikosuria

f. Neurosensori

Gejala :

§ Keluhan pusing / pening, sakit kepala

§ Episode kebas

§ Kelemahan pada satu sisi tubuh

§ Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

§ Episode epistaksis

Tanda :

§ Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )

§ Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

§ Perubahan retinal optik

g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :

§ nyeri hilang timbul pada tungkai

§ sakit kepala oksipital berat

§ nyeri abdomen

h. Pernapasan

Gejala :

§ Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas

§ Takipnea

§ Ortopnea

§ Dispnea nocturnal proksimal

§ Batuk dengan atau tanpa sputum

§ Riwayat merokok

Tanda :

§ Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan

§ Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )

§ Sianosis

i. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien

j. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala :

§ Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit


serebrovaskuler, ginjal

§ Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain

§ Penggunaan obat / alkohol


1 4. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan


kebutuhan oksigen.

c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita
klien

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
NO
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX
KOLABORASI

1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :


penurunan curah
jantungberhubungan v Cardiac Pump Cardiac Care
denganpeningkatan effectiveness
§ Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi
afterload, vasokonstriksi, v Circulation
hipertrofi/rigiditas § Catat adanya disritmia jantung
ventrikuler, iskemia Status § Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putp
miokard
v Vital Sign § Monitor status kardiovaskuler
Status
§ Monitor status pernafasan yang menandakan gagal ja
Kriteria Hasil:
§ Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfus
§ Tanda Vital
dalam rentang § Monitor balance cairan
normal (Tekanan § Monitor adanya perubahan tekanan darah
darah, Nadi,
respirasi) § Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan anti

§ Dapat § Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari


mentoleransi
§ Monitor toleransi aktivitas pasien
aktivitas, tidak
ada kelelahan § Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortop
§ Tidak ada § Anjurkan untuk menurunkan stress
edema paru,
perifer, dan tidak
ada asites
Vital Sign Monitoring
§ Tidak ada
§ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
penurunan
kesadaran § Catat adanya fluktuasi tekanan darah

§ Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdir

§ Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

§ Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah

§ Monitor kualitas dari nadi

§ Monitor adanya pulsus paradoksus

§ Monitor adanya pulsus alterans

§ Monitor jumlah dan irama jantung

§ Monitor bunyi jantung

§ Monitor frekuensi dan irama pernapasan


§ Monitor suara paru

§ Monitor pola pernapasan abnormal

§ Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

§ Monitor sianosis perifer

§ Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi ya


peningkatan sistolik)

§ Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitasberhubungan
dengankelemahan, v Energy Energy Management
ketidakseimbangan suplai conservation
§ Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
dan kebutuhan oksigen. v Self Care :
ADLs § Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhada

Kriteria Hasil : § Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan

§ Berpartisipasi § Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat


dalam aktivitas § Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emos
fisik tanpa disertai
peningkatan § Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
tekanan darah,
§ Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
nadi dan RR
Activity Therapy
§ Mampu
melakukan § Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik da
aktivitas sehari terapi yang tepat.
hari (ADLs)
secara mandiri § Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang ma

§ Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai


psikologi dan social

§ Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sum


aktivitas yang diinginkan

§ Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seper


§ Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai

§ Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu lu

§ Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekura

§ Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivit

§ Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri da

§ Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

3 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral v Pain Level, Pain Management

v Pain control, § Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif term


durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
v Comfort level
§ Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Kriteria Hasil :
§ Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk meng
§ Mampu pasien
mengontrol nyeri
(tahu penyebab § Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
nyeri, mampu
menggunakan § Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
tehnik § Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
nonfarmakologi kontrol nyeri masa lampau
untuk mengurangi
nyeri, mencari § Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menem
bantuan)
§ Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi ny
§ Melaporkan pencahayaan dan kebisingan
bahwa nyeri
§ Kurangi faktor presipitasi nyeri
berkurang dengan
menggunakan § Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, n
manajemen nyeri personal)

§ Mampu § Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan interve


mengenali nyeri
(skala, intensitas, § Ajarkan tentang teknik non farmakologi
frekuensi dan
tanda nyeri) § Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

§ Menyatakan § Evaluasi keefektifan kontrol nyeri


rasa nyaman
setelah nyeri § Tingkatkan istirahat
berkurang § Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan d
§ Tanda vital berhasil
dalam rentang § Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
normal

Analgesic Administration

§ Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat


obat

§ Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan fre

§ Cek riwayat alergi

§ Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinas


pemberian lebih dari satu

§ Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratn

§ Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosi

§ Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan

§ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian an

§ Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri heb

§ Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek

4 Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan Anxiety Reduction


krisis situasional sekunder tindakan
adanya hipertensi yang keperawatan § Gunakan pendekatan yang menenangkan
diderita klien selama 3 x 24 § Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasie
jam, cemas
pasien § Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan sela
berkurang dengan
§ Temani pasien untuk memberikan keamanan dan men
kriteria hasil: § Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindak

v Anxiety Control § Dorong keluarga untuk menemani anak

v Coping § Lakukan back / neck rub

v Vital Sign § Dengarkan dengan penuh perhatian


Status
§ Identifikasi tingkat kecemasan
§ Menunjukan
teknik untuk § Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan ke
mengontrol § Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, keta
cemas è teknik
nafas dalam § Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

§ Postur tubuh § Barikan obat untuk mengurangi kecemasan


pasien rileks dan
ekspresi wajah
tidak tegang

§ Mengungkapkan
cemas berkurang

§ TTV dbn

TD = 110-130/
70-80 mmHg

RR = 14 – 24 x/
menit

N = 60 -100 x/
menit

S = 365 – 375 0C

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang v Kowlwdge : Teaching : disease Process
proses penyakit disease process
§ Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasie
v Kowledge : yang spesifik
health Behavior
§ Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana h
Kriteria Hasil : anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

§ Pasien dan § Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pa


keluarga yang tepat
menyatakan
pemahaman § Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
tentang penyakit, § Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yan
kondisi, prognosis
dan program § Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, deng
pengobatan
§ Hindari harapan yang kosong
§ Pasien dan
§ Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang
keluarga mampu
cara yang tepat
melaksanakan
prosedur yang § Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin di
dijelaskan secara komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses p
benar
§ Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
§ Pasien dan
keluarga mampu § Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mend
menjelaskan dengan cara yang tepat atau diindikasikan
kembali apa yang
§ Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, den
dijelaskan
perawat/tim § Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lok
kesehatan lainnya.
§ Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Hamzah, : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite
RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Anda mungkin juga menyukai

  • Kegawatdaruratan Psikiatri
    Kegawatdaruratan Psikiatri
    Dokumen4 halaman
    Kegawatdaruratan Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Psikiatri
    Psikiatri
    Dokumen36 halaman
    Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    berty
    Belum ada peringkat
  • Konsep Lanjut Usia
    Konsep Lanjut Usia
    Dokumen21 halaman
    Konsep Lanjut Usia
    berty
    Belum ada peringkat
  • Berty
    Berty
    Dokumen18 halaman
    Berty
    berty
    Belum ada peringkat
  • Depresii
    Depresii
    Dokumen7 halaman
    Depresii
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Berty Psiki Fixxxx
    Berty Psiki Fixxxx
    Dokumen23 halaman
    Berty Psiki Fixxxx
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Airway Management
    Airway Management
    Dokumen9 halaman
    Airway Management
    berty
    Belum ada peringkat
  • Gadar Berty Psikiatri
    Gadar Berty Psikiatri
    Dokumen25 halaman
    Gadar Berty Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen31 halaman
    HIPERTENSI
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Edit Pak Rahmat
    Edit Pak Rahmat
    Dokumen6 halaman
    Edit Pak Rahmat
    berty
    Belum ada peringkat
  • Berty 45
    Berty 45
    Dokumen7 halaman
    Berty 45
    berty
    Belum ada peringkat
  • Kritis Berty Fixxx
    Kritis Berty Fixxx
    Dokumen25 halaman
    Kritis Berty Fixxx
    berty
    Belum ada peringkat
  • Rheumatoid Arthritis
    Rheumatoid Arthritis
    Dokumen9 halaman
    Rheumatoid Arthritis
    Firosika's House
    Belum ada peringkat
  • Askep Individu Asma
    Askep Individu Asma
    Dokumen47 halaman
    Askep Individu Asma
    Anita Cyntya
    Belum ada peringkat
  • Belum Edit
    Belum Edit
    Dokumen9 halaman
    Belum Edit
    berty
    Belum ada peringkat
  • Askep Individu Asma
    Askep Individu Asma
    Dokumen47 halaman
    Askep Individu Asma
    Anita Cyntya
    Belum ada peringkat
  • Makalah Asma
    Makalah Asma
    Dokumen13 halaman
    Makalah Asma
    berty
    Belum ada peringkat
  • BABIII
    BABIII
    Dokumen9 halaman
    BABIII
    berty
    Belum ada peringkat
  • BABIII
    BABIII
    Dokumen9 halaman
    BABIII
    berty
    Belum ada peringkat