Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar
dalam psikatri kontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang
mereka buat. Di dunia lebih dari 1000 tindakat bunuh diri terjadi tiap hari, di
Inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun (Ingram,
Timbury dan Mowbray, 1993). Di Amerika Serikat, dilaporkan 25.000
tindakan bunuh diri setiap tahun (Wilson dan Kneisl,1988), dan merupakan
penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan
wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden, 1987, hlm. 487).
Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey
dan Wright, 1987, hlm.79).
Menurut Prayitno (1983) tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per
100.000 penduduk. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
2003 mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya
atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian
pada usia 15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga
kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki
lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara
lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi,
sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau
racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu
wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau
diselamatkan orang lain.
Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri
bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan
pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak. Masalah ini
bersifat emosional, peracunan diri sendiri secara khusus cenderung
membangkitkan respon tak rasional dan agresif dari perawat dan dokter
(Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah
saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesipik
untuk bunuh diri.

B. Masalah
1. Apakah pengertian bunuh diri ?
2. Apakah etiologi bunuh diri ?
3. Apakah faktor predisposisi dan faktor presipitasi bunuh diri ?
4. Apa saja manifestasi klinis klien resiko bunuh diri ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan klien resiko bunuh diri ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bunuh diri
2. Mengetahui etiologi bunuh diri
3. Mengetahui predisposisi dan faktor presipitasi bunuh diri
4. Mengetahui manifestasi klinis klien resiko bunuh diri
5. Mengetahui asuhan keperawatan klien resiko bunuh diri
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan
rentang harapan – putus harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon
maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya setempat.
Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah
dapat mengarah kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai
peningkatan diri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif
diri, pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan respon maladaptif
(Wiscarz dan Sundeen, 1998).

RENTANG RESPONS PROTEKTIF-DIRI

Respon Adaptif
Respon Maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku


Pencederaan Bunuh diri
Diri peningkatan beresiko destruktif-diri diri
Gambar 1. Rentang respon protektif-diri (Wiscarz dan Sundeen, 1998
: 282)
Rentang sehat sakit juga dapat dipakai untuk menggambarkan respons
adaptif sampai respon maladaptif pada bunuh diri.
Respon Adaptif
Respon Maladaptif

Menghargai diri Berani ambil resiko Merusak diri


sendiri Bunuh diri
dalam mengembangkan diri secara tidak
langsung
Gambar 2. Rentang menghargai-merusak diri (Stuart dan Sundeen,
1987)
Dalam kehidupan, individu selalu mengadapi masalah atau stressor.
Respon individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah
yang dimiliki serta tingkat stress yang dialami. Individu yang sehat
senantiasa berespons secara adaptif dan jika gagal ia berespons secara
maladaptif dengan menggunakan koping bunuh diri.
1. Rentang adaptif : Harapan, Yakin, Percaya, Inspirasi, Tetap hati,
2. Respon maladaptif antara lain :
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping
yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu
mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang
membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu
akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir
dengan bunuh diri.
c. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai
dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat
individu ke luar dari keadaan depresi berat.
d. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

B. ETIOLOGI
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah
sebagai berikut :
1. Genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat
menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik
(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik
(Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic (
suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan
beradaptasi dengan stressor).
3. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
Sebagai tambahan dari penyebab terjadinya bunuh diri, Cook dan
Fontaine (1987) menerangkan penyebab bunuh diri dari masing-masing
golongan usia.
1. Pada anak
a. Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
b. Situasi keluarga yang kacau
c. Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
d. Gagal sekolah
e. Takut atau dihina di sekolah
f. Kehilangan orang yang dicintai
g. Di hukum orang lain
2. Pada remaja
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain
e. Kehilangan orang yang dicintai
f. Keadaan fisik
g. Masalah dengan orang tua
h. Masalah seksual
i. depresi
3. Pada dewasa
a. Self-ideal terlalu tinggi
b. Cemas akan tugas akademik yang banyak
c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan
kasih sayang orang tua
d. Kompetisi untuk sukses
4. Pada usia lanjut
a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat
d. Kesepian dan isolasi sosial
e. Kehilangan ganda (seperti pekerjaan , kesehatan, pasangan)
f. Sumber hidup berkurang
C. JENIS-JENIS PERILAKU BUNUH DIRI
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan
individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi
dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah
lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan
mereka yang menikah.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung
untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu
kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara
individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan
norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan
tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan
padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Keputusasaan
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
3. Alam perasaan depresi
4. Agitasi dan gelisah
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan BB
7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
8. Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
a. Riwayat psikososial :
1. Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
2. Hidup sendiri
3. Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
1. Faktor-faktor kepribadian
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisosial

E. PROSES TERJADINYA BUNUH DIRI


Menurut Stuart dan Sundeen (1998), penyebab bunuh diri antara lain
:
1. Faktor Prediposisi
a. Diagnostik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan
apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
F. PENCEGAHAN
Mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya memberikan
peringatan pada keluarganya dan sebelumnya sering mencari nasehat medis.
Sehingga ada kemungkinan untuk dicegah dengan diagnosis dan terapi yang
lebih baik. Pencegahan berskala besar harus diarahkan untuk mengatasi
isolasi sosial, rendahnya harga diri, dan pengurangan kosumsi dan
penyalahgunaan alkohol dan obat.

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang
mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak ditemukan atau
melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus bunuh diri
membutuhkan obat penenang saat mereka bertindak kekerasan pada diri
mereka atau orang lain, dan pasien juga lebih membutuhkan terapi kejiwaan
melalui komunikasi terapeutik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Tujuan :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d. Klien dapat meningkatkan harga diri
e. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
2) Tindakan keperawatan
a) Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
1. Perkenalkan diri dengan klien
2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
4. Bersifat hangat dan bersahabat.
5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan
(pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
3. Awasi klien secara ketat setiap saat.
c) Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
3. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
4. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
d) Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
2. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
e) Membantu pasien untuk menggunakan koping individu yang adaptif
1. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.)
2. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang,
dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan
tentang kegagalan dalam kesehatan.
3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan :
a. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah rasa ingin bunuh diri
2) Tindakan keperawatan
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang ingin bunuh diri
adalah :
a) Membina hubungan saling percaya
1. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
2. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
b) Membantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
3. Utamakan pemberian pujian yang realitas
c) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan
untuk diri sendiri dan keluarga
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
d) Melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e) Memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH
DIRI
1. PENGKAJIAN
a. Kaji Keluhan utama klien
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
c. Konsep diri : Harga diri rendah
(Umumnya pasien mengatakan hal yang negatif tentang dirinya, yang
menunjukkan harga diri yang rendah)
d. Alam perasaan
( ) sedih ( ) putus asa
( ) ketakutan ( ) gembira berlebihan
(pasien pada umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangat
mendalam)
e. Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan ( ) Tidak kooperatif
( ) Defensi ( ) Kontak mata kurang
( ) mudah tersinggung ( ) curiga
(pasien biasanya menunjukkan kontak mata yang kurang)
f. Afek
( ) Datar ( ) Labil
( ) Tumpul ( ) Tidak sesuai
(pasien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul)
g. Mekanisme koping maladaptif
( ) minum alkohol ( ) bekerja berlebihan
( ) reaksi lambat ( ) mencederai diri
( ) menghindar ( ) lainnya
(pasien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan
mencederai diri)
h. Masalah psikososial dan lingkungan
( ) masalah dengan dukungan keluarga
( ) masalah dengan perumahan
Tabel 2. Pengkajian tingkat resiko bunuh diri
Perilaku atau Gejala Intensitas resiko
Rendah Sedang tinggi
1. Cemas Rendah Sedang Tinggi atau panik
2. Depresi Rendah Sedang Berat
3. Isolasi-menarik diri Perasaan depresi Perasaan tidak Tidak berdaya,
yang samar, tidak berdaya, putus asa, putus asa,
4. Fungsi sehari-hari menarik diri menarik diri menarik diri,
5. Sumber-sumber Umumnya baik pada protes pd diri
6. Strategi koping semua aktivitas Baik pada beberapa sndiri
7. Orang penting/dekat Beberapa aktivitas Tidak baik pd
8. Pelayanan psikatri Umumnya Sedikit semua
yang lalu konstruktif Sebagian konstruktif Aktivitas
9. Pola hidup Beberapa Sedikit atau hanya Kurang
satu Sebagian bsr
10. Pemakai alkohol dan Tidak, sikap positif destruktif
obat Ya, umumnya Tidak ada
11. Percobaan bunuh memuaskan
diri sebelumnya Stabil Bersikap negatif
12. Disorientasi dan terhadap
disorganisasi Tidak sering Sedang (stabil tak pertolongan
13. Bermusuhan stabil)
14. Rencana bunuh diri. Tidak stabil
Tidak, atau yang Sering
tidak fatal Terus menerus

Tidak ada Dari tidak sampai


dengan cara yang Dari tidak, sampai
agak fatal berbagai cara
Tidak atau sedikit yang fatal
Samar, kadang- Sedikit Jelas atau ada
kadang ada pikiran,
tidak ada rencana
Beberapa Jelas atau ada
Sering dipikirkan Sering dan
kadang-kadang ada konstan
ide untuk dipikirkan dengan
merencanakan rencana spesipik

Tabel 3. SIRS (suicidal intention rating scale)


Skor 0 : tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 : ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam bunuh diri.
Skor 2 : memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan
bunuh diri.
Skor 3 : mengancam bunuh diri, misalnya “tinggalkan saya sendiri atau
saya bunuh diri”.
Skor 4 : aktif mencoba bunuh diri.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Bunuh Diri
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan pada pasien bunuh diri dan keluarga terdiri
dari 3 macam yaitu :
a. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan
rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
b. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak
karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.”
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.
Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/
marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif
tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

c. Percobaan bunuh diri.


Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai
diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba
bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi,
atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat
1991 : 4). Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada
dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.

B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat
mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan
asuhan keperawatannya. Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk
menjalankan tugas sebagai perawat kejiwaan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Keliat. B.A. 1991. Tingkah laku Bunuh Diri. Jakarta : Arcan
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Ingram, I.M., dkk. 1993. Catatan Kuliah PSIKIATRI edisi 6. Jakarta : EGC
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    berty
    Belum ada peringkat
  • Depresii
    Depresii
    Dokumen7 halaman
    Depresii
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    berty
    Belum ada peringkat
  • Konsep Lanjut Usia
    Konsep Lanjut Usia
    Dokumen21 halaman
    Konsep Lanjut Usia
    berty
    Belum ada peringkat
  • Psikiatri
    Psikiatri
    Dokumen36 halaman
    Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • Kegawatdaruratan Psikiatri
    Kegawatdaruratan Psikiatri
    Dokumen4 halaman
    Kegawatdaruratan Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    berty
    Belum ada peringkat
  • Berty 45
    Berty 45
    Dokumen7 halaman
    Berty 45
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Berty Psiki Fixxxx
    Berty Psiki Fixxxx
    Dokumen23 halaman
    Berty Psiki Fixxxx
    berty
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    berty
    Belum ada peringkat
  • Kritis Berty Fixxx
    Kritis Berty Fixxx
    Dokumen25 halaman
    Kritis Berty Fixxx
    berty
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen31 halaman
    HIPERTENSI
    berty
    Belum ada peringkat
  • Askep Individu Asma
    Askep Individu Asma
    Dokumen47 halaman
    Askep Individu Asma
    Anita Cyntya
    Belum ada peringkat
  • Edit Pak Rahmat
    Edit Pak Rahmat
    Dokumen6 halaman
    Edit Pak Rahmat
    berty
    Belum ada peringkat
  • Gadar Berty Psikiatri
    Gadar Berty Psikiatri
    Dokumen25 halaman
    Gadar Berty Psikiatri
    berty
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen31 halaman
    HIPERTENSI
    berty
    Belum ada peringkat
  • Airway Management
    Airway Management
    Dokumen9 halaman
    Airway Management
    berty
    Belum ada peringkat
  • Rheumatoid Arthritis
    Rheumatoid Arthritis
    Dokumen9 halaman
    Rheumatoid Arthritis
    Firosika's House
    Belum ada peringkat
  • BABIII
    BABIII
    Dokumen9 halaman
    BABIII
    berty
    Belum ada peringkat
  • BABIII
    BABIII
    Dokumen9 halaman
    BABIII
    berty
    Belum ada peringkat
  • Belum Edit
    Belum Edit
    Dokumen9 halaman
    Belum Edit
    berty
    Belum ada peringkat
  • Askep Individu Asma
    Askep Individu Asma
    Dokumen47 halaman
    Askep Individu Asma
    Anita Cyntya
    Belum ada peringkat
  • Makalah Asma
    Makalah Asma
    Dokumen13 halaman
    Makalah Asma
    berty
    Belum ada peringkat