Tujuan:
- Mampu mendiagnosis kejang demam dengan cepat.
- Mencari dan mengobati penyebab.
- Tahu indikasi dan pemberian obat anti kejang
- Memberikan edukasi pencegahan.
Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
STATUS GENERAL
KULIT
Warna : Sawo matang
Turgor : kembali cepat
Ikterus : (-)
Sianosis : (-)
Udema : (-)
KEPALA
Bentuk : Kesan Normocephali
Rambut : Berwarna hitam, sukar dicabut
Mata : Cekung (-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Telinga : Serumen (-)
Hidung : Sekret (-), NCH (-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), sianosis (-)
Gigi geligi: : Karies (-)
Lidah : Beslag (-), tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tonsil : Hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
LEHER
Bentuk : Kesan simetris
Kelenjar Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran KGB (-)
THORAK
Bentuk dan Gerak : Kesan simetris
Tipe Pernafasan : Thorako Abdominal
Retraksi : (-)
PARU-PARU
DEPAN
KANAN KIRI
Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (N) Vesikuler (N)
Ronkhi (+) Ronkhi (+)
Wheezing (-) Wheezing (-)
BELAKANG
KANAN KIRI
Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (N) Vesikuler (N)
Ronkhi (+) Ronkhi (+)
Wheezing (-) Wheezing (-)
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICR IV, 1 cm medial linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : ICR II sinistra
Kiri : 1 cm linea midclavicula sinistra
Kanan : linea parasternalis dekstra
ABDOMEN
Inspeksi : Kesan simetris
Palpasi : Distensi abdomen (-), Nyeri tekan (-), Lien dan hepar tidak teraba.
Perkusi : Tympani usus (+), pekak hati (-), asites (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (N)
STATUS NEUROLOGIS : kaku kuduk (-), Brudzinski sign (-), kernig sign (-), reflek fisiologis (+), reflek patologis (-).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 10,6 gr/dl
Leukosit : 9.700 /μl
Trombosit : 370.000 / μl
Hematokrit : 35,5 %
LED : 20 mm/jam
KGDS : 98 mg/dl
Widal : Negatif
DIAGNOSA SEMENTARA
Kejang demam sederhana + Pneumonia
PENATALAKSANAAN
Umum : bed rest dan kompres hangat.
Khusus:
1. O2 1 L/i
2. IVFD Ringer laktat 40 gtt/menit (mikro) selama 6 jam, maintenance 30 gtt/menit (mikro)
3. Inj. Ceftriaxone 350 mg/ 12 jam
4. Inj. Norages 80 mg/ 8 jam jika T>38,40C
5. Inj. Ranitidine ¼ ampul/ 12 jam
6. Nebulizer Combivent 1 Flcn/12 jam
7. Stesolid supp 5mg (k/p)
8. Fasidol drop 3 x 1 ml
9. Candistatin drop 3 x 0,5 ml
10. Pulvis : Fromedex 1/8 tab
GG 1/6 tab
Cetirizine ¼ tab
Prednisolon 2,5mg
Salbutamol 0,5mg
Vit c 1/6 tab
Diazepam 0,5mg
Mf la pulv dtd XII (3 x 1)
FOLLOW UP
Subjective Objective Assessment Planning
8-10-2016 Ku : membaik Kejang demam sederhana + - IVFD Ringer laktat 40 gtt/menit (mikro)
demam (-) , batuk berdahak (+) HR : 128x/i Pneumonia selama 6 jam, maintenance 30 gtt/menit
, pilek (+), kejang berulang (-) RR : 64x/i. (mikro)
T : 36,4°c - Inj. Ceftriaxone 350 mg/ 12 jam
Rhonki (+/+) ↓↓ - Inj. Norages 80 mg/ 8 jam jika T>38,40C
- Inj. Ranitidine ¼ ampul/ 12 jam
- Nebulizer Combivent 1 Flcn/12 jam
- Stesolid supp 5mg (k/p)
- Fasidol drop 3 x 1 ml
- Candistatin drop 3 x 0,5 ml
- Pulvis 3x1
9-10-2016 Ku : membaik Kejang demam sederhana + - Pasien ACC PBJ
demam (-) , batuk berdahak (+) HR : 122x/i Pneumonia - Cefixime 2x ½ cth
, pilek (-), kejang berulang (-) RR : 58x/i. - Fasidol drop 4 x Cth 1
T : 36,7°c - Candistatis drop 3 x 0,5 ml
Rhonki (-/-) - Pulvis 3x1
Daftar Pustaka:
1. Pusponegoro, Hardiono D. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Badan Penerbit IDAI, Jakarta 2004.
2. Lumban tobing,S.M.DR. Kejang Demam. FKUI, Jakarta 2004.
3. Henry. WB, Kejang Demam, Dalam: Behrman RE, et al Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, EGC, Jakarta
4. Hassan, rusepno. Dr. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI, Jakarta 2005.
5. Baumann Robert, MD. Febrile Seizures, Sumber Tulisan: Http://www. Emedicine.com.
6. Pusponegoro, Hardiono D. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI, Jakarta 2006.
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis kejang demam
2. Langkah penatalaksaan kejang demam
3. Mencari dan mengobati penyebab
4. Edukasi untuk pencegahan
5. Waspadai demam tinggi
Rangkuman
1. Subjektif (Alloanamnesis):
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak ± 20 menit sebelum masuk rumah sakit. kejang terjadi di rumah sebanyak 2 kali dalam
sehari dan lamanya kejang lebih dari 10 menit. Pada saat kejang, tangan dan kaki kaku, dan Os juga tidak sadarkan diri. Mata Os juga
melihat ke atas sewaktu kejang. Setelah kejangnya berhenti Os lemas dan masih tidak sadarkan diri, pasien dibawa langsung ke rumah
sakit. Sebelum kejang Os mengalami demam tinggi sejak 1 hari yang lalu. Selain demam Os juga mengalami batuk berdahak sulit di
keluarkan, dan flu sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret (-), sesak (-), muntah (-), alergi (-), riwayat kejang sebelumnya (-).
2. Objektif:
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat mendukung diagnosis kejang demam disertai dengan pneumonia. Pada kasus ini
diagnosis ditegakkan berdasarkan: Gejala klinis ( kejang yang sebelumnya didahului dengan demam tinggi, batuk berdahak ), Adanya
keluhan penyerta berupa batuk menunjukkan adanya infeksi penyerta yang juga dialami dan bisa menjadi faktor pemicu demam. Pada
pemeriksaan fisik ( temperature: 38,2 derajat Celcius,dan tidak ada kelainan pada otak).
3. Assesment (penalaran klinis):
Kejang demam adalah kejang berhubungan dengan demam (suhu di atas 380C per Rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat.
Kejang demam paling sering dijumpai pada anak terutama pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Hampir 3 % anak berusia 5 tahun pernah
menderitanya. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi yang ditandai dengan berulang tanpa demam. Kejang demam dapat
dibedakan atas kejang demam sederhana, yaitu kejang menyeluruh yang berlangsung kurang dari 10 menit dan tidak berulang dalam 24
jam. Kejang demam kompleks, yaitu kejang pada salah satu lengan/tungkai saja (kejang fokal) yang berlangsung ≥ 10 menit, dan berulang
dalam 1 hari atau selama demam berlangsung.
Banyak kejang demam terjadi karena meningkatnya suhu tubuh yang tiba-tiba, dan banyak terjadi selama hari pertama demam.
Tetapi kejang demam juga dapat terjadi setelah demam berkurang. Biasanya, demam yang memacu kejang demam disebabkan oleh
infeksi pada tubuh anak,. Penyebab paling sering adalah penyakit yang khas pada masa kanak-kanak seperti infeksi telinga tengah atau
atau roseola, infeksi virus yang menyebabkan pembengkakan kelenjar. Kejang dapat juga terjadi setelah imunisasi, mungkin terjadi
demam diikuti oleh meningkatnya temperatur, terutama terjadi setelah DPT (diphtheria, pertusis, tetanus) dan imunisasi measles. Infeksi
saluran pernafasan atas disertai oleh demam tinggi sering mempengaruhi bayi dan anak-anak sehingga dilaporkan sebagai penyebab
kejang yang paling sering.
Kriteria kejang demam adalah (1) usia 3 bulan sampai 5 tahun (banyak terjadi di antara usia 6 dan 18 bulan) (2) Demam lebih dari
380C dan (3) Bukan infeksi susunan saraf pusat. Kejang demam khas dimulai dengan kontraksi otot secara tiba-tiba pada kedua sisi tubuh,
biasanya otot wajah, tubuh, lengan dan kaki. Kekuatan yang tak terkendali tersebut dapat menyebabkan anak menangis atau mengerang.
Anak-anak terjatuh jika sedang berdiri dan dapat tergigit lidah. Inkontinensia urin dan vomitus dapat terjadi. Anak-anak tidak dapat
bernafas, dan dapat menjadi biru. Anak-anak tidak berespon terhadap stimulus, dan kehilangan kesadaran, halusinasi, bingung dan merasa
takut dan perasaan lain dapat terjadi. Menurut IDAI, faktor risiko berulangnya kejang demam adalah: riwayat kejang demam dalam
keluarga, usia kurang dari 18 bulan, temperatur tubuh saat kejang. Makin rendah temperatur saat kejang makin sering berulang, dan
lamanya demam. Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah: adanya gangguan perkembangan neurologis, kejang
demam kompleks, riwayat epilepsi dalam keluarga dan lamanya demam.
Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang,
di antaranya: infeksi susunan saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan adanya lesi struktural
pada system saraf, misalnya epilepsi. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini. Anamnesis waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang
sifat kejang (fokal atau umum), bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik), kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan
diagnosis meningoensefalitis), riwayat demam ( sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun), menentukan
penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE), riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai
demam atau epilepsi), riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi), riwayat keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan trauma kepala.
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu: Memberantas kejang secepat mungkin,
pengobatan penunjang, memberikan pengobatan rumat, mencari dan mengobati penyebab. Pengobatan fase akut : Buka semua pakaian
yang ketat, miringkan badan (kepala) untuk mencegah aspirasi, bebaskan jalan nafas, berikan oksigen bila perlu, Bila demam turunkan
suhu tubuh.
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam
keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20
mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi
B). Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg
untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk
anak di atas usia 3 tahun. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang
sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di
rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara
intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus
dirawat di ruang rawat intensif.
Tabel. Algoritma penanganan kejang demam
Sering kejang demam terjadi pada hari pertama sakit. sering kejang demam terjadi sebelum orang tua menyadari bahwa anaknya
sakit. Berikan anak acetaminophen atau ibuproven sebagai indikasi pertama demam akan mengurangi demam, tetapi tidak akan mencegah
kejang. Untuk mengontrol demam anak dapat diberikan banyak minum. Kira-kira 1 % anak dengan kejang demam sederhana dan 5 %
dengan kejang demam kompleks yang rekuren mungkin berkembang menjadi epilepsi. Orang tua harus tahu bahwa kesempatan kambuh
kejang atau epilepsi setelah kejang demam sederhana adalah minimal. Resiko epilepsi tinggi jika kejang bersifat tidak khas, lebih dari 15
menit, bersifat fokal (tarikan tiba-tiba pada lengan dan kaki) atau jika ada perkembangan neurologis abnormal.
4. Plan:
Diagnosis: Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien dapat didiagnosis menderita kejang
demam sederhana disertai dengan pneumonia
Pengobatan:
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu: Memberantas kejang secepat mungkin, pengobatan
penunjang, memberikan pengobatan rumatan, mencari dan mengobati penyebab.
Pendidikan: dilakukan pada keluarga pasien untuk membantu mencegah terulangnya serangan. Keluarga juga perlu diberikan penjelasan
mengenai penyakitnya. Mewaspadai pasien apabila terjadi demam. Segera beri obat penurun panas untuk menurunkan panas dan
memberitahukan kemungkinan untuk terjadinya kejang yang berulang.
Konsultasi: konsultasi dengan dokter spesialis anak.
Pendamping Pendamping
(dr. Nila Mulyani) (dr.Husnaina Febrita)
NIP : 19710220 201001 2 002 NIP: 19800207 200803 2001