Anda di halaman 1dari 15

Pieter's Blog

Medical Student of HKBP Nommensen University. #REVOLUSISUMATERA

 Twitter

 Facebook

 Google+

 Instagram

 Youtube

Acne Vulgaris
LAPORAN TUTORIAL
BLOK IX SEMESTER III

Erwin Piter Sibarani 15000022

Dosen Tutorial : dr. Ita L. Roderthani, SpTHT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
laporan tutor kelompok 4 dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun berdasarkan
pemicu tentang “Gangguan Pada Kelenjar Minyak”. Dalam kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing selama tutorial berlangsung dan teman-teman
kelompok yang telah ikut berpartisipasi mengambil bagian dalam penyelesaian laporan ini.

Kami menyadari bahwa yang ada dalam laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, perlu adanya kritik dan saran yang membangun sehingga membantu dalam
penyempurnaan laporan ini. Kami berharap kiranya laporan ini ada manfaatnya bagi yang
membacanya.

PEMICU
Seorang siswi pelajar, K, 17 tahun, datang dengan keluhan adanya bisul-bisul kecil
bernanah pada daerah wajah, dada bagian atas, punggung dan lengan atas yang telah dialami
sejak 3 bulan. Awalnya berupa bintil-bintil merah kecil namun lama-kelamaan menjadi bisul
bernanah. Kadang disertai adanya rasa gatal. Apa yang kira-kira terjadi pada K?

More Info I
Pada pemeriksaan dermatol
ogi dijumpai :
Ruam : komedo, papul, pustul, nodul, krusta.
Lokasi : regio frontalis, maksilaris, mandibularis, nasalis, mentalis, infraclavicularis,
deltoideus dan supraskapularis dextra et sinistra.

Hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan : Hb 12,1mg/dl, leukosit 6300/ , eritrosit 4,6

juta/ , trombosit 274.000/ , LED 8 mm/jam, hitung jenis leukosit : 0/2/4/60/28/6.

Bagaiman kesimpulan saudara mengenai keadaan K?

UNFAMILLIAR TERMS
-
Masalah
Adanya bisul-bisul kecil bernanah pada daerah wajah, dada bagian atas, punggung dan lengan
atas yang disertai rasa gatal.

Analisa Masalah

Hipotesa
-Acne Vulgaris
-Dermatitis seboroik
-Dermatitis kontak alergi

Learning Issue
1. Histologi dan fisiologi kelenjar sebasea
2. Defenisi, etilogi dan klasifikasi acne vulgaris
3. Diagnosa banding
4. Patogenesis acne vulgaris
5. Manifestasi klinis
6. Penatalaksanaan

PEMBAHASAN LEARNING ISSUE


1.Histologi dan Fisiologi Kelenjar Sebasea

Histologi Kelenjar sebasea adalah kelenjar yang mempunyai struktur uni-lobular atau
multi-lobular yang biasanya terkait dengan folikel rambut, terdiri dari acini yang terhubungan
dengan saluran ekskresi yang umum terdiri dari epitel skuamosa berlapis. Kelenjar terdiri dari
sebocytes yang menghasilkan lipid dan keratinosit yang menghubungkan saluran sebasea.
Pada pinggir membran dasar kelenjar sebasea adalah lapisan sel basal kecil yang terdiri dari
kuboid, nukleat, sebosit dengan mitosis yang cepat. Perkembangan sel – sel kebagian tengah
kelenjar dan kumpulan tetesan lipid yang pada akhirnya akan berdifferensiasi. Sebosit yang
berdifferensiasi ini adalah penuh dengan lipid dan sedikit menggandung organel seluler
lainnya. Sekeliling kelenjar merupakan kapsul jaringan ikat terdiri dari serat kolagen yang
berfungsi untuk menguatkan. Kelenjar sebasea pada manusia dengan multi lobular struktur .
Lokasi Kelenjar Sebasea berhubungan dengan folikel rambut di seluruh tubuh.
Sebuah kelenjar sebasea dan kumpulan folikel rambut disebut unit pilosebasea, Kelenjar-
kelenjar tersebut dapat juga ditemukan di tempat – tempat tertentu yang tidak ada rambut ,
termasuk kelopak mata (kelenjar meibomian), puting susu (kelenjar Montgomery’s), dan
sekitar alat kelamin (kelenjar Tyson). Hanya telapak tangan dan telapak kaki yang tidak
memiliki folikel rambut dan sama sekali tidak memiliki folikel rambut. Kelenjar Sebasea
bervariasi dalam ukuran, bahkan dalam individu yang sama dan pada area anatomis yang
sama. Di permukaan tubuh yang eksternal, kelenjarkelenjar ini kebanyakan hanya memiliki
ukuran beberapa milimeter saja. Kelenjar tersebar dan kelenjar yang paling banyak (hingga
400-900 kelenjar/cm2) ditemukan pada wajah dan kulit kepala. Rambut- rambut yang terkait
dengan kelenjar besar di daerah ini sangat halus dan telah diyakini bahwa dari total struktur
lebih tepat disebut folikel sebasea dari pada folikel rambut. Dalam epitel mulut, kelenjar
sebasea yang dikenal sebagai Fordyce’s spots yang kadang-kadang muncul . itu Fordyce’s
spot terlihat dengan mata telanjang karena ukurannya yang besar (sampai 2 dengan 3 mm)
dan transparansi pada epitel mulut. Di lokasi ini, saluran sebaasea terbuka langsung
ke permukaan.
Embriogenesis dan morfogenesis Pada janin manusia, kelenjar sebasea berkembang pada
minggu ketiga belas sampai minggu keenam belas dari benjolan (epithetial placodes) pada
folikel rambut yang sedang berkembang. Daerah bulges (tonjolan) folikel mengandung
epidermal stem cells yang menghasilkan beragam cell ligeanes , termasuk didalamnya
foilicular keratinosit epidermis serta kelenjar sebasea. Begitu sel anak betian berpindah dari
daerah tonjolan, perubahan pola ekspresi dari sejumlah faktor transkripsi menentukan lineage
cell terakhir. Wnt / wingless (Wnt) dan sonic hedgehog (shh) signaling pathways akan selalu
ikut dalam pembentukan embriotik dan pematangan sel. Sel yang dibentuk menjadi sebocite
akan meningkat shh dan myelocytomatosis onkogen (myc) signaling dan penurunan
sinyalWnt.
Pada tikus percobaan, pembentukan tanda Wnt menunjukan perbedaan folikel rambut ,
sementara penghambantan sifat tanda Wnt melalui pencegahan interaksi Lefl/β-catenin
menyebabkan differensiasi sebosit. Loss-of function dan Gain -of-function pada tikus
percobaan menunjukan bahwa penghambatan sifat tanda Shh akan menghambat differensiasi
sebosit normal dan pada dasarnya mengaktifkan hasil – hasil sinyal Shh pada peningkatan
jumlah dan ukuran kelenjar sebasea pada kulit.ketika terbentuk sempurna maka kelenjar tetap
melekat pada folikel rambut dengan suatu saluran melalui sebum masuk kedalam saluran
folikel dan pada akhirnya kepermukaan kulit. Fisiologi Kelenjar Sebaseus : Sekresi Holokrine
Kelenjar sebasea mengeluarkan lipid dengan menghancurkan keseluruhan sel-sel, Proses ini
dikenal sebagai sekresi holokrine . Rentang waktu hidup suatu sebosit dari pembelahan sel ke
sekresi holokrine kira-kira 21 hingga 25 hari. Dikarenakan oleh suatu keadaan untuk tetap
mengalami pembaharuan dan sekresi kelenjar sebasea, selsel individual di dalam kelenjar
yang sama diikutkan pada aktivitas metabolism berbeda tergantung pada keadaan
differensiasi.
Tahapan proses ini terlihat pada histology dari kelejar tersebut. Sel-sel paling luar adalah,
membran lapisan sel basal, kecil, nukleasi, dan tanpa tetesan lipid. Lapisan ini berisi sel-sel
terpisah yang mengisi sel pada kelenjar tersebut sebagai sel-sel pengganti pada proses
ekskresi lipid. Begitu sel-sel digantikan ke pusat kelenjar, semuanya menghasilkan lipid,
yang mengumpul dalam bentuk tetesan. Pada akhirnya sel-sel tersebut menjadi lebih besar
dengan tetesan lipid, nuklei dan struktur sub-selular lainnya hilang. Begitu sel-sel tersebut
mendekati pembuluh sebasea, semuanya berpencar dan melepaskan isinya. Hanya lipid murni
mencapai permukaan kulit. Protein, asam nukleat, dan membran fosfolipid dicerna dan
terlihat proses daur ulang selama penghancuran sel-sel tersebut. Komposisi Lipid Sebum
Serum manusia, begitu dia meninggaikan kelenjar sebasae, berisi skualene, kolesterol, ester
kolesterol,wax ester, dan trigliserida.
Selama perjalanan sebum melalui saluran rambut, enzim bakterial menghidrolisa beberapa
trigliserida, sehingga campuran lipid mencapai permukaan kulit berisi asam lemak bebas dan
sebagian kecil monogliserida dan digliserida pada penambahan komponen sebenarnya. Wax
Ester dan skualene membedakan sebum dari lipid pada organ tubuh manusia, yang tidak
mengandung wax ester dan sedikit skualene. Yang jelas, kelenjar sebaseus manusia
tampaknya tidak dapat memproses squalene ke sterol seperti kolesterol. Bentuk asam lemak
tak jenuh pada trigliserida, wax ester, dan ester kolesterol, juga mernbedakan sebum manusia
dari organ lipid lainnya. Jalur lintasan mamalia normal dari ketidak jenuhan yang melibatkan
penyisipan suatu ikatan ganda antara karbon ke-sembilan dan ke-sepuluh dari asam stearic
(18:0) untuk membentuk asarn oleic (18 :1A9).
Namun demikian, pada kelenjar sebaseus manusia, pola utama adalah penyisipan pada
ikatan ganda A6 ke dalam asam palmitic (16:0). Ini menghasilkan asam sapienic (16 :1A6) at,
merupakan asam lemak utama dalam sebum manusia dewasa. Pemanjangan pada rantai
melalui dua karbon dan penyisipan ikatan ganda lainnya menghasilkan asam sebaleic (18 :
2A5,8) asam lemak dianggap bersifat khas pada sebum manusia. Asam lemak sebasea dan
alkohol juga dibedakan oleh percabangan rantai. Cabang-cabang metil dapat terjadi p4da
gabang berikutnya ke karbon terakhir (yang kedua dari belakang) dari rantai asam lemak
(percabangan), pada cabang ketiga dari karbon terakhir (ketiga dari yang terakhir) dinamakan
(percabangan anteiso), atau pada salah satu karbon bernomor-genap (percabangan intemal).
Contoh tak jenuh ini jarang dan moietis percabangan rantai terdapat dalam struktur lipid.
Fungsi dari Sebum Fungsi sebenarnya sebum pada manusia belum diketahui. Telah ada
pembahasan bahwa sebum bisa mengurangi penguapan air dari permukaan kulit dan
berfungsi untuk mempertahankan kelembutan dan kehalusan kulit, walaupun bukti mengenai
pernyataan ini pada manusia masih sedikit namun demikian, sebagaimana diperlihatkan pada
tikus percobaan mengalami defisiensi kelenjar sebaseus (Asebia), gliserol berasal dari
hidrolisis trigliserida pada sebum diperlukan untuk mempertahankan hidrasi stratum
korneum.
Sebum berfungsi untuk melindungi kulit dari infeksi oleh bakteri dan jamur, setidaknya
sebagian dikarenakan sebum mengandung imunoglobulin A yang disekresi dari sebagian
besar kelenjar eksokrin. Vitamin E melindungi kulit sampai kelapisan atas dan lipid
permukaannya dari oksidas.Oleh sebab itu sebum mengalir ke permukaan kulit untuk
melengkapi mekanisme bagi kebutuhan vitamin E untuk dapat berfungsi. Faktor-faktor yang
mengatur ukuran kelenjar sebasea dan produksi sebum akan terus-menerus dan tidak
dikontrol oleh mekanisme neural. Mekanisme sesungguhnya yang mendasari pengaturan
produksi sebum manusia belum diketahui pasti. Yang jelas, kelenjar sebasea diatur oleh
androgen dan retinoid, tetapi faktor-faktor lainnya, seperti melanokortin, peroxisome
proliferatoraldivated reseptors (PPARs), dan fibrobtast growth factor receptors (FGFR) telah
diduga juga berperan dengan baik. Androgen Telah diketahui sejak lama bahwa kelenjar
sebasea membutuhkan rangsangan androgenik untuk menghasilkan sebum dalam jumlah
banyak.
Individu dengan defisiensi genetik dari reseptor androgen (insensitivitas androgen komplit)
sama sekali tidak memiliki sekresi sebum dan tidak mengalami akne. Namun demikian,
terdapat pertanyaan apakah kadar androgen penting secara fisiologis. Walaupun kebanyakan
androgen yang kuat adalah testosterone dan penurunan hasil dihidrotestosteron organ, kadar
testosterone tidak sejalan dengan aktifitas kelenjar sebaseus. Misalnya, kadar testosterone
lebih tinggi beberapa kali lipat pada pria dibandingkan pada wanita tidak adanya perbedaan
antara jenis kelamin, sementara jumlah rata – rata sekresi sebum hanya sedikit lebih tinggi
pada pria dibandingkan pada wanita, tanpa adanya perbedaan antara kelompok tersebut.
Sekresi sebum juga mulai meningkat pada anak-anak selama masa adrenurche yaitu satu
masa mendahului pubertas kira-kira 2 tahun.
Dehydroepiandrosterone sulfut (DHEAS) androgen adrenal lemah menjadi pengatur
penting pada aktifitas kelenjar sebaseus melalui perubahannya menjadi testosterone dan
dihydrotestosterone dalam kelenjar sebaseus. Kadar DHEAS akan tinggi pada bayi baru-
lahir ,sangat rendah pada anak-anak berusia 2 hingga 4 tahun, dan mulai meningkat ketika
sekresi sebum mulai bertambah. Pada orang dewasa, kadar DHEAS pada satu individu
bervariasi namun hanya sedikit lebih tinggi pada pria dari pada wanita secara rata-rata. Ada
penurunan dalam kadar DHEAS pada kedua jenis kelamin mulai pada usia dewasa dan
berlangsung seumur hidup. Penurunan ini sejalan penurunan sekresi sebum. DHEAS tampak
pada darah dengan konsentrasi tinggi. Enzim yang diperlukan untuk mengubah DHEAS
menjadi androgen lebih kuat tampak pada kelenjar sebasea. Ini termasuk dehydrogenase
3βhydroxysteroid tipe-1, 17β-phydroxysteroid dehydrogenase, dan 5α-redulaase.
Masing-masing enzim ini terdapat dalam dua atau lebih isoforms yangmenunjukkan
perbedaan jaringan dalam ekspresinya. Isoenzim utama pada kelenjar sebaseus termasuk tipe
I 3β-hydrorysteroid dehydrogenase, type 2 l7β-hydroxysteroid dehydrogenose, dan type I Sa-
reductase. Retinoid Isotretinoin (13-cis asam retinoid) adalah penghambatan sekresi sebum
farmakologis paling kuat. Terjadinya pengurangan produksi sebum dapat diamati lebih cepat
2 minggu setelah digunakan. Secara histologi, kelenjar gebasea terlihat menurun dalam
ukuran, dan sebosit pada individu terlihat tidak terjadi perubahan, ketidaksempurnaan pada
pengumpulan sitoplasmik disebabkan oleh penumpukan dari lipid sebasea. Isotretinoin tidak
berinteraksi dengan salah satu reseptor retinoid dikenal. Mungkin akan berfungsi sebagai
metode pengobatan untuk sintesis dari all-trans retinoid acid atau 9-cis retinoid acid yang
akan berinteraksi dengan reseptor retinoid namun demikian, isotretinoin memiliki cara kerja
sebosupresil lebih besar daripada yang dilakukan all-trans atau retinoid 9-cis retinolid acid.
Mekanisme dari 13-cis retinoid acid yang menurunkan sekresi sebum belum diketahui,
sebaliknya dapat menghambat aktivitas 3α-hrydroxysterotid dari dehydrogenase retinol dan
menyebabkan berkurangnya sintesis androgen.
Selain itu, isotretinoin dapat menghambat siklus sel pada sebosit manusia dan kultur
percobaan sel yang abadi pada sebosit manusia (SZ95 dan SEB-l) dan juga memicu apoptosis
pada sebosit SEB-l- Menghambat sintesis androgen, mencegah siklus sel, dan apoptosis
dengan retinoid acid 13-α dapat menyebabkan penurunan ukuran kelenjar sebaseus setelah
pengobatan. Melanokortin Melanokortin mencakup stimulasi hormon melanosit dan
adrenokortikotropik Hormone. Pada binatang pengerat, melanokortin meningkatkan produksi
sebum. Tikus transgenik kekurangan reseptor melanokortin-5 mempunyai kelenjar sebasea
hipoplastik dan menurunkan produksi sebum. Reseptor melanokortin-5 telah dikenali pada
kelenjar sebaseus manusia, dimana dia berperan pada suatu modulasi dari produksi sebum.
Peroxisome Proliferator Reseptor aktif PPAR ialah merupakan reseptor inti tanpa-induk yang
sama untuk reseptor retinoid dalam banyak hal tertentu.
Setiap reseptor ini membentuk heterodimers dengan reseptor retinoid X untuk mengatur
gen-gen yang terlibat dalam berbagai proses, termasuk metabolisme lipid dan proliferasi
selular dan differensiasinya. PPAR-α PPAR-δ dan PPAR-γ reseptor bermacam-macam tipe
dijumpai dalam basal sebosit, PPAR- γ juga ditemukan dalam differensiasi sebosit. Pada
pasien yang mendapat serat (PPAR-α ligands) untuk hiperlipidemia atau thizolidinedion.
(PPAR\γ ligands) untuk diabetes, sekresi sebum meningkat. Sel- sel preputium tikus
berfungsi sebagai contoh untuk sebosit manusia dalam laboratorium. Pada sel-sel preputium
tikus, agonist dari reseptor PPAR-γ, misalkan obat-obatan jenis thiazolidinedion, dapat
meningkatkan penumpukan lipid. Reseptor Faktor Pertumbuhan Fibroblas FGFRI dan FGFM
terdapat pada epidermis dan kulit binatang. Bentuk dari FGFR3 dan FGFR4 dijumpai pada
pembuluh darah dermal dan pembuluh darah kecil dan tidak terdapat pada epidermis pada
binatang, FGFM mempunyai peran penting selama embriogenesis dalam pembentukan kulit.
Mutasi Germline pada FGFR2 yang menyebabkan syndrome apert, yang biasanya
berhubungan dengan akne.
Selain itu, mutasi somatik pada gen yang sama dapat menyebabkan akne pada tempat
tertentu, namun bagaimana reseptor ini terlibat dalam perkembangan kelenjar sebasea dan
bagaimana mutasinya menyebabkan akne belum diketahui Kesimpulan Pengaturan produksi
sebum pada manusia sangat complek. Kemajuan ilmu dalam bidang ini sedang di
kembangkaan yang mungkin bisa menjadi terapi alternatif untuk mengurangi sebum dan
dapat memperbaiki jerawat.

Fisiologi Kelenjar Sebasea

Merupakan kelenjar holokrine dan sekresinya terjadi akibat disintegrasi komplit dari
kelenjar grandular. Kelenjar sebasea mengeluarkan lipid dengan menghancurkan keseluruhan
sel-sel (seboit). Rentang waktu hidup suatu seboit dari pembelahan sel ke sekresi holokrine
kira-kira 21 hingga 25 hari.
Kelenjar sebasea terdiri atas dua sel penting, yaitu keratinosit dan seboit. Kedua jenis sel
ini mempunyai peranan dalam sistem imun. Fungsi utama dari kelenjar sebasea adalah
memproduksi sebum dan peningkatan ekskresi sebum merupakan salah satu keadaan yang
terjadi pada Acne Vulgaris.

2. Defenisi, etiologi dan klasifikasi acne vulgaris


Definisi
Menurut kamus saku kedokteran dorland, Acne merupakan penyakit peradangan pada
kulit dengan pembentukan erupsi papula atau pustula. Sedangkan Acne Vulgaris merupakan
akne kronik, biasanya muncul pada orang dewasa muda, dengan komedon, papula, nodul, dan
pustul pada wajah, leher dan tubuh bagian atas. Menurut buku Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, acne vulgaris merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, berupa perdangan
kronis folikel pilosebasea dengan penyebab multifaktor dan manifestasi klinis berupa
komedo, papul, pustul, nodus srt, nodus serta kista.

Etiologi
Penyebab Acne Vulgaris masih belum diketahui. Beberapa etiologi yang diduga
terlibat, berupa faktor intrinsik, yaitu genetik, ras hormonal; dan faktor ekstrinsik berupa
stres, iklim/suhu/kelembapan, kosmetik, diet dan obat-obatan.
Acne Vulgaris juga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
 Produksi sebum yang meningkat
 Hiperproliferasi folikel pilosebasea
 Kolonisasi Propionibacterium Acnes (PA)
 Proses inflamasi

Klasifikasi
1. Berdasarkan keparahan klinis akne vulgaris dibagi menjadi ringan, sedang dan berat.
 Ringan, bila:
o beberapa lesi tidak beradang pada 1 predileksi
o sedikit lesi tidak beradang pada beberapa tempat predileksi
o sedikit tempat beradang pada 1 predileksi.
 Sedang, bila:
o banyak lesi tidak beradang pada 1 predileksi
o beberapa lesi tidak beradang pada beberapa tempat predileksi
o beberapa lesi beradang pada 1 predileksi.

 Berat, bila:
o banyak lesi tidak beradang pada 1 predileksi.
o banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi.
Dalam klasifikasi ini dikatakan sedikit apabila jumlah < 5, beberapa 5- 10 dan banyak
>10 lesi. Tak beradang meliputi komedo putih, komedo hitam dan papul. Sedangkan
beradang meliputi pustul, nodus dan kista.

2. Klasifikasi lain dinyatakan oleh Plewig dan Kligman (1975) dalam Djuanda 2010, yang
mengelompokkan Acne Vulgaris menjadi:

 Acne komedonal
o Grade 1: Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi wajah
o Grade 2: 10-25 komedo pada tiap sisi wajah
o Grade 3: 25-50 komedo pada tiap sisi wajah
o Grade 4: Lebih dari 50 komedo pada tiap sisi wajah
 Acne papulopustul
o Grade 1: Kurang dari 10 lesi pada tiap sisi wajah
o Grade 2: 10-20 lesi pada tiap sisi wajah
o Grade 3: 20-30 lesi pada tiap sisi wajah
o Grade 4: Lebih dari 30 lesi pada tiap sisi wajah

 Acne konglobata

3. Sedangkan gradasi Acne Vulgaris menurut Pillsbury adalah sebagai berikut:


Pillsbury (1963) dalam Djuanda (2010) membuat gradasi sebagai berikut:
3.Diagnosa Banding
DD sesuai hipotesa dan pemicu
1. Rosasea
Penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah (yang menonjol/cembung) yang ditandai
dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasi disertai dengan episode peradangan yang
memunculkan erupsi papul, pustul, dan edema.
Lokasi : sentral wajah (hidung, pipi, dagu, kening dan alis), kadang – kadang sampai leher,
pergelangan tangan atau kaki.
Gejala klinis : eritema, telangiektasi, papul yang tidak nyeri, edema, pustul dan Komedo tidak
ditemukan,bila ada munkin kombinasi dengan akne (komedo solaris, akne kosmetika).
2. Folikulitis
Radang folikel rambut. Biasanya disebabkan staphylococcus aureus.
 Folikulitis superfisialis (impetigo bockhart)
Pada tungkai bawah
Gejala : papul/pustul eritematosa dengan rambut ditengah, multiple
 Folikulitis profunda
Ada infiltrate disubkutis , mis sikosis barbe yang berlokasi di bibir atas dan dagu, bilateral

3. Dermatitis kontak alergi


Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit.
Hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitif).
Gejala klinis : gatal, edema,papulovesikel,vesikel atau bula. Vesikel atau bula yang pecah
menjadi erosi dan eksudasi(basah).
Bila kronik terlihat kulit kering, berskuama,papul,likenifikasi dan mungkin juga fisur,
batasnya tidak jelas.

4. ERUPSI AKNEIFORMIS
Kelainan kulit yang menyerupai akne berupa reaksi peradangan folikular dengan
manifestasi klinis papulopustular.
Lokasi
Diseluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea
Tanda dan gejala
 Adanya papul, pustul, monomorfik
 Demam
 Malese
 Tidak gatal
 Umumnya terjadi pada remaja sampai orang tua.

5. DERMATITIS PERIORAL
Peradangan pada kulit dengan bentukan berupa papula dan pustule didaerah
periorificial yaitu di sekitar mulut.

Lokasi
Pada daerah wajah terutama disekitar mulut dan dagu.

Tanda dan gejala


 Adanya erupsi papula
 Eritematosa
 Pustula
 Biasanya pada wanita muda yang memakai steroid kuat jangka waktu yang lama
 Tidak ada komedo
 Telangiktasia.

4. Patogenesis Akne Vulgaris

Ada empat patogenesis paling berpengaruh pada timbulnya akne vulgaris, yaitu:
 Produksi sebum yang meningkat

Sebum disintesis oleh kelenjar sebasea secara kontinu dan disekresikan ke permukaan
kulit melalui pori – pori folikel rambut. Sekresi sebum ini diatur secara hormonal. Kelenjar
sebasea terletak pada seluruh permukaan tubuh, namun jumlah kelenjar yang terbanyak
didapatkan pada wajah, pungung, dada, dan bahu. Kelenjar sebasea mensekresikan lipid
melalui sekresi holokrin. Selanjutnya, kelenjar ini menjadi aktif saat pubertas karena adanya
peningkatan hormon androgen, khususnya hormon testosteron, yang memicu produksi
sebum. Hormon androgen menyebabkan peningkatan ukuran kelenjar sebasea, menstimulasi
produksi sebum, serta menstimulasi proliferasi keratinosit pada duktus kelenjar sebasea dan
acroinfundibulum. Ketidakseimbangan antara produksi dan kapasitas sekresi sebum akan
menyebabkan pembuntuan sebum pada folikel rambut .

 Hiperproliferasi folikel pilosebasea


Terdapat perubahan pola keratinisasi folikel sebasea, sehingga menyebabkan stratum
korneum bagian dalam dari duktus pilosebseus menjadi lebih tebal dan lebih melekat dan
akhinya akan menimbulkan sumbatan pada saluran folikuler. Bila aliran sebum ke permukaan
kulit terhalang oleh masa keratin tersebut, maka akan terbentuk mikrokomedo dimana
mikrokomedo ini merupakan suatu proses awal dari pembentukan lesi akne yang dapat
berkembang menjadi lesi non- inflamasi maupun lesi inflamasi. Proses keratinisasi ini
dirangsang oleh androgen, sebum, asam lemak bebas dan skualen .

 Kolonisasi Propionibacterium acnes (PA)

Peran mikroorganisme penting dalam perkembangan akne. Dalam hal ini


mikroorganisme yang mungkin berperan adalah Propionilbacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis dan Pityrosporum ovale. Mikroorganisme tersebut berperan pada kemotaktik
inflamasi serta pada pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum. P. Acnes
menghasilkan komponen aktif seperti lipase, protease, hialuronidase, dan faktor kemotaktik
yang menyebabkan inflamasi. Lipase berperan dalam mengidrolisis trigliserida sebum
menjadi asam lemak bebas yang berperan dalam menimbulkan hiperkeratosis, retensi, dan
pembentukan mikrokomedo.

 Proses inflamasi
Propionilbacterium acnes mempunyai faktor kemotaktik yang menarik leukosit
polimorfonuklear kedalam lumen komedo. Jika leukosit polimorfonuklear memfagosit
P.acnes dan mengeluarkan enzim hidrolisis, maka akan menimbulkan kerusakan dinding
folikuler dan menyebabkan ruptur sehingga isi folikel (lipid dan komponen keratin) masuk
dalam dermis sehingga mengakibatkan terjadinya proses inflamasi.

5. Manifestasi Klinis
Komedo
Komedo terbagi menjadi 2, whiteheads dan black heads. Whiteheads (komedotertutup)
adalah lesi yang tidak berwarna dengan diameter 1-3mm; Blackheads (komedoterbuka)
memiliki penampilan yang sama hanya saja dengan warna hitam di tengah.
Papule dan pustules
Merupakan lesi berwarna merah dengan diameter 2-5mm. Papules berlokasi lebih dalam
sementara pustule lebih superficial.
Nodules lebih besar daripada papul.
Kista
Kista adalah nodul suppurative. Kista membentuk absess yang dalam. Jerawat yang lama
bisa menyebabkan timbulnya lesi yang kecil namundalam (icepick scars).

6. Tata Laksana
Pertimbangan untuk ekstraksi komedo secara fisik; dengan nodul kecil (>0,5-1 cm) ;
pemberian kedua bila susrelaps; untuk kehamilan, lihat teks ; lihat teks
Tidak ada consensus dalam rekomendasi alternative pengobatan ini, namum di beberapa
Negara, pemberian Azelaic acid diperbolehkan.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI.
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog
 ▼ 2017 (4)
o ► Maret (1)

o ▼ Januari (3)

 Acne Vulgaris

 Dermatitis Kontak Alergi

 HERPES ZOSTER

 ► 2016 (2)

Subscribe Here
 Home

 About

 Sitemap

 Contact

 Forum

MENU

Recent
Popular
 Perdarahan Uterus Abnormal

 Acne Vulgaris

 HERPES ZOSTER

 Dermatitis Kontak Alergi


 (tanpa judul)

 Hari AIDS Sedunia

Flickr
 Beranda

Comments

Copyright © 2015 Pieter's Blog.Design By Blogger Templates & Websoham. | Distributed By


Gooyaabi Templates

Anda mungkin juga menyukai