Oleh:
Annisa Sarfina Djunaedy
NIM 142011101003
DokterPembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ
UJIAN KASUS
Oleh:
Annisa Sarfina Djunaedy
NIM 142011101003
Dokter Pembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ
UJIAN KASUS
ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. AAA
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Perangkat Desa
Agama : Islam
Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Dusun Darungan RT 001 / RW 010, Desa
Panti, Kec. Panti
No. Rekam Medis : 212640
Status Pelayanan : BPJS NPBI
Tanggal Pemeriksaan : 09 Mei 2018 (Poli Psikiatri dr. Soebandi)
13 Mei 2018 (Home Visit)
Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama:
Pasien tidak bisa tidur dan sering cemas
3
menjawab “saya dulu kalau hari Sabtu dan Minggu senang jalan-jalan
bersama anak dan istri saya, namun sekarang saya lebih senang tidur di
rumah, karena sekarang kondisi saya tidak fit dan perekonomian saya cukup
untuk makan saja, kebetulan saya bekerja di perangkat Desa Panti”. Pasien
juga mengeluhkan bahwa saat ini pasien sudah tidak bisa ikut tahlilan lagi
dan tidak bisa berpidato di keramaian seperti dulu. Ketika pemeriksa
menanyakan bagaimana perasaan pasien akhir-akhir ini, pasien menjawab
dirinya sangat sedih dan tersiksa.
Pasien bercerita bahwa Ia sudah sering merasakan serangan cemas sejak
bercerai dengan istri pertamanya, yaitu pada tahun 2004. Serangan cemas
pada tahun itu membuat pasien tidak nafsu makan, sulit tidur, perut sakit
karena asam lambungnya naik, tidak dapat berhubungan suami istri, serta
takut menghadiri tahlilan. Ketika ditanya oleh pemeriksa tentang penyebab
cemas pada tahun 2004, pasien menjawab bahwa Ia merasa bersalah dan
teringat akan dosa-dosa yang Ia lakukan pada istri pertama dan anaknya.
Selama menikah dengan istri pertamanya, pasien senang bermain perempuan,
berjudi, dan meminum alkohol. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut sudah
sering dilakukan pasien sejak Ia duduk di bangku SMA. Ketika pemeriksa
menanyakan hubungan pasien dengan anak dan istri pertamanya, pasien
menjawab bahwa hubungan pasien dengan anaknya baik, namun pasien sudah
tidak pernah berhubungan dengan istri pertamanya. Saat ini anak pasien
tinggal dengan ibunya dan sudah menginjak kelas 2 SMA. Pasien mengaku
bahwa Ia tidak ingin anaknya kelak nakal seperti dirinya.
Sejak tahun 2004, pasien mulai merasa trauma untuk pergi ke dokter,
rumah sakit, dan mantri, karena Ia takut mengetahui penyakitnya dan
kemudian meninggal. Kecemasan itu ditunjukkan dengan bukti pada saat
pasien ditensi oleh tenaga medis, pasien langsung cemas dan tekanan
darahnya menjadi tinggi, yaitu 140 mmHg, namun ketika pasien mencoba
tenang dan kemudian dilakukan pemeriksaan ulang, tekanan darahnya
menjadi normal kembali, yaitu 120 mmHg. Semakin hari, serangan cemas
semakin mengganggu hingga pasien tidak bisa tidur. Pasien mengaku
5
menjawab tidak pernah. Selain itu, pasien mengaku tidak pernah melihat
bayangan aneh dan bisikan aneh yang tidak bisa orang lain lihat dan dengar.
Setelah pemeriksa menggali lebih dalam, pasien bercerita bahwa pada
tahun 2017, pasien baru mengetahui bahwa dirinya memiliki sertifikat tanah
dari mendiang orang tuanya, namun setelah pasien mencari dimana letak
tanah tersebut, ternyata tanah itu ditanami tanaman oleh orang lain tanpa
persetujuan pasien, akhirnya orang tersebut mengganti kerugian pasien
sebesar 90 juta rupiah. Namun, kasus ini berlangsung sampai ke POLRES
dan akhirnya diselesaikan secara damai. Pada saat itu bertepatan dengan
kondisi perut pasien kambuh seperti dulu. Pasien merasa perutnya perih,
mual, dan kerongkongannya terasa kecut. Awal mula dari timbulnya penyakit
pasien pada tahun 2017 adalah saat pasien rajin mengkonsumsi bawang putih.
Ia mengkonsumsi bawang putih demi kesehatan tubuhnya. Pasien memang
orang yang sangat peduli dengan kesehatannya. Ia sering berolahraga,
mengontrol pola makan, tidak merokok, bahkan Ia memiliki tensi di
rumahnya untuk mengontrol tekanan darahnya. Di saat penyakit lambungnya
kambuh, pasien pergi ke 5 paranormal, dan kelima paranormal tersebut
mengatakan bahwa Ia diguna-guna, pasien sempat berfikir bahwa guna-guna
ini berkaitan dengan kasus tanah yang terjadi sebelumnya, namun pasien
berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa penyakit ini bukan guna-guna
dari orang lain, tapi berasal dari pikirannya sendiri. Pasien juga sempat pergi
ke kyai, namun penyakitnya juga tidak kunjung sembuh. Selain itu pasien
sering memeriksa tekanan darahnya di rumah, ketika hendak di tensi, pasien
merasa cemas, akibatnya tekanan darahnya menjadi tinggi. Setelah
mengetahui tekanan darahnya tinggi, pasien langsung merasa cemas dan tidak
bisa tidur karena memikirkan bahwa Ia akan terkena stroke. Keluhan pasien
pada saat itu tidak mengganggu aktivitas pasien, sehingga pasien tidak
melakukan pengobatan medis sama sekali. Pasien hanya meneruskan pola
hidup sehat, seperti olahraga dan mengatur pola makan. Akhirnya seiring
berjalannya waktu, keluhan-keluhan tersebut menghilang. Namun, keluhan
tersebut muncul kembali sekitar 2 minggu yang lalu. Ketika pemeriksa
7
d. Riwayat Pengobatan:
Diazepam 3x1 → Diazepam 2x1 → Diazepam 1x1 → Diazepam bila perlu
Antasida (Promag)
f. Riwayat Sosial
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Perangkat Desa
Premorbid :-
Faktor Organik :-
Faktor Keturunan :Terdapat 3 saudara kandung yang memiliki gejala
sama dengan pasien
Faktor Pencetus : Takut meninggal dan perekonomian
Faktor Psikososial :-
8
III. Pemeriksaan
1. Status internistik singkat
Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos mentis, GCS 4-5-6
Tensi : 130/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6°C
Pemeriksaan Fisik
Kepala – leher : a/i/c/d -/-/-/-
Jantung : Ictus cordis tidak tampak dan teraba pada ICS
5 midclavicular line, redup, S1S2 tunggal,
e/g/m = -/-/-
Paru – paru : Simetris, retraksi -/-, fremitus n/n, vesikuler
+/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Flat, BU (+) normal, timpani, soepel
Ekstremitas : Akral hangat di keempat ekstremitas dan tidak
ada edema di keempat ekstremitas
2. Status Psikiatri
Kesan Umum : Pasien berpakaian rapi sesuai gender dan usia,
ekspresi pasien tampak takut dan tidak nyaman melihat situasi di
sekitar poli.
Kontak : Mata` (+), verbal (+) lancar, relevan
Kesadaran : Jernih, tidak berubah
Afek/Emosi : Kecemasan
Proses berpikir : B: Realistik
A: Koheren
I: Obsesi meninggal dunia
Persepsi :Halusinasi (-)
Intelegensi : Menurun
9
Kemauan : Menurun
Psikomotor : Dalam batas normal
Tilikan : Derajat 4 (menyadari dirinya sakit dan butuh
bantuan, namun tidak memahami penyebab penyakitnya)
Skor GAD-7 scale: 7 (sedang)
No Uraian Nilai
Selama 2 minggu terakhir, seberapa sering Anda telah terganggu oleh
masalah berikut?
1 Merasa gugup, cemas, atau gelisah 3
2 Tidak bisa menghentikan atau mengendalikan 0
kekhawatiran
3 Khawatir terlalu banyak tentang hal yang 1
berbeda
4 Kesulitan untuk bersantai 2
5 Karena begitu gelisah sehingga sulit duduk diam 0
6 Menjadi mudah terganggu atau mudah 0
tersinggung
7 Merasa takut seolah ada sesuatu yang 1
mengerikan
terjadi
10
Heteroanamnesis:
Istri pasien menikah dengan pasien pada tahun 2011. Istrinya
merasakan ada perbedaan pada pasien saat pertama kali menikah dengan
kondisinya akhir-akhir ini. Dulu pasien sering mengajak keluarga jalan-jalan,
namun mulai bulan November 2017 sejak sakit lambung suaminya berubah.
Pasien sering mengeluh tentang penyakitnya, dalam 1 minggu 4 kali. Dulu
pasien tidak pernah seperti ini. Istrinya mengakui bahwa ketika pasien kumat,
istri pasien menemani dan memijat suaminya.
Istri pasien juga bercerita bahwa ayah dan ibu kandung pasien sudah
meninggal. Sekarang pasien dan istrinya tingga di rumah ibu kandung istri
pasien. Istri pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki permasalahan
dengan keluarga atau saudaranya. Istri pasien mengaku bahwa pada tahun
2017 pasien pernah memikirkan rumahnya yang rusak di Desa Panti,
Kabupaten Jember. Istri pasien berkata pasien pernah bercerita bahwa Ia
masih belum bisa memperbaiki rumah yang rusak tersebut karena kondisi
perekonomian. Selain itu, istri pasien juga mengeluhkan bahwa sudah sekitar
2 minggu, pasien sudah tidak bisa berhubungan suami – istri.
13
Pemeriksaan Fisik
Kepala – leher : a/i/c/d -/-/-/-
Jantung : Ictus cordis tidak tampak dan teraba pada ICS
5 midclavicular line, redup, S1S2 tunggal,
e/g/m = -/-/-
Paru – paru : Simetris, retraksi -/-, fremitus n/n, vesikuler
+/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Flat, BU (+) normal, timpani, soepel
Ekstremitas : Akral hangat di keempat ekstremitas dan tidak
ada edema di keempat ekstremitas
2. Status Psikiatri
Kesan Umum : Pasien mengenakan baju sesuai dengan usia dan
gendernya. Ekspresi pasien pada awalnya senang, namun saat
dianamnesis menjadi sedih.
Kontak : Mata (+), verbal (+) lancar, relevan
Kesadaran : Jernih, tidak berubah
Afek/emosi : Depresi
Proses berpikir : Bentuk: Realistik
Arus: Preseverasi
Isi: Obsesi meninggal dunia
Persepsi : Halusinasi (-), derealisasi (-), depersonalisasi (-)
14
a. Diagnosis
Axis I : F32.2 Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik
Axis II : Z 03.2 Tidak Ada Diagnosis Aksis II
Axis III : K00-K93 Penyakit Sistem Pencernaan
Axis IV : Masalah dengan perekonomian
Axis V : GAF SCALE 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)
Diagnosis Banding
F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
F41.0 Gangguan Panik
b. Terapi
i. Somatoterapi
Farmakoterapi
a. Sandepril 50 mg 0-0-1
b. Clobazam 10 mg 1-0-1
ii. Psikoterapi
Suportif
Katarsis atau Ventilasi dengan membiarkan pasien bercerita
mengeluarkan isi hati sesukannya, agar pasien lega dan kecemasannya
berkurang. Dokter melakukan dengan sikap penuh pengertian (empati)
dan dengan anjuran, tidak terlalu banyak memotong.
VIII. Prognosis
Dubia ad bonam karena:
Premorbid (tidak ada) : baik
Umur permulaan sakit (usia 44 tahun) : baik
Jenis penyakit (depresi berat tanpa gejala psikotik) : buruk
Kepatuhan minum obat (baik) : baik
Pengobatan (lambat) : buruk
Faktor keturunan (ada) : buruk
Faktor pencetus (perekonomian) : baik
Perhatian keluarga (baik) : baik
Ekonomi (menengah ke bawah) : buruk