Anda di halaman 1dari 18

UJIAN KASUS

ILMU KESEHATAN JIWA

Oleh:
Annisa Sarfina Djunaedy
NIM 142011101003

DokterPembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ

KSM PSIKIATRI RSD dr. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
1

UJIAN KASUS

disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


KSM Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember

Oleh:
Annisa Sarfina Djunaedy
NIM 142011101003

Dokter Pembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ

KSM PSIKIATRI RSD dr. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
2

UJIAN KASUS
ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Nama : Annisa Sarfina Djunaedy


NIM : 142011101003
Pembimbing : dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. AAA
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Perangkat Desa
Agama : Islam
Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Dusun Darungan RT 001 / RW 010, Desa
Panti, Kec. Panti
No. Rekam Medis : 212640
Status Pelayanan : BPJS NPBI
Tanggal Pemeriksaan : 09 Mei 2018 (Poli Psikiatri dr. Soebandi)
13 Mei 2018 (Home Visit)

II. Anamnesis (09 Mei 2018)


Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember (09 Mei 2018)

Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama:
Pasien tidak bisa tidur dan sering cemas
3

b. Riwayat Penyakit Sekarang:


Autoanamnesis:
Pasien datang bersama istrinya dengan menggunakan kemeja dan
celana rapi sesuai dengan gender dan usianya. Pada saat datang ke poli,
ekspresi pasien tampak takut dan tidak nyaman melihat situasi sekitar poli.
Saat dilakukan anamnesis oleh pemeriksa, pasien sangat kooperatif. Ketika
pemeriksa menanyakan nama, usia, dan alamat pada pasien, pasien menjawab
dengan benar. Pasien mengeluhkan bahwa dirinya sudah tidak bisa tidur sejak
kurang lebih 2 minggu yang lalu, nafsu makan berkurang, dan sering cemas.
Saat serangan cemas menyerang, pasien merasakan lemas, tangan
berkeringat, tubuh gemetar, palpitasi, bahkan terkadang ingin muntah. Dalam
1 bulan terakhir, pasien merasakan 2 kali serangan cemas parah dan beberapa
kali serangan cemas ringan. Ketika ditanya oleh pemeriksa mengapa pasien
cemas, pasien menjawab “tidak ada bu, yang saya takutkan saya akan
meninggal. Anak saya masih kecil, bagaimana jika saya mati. Saya sampai
pernah berpikiran kalau saya bunuh diri saja bagaimana ya, kan kalau bunuh
diri saya tidak perlu cemas lagi. Tapi saya tiba-tiba istighfar dan langsung
teringat anak dan istri saya, serta saya juga berpikir bahwa bunuh diri itu
tidak dapat surga.”. Pasien mengaku cemas apabila melihat orang meninggal
dan sakit keras, seperti stroke, Diabetes Mellitus. Pasien mengaku hampir
setiap saat Ia memikirkan hal ini. Dampaknya, kepala pasien seperti tertekan
dan tidak bisa tidur. Ketika pemeriksa bertanya apa yang dilakukan pasien
ketika cemas dan tidak bisa tidur. Pasien menjawab “saya wiritan dan
berusaha untuk tidur kembali.”
Ketika pemeriksa menanyakan apakah ada keluarga yang memiliki
penyakit yang sama dengan pasien, pasien menjawab bahwa 3 saudaranya
juga memiliki kecemasan yang sama, yaitu takut akan kematian. Namun,
ketika ditanya apakah ada kelainan dalam proses kelahiran dan tumbuh
kembang pasien dan saudara-saudaranya, pasien menjawab bahwa Ia dan
saudara-saudaranya lahir normal dan tidak ada kelainan. Ketika pemeriksa
bertanya apakah ada perubahan minat pada diri pasien akhir-akhir ini. Pasien
4

menjawab “saya dulu kalau hari Sabtu dan Minggu senang jalan-jalan
bersama anak dan istri saya, namun sekarang saya lebih senang tidur di
rumah, karena sekarang kondisi saya tidak fit dan perekonomian saya cukup
untuk makan saja, kebetulan saya bekerja di perangkat Desa Panti”. Pasien
juga mengeluhkan bahwa saat ini pasien sudah tidak bisa ikut tahlilan lagi
dan tidak bisa berpidato di keramaian seperti dulu. Ketika pemeriksa
menanyakan bagaimana perasaan pasien akhir-akhir ini, pasien menjawab
dirinya sangat sedih dan tersiksa.
Pasien bercerita bahwa Ia sudah sering merasakan serangan cemas sejak
bercerai dengan istri pertamanya, yaitu pada tahun 2004. Serangan cemas
pada tahun itu membuat pasien tidak nafsu makan, sulit tidur, perut sakit
karena asam lambungnya naik, tidak dapat berhubungan suami istri, serta
takut menghadiri tahlilan. Ketika ditanya oleh pemeriksa tentang penyebab
cemas pada tahun 2004, pasien menjawab bahwa Ia merasa bersalah dan
teringat akan dosa-dosa yang Ia lakukan pada istri pertama dan anaknya.
Selama menikah dengan istri pertamanya, pasien senang bermain perempuan,
berjudi, dan meminum alkohol. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut sudah
sering dilakukan pasien sejak Ia duduk di bangku SMA. Ketika pemeriksa
menanyakan hubungan pasien dengan anak dan istri pertamanya, pasien
menjawab bahwa hubungan pasien dengan anaknya baik, namun pasien sudah
tidak pernah berhubungan dengan istri pertamanya. Saat ini anak pasien
tinggal dengan ibunya dan sudah menginjak kelas 2 SMA. Pasien mengaku
bahwa Ia tidak ingin anaknya kelak nakal seperti dirinya.
Sejak tahun 2004, pasien mulai merasa trauma untuk pergi ke dokter,
rumah sakit, dan mantri, karena Ia takut mengetahui penyakitnya dan
kemudian meninggal. Kecemasan itu ditunjukkan dengan bukti pada saat
pasien ditensi oleh tenaga medis, pasien langsung cemas dan tekanan
darahnya menjadi tinggi, yaitu 140 mmHg, namun ketika pasien mencoba
tenang dan kemudian dilakukan pemeriksaan ulang, tekanan darahnya
menjadi normal kembali, yaitu 120 mmHg. Semakin hari, serangan cemas
semakin mengganggu hingga pasien tidak bisa tidur. Pasien mengaku
5

mengalami gejala tersebut selama 3 minggu. Akhirnya pasien memutuskan


pergi ke dokter umum untuk berobat, lalu pasien diberikan diazepam. Pasien
mengaku Ia meminum obat sesuai anjuran dokter umum, yaitu awalnya 3 kali
dalam sehari, kemudian diturunkan menjadi 2 kali sehari, lalu 1 kali sehari,
kemudian minum obat jika perlu. Namun, pasien lupa penggunaan obat
tersebut berapa lama. Pasien juga diberikan obat promag untuk mengatasi
asam lambungnya. Setelah berobat, pasien merasa sembuh dan tidak
meminum obat lagi, namun pasien tetap mengkonsumsi obat promag bila
perlu.
Ketika pasien merasa dirinya sembuh, pasien mulai berani untuk
meneruskan kehidupannya kembali. Pasien menikah lagi pada tahun 2008
namun tidak dikaruniai anak. Pasien mengaku bahwa istri keduanya
merupakan perempuan yang nakal. Istri keduanya tersebut sering bermain
dengan laki-laki lain. Hal itu menyebakan pasien kembali pada kehidupannya
yang dulu, yaitu minum alkohol, berjudi, dan bermain perempuan lagi. Pasien
mengaku bahwa dia tidak sanggup lagi hidup dengan istri keduanya tersebut,
akhirnya pasien bercerai dengan istri keduanya, lalu menikah lagi pada tahun
2011. Saat bercerai dengan istri keduanya, pasien mulai merasa sering cemas
lagi, namun masih bisa diatasi. Cemas datang hanya sekitar 4 kali dalam
sebulan terutama pada saat hari weton dan kelahirannya. Kecemasan ini
membaik menjelang pernikahan ketiganya pada tahun 2011. Sejak saat itu
pasien sudah tidak meminum alkohol, tidak bermain perempuan, tidak
berjudi, bisa mengikuti tahlilan, bisa berada dikeramaian, dan hidup dengan
normal kembali, namun pada bulan November 2017 gejala-gejala pada tahun
2004 muncul kembali. Ketika pemeriksa bertanya ada masalah apa di tahun
2017, pasien mengatakan tidak ada masalah. Ketika pemeriksa bertanya
apakah pasien pernah merasa ingin melakukan banyak aktivitas diantara
tahun 2004 – 2017, pasien menjawab tidak. Ketika ditanya apakah pasien
pernah mengalami episode dimana pasien mengeluarkan banyak uang hanya
untuk membeli barang tidak penting diantara tahun 2004 – 2007, pasien juga
6

menjawab tidak pernah. Selain itu, pasien mengaku tidak pernah melihat
bayangan aneh dan bisikan aneh yang tidak bisa orang lain lihat dan dengar.
Setelah pemeriksa menggali lebih dalam, pasien bercerita bahwa pada
tahun 2017, pasien baru mengetahui bahwa dirinya memiliki sertifikat tanah
dari mendiang orang tuanya, namun setelah pasien mencari dimana letak
tanah tersebut, ternyata tanah itu ditanami tanaman oleh orang lain tanpa
persetujuan pasien, akhirnya orang tersebut mengganti kerugian pasien
sebesar 90 juta rupiah. Namun, kasus ini berlangsung sampai ke POLRES
dan akhirnya diselesaikan secara damai. Pada saat itu bertepatan dengan
kondisi perut pasien kambuh seperti dulu. Pasien merasa perutnya perih,
mual, dan kerongkongannya terasa kecut. Awal mula dari timbulnya penyakit
pasien pada tahun 2017 adalah saat pasien rajin mengkonsumsi bawang putih.
Ia mengkonsumsi bawang putih demi kesehatan tubuhnya. Pasien memang
orang yang sangat peduli dengan kesehatannya. Ia sering berolahraga,
mengontrol pola makan, tidak merokok, bahkan Ia memiliki tensi di
rumahnya untuk mengontrol tekanan darahnya. Di saat penyakit lambungnya
kambuh, pasien pergi ke 5 paranormal, dan kelima paranormal tersebut
mengatakan bahwa Ia diguna-guna, pasien sempat berfikir bahwa guna-guna
ini berkaitan dengan kasus tanah yang terjadi sebelumnya, namun pasien
berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa penyakit ini bukan guna-guna
dari orang lain, tapi berasal dari pikirannya sendiri. Pasien juga sempat pergi
ke kyai, namun penyakitnya juga tidak kunjung sembuh. Selain itu pasien
sering memeriksa tekanan darahnya di rumah, ketika hendak di tensi, pasien
merasa cemas, akibatnya tekanan darahnya menjadi tinggi. Setelah
mengetahui tekanan darahnya tinggi, pasien langsung merasa cemas dan tidak
bisa tidur karena memikirkan bahwa Ia akan terkena stroke. Keluhan pasien
pada saat itu tidak mengganggu aktivitas pasien, sehingga pasien tidak
melakukan pengobatan medis sama sekali. Pasien hanya meneruskan pola
hidup sehat, seperti olahraga dan mengatur pola makan. Akhirnya seiring
berjalannya waktu, keluhan-keluhan tersebut menghilang. Namun, keluhan
tersebut muncul kembali sekitar 2 minggu yang lalu. Ketika pemeriksa
7

menanyakan ada permasalahan apa sekitar 2 minggu lalu, pasien menjawab


bahwa tidak ada masalah, baik masalah keluarga ataupun pekerjaan.
Heteroanamnesis
Istrinya berkata bahwa pasien sering sekali cemas akhir-akhir ini.
Pasien sering mengeluhkan bahwa dirinya lemas dan matanya berat. Ketika
pemeriksan menanyakan apakah terdapat permasalahan keluarga akhir-akhir
ini, khususnya 2 minggu yang lalu, istri pasien menjawab tidak ada masalah
keluarga. Selain itu istri pasien juga mengatakan bahwa jika suaminya sedang
dalam kondisi cemas, istri pasien harus selalu di dekatnya dan mencoba untuk
menenangkannya.

c. Riwayat Penyakit Dahulu:


Keluhan yang sama pada tahun 2004

d. Riwayat Pengobatan:
Diazepam 3x1 → Diazepam 2x1 → Diazepam 1x1 → Diazepam bila perlu
Antasida (Promag)

e. Riwayat Penyakit Keluarga:


3 saudara pasien juga memiliki kecemasan yang berlebihan terhadap kematian

f. Riwayat Sosial
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Perangkat Desa
Premorbid :-
Faktor Organik :-
Faktor Keturunan :Terdapat 3 saudara kandung yang memiliki gejala
sama dengan pasien
Faktor Pencetus : Takut meninggal dan perekonomian
Faktor Psikososial :-
8

III. Pemeriksaan
1. Status internistik singkat
Keadaan Umum
 Kesadaran : Kompos mentis, GCS 4-5-6
 Tensi : 130/90 mmHg
 Nadi : 90 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36,6°C

Pemeriksaan Fisik
 Kepala – leher : a/i/c/d -/-/-/-
 Jantung : Ictus cordis tidak tampak dan teraba pada ICS
5 midclavicular line, redup, S1S2 tunggal,
e/g/m = -/-/-
 Paru – paru : Simetris, retraksi -/-, fremitus n/n, vesikuler
+/+, rhonki -/-, wheezing -/-
 Abdomen : Flat, BU (+) normal, timpani, soepel
 Ekstremitas : Akral hangat di keempat ekstremitas dan tidak
ada edema di keempat ekstremitas
2. Status Psikiatri
 Kesan Umum : Pasien berpakaian rapi sesuai gender dan usia,
ekspresi pasien tampak takut dan tidak nyaman melihat situasi di
sekitar poli.
 Kontak : Mata` (+), verbal (+) lancar, relevan
 Kesadaran : Jernih, tidak berubah
 Afek/Emosi : Kecemasan
 Proses berpikir : B: Realistik
A: Koheren
I: Obsesi meninggal dunia
 Persepsi :Halusinasi (-)
 Intelegensi : Menurun
9

 Kemauan : Menurun
 Psikomotor : Dalam batas normal
 Tilikan : Derajat 4 (menyadari dirinya sakit dan butuh
bantuan, namun tidak memahami penyebab penyakitnya)
 Skor GAD-7 scale: 7 (sedang)
No Uraian Nilai
Selama 2 minggu terakhir, seberapa sering Anda telah terganggu oleh
masalah berikut?
1 Merasa gugup, cemas, atau gelisah 3
2 Tidak bisa menghentikan atau mengendalikan 0
kekhawatiran
3 Khawatir terlalu banyak tentang hal yang 1
berbeda
4 Kesulitan untuk bersantai 2
5 Karena begitu gelisah sehingga sulit duduk diam 0
6 Menjadi mudah terganggu atau mudah 0
tersinggung
7 Merasa takut seolah ada sesuatu yang 1
mengerikan
terjadi
10

 Skor HDRS : 32 (depresi sangat berat)


Keterangan 0 1 2 3 4
Keadaan perasaan sedih (sedih, putus asa, tak V
berdaya, tak berguna)
Perasaan bersalah V
Bunuh diri V
Insomnia (early) V
Insomnia (middle) V
Insomnia (late) V
Kerja dan Kegiatan V
Retardasi (lambat berfikir dan berbicara, kemampuan V
konsentrasi, dan penurunan aktivitas motorik)
Agitasi V
Anxietas psikis V
Anxietas somatic V
Gejala somatic (gastrointestinal) V
Gejala somatic (umum) V
Gejala genital V
Hipokondriasis V
Kehilangan BB V
Tilikan V
Variasi diurnal V
Depersonalisasi dan derealisasi V
Gejala paranoid V
Gejala obsesif kompulsif V
Ketidakberdayaan V
Keputusasaan V
Perasaan tidak berharga V
11

Home Visite (12 Mei 2018)


Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama:
Pasien masih sulit tidur, nafsu makan menurun, libido menurun

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Autoanamnesis:
Pada saat pemeriksa datang ke rumah pasien pada pukul 10.00, pasien
mengenakan kaos dan celana santai, pasien mengaku baru selesai jogging.
Raut wajah pasien tampak senang menyambut kehadiran pemeriksa. Saat
ditanyakan bagaimana keadaannya hari ini, raut wajahnya berubah menjadi
sedih dan pasien mengeluh bahwa dirinya tetap tidak bisa tidur, nafus
makannya masih berkurang, dan tidak dapat berhubungan suami - istri. Pasien
berkata bahwa semalam Ia minum obat Alprazolam pukul 18.00 WIB,
kemudian Ia tertidur pukul 20.00 WIB, lalu terbangun pukul 22.00 WIB.
Karena terbangun dan tidak bisa tidur, pasien meminum obat Alprazolam lagi
agar bisa tertidur kembali. Pasien kemudian tertidur dan bangun pukul 02.00
WIB. Setelah itu pasien tidak bisa tidur kembali, tapi pasien tetap berusaha
untuk tidur. Ketika pemeriksa menanyakan apa yang dipikirkan pasien
sehingga membuat pasien tidak bisa tidur, pasien menjawab “sebenarnya saya
takut meninggal, anak saya masih kecil dan saya belum sempat
membahagiakan istri saya. Saya sakit-sakitan, sedangkan istri saya harus
berjualan kerupuk singkong setiap hari. Istri saya bangun pukul 02.00 WIB
untuk membuat kerupuk dan menjualnya. Saya terus terang kasihan pada istri
saya. Jujur Bu, saya sangat tersiksa dengan kondisi saya saat ini,” pasien
bercerita sambil meneteskan air matanya. Pasien juga mengaku bahwa
sekarang dirinya mudah terbangun hanya karena mendengar suara benda kecil
jatuh dengan volume suara kecil. Selain itu pada saat anamnesis berlangsung,
pasien sangat sering mengatakan “Bu, apakah penyakit saya ini bisa
sembuh?”.
12

Selain itu, pasien bercerita bahwa Ia tidak dapat berkonsentrasi saat


bekerja, terutama saat mengetik. Pasien sangat berharap bisa bekerja normal
seperti dahulu karena Ia merasa takut diberhentikan apabila tidak bekerja
maksimal seperti dulu. Pasien ingin kembali bisa ikut tahlilan, rapat di depan
orang banyak, dan aktivitas normal lainnya. Selain itu, pasien mengatakan
bahwa perasaannya saat ini sudah jauh lebih tenang karena Ia sudah diobati
oleh psikiater, namun pasien lebih tenang lagi apabila ada istri dan anak-
anaknya yang mendampingi pasien ketika cemas kambuh.
Ketika pemeriksa bertanya apakah pasien pernah melihat bayangan-
bayangan aneh serta bisikan-bisikan aneh yang tidak bisa dilihat dan didengar
orang lain, pasien menjawab tidak. Ketika pemeriksa bertanya apakah pasien
merasa dirinya dikendalikan atau merasa hidupnya sekarang seperti mimpi,
pasien juga menjawab tidak.

Heteroanamnesis:
Istri pasien menikah dengan pasien pada tahun 2011. Istrinya
merasakan ada perbedaan pada pasien saat pertama kali menikah dengan
kondisinya akhir-akhir ini. Dulu pasien sering mengajak keluarga jalan-jalan,
namun mulai bulan November 2017 sejak sakit lambung suaminya berubah.
Pasien sering mengeluh tentang penyakitnya, dalam 1 minggu 4 kali. Dulu
pasien tidak pernah seperti ini. Istrinya mengakui bahwa ketika pasien kumat,
istri pasien menemani dan memijat suaminya.
Istri pasien juga bercerita bahwa ayah dan ibu kandung pasien sudah
meninggal. Sekarang pasien dan istrinya tingga di rumah ibu kandung istri
pasien. Istri pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki permasalahan
dengan keluarga atau saudaranya. Istri pasien mengaku bahwa pada tahun
2017 pasien pernah memikirkan rumahnya yang rusak di Desa Panti,
Kabupaten Jember. Istri pasien berkata pasien pernah bercerita bahwa Ia
masih belum bisa memperbaiki rumah yang rusak tersebut karena kondisi
perekonomian. Selain itu, istri pasien juga mengeluhkan bahwa sudah sekitar
2 minggu, pasien sudah tidak bisa berhubungan suami – istri.
13

IV. Pemeriksaan Saat Home Visite (12 Mei 2018)


1. Status internistik singkat
Keadaan Umum
 Kesadaran : Kompos mentis, GCS 4-5-6
 Tensi : 140/100 mmHg
 Nadi : 102 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36,5°C

Pemeriksaan Fisik
 Kepala – leher : a/i/c/d -/-/-/-
 Jantung : Ictus cordis tidak tampak dan teraba pada ICS
5 midclavicular line, redup, S1S2 tunggal,
e/g/m = -/-/-
 Paru – paru : Simetris, retraksi -/-, fremitus n/n, vesikuler
+/+, rhonki -/-, wheezing -/-
 Abdomen : Flat, BU (+) normal, timpani, soepel
 Ekstremitas : Akral hangat di keempat ekstremitas dan tidak
ada edema di keempat ekstremitas

2. Status Psikiatri
 Kesan Umum : Pasien mengenakan baju sesuai dengan usia dan
gendernya. Ekspresi pasien pada awalnya senang, namun saat
dianamnesis menjadi sedih.
 Kontak : Mata (+), verbal (+) lancar, relevan
 Kesadaran : Jernih, tidak berubah
 Afek/emosi : Depresi
 Proses berpikir : Bentuk: Realistik
Arus: Preseverasi
Isi: Obsesi meninggal dunia
 Persepsi : Halusinasi (-), derealisasi (-), depersonalisasi (-)
14

 Intelegensi : Dalam batas normal


 Kemauan : Menurun
 Psikomotor : Dalam batas normal
 Tilikan : Derajat 4 (menyadari dirinya sakit dan butuh
bantuan, namun tidak memahami penyebab penyakitnya)
15

 Skor HDRS : 30 (Depresi sangat berat)


Keterangan 0 1 2 3 4
Keadaan perasaan sedih (sedih, putus asa, tak V
berdaya, tak berguna)
Perasaan bersalah V
Bunuh diri V
Insomnia (early) V
Insomnia (middle) V
Insomnia (late) V
Kerja dan Kegiatan V
Retardasi (lambat berfikir dan berbicara, kemampuan V
konsentrasi, dan penurunan aktivitas motorik)
Agitasi V
Anxietas psikis V
Anxietas somatic V
Gejala somatic (gastrointestinal) V
Gejala somatic (umum) V
Gejala genital V
Hipokondriasis V
Kehilangan BB V
Tilikan V
Variasi diurnal V
Depersonalisasi dan derealisasi V
Gejala paranoid V
Gejala obsesif kompulsif V
Ketidakberdayaan V
Keputusasaan V
Perasaan tidak berharga V
16

a. Diagnosis
Axis I : F32.2 Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik
Axis II : Z 03.2 Tidak Ada Diagnosis Aksis II
Axis III : K00-K93 Penyakit Sistem Pencernaan
Axis IV : Masalah dengan perekonomian
Axis V : GAF SCALE 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)

Diagnosis Banding
F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
F41.0 Gangguan Panik

b. Terapi
i. Somatoterapi
Farmakoterapi
a. Sandepril 50 mg 0-0-1
b. Clobazam 10 mg 1-0-1

ii. Psikoterapi
Suportif
Katarsis atau Ventilasi dengan membiarkan pasien bercerita
mengeluarkan isi hati sesukannya, agar pasien lega dan kecemasannya
berkurang. Dokter melakukan dengan sikap penuh pengertian (empati)
dan dengan anjuran, tidak terlalu banyak memotong.

Persuasi dengan menerangkan yang masuk akal tentang timbulnya


gejala-gejala serta baik-buruknya atau fungsi gejala-gejala itu.

Sugesti dengan cara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran


pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-
17

gejala akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang


meyakinkan dan otoritas profesional.

Bimbingan dengan memberi nasihat-nasihat praktis dan khusus


(spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa pasien
agar ia lebih sanggup mengatasinya, mengadakan hubungan antar-
manusia, cara berkomunikasi, belajar dan sebagainya.

Terapi keluarga, menjelaskan kepada keluarga pasien tentang


gangguan yang dialami pasien agar keluarga pasien dapat menerima
dan mendukung terapi yang diberikan pada pasien serta mengingatkan
untuk kontrol. Motivasi keluarga pasien untuk lebih sering
berkomunikasi dengan pasien agar pasien lebih terbuka dan merasa
nyaman.

VIII. Prognosis
Dubia ad bonam karena:
 Premorbid (tidak ada) : baik
 Umur permulaan sakit (usia 44 tahun) : baik
 Jenis penyakit (depresi berat tanpa gejala psikotik) : buruk
 Kepatuhan minum obat (baik) : baik
 Pengobatan (lambat) : buruk
 Faktor keturunan (ada) : buruk
 Faktor pencetus (perekonomian) : baik
 Perhatian keluarga (baik) : baik
 Ekonomi (menengah ke bawah) : buruk

Anda mungkin juga menyukai