Anda di halaman 1dari 55

TUGAS

RANGKUMAN KIMIA DASAR II

DI SUSUN

H
KELOMPOK
RETNI PURNAMA DEWI DBD 117 002
JOJON DBD 117 003
DESSI WULANDARI DBD 117 033

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIK

2018
TUGAS I KIMIA DASAR II

JENIS CAMPURAN

A.Macam Jenis Campuran

Campuran dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Campuran Homogen: campuran yang komposisi tiap bagiannya merata


Contoh Campuran Homogen :
– campuran air dengan sirup,
– campuran air dengan susu,
2. Campuran Heterogen: campuran yang komposisi tiap bagiannya tidak merata (Suspensi).
Contoh Campuran Heteroge
– campuran air dengan lumpur
– campuran dalam es buah n :
– campuran air dengan kopi
3. Koloid Adalah Campuran yang keadaannya antara suspensi dan larutan.

Perbedaan Larutan :

1.Larutan

adalah campuran dua zat atau lebih yang terdiri dari zat terlarut dan pelarut. Ukuran
partikel larutan sangat kecil, kurang dari 1 nm, sehingga tidak dapat dilihat dengan menggunakan
microskop ultra sekalipun. dan tidak dapat dibedakan antara zat terlarut dan medium pelarutnya.
Zat dalam larutan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan.

Contoh larutan gula, kita tidak bisa membedakan mana gula mana air dalam larutan gula
Beberapa contoh larutan adalah larutan garam, larutan asam basa dan lain-lain.
2.Suspensi

adalah Suspensi adalah campuran kasar dan bersifat heterogen. Ukuran partikel suspensi
lebih dari 100 nm.Contoh suspensi adalah campuran terigu dalam air, apakah masih tampak
terigu tersebut ? Jawabannya Ya, Masih. Campuran ini awalnya tampak seperti larutan yang
keruh, tetapi lambat laun terpisah karena pengaruh gravitasi (mengalami pengendapan). Suspensi
dapat dipisahkan melalui penyaringan.

Contoh suspense yang lain misalnya kapur dengan air,tanah dengan air,es cendol,campuran batu
kali dengan pasir dan lain-lain.

3.Koloid

adalah Koloid adalah campuran yang terdiri dari partikel terdispersi dan pertikel
pendispersi. Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Atau dengan kata lain ukuran
partikel koloid keadaannya antara suspensi dan larutan.

Contoh koloid adalah air susu, santan, air sabun, dan cat. Koloid tampak keruh tetapi stabil (tidak
memisah/mengendap). Bahan dalam campuran koloid tidak dapat dipisahkan melalui
penyaringan biasa, melainkan dengan menggunakan penyaring ultra. Beberapa contoh koloid
yang lain adalah susu, buih, santan, agar-agar, mutiara, gelas berwarna dan lain-lain

Pemisahan Campuran
1. Penyaringan/Filtrasi

Penyaringan adalah pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan ukuran


partikel.
Contoh:
– Pemisahan campuran antara air dengan pasir
– Pemisahan campuran antara

Zat hasil penyaringan disebut filtrat, dan zat sisa dari penyaringan disebut residu.
2. Penyulingan/Distilasi

Penyulingan adalah pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih.


Contoh:
– Pemisahan campuran antara air dengan alkohol
– Pemisahan air dengan minyak tanah

3. Kromatografi

Kromatografi adalah pemisahan campuran yang di dasarkan pada perbedaan daya serap
suatu zat terhadap bahan penyerap. Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran warna
pada tinta.

4. Kristalisasi

Kristalisasi adalah pemisahan campuran untuk memisahkan zat terlarut dari larutannya.
Proses kristalisasi dimanfaatkan untuk:
– membuat garam dari air laut
– membuat gula pasir dari air gula

5. Sentrifugasi

Pemisahan ini dilakukan dengan memasukkan suspensi ke dalam tabung reaksi,


kemudian dipusingkan/diputar dengan kecepatan tertentu. Pemusingan yang sangat cepat
menyebabkan partikel tersuspensi mengendap di dasar tabung reaksi. Selanjutnya cairan dapat
dituang secara hati-hati sehingga dapat terpisah dengan zat padat yang mengendap. Sentrifugasi
dapat digunakan untuk memisahkan plasma darah dari darah merah.
6. Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan campuran dengan menggunakan dua pelarut yang tidak
saling bercampur. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan corong terpisah sehingga dapat
memisahkan zat yang larut dalam minyak dan zat yang larut dalam air. Zat yang larut dalam air
biasanya ada di bagian bawah, sehingga ketika kita membuka keran pada corong pisah, air dan
zat yang terlarut akan keluar dan minyak serta zat yang terlarut di dalamnya akan tertinggal.
Selanjutnya untuk pemurnian zat dapat dilakukan dengan distilasi.

7. Sublimasi

`Pemisahan campuran dengan sublimasi dilakukan jika ada zat padat yang menyublim
bercampur dengan zat yang tidak dapat menyublim. Contoh zat yang mudah menyublim adalah
kapur barus, iodin, dan kafein.

B.Pengertian Koloid

Koloid merupakan campuran dua zat, yang terdiri dari fase terdispersi dan medium
pendispersi. Fase terdispersi merupakan zat yang didispersikan, sedangkan medium pendispersi
merupakan medium yang digunakan untuk mendispersikan. Partikel koloid mempunyai ukuran
yang lebih besar dari larutan dan lebih kecil dari suspensi.Pada tahun 1861, Thosmas Graham,
seorang ahli kimia bangsa Inggris melakukan percobaan untuk menguji perbedaan kemampuan
aliran zat terlarut dengan menggunakan kantong perkamen, air, kristal gula, lem perekat, dan
tepung kanji. Pertama bahan-bahan tersebut dilarutkan ke dalam air, kemudian larutannya
dimasukkan ke dalam kantong perkamen, ditutup rapat dan direndam dalam air.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan zat yang tergolong larutan, koloid, dan
suspensi.
Contoh larutan:

Larutan gula, larutan garam dapur, larutan cuka, dan udara.

Contoh koloid:

Susu, santan, busa sabun, salad krim, margarin, lateks, dan asap.

Contoh suspensi:

Air sungai yang keruh, tanah liat dengan air, pasir dengan air, dan air kapur.

C. Jenis-Jenis Koloid

Seperti yang sudah diketahui bahwa wujud (fase) benda terdiri dari padat, cair, dan gas.
Tiap wujud tersebut dapat menjadi medium pendispersi ataupun fase terdispersi, kecuali untuk
gas. Gas sebagai fase terdispersi pada medium pendispersi gas tidak membentuk koloid. Gas
dengan gas merupakan campuran yang homogen.

Berdasarkan hal tersebut, sistem koloid dapat dibagi menjadi beberapa jenis berikut ini.

o -Emulasi, sistem koloid yang fase terdispersi berupa zat cair dan medium
pendispersinya berupa zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat
dikenal dengan emulasi padat.
o -Sol, sistem koloid yang fase terdispresinya berupa zat pada dan medium
pendispersinya berupa zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat,
disebut sol padat.
o -Busa, sistem koloid yang fase terdispersinya berupa gas dan medium
pendispersinya berupa zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat
disebut busa padat.
o -Aerosol, sistem koloid yang medium pendispersinya berwujud gas, sedangkan
fase terdispersinya berupa zat cair atau zat padat.
D. Sifat-Sifat Koloid

Berikut ini kita akan membahas sifat-sifat koloid. sifat-sifat koloid ini harus kita pahami
karena sangat berguna dan ada kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari.

1.Efek tyndall
Menurut Irfan Permana (2007) Efek tyndall adalah terhamburnya cahaya oleh partikel
koloid. Partikel koloid dan suspensi cukup besar untuk dapat menghamburkan sinar, sedangkan
partikel partikel larutan berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat menghamburkan.
Dalam kehidupan sehari-hari Efek tyndall dapat kita amati antara lain pada:
a. Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu.
b. Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.
c. Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.

2.Gerak brown
Menurut Siti Kalsum, dkk (2007) Gerak brown adalah gerakan partikel-partikel pada
koloid yang arahnya lurus tidak menentu yang disebabkan oleh, tumbukan antara molekul-
molekul medium pendispersi dengan fase terdispersi atau tumbukan antara partikel-partikel
terdispersi.

3. Adsorpsi
Menurut Irfan Anshory (2003) Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu molekul atau
ion pada permukaan suatu zat.
Contohnya koloid Fe(OH)3 dalam air menyerap ion hidrogen (ion H+) sehingga partikel
bermuatan positif, sedangkan koloid As2S3 menyerap ion hidroksida (ion OH-) sehingga partikel
bermuatan negatif.

4.Elektroforesis
Menurut Siti Kalsum, dkk (2007) Elektroforesis adalah peritiwa bergeraknya partikel-
partikel koloid menuju elektrode. sedangkan menurut irfan anshory (2003) elektroforesis adalah
pergerakan partikel koloid dibawah pengaruh medan listrik.
5.Koagulasi
Menurut Michael Purba (2006) koagulasi adalah penggumpalan sistem koloid, contohnya
pembentukan delta dimuara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam air sungat mengalami
koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.

6.Dialisis
Menurut Ari Hamanto dan Ruminten (2009) dialisis adalah suatu cara pemurnian sistem
koloid dari ion-ion pengganggu yang menggunakan selaput semipermeabel. Contohnya
pembuatan sol Fe(OH)3 yang akan terdapat ion-ion H+ dan Cl-.

E. CARA PEMBUATAN KOLOID

1. Pembuatan Koloid Secara Dispersi

Dikutip dari halaman kimiadasar.com pembuatan koloid secara dispersi terbagi atas 4,
diantaranya:

a.Dispersi langsung (mekanik)

Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam
medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling atau menggerus
partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol belerang dalam air, serbuk
belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus bersama kristal gula secara berulang –
ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk koloid secara langsung karena partikel –
partikel semen sudah digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran
koloid.
b.Homogenisasi

Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk
susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel – partikel susu berubah
menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses
homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi.

c.Peptisasi

suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah tertentu. Sebagai
contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan AlCl3 ke
dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan
NH3secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air,
nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.

d.Busur Bredig

Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid logam.
Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung
elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api
listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan menguap
dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid logam.

2. Cara Kondensasi

Pada cara kondensasi partikel-partikel larutan yang berupa atom, ion, atau molekul diubah
menjadi partikel yang lebih besar seperti partikel koloid. Biasanya cara kondensasi dilakukan
melalui reaksi kimia, misalnya reaksi oksidasi, hidrolisis, dan substitusi. ( Ari Hamanto dan
Ruminten 2009)

a. Reaksi oksidasi reduksi


Gas H2S dialirkan ke dalam larutan SO2, terbentuk sol belerang.
2 H2S + SO2 à 2 H2O + 3 S
b. Reaksi hidrolisis
Sol Fe(OH)3 dapat dibuat dengan menggambarkan beberapa mL larutan FeCl3 jenuh
kedalam air yang mendidih. Kemudian diaduk sampai larutan berwarna coklat merah.
FeCl3 + 3 H2O à Fe(OH)3 + 3 HCl

c. Reaksi substitusi
Gas H2S dialirkan kedalam larutan asam arsenit yang sangat encer, terbentuk sol As2S3.
2H3AsO3 + 3 H2S à As2S3 + 6H2O

F.PEMURNIAN KOLOID SERTA KEGUNAANYA

PEMURNIAN KOLOID
Suatu koloid biasanya mengandung senyawa lain yang larut, yang dapat dimurnikan
dengan cara dialisis, elektroosmosis atau elektroforesis.

1.Cara Dialisis
Partikel koloid umumnya tidak dapat melewati pori-pori saringan kertas perkamen,
selofan atau plastik tertentu, tetapi saringan tersebut dapat dilewati oleh molekul kecil dan ion
yang larut dalam medium. Saringan seperti itu disebut selaput permiabel, karena pori-porinya
amat kecil (± 1mµ). Jika slang yang terbuat dari selaput semipermiabel dimasukkan ke dalam
koloid dan dialiri cairan murni terus-menerus, maka molekul kecil atau ion akan masuk ke dalam
slang dan terbawa ke luar, sehingga koloid makin lama makin murni. Cara ini disebut
dialisis(gambar 10.7a). Cara dialisis lain adalah dengan memasukkan koloid ke dalam kantong
(bahannya bersifat semipermiabel) dan dicelupkan ke dalem medium beberapa lama sehingga
molekul kecil atau ion keluar dari kantong. Jika medium (cairan) diganti berkali-kali dengan
yang baru akan didapat koloid yang makin tinggi kemurniannya (gambar 10,7b).
2.Cara Elekrolisis
Koloid yang mengandung ion dapat dimurnikan, dengan cara elektroosmosis, yaitu
memaksa ion-ion melewati pori-pori selaput semipermiabel dengan bantuan listrik (gambar
10.8). Koloid dalam ruang A dibatasi dinding D dan D’ yang tebuat dari selaput semipermiabel.
Ruang B dan C diisi cairan murni yang masing-masing diberi elektoda yang mendekati dinding
D dan D’. Jika kedua elektoda diberi arus listrik searah, maka ion dalam A tertarik ke elektroda
yang kutubnya berlawanan, sehingga menembus selaput semipermiabel (D dan D’). Akhirnya
ion dalam koloid semakin berkurang.

3.Elektroforesis
Campuran beberapa koloid yang bermuatan listrik dapat dipisahkan dengan cara
elektroforesis, karena koloid akan tertarik ke elektroda yang berlawanan muatannya (gambar
10.9). Tabung U berisi campuran dua macam kolid atau lebih. Kemudian masing-masing
kakinya diberi elektroda. Setelah dialiri arus searah, koloid bermuatan posistif akan tertarik ke
katoda, dan yang bermuatan negatif ke anoda, sehingga keduanya dapat dipisahkan. Koloid yang
sama muatannya dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan difusinya. Koloid yang cepat berdifusi
akan sampai di elektroda lebih dulu. Cara ini sering dipakai dalam analisis protein, asam nukleat
dan polisakarida dalam biokimia dan biologi.

KEGUNAAAN KOLOID
Di lingkungan kita banyak terdapat sistem koloid, baik yang alami maupun buatan
manusia. Sistem itu ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan manusia. Dengan
pengetahuan tentang kploid, kita dapat menghindari atau mengurangi hal yang merugikan dan
memenfaatkan atau menciptakan yang menguntungkan itu. Beberapa keuntungan koloid dapat
digunakan akan dijelaskan sebagai berikut.
1.Mengurangi Polusi
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan
menggunakan alat yang disebut pengendap Cottrel (gambar 10.10). Asap buangan itu
dimasukkan ke dalam ruangan bertegangan listrik tinggi sehingga elektron mengionkan molekul
udara. Partikel asap akan menyerap ion positif dan tertarik ke elektroda negatif sehingga
menggumpal. Akhirnya gas yang keluar bebas asap dan padatan.
2.Penggumpalan Lateks
Lateks adalah koloid karet dalam air, berupa sol bermuatan negatif. Bila ditambah ion
positif, lateks menggumpal dan dapat dibentuk sesuai cetakan.

3.Membantu Pasien Gagal Ginjal


Darah banyak mengandung partikel koloid, seperti sel darah merah, sel dararh putih dan
antibodi. Orang yang ginjalnnya tidak mampu mengeluarkan senyawa beracun dari darah seperti
urea dan kreatin disebut gagal ginjal. Orang ini dapat dibantu dengan cara dialisis, yaitu
mengisap darahnya dan dialirkan ke dalam alat (disebut alat cuci darah) sehingga urea dan
kreatin serta ion-ion lain tetarik ke luar (gambar 10.11) Darah yang telah bersih dimasukkan
kembali ke tubuh pasien.

4.Penjernihan Air
Air yang jernih harus bebas koloid, oleh karena itu air diberi alumunium sulfat atau
tawas. Tawas akan terus terurai menjadi Al3+dan SO42- yang mengkoagulasi partikerl kolloid
sehingga mengendap di dasar wadah dan air menjadi jernih

5.Sebagai Deodoran
Keringat biasanya mengandung protein yang dapat menimbulkan bau bila diuraikan oleh
bakteri yang banyak terdapat di temapt basah. Bila temapt itu diberi deodoran, bau itu dapt
berkukrang atau hilang, karena deodoran mengandung alumunium klorida untuk
menggumpalkan protein dalam keringat. Endapan protein ini dapt menghalangi kerja kelenjar
keringat sehingga keringat dan protein yang dihasilkan berkurang.

6.Sebagai Bahan Makanan dan Obat


Ada bahan atau obat berwujud padat sehingga tidak enak dan sulit ditelan. Tambahan
lagi, zat ini tidak larut dalam cairan (air). Untuk mengatasinya, zat itu dikemas dalam bentuik
koloid sehingga mudah diminum, contohnya susu encer.
7.Sebagai Bahan Kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik dalam bentuk padatan, tetapi lebih baik dipakai dalam
bentuk cairan. Untuk biasanya dibuat berupa koloid dalm pelarut tertentu.

8.Bahan Pencuci
Sabun sebagai pembersih karena dapat mengemulsi minyak dalam air. Sabun dalam air
terion menjadi Na+ dan ion asam lemak. Kepala asam asam lemak yang bermuatan negatif dalm
air, sedangkan ekornya larut dalm minyak. Hal ini menyebabkan minyak terlarut dalam air.

Contoh Soal.

1. Perhatikan beberapa sistem dispersi berikut!

1. Gel
2. Cat
3. Sus
4. Kanji
5. Agar-agar

Sistem dispersi yang tergolong emulsi ditunjukkan oleh nomor ….

a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Pembahasan :
Yang tergolong emulsi adalah santan, susu, es krim, lotion, mayonaise, keju, mentega, mutiara,
dan sus.
Jadi, yang tergolong emulsi ditunjukkan oleh nomor 3.
Jawaban : c

2. Berikut adalah data dari beberapa larutan.

Setelah
Larutan Warna larutan Berkas cahaya
disaring
1 Cokelat Keruh Terlihat

2 Biru Jernih Tak terlihat

3 Kuning Agak keruh Terlihat

4 Kuning Jernih Tak terlihat

5 Cokelat Jernih Tak terlihat

Berdasarkan data tersebut yang tergolong dipersi koloid adalah ….


a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 4
e. 4 dan 5
Pembahasan
sistem koloid itu berwarna keruh, tetapi larutan berwarna jernih. Pada sistem koloid ada efek
Tyndall sehigga kertas cahaya dihamburkan dan terlihat
Jawaban : b
3. Berikut ini yang bukan merupakan sistem koloid adalah ….
a. Lateks
b. Air sadah
c. Tinta
d. Margarine
e. Batu apung
Pembahasan :
Air sadah air di dalamnya terlarut ion-ion logam seperti Ca2+ dan Mg2+, sehingga sabun tidak
menjadi tidak berbusa.
Jawaban : b

4. Buih adalah ….
a. Zat padat terdispersi dalam zat cair
b. Zat cair terdispersi dalam gas
c. Gas terdispersi dalam zat padat
d. Gas terdispersi dalam zat cair
e. Zat cair terdispersi dalam zat cair
Pembahasan :
Pada sistem buih fase terdispersinya gas dan pendispersinya cair.
Jawaban : d

5. Efek Tyndall terjadi katena partikel koloid ….


a. Memancarkan cahaya
b. Menyerap cahaya
c. Meneruskan cahaya
d. Menghamburkan cahaya
e. Mempunyai gerak Brown
Pembahasan :
Sistem koloid dapat menghamburkan cahaya (efek Tyndall), sehingga berkas cahaya dapat
diamati dari arah samping.
Jawaban : d
6. Kelebihan elektrolit dalam suatu dispersi koloid biasanya dihilangkan dengan ….
a. Elektrolisis
b. Elektroforesis
c. Dialisis
d. Dekalisis
e. Presipitasi
Pembahasan :
Pada proses dialisis sistem koloid dimasukkan dalam kantong semipermeabel yang dapat
melewatkan pengganggu, sementara partikel koloid tetap dalam kantong.
Jawaban : c

7. Koagulasi koloid dapat terjadi jika :


1) Koloid dipanaskan
2) Mencampurkan dua macam koloid
3) Ditambahkan zat elektrolit
4) Partikel koloid didialisis
Pernyataan yang benar adalah nomor ….
a. 1, 2, dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4
e. Semua benar
Pembahasan :
Proses koagulasi (penggumpalan koloid) dapat terjadi jika :
1. Adanya pengaruh pemanasan/pendinginan
2. Penambahan elektrolit
3. Pencampuran koloid yang berbeda muatan
4. Elektrolisis
5. Pembusukan
Jawaban : a
8. Koloid berbeda dengan suspensi dalam hal berikut ini.
1. Ukuran partikel
2. Homogenitas sistem
3. Kestabilan sistem
4. Gerak partikel
Pernyataan yang benar adalah ….
a. 1, 2, 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4
e. Semua benar
Pembahasan :
• Ukuran partikel koloid lebih kecil (1 – 100 nm) dari suspensi (> 100).
• Sistem koloid bersifat homogen secara makroskopis, sedangkan suspensi heterogen.
• Sistem koloid lebih stabil, sedangkan suspensi tidak stabil.
Jawaban : a

9. Efek penghamburan cahaya dari lampu mobil oleh partikel dalam kabut disebut ….
a. Elektroforesis
b. Tyndall
c. Brown
d. Dialisis
e. Adsorpsi
Pembahasan :
Sistem koloid yang keruh dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya dapat diamati.
Efek penghamburan cahaya ini disebut sebagai efek Tyndall.
Jawaban : b
10. Sistem koloid yang dibentuk dengan mendispersikan partikel zat padat ke dalam zat cair
disebut ….
a. Gel
b. Buih
c. Emulsi
d. Sol
e. Aerosol
Pembahasan :
Sol merupakan sistem koloid dengan medium terdispersi padat dan medium pendispersi cair.
Contoh : tinta, kanji dan cat.
Jawaban : d
TUGAS II KIMIA DASAR II

Kinetika Kimia

A.Kinetika Kimia (Chemical Kinetics)

adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mengkaji mengenai seberapa cepat suatu reaksi
kimia berlangsung. Dari berbagai jenis reaksi kimia yang telah dipelajari para ilmuwan, ada yang
berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (reaksi berlangsung cepat), seperti reaksi
pembakaran gas metana. Di sisi lain, ada pula reaksi yang berlangsung dalam waktu yang lama
(reaksi berlangsung lambat), seperti reaksi perkaratan (korosi) besi. Cepat lambatnya suatu reaksi
kimia dapat dinyatakan dalam besaran laju reaksi.Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan
konsentrasi reaktan atau produk per satuan waktu. Satuan laju reaksi adalah M/s (Molar per
detik). Sebagaimana yang kita ketahui, reaksi kimia berlangsung dari arah reaktan menuju
produk. Ini berarti, selama reaksi kimia berlangsung, reaktan digunakan (dikonsumsi) bersamaan
dengan pembentukan sejumlah produk. Dengan demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi
pengurangan konsentrasi reaktan maupun peningkatan konsentrasi produk.

Secara umum, laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan sederhana berikut :

A ——-> B

laju reaksi = – ∆ [A] / ∆ t atau laju reaksi = + ∆ [B] / ∆ t

Tanda – (negatif) menunjukkan pengurangan konsentrasi reaktan

Tanda + (positif) menunjukkan peningkatan konsentrasi produk

Laju reaksi berhubungan erat dengan koefisien reaksi. Untuk reaksi kimia dengan
koefisien reaksi yang bervariasi, laju reaksi harus disesuaikan dengan koefisien reaksi masing-
masing spesi. Sebagai contoh, dalam reaksi 2A ——-> B, terlihat bahwa dua mol A dikonsumsi
untuk menghasilkan satu mol B. Hal ini menandakan bahwa laju konsumsi spesi A adalah dua
kali laju pembentukan spesi B. Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut :

laju reaksi = – 1 ∆ [A] / 2.∆ t atau laju reaksi = + ∆ [B] / ∆ t

Secara umum, untuk reaksi kimia dengan persamaan reaksi di bawah ini,

aA + bB ——-> cC + Dd laju reaksi masing-masing spesi adalah sebagai berikut :

laju reaksi = – 1 ∆ [A] / a.∆ t = – 1 ∆ [B] / b.∆ t = + 1 ∆ [C] / c.∆ t = + 1 ∆ [D] / d.∆ t

Laju suatu reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi reaktan yang
digunakan dalam reaksi. Semakin besar konsentrasi reaktan yang digunakan, laju reaksi akan
meningkat. Di samping itu, laju reaksi juga dipengaruhi oleh nilai konstanta laju reaksi (k).
Konstanta laju reaksi (k) adalah perbandingan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan.
Nilai k akan semakin besar jika reaksi berlangsung cepat, walaupun dengan konsentrasi reaktan
dalam jumlah kecil. Nilai k hanya dapat diperoleh melalui analisis data eksperimen, tidak
berdasarkan stoikiometri maupun koefisien reaksi.

Hukum laju reaksi (The Rate Law) menunjukkan korelasi antara laju reaksi (v) terhadap
konstanta laju reaksi (k) dan konsentrasi reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan tertentu
(orde reaksi). Hukum laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

aA + bB ——-> cC + dD

v = k [A]x [B]y

x dan y adalah bilangan perpangkatan (orde reaksi) yang hanya dapat ditentukan melalui
eksperimen. Nilai x maupun y tidak sama dengan koefisien reaksi a dan b.
Bilangan perpangkatan x dan y memperlihatkan pengaruh konsentrasi reaktan A dan B terhadap
laju reaksi. Orde total (orde keseluruhan) atau tingkat reaksi adalah jumlah orde reaksi reaktan
secara keseluruhan. Dalam hal ini, orde total adalah x + y.

Untuk menentukan orde reaksi masing-masing reaktan, berikut ini diberikan data hasil
eksperimen reaksi antara F2 dan ClO2.

F2(g) + 2 ClO2(g) ——-> 2 FClO2(g)

No. [F2] (M) [ClO2] (M) laju reaksi (M/s)


1 0,10 0,010 1,2 x 10-3
2 0,10 0,040 4,8 x 10-3
3 0,20 0,010 2,4 x 10-3

Dengan mempelajari data nomor 1 dan 3, terlihat bahwa peningkatan konsentrasi F2


sebesar dua kali saat konsentrasi ClO2 tetap menyebabkan peningkatan laju reaksi sebesar dua
kali. Ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi F2 sebanding dengan peningkatan laju
reaksi. Dengan demikian, orde reaksi F2 adalah satu. Sementara, dari data nomor 1 dan 2, terlihat
bahwa peningkatan konsentrasi ClO2 sebesar empat kali saat konsentrasi F2 tetap menyebabkan
peningkatan laju reaksi sebesar empat kali pula. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
konsentrasi ClO2 juga berbanding lurus (sebanding) dengan peningkatan laju reaksi. Oleh karena
itu, orde reaksi ClO2 adalah satu. Orde total reaksi tersebut adalah dua. Persamaan laju reaksi
dapat dinyatakan dalam bentuk berikut :

v = k [F2] [ClO2]

Konstanta laju reaksi (k) dapat diperoleh dengan mensubstitusikan salah satu data
percobaan ke dalam persamaan laju reaksi. Dalam hal ini, saya menggunakan data nomor 1.
Persamaan laju reaksi setelah disubstitusikan dengan data eksperimen akan berubah menjadi
sebagai berikut :

1,2 x 10-3 = k (0,10) (0,010)


k = 1,2 / M.s

Hukum laju reaksi dapat digunakan untuk menghitung laju suatu reaksi melalui data
konstanta laju reaksi dan konsentrasi reaktan. Hukum laju reaksi juga dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi reaktan setiap saat selama reaksi kimia berlangsung. Kita akan
mempelajari laju reaksi dengan orde reaksi satu, dua, dan nol.

Reaksi Orde Satu

Reaksi dengan orde satu adalah reaksi dimana laju bergantung pada konsentrasi reaktan
yang dipangkatkan dengan bilangan satu. Secara umum, reaksi dengan orde satu dapat diwakili
oleh persamaan reaksi berikut :

A ——-> Produk

Laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan : v = – ∆ [A]/∆ t

Laju reaksi juga dapat dinyatakan dalam persamaan : v = k [A]

Satuan k dapat diperoleh dari persamaan : k = v/[A] = M.s-1/M = s-1 atau 1/s

Dengan menggabungkan kedua persamaan laju reaksi : – ∆[A]/∆ t = k [A]

Penyelesaian dengan kalkulus, akan diperoleh persamaan berikut :

ln { [A]t / [A]0 }= – kt atau

ln [A]t = – kt + ln [A]0

ln = logaritma natural (logaritma dengan bilangan pokok e)

[A]0 = konsentrasi saat t = 0 (konsentrasi awal sebelum reaksi)

[A]t = konsentrasi saat t = t (konsentrasi setelah reaksi berlangsung selama t detik)

Reaksi Orde Dua


Reaksi dengan orde dua adalah reaksi dimana laju bergantung pada konsentrasi satu
reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan dua atau konsentrasi dua reaktan berbeda yang
masing-masing dipangkatkan dengan bilangan satu. Kita hanya akan membahas tipe satu
reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan dua. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :

A ——-> Produk

Laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan : v = – ∆ [A]/∆ t

Laju reaksi juga dapat dinyatakan dalam persamaan : v = k [A]2

Satuan k dapat diperoleh dari persamaan : k = v / [A]2 = M.s-1/M2 = s-1/M atau 1/M.s

Dengan menggabungkan kedua persamaan laju reaksi : – ∆[A]/∆ t = k [A]2

Penyelesaian dengan kalkulus, akan diperoleh persamaan berikut :

1 / [A]t = kt + 1 / [A]0

Reaksi Orde Nol

Reaksi dengan orde nol adalah reaksi dimana laju tidak bergantung pada konsentrasi
reaktan. Penambahan maupun mengurangan konsentrasi reaktan tidak mengubah laju reaksi.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

A ——-> Produk

Laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan : v = – ∆ [A]/∆ t

Laju reaksi juga dapat dinyatakan dalam persamaan : v = k [A]0 atau v = k

Satuan k dapat diperoleh dari persamaan : k = v / [A]0 = v = M.s-1 atau M / s

Dengan menggabungkan kedua persamaan laju reaksi : – ∆[A]/∆ t = k [A]0


Dengan menggabungkan kedua persamaan laju reaksi : – ∆[A]/∆ t = k

Penyelesaian dengan kalkulus, akan diperoleh persamaan berikut :

[A]t = -kt + [A]0

Selama reaksi kimia berlangsung, konsentrasi reaktan berkurang seiring peningkatan


waktu reaksi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membedakan reaksi orde nol, orde
satu, dan orde dua adalah melalui waktu paruh. Waktu paruh (t1/2) adalah waktu yang dibutuhkan
agar konsentrasi reaktan menjadi setengah dari konsentrasi semula. Persamaan waktu paruh
untuk masing-masing orde reaksi adalah sebagai berikut :

Orde Satu : t1/2 = ln 2 / k = 0,693 / k (waktu paruh tidak bergantung pada konsentrasi awal
reaktan)

Orde Dua : t1/2 = 1 / k.[A]0 (waktu paruh berbanding terbalik dengan konsentarsi awal reaktan)

Orde Nol : t1/2 = [A]0 / 2k (waktu paruh berbanding lurus dengan konsentrasi awal reaktan)

Agar reaksi kimia dapat terjadi, reaktan harus bertumbukan. Tumbukan ini memindahkan
energi kinetik (energi gerak) dari satu molekul ke molekul lainnya, sehingga masing-masing
molekul teraktifkan. Tumbukan antarmolekul memberikan energi yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan sehingga ikatan baru dapat terbentuk.

Kadang-kadang, walaupun terjadi tumbukan, energi kinetik yang tersedia tidak cukup untuk
dipindahkan sehingga molekul tidak dapat bergerak dengan cukup cepat. Kita dapat mengatasi
hal ini dengan memanaskan campuran reaktan. Suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari
molekul tersebut; menaikkan suhu akan meningkatkan energi kinetik yang ada untuk
memutuskan ikatan-ikatan ketika tumbukan.

Saat tumbukan antarmolekul terjadi, sejumlah energi kinetik akan digunakan untuk
memutuskan ikatan. Jika energi kinetik molekul besar, tumbukan yang terjadi mampu
memutuskan sejumlah ikatan. Selanjutnya, akan terjadi pembentukan kembali ikatan baru.
Sebaliknya, jika energi kinetik molekul kecil, tidak akan terjadi tumbukan dan pemutusan ikatan.
Dengan kata lain, untuk memulai suatu reaksi kimia, tumbukan antarmolekul harus memiliki
total energi kinetik minimum sama dengan atau lebih dari energi aktivasi (Ea), yaitu jumlah
energi minimum yang diperlukan untuk memulai suatu reaksi kimia. Saat molekul bertumbukan,
terbentuk spesi kompleks teraktifkan (keadaan transisi), yaitu spesi yang terbentuk sementara
sebagai hasil tumbukan antarmolekul sebelum pembentukan produk.

A + B ——-> AB* ——-> C + D

reaktan keadaan transisi produk

Konstanta laju reaksi (k) bergantung pada temperatur (T) reaksi dan besarnya energi aktivasi
(Ea). Hubungan k, T, dan Ea dapat dinyatakan dalam persamaan Arrhenius sebagai berikut :

k = A e –Ea / RT atau ln k = ln A – Ea / R.T

k = konstanta laju reaksi

Ea = energi aktivasi (kJ/mol)

T = temperatur mutlak (K)

R = konstanta gas ideal (8,314 J/mol.K)

e = bilangan pokok logaritma natural (ln)

A = konstanta frekuensi tumbukan (faktor frekuensi)

Dari persamaan Arrhenius terlihat bahwa laju reaksi (dalam hal ini diwakili konstanta
laju reaksi) semakin besar saat reaksi terjadi pada temperatur tinggi yang disertai dengan energi
aktivasi rendah.Kadang-kadang, walaupun telah terjadi tumbukan dengan energi kinetik yang
cukup, reaksi tetap tidak menghasilkan produk. Hal ini disebabkan oleh molekul yang tidak
mengalami tumbukan pada titik yang tepat. Tumbukan yang efektif untuk menghasilkan produk
berkaitan erat dengan faktor orientasi dan sisi aktif molekul bersangkutan. Dengan demikian,
molekul harus bertumbukan pada arah yang tepat atau dipukul pada titik yang tepat agar reaksi
dapat terjadi. Sebagai contoh, reaksi antara molekul A-B dengan C membentuk molekul C-A dan
B.

A-B + C ——-> C-A + B

Terlihat bahwa untuk menghasilkan produk molekul C-A, zat C harus bertumbukan dengan
molekul A-B pada ujung A. Jika zat C menumbuk molekul A-B pada ujung B, tidak aka ada
produk yang dihasilkan. Ujung A dari molekul A-B dikenal dengan istilah sisi aktif, yaitu tempat
pada molekul dimana tumbukan harus terjadi agar reaksi dapat menghasilkan produk. Saat zat
C menumbuk ujung A pada molekul A-B, akan ada kesempatan untuk memindahkan cukup
energi untuk memutus ikatan A-B. Setelah ikatan A-B putus, ikatan C-A dapat terbentuk.
Persamaan untuk proses tersebut dapat digambarkan dengan cara berikut :

C∙∙∙∙∙∙∙A∙∙∙∙∙B ——-> C-A + B

Jadi, agar reaksi ini dapat terjadi, harus terdapat tumbukan antara zat C dengan molekul A-B
pada sisi aktifnya. Tumbukan antara zat C dengan molekul A-B harus memindahkan cukup
energi untuk memutuskan ikatan A-B (pemutusan ikatan memerlukan energi) sehingga
memungkinkan ikatan C-A terbentuk (pembentukan ikatan melepaskan energi).Laju reaksi
berkaitan dengan frekuensi tumbukan efektif yang terjadi antarmolekul. Apabila frekuensi
tumbukan efektif semakin besar, tumbukan antarmolekul semakin sering terjadi, mengakibatkan
produk terbentuk dalam waktu yang singkat. Dengan meningkatkan frekuensi tumbukan efektif
antarmolekul, produk dalam jumlah besar dapat dihasilkan dalam waktu yang singkat. Beberapa
faktor yang dapat mengubah jumlah frekuensi tumbukan efektif antarmolekul , antara lain :

1. Sifat reaktan dan ukuran partikel reaktan

Agar reaksi dapat terjadi, harus terdapat tumbukan antarmolekul pada sisi aktif molekul.
Semakin besar dan kompleks molekul reaktan, semakin kecil pula kesempatan terjadinya
tumbukan di sisi aktif. Kadang-kadang, pada molekul yang sangat kompleks, sisi aktifnya
seluruhnya tertutup oleh bagian lain dari molekul, sehingga tidak terjadi reaksi. Secara umum,
laju reaksi akan lebih lambat bila reaktannya berupa molekul yang besar dan kompleks
(bongkahan maupun lempengan). Laju reaksi akan lebih cepat bila reaktan berupa serbuk dengan
luas permukaan kontak yang besar. Semakin luas permukaan untuk dapat terjadi tumbukan,
semakin cepat reaksinya.

2. Konsentrasi reaktan

Menaikkan jumlah tumbukan akan mempercepat laju reaksi. Semakin banyak molekul
reaktan yang bertumbukan, semakin cepat reaksi tersebut. Sepotong kayu dapat terbakar di udara
(yang mengandung gas oksigen 20%), tetapi kayu tersebut akan terbakar dengan jauh lebih cepat
di dalam oksigen murni. Dengan mempelajari efek konsentrasi terhadap laju reaksi, kita dapat
menentukan reaktan mana yang lebih mempengaruhi laju reaksi (ingat tentang orde reaksi).

3. Tekanan pada reaktan yang berupa gas

Tekanan pada reaktan yang berupa gas pada dasarnya mempunyai pengaruh yang sama
dengan konsentrasi. Semakin tinggi tekanan reaktan, semakin cepat laju reaksinya. Hal ini
disebabkan adanya kenaikan jumlah tumbukan. Peningkatan tekanan dapat memperkecil volume
ruang sehingga molekul semakin mudah bertumbukan satu sama lainnya.

4. Suhu

Secara umum, menaikkan suhu menyebabkan laju reaksi meningkat. Pada kimia organik,
ada aturan umum yang mengatakan bahwa menaikkan suhu 10°C akan menyebabkan kelajuan
reaksi menjadi dua kali lipat. Kenaikan suhu dapat meningkatkan jumlah tumbukan
antarmolekul. Menaikkan suhu menyebabkan molekul bergerak dengan lebih cepat, sehingga
terdapat peningkatan kesempatan bagi molekul untuk saling bertumbukan dan bereaksi.
Menaikkan suhu juga menaikkan energi kinetik rata-rata molekul. Energi kinetik minimum yang
dimiliki molekul harus sama atau lebih besar dari energi aktivasi agar reaksi dapat berlangsung.
Reaktan juga harus bertumbukan pada sisi aktifnya. Kedua faktor inilah yang menentukan
apakah suatu reaksi berlangsung atau tidak.
5. Katalis (Katalisator)

Katalis adalah zat yang menaikkan laju reaksi tanpa dirinya sendiri berubah di akhir
reaksi. Hal ini berarti katalis terbentuk kembali setelah reaksi berakhir. Katalis dapat menaikkan
laju reaksi dengan memilih mekanisme reaksi lain yang energi aktivasinya lebih rendah dari
mekanisme semula.

A + B ——-> C + D (tanpa katalis)

A + B ——-> C + D (dengan katalis)

kdengan katalis > ktanpa katalis sehingga vdengan katalis > vtanpa katalis

Laju reaksi akan lebih cepat jika puncak energi aktivasinya lebih rendah. Hal ini berarti reaksi
akan lebih mudah terjadi. Total energi reaktan dan produk tidak dipengaruhi oleh katalis. Hal ini
berarti entalpi (∆H) reaksi tidak dipengaruhi oleh katalis. Katalis dapat menurunkan energi
aktivasi reaksi dengan satu dari dua cara berikut :

1. Memberikan permukaan dan orientasi

Terjadi pada katalis heterogen. Katalis ini hanya mengikat satu molekul pada permukaan
sambil memberikan orientasi yang sesuai untuk memudahkan jalannya reaksi. Katalis heterogen
adalah katalis yang berada pada fasa yang berbeda dengan reaktan. Katalis ini umumnya
merupakan logam padat yang terbagi dengan halus atau oksida logam, sedangkan reaktannya
adalah gas atau cairan. Katalis heterogen cenderung menarik satu bagian dari molekul reaktan
karena adanya interaksi yang cukup kompleks yang belum sepenuhnya dipahami. Setelah reaksi
terjadi, gaya yang mengikat molekul ke permukaan katalis tidak ada lagi, sehingga produk
terlepas dari permukaan katalis. Katalis dapat siap melakukannya lagi.

2. Mekanisme alternatif

Terjadi pada katalis homogen, yaitu katalis yang mempunyai fasa sama dengan
reaktannya. Katalis ini memberikan mekanisme alternatif atau jalur reaksi yang memiliki energi
aktivasi yang lebih rendah dari reaksi aslinya. Dengan demikian, reaksi dapat berlangsung dalam
waktu yang lebih singkat.

B.Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi

Reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat atau laju reaksi semakin besar jika konsentrasi
zat yang bereaksi semakin besar. Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi pereaksi, maka
semakin banyak partikel-partikel zat yang bereaksi. Akibatnya, kemungkinan tumbukan yang
berhasil maka semakin banyak zat baru yang terbentuk. Dengan demikian, reaksi semakin cepat
berlangsung. Persamaan laju reaksi merupakan persamaan aljabar yang menyatakan hubungan
laju reaksi dengan konsentrasi pereaksi. Persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi dapat
diperoleh dari serangkaian eksperimen atau percobaan. Dalam setiap percobaan, konsentrasi
salah satu pereaksi diubah-ubah,sedangkankonsentrasipereaksilaindibuattetap.Secara umum
ditulis menurut persamaan reaksisebagaiberikut.

aA + Bb-----> cC + dD dan persamaan laju reaksinya :r = k[A]m[B]n

r = laju reaksik=tetapan laju reaksim,n = orde (tingkat) reaksi pada pereaksi A dan BOrde
reaksi hanya dapat ditentukan secara eksperimen. Orde reaksi pada reaksi keseluruhan disebut
orde reaksi total. Besarnya orde reaksi total adalah jumlah semua orde reaksi pereaksi. Jadi, orde
reaksi total (orde reaksi) pada reaksi tersebut adalah m + n. Telah diuraikan dalam teori
tumbukan, perubahan jumlah molekul pereaksi dapat berpengaruh pada laju suatu reaksi. Kita
telah tahu bahwa jumlah mol spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan dinamakan konsentrasi
molar. Bila konsentrasi pereaksi diperbesar dalam suatu reaksi, berarti kerapatannya bertambah
dan akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat laju reaksi.

C.Menentukan Persamaan Laju Reaksi

Mari kita ingat kembali faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.


1.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi ada 4, yaitu sebgai berikut.


a. Konsentrasi Pereaksi

Semakin besar konsentrasi pereaksi, maka laju reaksinya akan semakin cepat karena
semakin banyak partikel yang bertumbukan. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksinya semakin
kecil, maka laju reaksinya akan menjadi semakin lambat karena pertikel yang bertumbukan juga
semakin sedikit.

b. Suhu

Semakin tinggi suhu, maka laju reaksinya akan semakin cepat karena energi kinetik
partikel akan meningkat seiring peningkatan suhu. Semakin rendah suhu, maka laju reaksinya
akan semakin lambat.

c. Luas Permukaan Bidang Sentuh

Semakin besar luas permukaan bidang sentuh, semakin banyak partikel yang
bertumbukan. Semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, semakin sedikit partikel yang
bertumbukan.

d. Katalis

Penambahan katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan energi
aktivasi.

2. Menentukan Persamaan Laju Reaksi Persamaan laju reaksi terbentuk dari hukum laju reaksi.
Hukum laju reaksi dihasilkan dari pengukuran laju reaksi berbagai eksperimen yang
menunjukkan fungsi konsentrasi zat-zat pereaksinya. Hukum laju reaksi dinyatakan dalam
bentuk persamaan berikut.
Persamaan Laju Reaksi

v = k[A]m[B]n

Keterangan:
v = laju reaksi (mol.L-1.s-1);
k = tetapan laju reaksi; dan
m,n = orde reaksi (bilangan pangkat yang menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi A, B
terhadap laju reaksi.

Untuk memahami cara menentukan persamaan laju reaksi, mari kita lihat contoh berikut ini.

Contoh Soal

Nitrogen monoksida direaksikan dengan gas hidrogen mengikuti persamaan berikut ini.

Dari reaksi tersebut diperoleh data sebagai berikut.

Berdasarkan data percobaan tersebut, tentukan persamaan laju reaksinya!


Penyelesaian
Langkah-langkah menentukan persamaan laju reaksi jika diketahui konsentrasi pereaksi dan
waktu.
a.Menentukan orde rekasi NO (simbolkan x)
Untuk menentukan orde rekasi NO, maka cari dua percobaan dengan konsentrasi H2 sama
(percobaan 3 dan 4). Bandingkan konsentrasi pada percobaan 3 dan 4 dengan waktu sesuai
persamaan berikut ini.

Jadi orde reaksi NO adalah 2.

b.Menentukan orde reaksi H2 (simbolkan y)


Untuk menentukan orde rekasi H2, maka cari dua percobaan dengan konsentrasi NO sama
(percobaan 1 dan 2). Bandingkan konsentrasi pada percobaan 1 dan 2 dengan waktu sesuai
persamaan berikut ini.

Jadi orde reaksi H2 adalah 1.

c. Menuliskan persamaan laju reaksi v = k[NO]2[H2].


TUGAS III

TERMODINAMIKA I DAN TERMODINAMIKA II

Hukum I Termodinamika dan Kapasitas Kalor Gas

Hukum I Termodinamika

Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa:

“Sejumlah kalor Q yang diterima dan usaha W yang dilakukan terhadap suatu gas dapat
digunakan untuk mengubah energi dalam”.

Secara matematis hukum I termodinamika dapat dirumuskan sebagai berikut:

Q = ∆U+W

Dengan ketentuan, jika:


Q(+) → sistem menerima kalor
OR → sistem melepas kalor
W(+) → sistem melakukan usaha
W(-) → sistem dikenai usaha
∆U(+) → terjadi penambahan energi dalam
∆U(-) → terjadi penurunan energi dalam

Kapasitas Kalor Gas

a. Konsep Kapasitas Kalor Gas

Kapasitas kalor merupakan jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur suatu zat
sebesar satu kelvin atau satu derajat celcius. Secara matematis, dapat dituliskan:

dengan C = kapasitas kalor (J/K atau J/°C)

Kalor jenis merupakan kapasitas kalor tiap satuan massa. Secara matematis dapat ditulis:

dengan c = kalor jenis (J/kg atau J/kgºC)

Kalor jenis molar merupakan kapasitas kalor tiap mol, dinyatakan:


dengan c* = kalor jenis molar (J/mol K atau J/mol°C)

b. Macam-Macam Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap Cp adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
zat sebesar satu kelvin dan tekanan tetap.
Persamaannya adalah:

Kapasitas kalor gas pada volume tetap Cv adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
zat sebesar satu kelvin pada volume tetap.
Persamaannya adalah:

Hubungan Cp dan Cv adalah:

Dari berbagai persamaan, usaha dapatdinyatakan:

W=p∆V=p(V2-V1)

W=nR∆T=nR(T2-T1)

W=Qp-Qv = (Cp-Cv)∆T

Untuk kalor jenis molar, persamaan matematisnya:

Cp* = cv* + R

Gas monoatomic
Gas diatomic

Tetapan Laplace (Ƴ) merupakan perbandingan Cp terhadap Cv. Untuk gas monoatomik Ƴ = 1,67,
sedangkan gas diatomik Ƴ = 1,4.

Contoh soal!

1. Suatu gas dalam ruang tertutup melepaskan kalor ke lingkungan sebesar 1.000 kalori dan
melakukan usaha 2.000 joule. Berapakah perubahan energy dalam gas? (1 kalori = 4,2 J)

Penyelesaian:

Diketahui :
Q = -1.000 kalori = -4.200 J
W = +2.000 J

Ditanyakan : ∆U

Jawab:

∆U = Q –W
= -4.200 J – (+2.000 J)
= -6.200 J

2. Gas hydrogen dipanaskan dari suhu 300 K sampai 312 K dalam bejana yang bebas hingga
memuai. Kalor yang dibutuhkan dalam proses itu 24kJ. Tentukan kapasitas kalor hydrogen!

Penyelesaian:

Diketahui :
∆T = 312 K – 300 K = 12 K
Qp = 24 kJ = 24.000 J

Ditanyakan : Cp ?

Jawab :

Siklus Termodinamika dan Hukum II Termodinamika


1. Pengertian Siklus

Siklus adalah serangkaian proses yang dimulai dari suatu keadaan awal dan berakhir pada
keadaan yang sama dengan keadaan awalnya. Agar dapat melakukan usaha terus-menerus, suatu
sistem harus bekerja dalam satu tsiklus. Ada 2 macam siklus, yaitu siklus reversibel (siklus yang
dapat balik) dan irreversibel (siklus yang tidak dapat balik).

2. Siklus Carnot

Perhatikan gambar diatas. Gambar diatas merupakan gambar siklus mesin pemanas carnot.
terdapat empat proses dalam siklus Carnot, yaitu:

 pemuaian secara isotermik. (a-b)


 pemuaian secara adiabatik. (b-c)
 pemampatan secara isotermik. (c-d)
 pemampatan secara adiabatik. (d-a)

3. Mesin Kalor Carnot

Proses-proses dalam mesin kalor Carnot, perhatikan gambar siklus carnot diatas. Siklus dapat
dijelaskan sebagai berikut:

 Siklus a-b Gas menyerap kalor Qt pada temperatur Tv Suhu sistem sama dengan suhu
reservoir panas sehingga disebut proses isotermik. Gas memuai dan melakukan usaha
pada pengisap. Oleh karena energi dalam tetap maka usaha yang dilakukan pada sistem
sama dengan kalor yang diserap.
 Siklus b-c Beban pengisap dikurangi sehingga gas memuai menurut proses adiabatik.
Terjadi pengurangan energi dalam dan suhu sistem menurun sampai sama dengan suhu
pada reservoir dingin Tr
 Siklus c-d Gas mengalami penyusutan secara isotermik dengan membuang kalor Qrpada
reservoir dingin pada temperatur 7) sehingga usahanya negatif (usaha dilakukan pada
sistem).
 Siklus d-1 Beban pengisap ditambah sehingga gas menyusut menurut proses adiabatik.
Terjadi penambahan energi dalam dan suhu naik sampai sama dengan suhu pada
reservoir panasT,. Energi dalam gas kembali seperti pada awal siklus.

Usaha pada mesin pemanas Carnot:

W = Qt – Qy

Karakteristik mesin kalor carnot dinyatakan dengan efisiensi mesin (η) yaitu perbandingan antara
usaha yang dilakukan dengan kalor yang diserap. Secara matematis ditulis sebagai berikut.

Efisiensi suatu mesin kalor jenis apa pun selalu lebih kecil dari efisiensi mesin ideal atau mesin
Carnot.

Berdasarkan hukum I Termodinamika berlaku:

Keterangan:
η = efisiensi mesin
Tr = temperatur pada reservoir rendah
Tt = temperatur pada reservoir tinggi
Qr = kalor yang dibuang pada reservoir rendah
Qt = kalor yang diserap pada reservoir tinggi

Mesin Pendingin Carnot

Contoh dari mesin pendingin Carnot antara lain mesin pendingin ruangan dan lemari es. Siklus
mesin pendingin Carnot merupakan kebalikan siklus mesin kalor Carnot karena siklusnya
reversibel (dapat balik).

Usaha pada mesin pendingin Carnot dapat dituliskan:

W= Qt — Qr
Karakteristik pada mesin pendingin dinyatakan dengan koefisien performansi atau koefisien
kinerja yang simbolnya Kd. Koefisien kinerja didefinisikan sebagai perbandingan antara kalor
yang dipindahkan dengan usaha yang dilakukan sistem.

Mesin Pemanas Carnot

Dari Gambar 4.9 dapat dijelaskan bahwa kalor yang diambil dipindahkan ke dalam ruangan.
Karakteristik mesin pemanas dinyatakan dengan koefisien kerja yang simbolnya Kp . Secara
matematis dapat dituliskan:

4. Entropi dan Hukum II Termodinamika

Entropi

Entropi dapat diartikan sebagai ukuran ketidakteraturan. Dalam sistem tertutup peningkatan
entropi diikuti oleh penurunan jumlah energi yang tersedia. Semakin tinggi entropi, semakin
tinggi ketakteraturannya.

 Entropi pada Proses Temperatur Konstan Jika suatu sistem pada suhu mutlak T
mengalami proses reversibel dengan menyerap sejumlah kalor Q maka kenaikan entropi
∆S dapat dituliskan:

∆S = S2 – S1 = Q/T

Keterangan:
∆S= perubahan entropi (J/K)
S1 = entropi mula-mula (J/K)
S2 = entropi akhir (J/K)

 Entropi pada proses temperatur berubah pada proses yang mengalami perubahan
temperatur, entropi dituliskan sebagai berikut.
Keterangan:
∆S = perubahan entropi (J/K)
S1 = entropi mula-mula (J/K)
S2 = entropi akhir (J/K)
c = kalor jenis (J/kg K)
m = massa (kg)
T1 = suhu mula-mula (K)
T2 = suhu akhir (K)

Hukum II Termodinamika

Bunyi hukum II Termodinamika:

” Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin; kalor tidak akan
mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas tan pa dilakukan usaha”.

Penjelasan hukum II Termodinamika adalah sebagai berikut.

 Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari satu
reservoir dan mengubah kalor seluruhnya menjadi usaha.
 Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus dengan mengambil kalor
dari reservoir yang mempunyai suhu rendah dan memberikannya ke reservoir suhu tinggi
tanpa usaha dari luar.
 Mesin yang bekerja di antara reservoir suhu Tt dan reservoir suhu Tt(Tt > Tr), memiliki
efisiensi maksimum.

Contoh soal!

1. Suatu mesin memiliki suhu reservoir tinggi 400°C dan suhu reservoir rendah 70°C. Hitunglah
efisiensi mesin tersebut!

Penyelesaian:

Diketahui :
Tt = 400°C = 673 k
Tr = 70°C = 343 K

Ditanyakan : η

Jawab:
Jadi, efisiensi mesin sebesar 49%

2. Suatu system menyerap kalor sebesar 60 kJ pada suhu 27°C. Berapakah peubahan entropi
system ini?

Penyelesaian:

Diketahui:
Q = 60 kJ = 60. 000J
T = 27°C = 300 K

Ditanyakan:

Jawab:

Jadi, besar perubahan entropi adalah 200J/K


TUGAS IV

KIMIA LINGKUNGAN

Pengertian Kimia Lingkungan

Kimia lingkungan adalah studi ilmiah terhadap fenomena kimia dan biokimia yang
terjadi di alam. Bidang ilmu ini dapat didefinisikan sebagai studi terhadap sumber, reaksi,
transpor, efek, dan nasib zat kimia di lingkungan udara, tanah, dan air; serta efek aktivitas
manusia terhadapnya. Kimia lingkungan adalah ilmu antardisiplin yang memasukkan ilmu kimia
atmosfer, akuatik, dan tanah, dan juga sangat bergantung dengan kimia analitik, ilmu
lingkungan, dan bidang-bidang ilmu lainnya.

Kimia lingkungan pertama kali mempelajari bagaimana cara kerja lingkungan yang tak
terkontaminasi, zat kimia apa dan berapa konsentrasi yang ada secara alami, dan apa efeknya.
Tanpa hal ini, mustahil untuk mempelajari secara akurat efek manusia terhadap lingkungan
dengan pelepasan zat kimia.

Pencemaran Lingkungan
Perkembangan teknologi dan industri dapat berdampak positif atau negatif bagi kehidupan
manusia. Dampak positif (menguntungkan), yaitu dampak yang diharapkan dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup. Dampak negatif (merugikan), yaitu dampak yang
dapat menurunkan kualitas/kenyamanan hidup. Dampak ini tidak diharapkan karena
menimbulkan masalah yang harus diatasi, yaitu masalah kerusakan atau pencemaran
lingkungan.
a. Pengertian Pencemaran Lingkungan
Pencemaran adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat
merubah keadaan keseimbangan pada daur materi dalam lingkungan (keseimbangan
lingkungan) baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga dapat mengganggu
kesejahteraan/kelangsungan hidup manusia. Pencemaran lingkungan meliputi
pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran tanah (daratan).
Lingkungan dapat tercemar karena:
1. Kecepatan hilangnya senyawa tertentu dari lingkungan lebih besar
daripada kecepatan masuknya senyawa pengganti.
2. Rusaknya atau putusnya alur siklus biokimia.
3. Kecepatan masuknya senyawa ke dalam lingkungan lebih besar daripada
kecepatan
pengambilannya.
4. Masuknya senyawa yang tidak terdegredasi ke dalam lingkungan.
b. Daur Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan dapat disebabkan karena ulah manusia dan pada akhirnya
dampaknya juga akan dirasakan oleh manusia, baik secara langsung maupun tak
langsung.

Pencemaran Udara
Udara akan tercemar jika ada bahan-bahan atau zat asing di dalam udara yang menyebabkan
perubahan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya.
a. Penyebab Pencemaran Udara
1) Faktor internal (secara alamiah), misalnya:
 Debu beterbangan oleh tiupan angin
 Abu atau debu dan gas-gas volkanik dari letusan gunung berapi
 Proses pembusukan sampah
2) Faktor eksternal (karena ulah manusia), misalnya:
 Pembakaran bahan bakar fosil
 Debu atau serbuk dari kegiatan industri
 Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
b. Sumber Pencemar Udara
 Transportasi
 Industri
 Pembuangan sampah
 Pembakaran stasioner, dan lain-lain
c. Komponen Pencemar Udara
 Karbon monoksida (CO)
 Oksida nitrogen (NOx)
 Oksida belerang (SOx)
 Hidrokarbon
 Partikel (particulate), dan lain-lain
d. Dampak Pencemaran Udara
1). Dampak Pencemaran oleh Karbon Monoksida (CO)
Gas CO tidak berbau dan tidak berwarna. Pada keadaan normal konsentrasinya di udara
± 0,1 ppm, dan di kota dengan lalulintas padat ± 10 - 15 ppm. Dampak pencemaran oleh gas CO
antara lain:
1. Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan sampai
kematian, karena CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis
dengan hemoglobin dalam darah (Hb) :
Hb + O2 --------> O2Hb (oksihemoglobin)
Hb + CO --------> COHb (karboksihemoglobin)
COHb 140 kali lebih stabil daripada O2Hb.
Tanda-tanda keracunan gas CO adalah: pusing, sakit kepala dan mual.
Keadaan yang lebih berat lagi adalah: kemampuan gerak tubuh menurun,
gangguan pada sistem kardiovaskular,serangan jantung, sampai dengan
kematian.
2. Bagi tumbuhan, kadar CO 100 ppm pengaruhnya hampir tidak ada khususnya
tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200 ppm dengan waktu kontak 24 jam dapat
mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas terutama yang
terdapat pada akar tumbuhan.
2). Dampak Pencemaran Oleh Oksida Nitrogen (NOx)
Gas NO tidak berbau dan tidak berwarna. Gas NO2 berbau menyengat, berwarna coklat
kemerahan. Sifat racun (toksisitas) NO2 empat kalinya NO. Organ yang paling peka paru-paru,
jika terkena NO2 akan membengkak sehingga sulit bernapas sampai kematian. Konsentrasi NO
yang tinggi mengakibatkan kejang-kejang, bila keracunan berlanjut mengakibatkan kelumpuhan.
NO akan lebih berbahaya jika teroksidasi menjadi NO2.
Oksida nitrogen bagi tumbuhan menyebabkan bintik-bintik pada permukaan daun, bila
konsentrasinya tinggi mengakibatkan nekrosis (kerusakan jaringan daun), sehingga fotosintesis
terganggu. Konsentrasi NO 10 ppm dapat menurunkan kemampuan fotosintesis 60 – 70 %. Di
udara oksida nitrogen dapat menimbulkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates) yang dapat
menyebabkan iritasi mata (pedih dan berair). PAN bersama senyawa yang lain akan
menimbulkan kabut foto kimia (Photo Chemistry Smog).

3). Dampak Pencemaran oleh Oksida Belerang (SOx)


SOx sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara. Gas
buang lebih banyak mengandung SO2 dibanding SO3. Dengan oksigen dari udara SO2
menghasilkan SO3:
SO2 + O2 ------> SO3
Gas SO2 berbau tajam dan tak mudah terbakar. Gas SO3 sangat reaktif. Dengan uap air dari
udara:
SO2 + H2O -------> H2SO3
SO3 + H2O -------> H2SO4
Jika ikut terkondensasi di udara dan jatuh bersama air hujan menyebabkan hujan asam.

 Bagi tumbuhan kadar SOx ± 0,5 ppm dapat menyebabkan timbulnya bintik-bintik pada
daun.

Jika paparan lama daun menjadi berguguran.

 Bagi manusia SOx menimbulkan gangguan pernapasan. Jika SOx berubah menjadi asam
akan menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran napas yang lain
sampai ke paru-paru. SO2 dapat menimbulkan iritasi tenggorokan tergantung daya tahan
masing-masing (ada yang 1 - 2 ppm, atau 6 ppm). SO2 berbahaya bagi anak-anak, orang
tua, dan orang yang menderita kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan akan mengalami
kejang (spasma). Akan lebih berat lagi jika konsentrasi SO2 tinggi dan suhu udara
rendah. Pada paparan lama akan terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang
diikuti paralysis cilia (kelumpuhan sistem pernapasan), kerusakan lapisan ephitelium,
akhirnya kematian. Pada konsentrasi 6 - 12 ppm dengan paparan pendek yang berulang-
ulang dapat menyebabkan hiperplasia dan metaplasia sel-sel epitel yang akhirnya menjadi
kangker.
 Pada benda-benda, SO2 bersifat korosif. Cat dan bangunan gedung warnanya menjadi
kusam kehitaman karena PbO pada cat bereaksi dengan SOx menghasilkan PbS.
Jembatan menjadi rapuh karena mempercepat pengkaratan.

4). Dampak Pencemaran oleh Hidrokarbon


Pembakaran hidrokarbon menghasilkan panas. Panas yang tinggi menimbulkan peristiwa
pemecahan (Cracking) menghasilkan rantai hidrokarbon pendek atau partikel karbon. Gas
hidrokarbon dapat bercampur dengan gas buangan lainnya. Cairan hidrokarbon membentuk
kabut minyak (droplet). Padatan hidrokarbon akan membentuk asap pekat dan menggumpal
menjadi debu/partikel. Hidrokarbon bereaksi dengan NO2 dan O2 mengahsilkan PAN (Peroxy
Acetyl Nitrates). Campuran PAN dengan gas CO dan O3 disebut kabut foto kimia (Photo
Chemistry Smog) yang dapat merusak tanaman. Daun menjadi pucat karena selnya mati. Jika
hidrokarbon bercampur bahan lain toksitasnya akan meningkat. Berikut ini adalah toksitas
benzena dan toluena:

5). Dampak Pencemaran oleh Partikel


Partikel (debu) yang masuk/mengendap dalam paru-paru dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit saluran pernapasan (pnevmokoniosis) antara lain:

 Penyakit silikosis

Disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas (SiO2). Dapat terjadi pada daerah pabrik besi dan
baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir/menggerinda),
penambangan bijih besi, timah putih dan batubara. Bila sudah parah penyakit ini dapat diikuti
hipertropi jantung sebelah kanan yang mengakibatkan kegagalan kerja jantung.

 Penyakit asbestosis

Disebabkan oleh debu/serat asbes (campuran berbagai silikat terutama magnesium silikat). Dapat
terjadi di daerah pabrik/industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik
yang beratap asbes, dan lain-lain.

 Penyakit Bisinosis
Disebabkan oleh debu/serat kapas. Dapat terjadi pada daerah pabrik pemintalan kapas/tekstil,
pembuatan kasur atau jok kursi. Penyakit ini dapat diikuti bronkitis kronis.

 Penyakit antrakosis

Disebabkan oleh debu batubara. Dapat terjadi pada daerah tambang batubara, penggunaan
batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker), kapal laut bertenaga batubara, pekerja boiler pada
PLTU bertenaga batubara.

 Penyakit Beriliosis

Disebabkan oleh debu logam berilium yang dapat berupa logam murni, oksida, sulfat, atau
halogenida. Dapat terjadi pada daerah industri logam campur berilium-tembaga, pabrik
fluoresen, pabrik pembuat tabung radio, pengolahan bahan penunjang industri nuklir.

6). Dampak Pencemaran yang Lain

 Pemakaian insektisida dapat menyebabkan cocarcinogenik.


 Efek rumah kaca dapat merusakkan lapisan ozon, sehingga sinar ultra violet tidak
tersaring.

Dapat menyebabkan kanker kulit, suhu bumi naik sehingga tidak nyaman, es kutub mencair
sehingga permukaan laut naik.

Pencemaran Air

Jika terjadi penyimpangan dari keadaan normalnya dapat dikatakan air sudah tercemar.
Pada keadaan normal:

 Air hujan mengandung SO4, Cl, NH3, CO2, N2, C, O2, debu.
 Air mata air mengandung mineral Na, Mg, Ca, Fe, O2.
 Air mengandung bakteri/mikroorganisme lain.
 Air murni tanpa mineral tidak enak/segar.
Dalam industri air digunakan untuk: air proses, air pendingin, air utilitas dan sanitasi, air ketel
uap penggerak turbin, dan lain-lain. Air yang telah digunakan untuk industri tidak boleh
langsung dibuang ke lingkungan karena dapat mencemari lingkungan, maka terlebih dahulu
harus diolah agar sama dengan kualitas air lingkungan. Proses daur ulang air limbah (Water
Treatment Recycle Process) adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh industri yang
berwawasan lingkungan.
a. Pengamatan indikator dan pencemaran air:

 Indikator secara fisis: kejernihan/kekeruhan, perubahan suhu, rasa, dan warna.


 Indikator secara kimiawi: zat kimia terlarut, radioaktivitas, perubahan pH.
 Indikator secara biologis: berdasar mikroorganisme yang ada (ada tidaknya bakteri
patogen)

b. Komponen Pencemar air


Komponen pencemar air dapat berupa bahan buangan padat, organik, anorganik, olahan
bahan makanan, cairan berminyak, zat kimia, dan panas.
1) Bahan buangan padat/butiran.

 Pelarutan bahan buangan padat menyebabkan perubahan warna. Larutan pekat dan
berwarna gelap mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air, fotosintesis dalam air
terganggu sehingga jumlah oksigen terlarut berkurang dan akan berpengaruh terhadap
kehidupan organisme dalam air.

 Pengendapan bahan buangan padat akan menutupi permukaan dasar air, menghalangi
fotosintesis, menutupi sumber makanan dan telur ikan di dasar air, sehingga jumlah ikan
berkurang.

 Pembentukan koloidal yang melayang dalam air menyebabkan keruh dan menghalangi
sinar matahari, fotosintesis terganggu dan jumlah oksigen terlarut berkurang sehingga
mempengaruhi kehidupan dalam air. Bahan buangan organik. Berupa limbah yang dapat
membusuk/terdegradasi oleh mikroorganisme. Menyebabkan jumlah mikroorganisme
bertambah dan tumbuh bakteri patogen yang merugikan. Limbah ini dapat diproses
menjadi pupuk/kompos.

3) Bahan buangan anorganik.


Berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme
sehingga dapat meningkatkan jumlah ion logam dalam air. Limbah ini berasal dari industri yang
melibatkan unsur logam Pb, As, Cd, Hg, Cr, Ni, Ca, Mg, Co, misalnya pada industri kimia,
elektronika, elektroplating. Ion logam Ca dan Mg menyebabkan air sadah yang mengakibatkan
korosi pada alat besi, menimbulkan kerak/endapan pada peralatan proses seperti tangki/bejana
air, ketel uap, dan pipa penyalur. Ion logam Pb, As, Hg bersifat racun sehingga air tidak dapat
untuk minum.

4) Bahan buangan olahan bahan makanan (termasuk bahan organik).


Jika bahan mengandung protein dan gugus amin akan terdegradasi menjadi senyawa yang
mudah menguap dan berbau busuk sehingga air mengandung mikroorganisme dan bakteri
patogen.

5) Bahan buangan cairan berminyak.


Tidak larut dalam air, mengapung dan menutupi permukaan air. Jika mengandung
senyawa volatil akan menguap. Terdegradasi oleh mikroorganisme dalam waktu lama. Bahan ini
mengganggu karena:

 Menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air.


 Menghalangi sinar matahari sehingga fotosintesis terganggu.
 Ikan di permukaan dan burung air terganggu, bulu burung lengket dan tak bisa
mengembang.
 Air tak dapat dikonsumsi karena mengandung zat beracun seperti benzena, dan senyawa
toluena.

6) Bahan buangan zat kimia, misalnya:


a) Sabun, deterjen, shampoo, dan bahan pembersih lainnya. Bahan ini mengganggu
lingkungan karena:
 Menaikkan pH air. Jika memakai bahan non-pospat menaikkan pH
menjadi 10,5 - 11.
 Bahan antiseptik yang ditambahkan akan dapat membunuh/mengganggu
mikroorganisme.
 Sebagian jenis sabun/deterjen tak dapat terdegradasi.
b) Bahan pemberantas hama/insektisida.
Bersifat racun dan tak dapat/sulit terdegradasi (beberapa minggu sampai
beberapa tahun). Insektisida sering dicampur dengan senyawa minyak bumi
sehingga permukaan air akan tertutupi minyak.
c) Zat pewarnA.
Bersifat racun dan cocarcinogenik (merangsang/penyebab tumbuhnya kangker) dan
dapat mempengaruhi kandungan oksigen dan pH dalam air. Zat warna mengandung
senyawa kimia berbahaya chromogen dan auxsochrome.
d) Larutan penyamak kulit.
Mengandung ion logam Cr, tidak dapat untuk air minum. Sebagai pengganti Cr
untuk bahan penyamak dipakai enzym. Bersama lemak dan sisa kulit, enzym akan
didegradasi menghasilkan senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (hasil
peruraian protein dan senyawa amin). Populasi mikroorganisme akan bertambah dan
memungkinkan berkembangbiaknya bakteri patogen yang berbahaya.
e) Zat radioaktif.
Penggunaan radiasi zat radioaktif di berbagai bidang (pertanian, peternakan,
kedokteran, hidrologi, farmasi, pertambangan, industri) akan terbawa air ke
lingkungan. Akibat radiasi dapat merusak sel tubuh dan genetik.

c. Dampak/kerugian pencemaran air:

1. Air tidak bermanfaat lagi untuk keperluan rumah tangga, industri maupun pertanian.
2. Air menjadi penyebab timbulnya penyakit. Air tercemar oleh limbah organik terutama
dari bahan makanan merupakan tempat subur berkembangbiaknya mikroorganisme.
Mikroorganisme merugikan yang dapat menyebabkan penyakit menular melalui air
antara lain virus diare, hepatitis A, bakteri, metazoa dan protozoa. Penyakit tidak
menular/keracunan ditimbulkan oleh air yang tercemar oleh senyawa anorganik/ion
logam.

 Keracunan ion logam Cd, Ion Cd dapat berasal dari industri yang memakai logam Cd
dalam proses produksinya misalnya industri elektroplating, pipa plastik PVC (Cd sebagai
stabilisator), hasil samping penambangan logam (timah hitam, seng), industri obat-obatan
(sudah tak banyak dipakai). Keracunan ion Cd dapat mempengaruhi otot polos, pembuluh
darah (mengakibatkan tekanan darah tinggi dan gagal jantung), dan merusak ginjal.
Kasus keracunan ion Cd pernah menimpa penduduk Toyama, Jepang. Penduduk banyak
yang sakit pinggang bertahun-tahun semakin parah, pelunakan tulang punggung dan
menjadi rapuh, dan kematian karena gagal ginjal. Penyebabnya beras yang dimakan
mengandung Cd ± 1,6 ppm, karena tanaman padi diairi dengan air tercemar ion Cd dari
limbah industri seng dan timah hitam.
 Keracunan ion logam Co, Pada industri Co dipakai sebagai stabilisator, pada pabrik bir
dulu dipakai untuk menstabilkan busa bir agar bagus. Untuk proses pembentukan butir
darah merah, tubuh memerlukan Co dalam jumlah sedikit melalui vitamin B12 yang
dimakan. Bila memakan makanan yang mengandung Co 150 ppm akan merusak kelenjar
gondok (kekurangan kelenjar gondok). Jika keracunan Co sel darah merah akan berubah,
tekanan darah tinggi, pergelangan kaki membengkak (oedema), gagal jantung terutama
pada anak yang baru tumbuh. Kasus keracunan Co pernah terjadi di Nebraska dan
Ohama. Penduduk mengalami kelainan pada otot jantung primer karena gemar minum bir
yang proses pembuatannya menggunakan Co. Di Kanada penduduk menderita gagal
jantung disertai gejala sesak napas, batuk-batuk, sakit disekitar jantung dan lambung, dan
kondisi badan lemah.

 Keracunan ion logam Hg, Industri yang menggunakan Hg misalnya untuk proses
produksi pada pabrik plastik, campuran bahan antiseptik pada sabun dan kosmetik,
amalgam pada penambal gigi, dan fungisida. Gejala keracunan ion Hg adalah: sakit
kepala, sukar menelan, penglihatan jadi kabur, daya dengar menurun, bagian kaki dan
tangan terasa tebal, mulut terasa tersumbat logam, gusi membengkak disertai diare,
kondisi tubuh melemah dan kematian, ibu mengandung melahirkan bayi cacat. Kasus
keracunan Hg pernah terjadi di Minamata, penduduk banyak yang menjadi cacat,
meninggal, dan bayi lahir cacat. Penyebabnya ikan laut yang dimakan mengandung Hg
sekitar 27 - 102 ppm, karena tercemari limbah pabrik plastik. Kasus lain di Niigata,
banyak yang cacat dan meninggal karena mengkonsumsi ikan yang mengandung Hg
sekitar 5 - 20 ppm.
 Keracunan insektisida, Gejalanya kepala pusing, mual, tremor, kerusakan organ seperti
hati dan ginjal. Akumulasi sedikit demi sedikit menyebabkan penyakit tertunda (delayed
effect) dalam bentuk kangker kulit, paru-paru, dan hati, karena insektisida bersifat
cocarcinogenic.

Pencemaran Tanah/Daratan
Tanah/daratan dapat mengalami pencemaran jika ada bahan asing baik bersifat organik
maupun anorganik yang berada di permukaan tanah yang menyebabkan tanah menjadi rusak dan
tidak dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia, baik untuk pertanian, peternakan,
kehutanan, maupun untuk pemukiman.

a. Komposisi tanah
Komposisi tanah terdiri dari udara 25 %, air 25 %, bahan organik 5 %, dan bahan mineral 45
%. Bahan organik dalam tanah (seperti karbohidrat, protein dan lemak) merupakan persediaan
makanan bagi mikroorganisme dan tumbuhan. Senyawa organik yang kompleks tak dapat secara
langsung dimanfaatkan tumbuhan. Senyawa ini dipecahkan oleh organisme dalam tanah (antara
lain serangga, cacing tanah, nematoda, sikaki seribu, algae, dan mikroorganisme seperti fungi
dan bakteri) menjadi bentuk yang lebih sederhana. Air akan melarutkan bentuk-bentuk sederhana
itu dan membawanya sampai ke tumbuhan melalui akar. Unsur/nutrisi yang diperlukan
tumbuhan meliputi makronutrisi (yaitu 9 unsur yang diperlukan dalam jumlah besar meliputi C,
H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikronutrisi (unsur yang lain). Unsur C, H, dan O digunakan
untuk mensintesis karbohidrat, lemak , protein, lilin, selulosa, dan senyawa kompleks lainnya.
Unsur N, P, dan S untuk membentuk molekul protein. Unsur lain yang jumlahnya tidak begitu
banyak berperan dalam metabolisme pada tumbuhan.
b. Penyebab Pencemaran Tanah
 Faktor internal, yaitu peristiwa alam seperti: letusan gunung berapi yang memuntahkan
debu, pasir, batu, dan bahan volkanik lain yang menutupi dan merusak
daratan/permukaan tanah.
 Faktor eksternal, yaitu karena ulah dan aktivitas manusia. Limbah yang dihasilkan oleh
berbagai aktivitas manusia disebut anthropogenic pollutans.

c. Komponen Pencemar Tanah


Meliputi kertas 4 %, limbah bahan makanan 21 %, gelas 12 %, besi 10 %, plastik 5 %,
kayu 5 %, karet dan kulit 3 %, kain/serat tekstil 2 %, aluminium dan logam lain 1 %.
Perbandingan bahan organik dan anorganik 70 % : 30 %. Bahan organik akan terdegradasi oleh
mikroorganisme, bahan anorganik tidak/susah terdegradasi. Bahan anorganik berbahaya
misalnya bahan kimia beracun yang dibuang bersama limbah industri, limbah pertambangan
seperti logam berat dan logam radioaktif. Bila air membawa limbah mengalir ke sungai, danau
atau sawah maka tanah akan teraliri, sehingga akan terkontaminasi bahan-bahan kimia. Tanah
menjadi jelek dan tumbuhan atau binatang air akan menderita. Bahan-bahan itu akan
terkontaminasi dalam tumbuhan dan hewan, dan akhirnya akan sampai pada manusia.

d. Dampak Pencemaran Tanah


 Dampak langsung, seperti bau, merusak pandangan, kotor dan kumuh.
 Dampak tak langsung, seperti menjadi tempat berkembangnya nyamuk, lalat, tikus,
bakteri, dan lain-lain, sehingga menjadi perantara atau penyebab penyakit pest, kaki gajah
(filiariasis), malaria, demam berdarah, dan lain-lain.

Usaha Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan


Usaha untuk menanggulangi dampak pencemaran lingkungan dapat dilakukan secara
teknis maupun secara nonteknis.
a. Secara teknis
Bila berdasar kegiatan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dapat diduga
mungkin timbul pencemaran lingkungan, maka dipikirkan penanggulangan yang mengutamakan
keselamatan lingkungan, teknologinya telah dikuasai dengan baik, dan secara teknis dan
ekonomis dapat dipertanggungjawabkan. Penanggulangan secara teknis ini misalnya:

 Mengubah proses.
 Mengganti sumber energi.
 Mengelola limbah.
 Menambah alat bantu.

Misalnya untuk menaikkan angka oktana pada bensin dengan ditambahkan zat aditif anti ketukan
(anti knocking compound) dengan tetra ethyl lead (TEL), (CH3CH2)4Pb. Hasil pembakarannya
mengandung Pb, maka ditambahkan zat aditif lain, yaitu 25 % 1,2-dibromoetana, BrCH2CH2Br
dan 10 % 1,2-dikloroetana, ClCH2CH2Cl dan 65 % TEL. Campuran ini disebut ethyl fluid yang
menyebabkan Pb diubah menjadi PbBr2 yang mudah menguap sehingga mudah keluar dari
silinder mesin bercampur gas buang. Agar tidak mengandung ion Pb yang bersifat racun, maka
untuk menaikkan angka oktana dipakai benzena dan alkohol. Campuran 90 % bensin dan 10 %
alkohol disebut gasohol.

b. Secara nonteknis
Dengan menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi pencemaran lingkungan. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan dilaksanakan di suatu
tempat, yang meliputi:
· Penyajian informasi lingkungan (PIL).
· Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
· Perencanaan kawasan kegiatan industri dan teknologi.
· Pengaturan dan pengawasan kegiatan.
· Penanaman perilaku disiplin.
SOAL DAN PEMBAHASAN

1. Keuntungan dari mendaur ulang limbah organik atau anorganik bagi lingkungan, kecuali...

a. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem


b. Untuk menghindari kerusakan lingkungan
c. Melestarikan kehidupan ekosistem
d. Menjaga agar ekosistem tetap labil

Pembahasan:
Keuntungan dari mendaur ulang limbah organik atau anorganik bagi lingkungan:
• Untuk menjaga keseimbangan ekosistem
• Untuk menghindari kerusakan lingkungan
• Melestarikan kehidupan ekosistem
• Menjaga agar ekosistem tetap satbil/seimbang
Jawaban: D

2. Sebab dari hujan dengan kadar keasaman tinggi adalah …


a. Lapisan ozon menipis
b. Gangguan ekosistem seperti kematian tanaman
c. Pemanasan bumi secara global
d. Peningkatan populasi alga di perairan

Pembahasan:
Hujan dengan kadar keasaman tinggi (hujan asam = Acid rain) akan meyebabkan:
• Gangguan ekosistem seperti kematian tanaman
• Kerusakan pada bangunan gedung bertingkat
• Pengkaratan pada besi bangunan
Jawaban: B

3. Berikut ini adalah tindakan untuk mengatasi kerusakan ozon supaya tidak parah, kecuali …
a. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
b. Memakai AC dengan kadar Freon yang rendah
c. Mendaur ulang gas Chloro fluoro Carbon (CFC)
d. Pemakaian AC di industri

Pembahasan:
Berikut ini adalah tindakan untuk mengatasi kerusakan ozon supaya tidak parah, yaitu dengan:
• Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
• Memakai AC dengan kadar freon yang rendah
• Mendaur ulang gas Chloro fluoro Carbon
• Pembatasan pemakaian air conditioner
Jawaban: D

Anda mungkin juga menyukai