Anda di halaman 1dari 25

Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

PENGARUH INFORMASI INVESTASI, JOB


ROTATION DAN KONDISI ADVERSE
SELECTION TERHADAP ESKALASI
KOMITMEN
Jenis Sesi Paper: Full paper

Amy Amelia Soma MI Mitha Dwi Restuti


Universitas Kristen Satya Wacana Universitas Kristen Satya Wacana
232013002@student.uksw.edu mitha.restuti@staff.uksw.edu

Abstract:
The purpose of the research is to examine whether the existence negative information and
adverse selection conditions influence the manager's decision to do escalation of commitment
and no job rotation policy will affect the manager escalation of commitment. Negative
information shows the information of loss or unfavorable project. It has an impact on the
conditions of information asymmetry between managers and principal resulting the principal
couldn’t control manager’s behavior. Without job rotation policy manager tend to do
escalation of commitment. The study used a 2x2x2 between subject experimental design with
120 participants from under graduate accounting majors who were currently taking
management accounting course. The results of the research showed that: (i) adverse
selection conditions affect the actions of managers doing the escalation of commitment; (ii)
the interaction between negative information and adverse selection conditions doesn’t affect
the escalation of commitment; (iii) without job rotation policy didn’t affect the escalation of
commitment.

Keywords: Investment Information, Job Rotation, Adverse Selection, Escalation of


Commitment.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 1


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

1. PENDAHULUAN

Perkembangan ekonomi semakin maju sehingga banyak perusahaan saling bersaing dalam bisnis

untuk memperoleh keuntungan yang besar. Sering kali perusahaan melakukan investasi dalam

berbagai bentuk untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. Akan tetapi, manajer memiliki rasa

emosional yang kuat dengan keputusan yang dibuat sebelumnya sehingga manajer kesulitan dalam

memisahkan keputusan yang akan dipilih. Manajer akan cenderung meningkatkan komitmen ketika

manajer akan mengambil keputusan yang menurutnya tepat.

Menurut Santoso (2012), eskalasi komitmen diartikan sebagai fenomena yang menjelaskan bahwa

seseorang memutuskan untuk meningkatkan atau menambah investasinya, walaupun bukti baru

menjelaskan bahwa keputusan yang telah dilakukan adalah salah. Selain itu, Dwita (2007)

menyatakan bahwa perilaku eskalasi komitmen dapat dilihat pada kondisi manajer memilih tetap

mempertahankan proyeknya meskipun proyek yang dikerjakan tidak menghasilkan laba dan dapat

menyebabkan kebangkrutan.

Pengambilan keputusan manajer untuk melanjutkan pembiayaan proyek dapat dilihat dari

penerimaan informasi mengenai proyek yang sedang dijalankan. Menurut Tanjung (2012) proses

pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia bisnis, kebutuhan

informasi merupakan hal yang sangat penting. Informasi proyek yang dijalankan dapat disajikan

mengenai informasi positif atau untung dan informasi negatif atau rugi. Menurut Ikhsan dan Ishak

(2005) informasi positif maupun informasi negatif merupakan suatu pilihan untuk menentukan

tindakan yang berdampak pada masa depan suatu proyek. Selain itu, manajer cenderung dapat

melakukan eskalasi komitmen sehingga dengan teori keagenan) dapat menjelaskan perilaku manajer.

Mursalim (2005) mengemukakan bahwa pandangan teori keagenan menunjukkan seorang manajer

dalam mengambil keputusan termotivasi hanya untuk kepentingan pribadi sehingga mengakibatkan

asimetri informasi antara principal. Menurut Sari dan Wirakusuma (2016) adverse selection

merupakan kondisi terjadinya asimetri informasi antara manajer (agent) dan pemilik (principal),

sehingga menyulitkan principal untuk mengawasi dan mengontrol tindakan manajer.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 2


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

Fenomena eskalasi komitmen biasanya terkait dengan anggaran modal yang digunakan untuk

berinvestasi. Kasus eskalasi komitmen di Indonesia contohnya adalah proyek Hambalang pada tahun

2004 yang disajikan oleh Sindo News (2016). Pada tahun 2005 perusahaan konsultan yang

mengerjakan proyek Hambalang menolak melanjutkan proyek karena struktur tanah yang rapuh dan

menyarankan agar tidak membangun di zona tersebut. Selanjutnya pada tahun 2012, Kemempora

menyampaikan akan melanjutkan pembangunan, namun BPK menemukan penyimpangan dan

penyalahgunaan wewenang yang menyebabkan kerugian pada Negara sejumlah Rp. 243 milliar.

Kasus Hambalang ini menunjukkan eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan investasi

dengan adanya tujuan tertentu untuk kepentingan pribadi. Adanya informasi yang menyatakan bahwa

struktur tanah yang rapuh menunjukkan kegagalan proyek dan tidak diketahui pihak lain yang pada

akhirnya tetap melanjutkan proyek gagal tersebut. Fenomena tersebut memunculkan persoalan bahwa

ketika agen memperoleh informasi kegagalan proyek, agen cenderung akan kurang komunitatif

memberikan informasi tersebut. Perilaku tersebut mengindikasikan bahwa agen tidak ingin

reputasinya menjadi turun ketika proyek yang disajikan tidak sesuai dengan tujuannya. Hal tersebut

menimbulkan kondisi adverse selection yang nantinya bisa saja berujung pada keputusan agen untuk

melanjutkan proyek atau menghentikan proyek. Apabila pemikiran agen hanya untuk kepentingan diri

sendiri dan reputasinya kemungkinan yang terjadi agen yang menerima informasi negatif akan

melakukan eskalasi komitmen.

Penelitian ini menguji informasi investasi, adverse selection dan job rotation terhadap eskalasi

komitmen. Penelitian Sari dan Wirakusuma (2016) menunjukkan adverse selection berpengaruh

terhadap eskalasi komitmen dan manajer yang menerima negative framing akan cenderung

mengambil risiko untuk tetap melanjutkan proyek karena berpikiran akan mendapatkan keuntungan di

masa mendatang. Dewanti (2010) menjelaskan bahwa perpindahan tugas berfungsi sebagai kerjasama

antara seorang manajer dengan calon penggantinya dalam hal memberikan laporan yang

komprehensif sehingga hal tersebut dapat dijadikan kendali bagi principal untuk informasi privat.

Sedangkan informasi investasi dalam penelitian ini difokuskan pada informasi tidak menguntungkan

yang akan mendorong manajer melanjutkan proyek dengan komitmen mendapatkan tingkat

pengembalian di masa mendatang. Selain itu, tujuan peneliti ingin meneliti dan mengetahui adanya

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 3


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

informasi investasi negatif dan kondisi adverse selection berpengaruh dalam keputusan manajer untuk

eskalasi komitmen serta tidak diterapkannya kebijakan job rotation akan mempengaruhi tindakan

manajer untuk melakukan eskalasi komitmen.

2. KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. TEORI KEAGENAN (AGENCY THEORY)

Jansen dan Meckling dalam Eveline (2010), teori keagenan menjelaskan bahwa dalam perusahaan

terdapat penumpukan kontrak, di satu pihak (principal) mendelegasikan tugas kepada pihak lain yaitu

agen untuk menyelesaikan tugas tersebut. Teori keagenan terjadi ketika pemilik atau pemegang saham

(principal) dan manajer (agent) memiliki kepentingan berbeda. Seorang manajer akan membuat

keputusan untuk memaksimalkan kekayaan pribadi mereka, bukan kekayaan perusahaan. Sering kali

terjadi konflik antara manajer dan principal atas dasar keputusan manajer yang dapat diukur dengan

mudah agar lebih mengambil risiko daripada principal. Manajer diberikan kesempatan oleh principal

dalam mengambil keputusan untuk keuntungan perusahaan tetapi sering kali manajer memiliki

informasi privat yang tidak diketahui principal sehingga terjadi asimetri informasi antara principal

dan manajer. Kenyataannya informasi yang diperoleh manajer lebih banyak diterima dibandingkan

principal sehingga hal ini dapat memicu kesempatan bagi manajer untuk bertindak sesuai

kepentingannya sendiri (Sari dan Wirakusuma 2016).

Motivasi manajer melakukan kecurangan terjadi ketika kepentingan ekonomi manajer berbeda

dengan kepentingan ekonomi perusahaan, sehingga manajer akan terdorong untuk mengambil

keputusan bagi diri sendiri. Ketika manajer berpikir akan mendapat penghargaan lebih atas

pencapaiannya manajer akan cenderung tetap pada komitmennya untuk mempertahankan reputasinya.

Selain itu, jika principal memiliki informasi yang lengkap sama seperti manajer maka principal

cenderung dapat memantau dan mengontrol setiap keputusan yang diambil manajer. Perilaku manajer

yang mendasarkan pada kepentingan pribadi menjelaskan bahwa manajer mengalokasikan

penambahan sumber daya untuk proyek meskipun proyek merugikan.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 4


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

2.2. TEORI PROSPEK (PROSPECT THEORY)

Kahneman dan Tversky dalam Eveline (2010) mengungkapkan bahwa teori prospek akan

menjelaskan terjadinya bias kognitif yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam kondisi

ketidakpastian dan berisiko. Beberapa prinsip yang dilihat pada teori prospek, yang pertama teori

prospek berfokus pada situasi yang nyata yang seharusnya diambil dengan nilai dalam kerangka kerja

yang letaknya diantara memperoleh keuntungan atau kerugian. Prinsip kedua, pembingkaian untuk

melihat preferensi akan tergantung pada bagaimana persoalan yang dihadapi dalam dampak positif

atau dampak negatif. Prinsip yang ketiga adalah pengambilan keputusan yang diambil individu

cenderung merupakan pembingkaian atau pilihan-pilihan yang tetap memperhitungkan hasil serta

akibat pilihan tersebut. Prinsip keempat, fokus pada profitabilitas yang cenderung pengambilan

keputusan memiliki bobot keputusan itu sendiri. Prinsip terakhir, efek kepastian yang

memprediksikan pilihan tanpa risiko akan lebih disukai dibanding pilihan yang berisiko dengan risiko

yang kecil.

Penggunaan teori prospek untuk melihat pengaruh sunk cost yang meningkat secara terus

menerus dalam pelaksanaan suatu proyek, tetapi manajer mempunyai perilaku yang tidak ingin

berhenti dalam proyek tersebut (Kahneman dan Tversky dalam Eveline 2010). Mempertimbangkan

sunk cost sebagai dasar pertimbangan terhadap nama baik atas tanggung jawab suatu proyek,

mengakibatkan manajer menghadapi masalah eskalasi komitmen. Tindakan manajer yang secara tidak

langsung mengakibatkan kerugian pihak perusahaan karena menurunkan keuntungan dan menaikkan

biaya atas suatu proyek yang tidak memberikan keuntungan. Seseorang akan menunjukkan perilaku

menghindari risiko atau menyukai risiko tergantung pada masalah yang dihadapi.

Dalam pengambilan keputusan teori prospek berdampak penting atas keputusan investasi, tetapi

kebanyakan tidak sadar bahwa keputusan yang diambil merupakan hal yang samar. Informasi

investasi yang dihadapkan pada prospek yang nyata mengenai kondisi proyek investasi yang

dijalankan memiliki kecenderungan untuk memilih alternatif untuk memperbaiki proyek. Informasi

investasi tersebut dapat diterima dengan posisi menguntungkan maupun merugikan yang nantinya

akan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk melanjutkan proyek atau menghentikan proyek.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 5


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

Informasi investasi disajikan dalam dua kondisi yaitu posisi untung dan posisi rugi. Informasi yang

disajikan dalam posisi menguntungkan cenderung membuat seseorang berhati-hati untuk setiap

pengambilan keputusan. Sedangkan informasi yang disajikan dalam posisi tidak menguntungkan

cenderung menunjukkan seseorang lebih menyukai risiko agar mendapat pengembalian di masa

mendatang. Manajer akan memandang keputusan selanjutnya sebagai pilihan keputusan antara

kerugian yang pasti terjadi dengan tidak menambah investasi atau kerugian dimasa mendatang yang

kurang pasti dengan risiko menambah dana dan berharap mendapat pengembalian positif. Menurut

Keil et al dalam Sari dan Wirakusuma (2016) sunk cost mendorong individu berperilaku menyukai

risiko yang mengarah pada eskalasi komitmen untuk proyek yang gagal.

2.3. ESKALASI KOMITMEN

Manajer pada dasarnya memiliki rasa ikatan emosional yang tinggi dengan keputusan yang dibuat

sebelumnya sehingga manajer kesulitan dalam memisahkan keputusan yang diambil untuk masa

depan (Bazerman dalam Mulia 2015). Perasaan dilema sering dirasakan manajer karena adanya

ketidakpastiaan dan manajer berpikir “apa yang seharusnya dilakukan”. Ketika manajer tersebut

mengambil keputusan, manajer akan meningkatkan komitmennya dengan berpikir bahwa tindakan

yang dilakukan sudah tepat. Manajer memutuskan pilihan seharusnya mempertimbangkan kondisi dan

risiko pada pilihan tersebut.

Menurut beberapa peneliti terdahulu penjelasan mengenai eskalasi komitmen dikaitkan dengan

tiga kondisi yang mempengaruhi pengambilan keputusan manajer untuk melanjutkan proyek.

Pertama, penerimaan umpan balik negatif atas keputusan yang telah dijalankan menyebabkan individu

yang bertanggung jawab pada keputusan semula (Bazerman dalam Dewinta 2010). Kedua, teori

prospek menjelaskan bahwa pengambilan keputusan akan melihat umpan balik negatif yang mungkin

diterima pada keputusan berikutnya (Kahneman dan Tversky dalam Arimawan dan Sukirno 2014).

Terakhir, pengambilan keputusan yang diambil manajer berbeda dengan kepentingan perusahaan

(Dewinta 2010). Ketiga kondisi tersebut menunjukkan perolehan informasi antara manajer dan

principal menentukan perilaku manajer yang memiliki kesempatan membuat keputusan dan

mengabaikan kepentingan perusahaan.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 6


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

Santoso (2012) mengungkapkan bahwa eskalasi komitmen diartikan sebagai fenomena yang

menjelaskan bahwa seseorang memutuskan untuk meningkatkan atau menambah investasinya,

walaupun bukti baru menjelaskan bahwa keputusan yang telah dilakukan adalah salah. Kondisi

tersebut menjadikan manajer menginginkan hasil lebih dari proyek dengan berpikiran adanya

perbaikan di masa depan. Selain itu, tindakan manajer untuk tetap melanjutkan proyek yang gagal atas

dasar ketakutan apabila kreditabilitasnya menurun ketika proyek tersebut tidak dilanjutkan.

2.4. INFORMASI INVESTASI

Informasi merupakan satu sumber daya yang sangat diperlukan dalam suatu organisasi dengan

adanya data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang

menerimanya untuk pengambilan keputusan (Ais Zakiyudin 2012). Informasi yang diperoleh dapat

dijadikan pedoman bagi pengambil keputusan untuk menentukan alternatif pilihan terhadap hal yang

sedang dijalankan. Ciri-ciri informasi yang disajikan harus relevan, akurat, tepat waktu, dan konsisten

agar pengambilan keputusan tidak didasarkan pada hal yang samar. Dikaitkan dengan investasi pada

perusahaan, informasi mengenai investasi sangat diperlukan secara relevan untuk mengetahui proyek

yang sedang dijalankan. Informasi investasi akan dipakai untuk pengambilan keputusan yang

dilakukan seorang manajer dengan cara mengetahui kondisi proyek yang sedang dijalankan.

Informasi investasi dihadapkan dalam dua kondisi yaitu untung atau informasi positif dan rugi atau

informasi negatif. Informasi positif yang disajikan dalam posisi menguntungkan cenderung membuat

seseorang berhati-hati untuk setiap pengambilan keputusan. Manajer akan dihadapkan pada pilihan

antara untung yang pasti dengan pengembalian investasi yang semula atau keuntungan di masa

mendatang yang tidak pasti. Kondisi tersebut menjadikan manajer cenderung menghindari risiko (risk

averse) dan mengambil keuntungan yang pasti daripada menghadapi risiko keuntungan yang tidak

pasti dengan tidak melanjutkan proyek (Whyte 1986).

Informasi negatif yang disajikan dalam posisi tidak menguntungkan cenderung menunjukkan

seseorang lebih menyukai risiko agar mendapat pengembalian di masa mendatang. Manajer akan

memandang keputusan selanjutnya sebagai pilihan keputusan antara kerugian yang pasti terjadi

dengan tidak menambah investasi atau kerugian dimasa mendatang yang kurang pasti dengan risiko

menambah dana dan berharap mendapat pengembalian positif. Dalam keadaan tersebut, manajer

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 7


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

cenderung mengambil risiko (risk seeking) dengan memilih kerugian yang tidak pasti yang

memberikan harapan perbaikan dengan komitmen menambah dana. Manajer akan memandang

keputusan selanjutnya sebagai pilihan keputusan antara kerugian yang pasti terjadi dengan tidak

menambah investasi atau kerugian dimasa mendatang yang kurang pasti dengan risiko menambah

dana dan berharap mendapat pengembalian positif. Menurut Keil et al dalam Sari dan Wirakusuma

(2016) sunk cost mendorong individu berperilaku menyukai risiko yang mengarah pada eskalasi

komitmen untuk proyek yang gagal.

2.5. ADVERSE SELECTION

Informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan adalah informasi lengkap yang

dibutuhkan manajer. Ketersediaan informasi yang diperoleh manajer tidak selalu seuntuhnya

disampaikan kepada principal dikarenakan manajer merasa bertanggung jawab atas perusahaan untuk

memberikan kepuasan dan keuntungan bagi principal. Tetapi ketika kepentingan manajer berbeda

dengan kepentingan perusahaan, manajer akan terdorong untuk mengabaikannya. Ada dua kondisi

yang membuat manajer berperilaku mengabaikan kepentingan perusahaan yaitu motivasi manajer

dalam melakukan tindak kecurangan dan terjadinya asimetri informasi (Yusnaini 2005). Kondisi

informasi yang seimbang tersedia bagi manajer dan principal yang menunjukkan manajer tidak

memiliki kesempatan untuk melalaikan tugasnya. Sedangkan kondisi asimetri informasi menjadi

masalah bagi manajer dan principal karena principal tidak dapat mengontrol keputusan yang diambil

manajer.

Menurut Jansen dan Mekling dalam Mulia (2015) permasalahan yang mengakibatkan adanya

asimetri informasi antara manajer dan principal adalah moral hazard yang timbul jika manajer tidak

melaksanakan hal-hal yang telah disepakati dalam kontrak kerja dan adverse selection dengan

keadaan principal tidak dapat mengetahui apakah keputusan yang diambil oleh manajer benar-benar

didasarkan atas informasi yang telah diperoleh atau terjadi kelalaian tugas. Sari dan Wirakusuma

(2016) berpendapat juga bahwa kondisi adverse selection merupakan kondisi terjadinya asimetri

informasi antara manajer (agent) dan pemilik (principal), sehingga menyulitkan principal untuk

mengawasi dan mengontrol tindakan manajer. Kondisi adverse selection menunjukkan ketika manajer

memiliki informasi yang privat mengenai peforma proyek maka manajer akan cenderung mengambil

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 8


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

keputusan untuk melanjutkan proyek walaupun proyek diindikasikan mengalami kegagalan. Hal

tersebut menunjukkan tindakan manajer tidak sesuai dengan kepentingan perusahaan melainkan

bertindak sesuai kepentingan pribadi.

2.6. JOB ROTATION

Rotasi kerja atau mutasi kerja (job rotation) merupakan proses pemindahan pegawai/karyawan

dari satu lokasi lain yang sederajat (Nitiseminto 2002). Perusahaan yang menerapkan job rotation

memiliki tujuan masing-masing diantaranya untuk memaksimalkan produktivitas karyawan,

menyeimbangkan komposisi terkait keahliannya dan menambah/memaksimalkan pengetahuan

pekerja. Selain itu, job rotation dapat dikelompokkan yang terdiri dari production transfer,

replacement transfer, versatility transfer, shift transfer, dan remedial transfer.

Dewinta (2010) mengungkapkan kebijakan job rotation akan meningkatkan pengalaman

karyawan yang akan mengurangi kebosanan dan membuat pekerjaan karyawan lebih menarik.

Perusahaan banyak mendapat keuntungan dengan adanya kebijakan job rotation sebagai sarana untuk

mewujudkan kinerja lebih tinggi, sarana meningkatkan kelenturan serta pemutusan hubungan kerja,

dan menambahkan keterampilan. Selain itu, kebijakan job rotation juga memiliki kelemahan bagi

perusahaan karena biaya pelatihan akan meningkat, anggota organisasi terganggu dengan penyesuaian

diri dan produktivitas akan berkurang. Produktivitas yang berkurang terjadi dengan memindahkan

pekerjaan ke posisi baru tetapi ketika efisiensinya pada pekerjaan yang lama berkurang.

Job rotation digunakan sebagai mekanisme pengendalian yang efektif dalam perusahaan

sehingga mencegah karyawan yang mementingkan diri sendiri. Ketika manajer menangani proyek

yang sedang berjalan manajer dapat bekerjasama dengan manajer yang menggantikannya. Manajer

yang menggantikannya akan mendapat informasi untuk proyek yang sedang dijalankan sehingga

informasi yang disediakan terbuka. Dengan demikian, kebijakan job rotation akan mengurangi

tindakan manajer untuk melakukan eskalasi komitmen dan mementingkan pribadinya.

2.7. HUBUNGAN KONDISI ADVERSE SELECTION TERHADAP ESKALASI KOMITMEN

Proyek yang sedang dijalankan perusahaan membutuhkan informasi yang akurat dan relevan.

Informasi yang disajikan akan membantu manajer dalam mengkondisikan proyek yang dijalankan

tersebut. Manajer mengharapkan ketersediaan informasi untuk menilai proyek yang berjalan dengan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 9


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

baik dan mendapat keuntungan atau memaksimalkan laba. Informasi tidak hanya perlu diketahui oleh

manajer saja tetapi principal juga harus mengetahui tentang kondisi proyek yang dijalankan. Tetapi

sering kali kondisi di lapangan, informasi diterima tidak selalu menguntungkan, justru terdapat

informasi yang gagal. Informasi yang gagal ini membuat manajer mengabaikan kepentingan

perusahaan dan tidak mengkomunikasikannya dengan principal sehingga terjadi asimetri informasi.

Kondisi adverse selection muncul ketika asimetri informasi yang privat terjadi antara

principal dan agen sehingga menyulitkan principal untuk memonitor dan mengontrol tindakan agen

(Sari dan Wirakusuma, 2016). Kepemilikan informasi yang privat oleh manajer dan tidak tersedia

bagi principal maka manajer akan cenderung berperilaku mengabaikan kepentingan perusahaan dan

berfokus pada kepentingan karirnya. Kondisi tersebut memberikan manajer kesempatan dalam

mengambil keputusan untuk melanjutkan proyek dan mengambil risiko demi reputasi seorang manajer

serta peluang karir di masa yang akan datang.

Sari dan Wirakusuma (2016) menunjukkan bahwa kondisi adverse selection berpengaruh

pada kecenderungan eskalasi komitmen yang merupakan keputusan manajer yang cenderung

mengabaikan kepentingan perusahaan dan lebih mengutamakan kepentingan pribadinya. Penelitian

lainnya yang mendukung adalah penelitian Arimawan dan Sukirno (2014) yang membuktikan bahwa

seorang manajer yang memiliki informasi privat dan tidak diketahui orang lain dalam perusahaan

ditambah dengan melalaikan tugas bagi manajer, maka keputusan manajer cenderung melanjutkan

proyek investasi yang tidak menguntungkan.

H1 : Kondisi adverse selection akan mempengaruhi keputusan manajer untuk melakukan eskalasi

komitmen.

2.8. INTERAKSI INFORMASI INVESTASI NEGATIF DAN KONDISI ADVERSE SELECTION

TERHADAP ESKALASI KOMITMEN

Masalah adverse selection muncul ketika seorang manajer termotivasi untuk tidak menyajikan

informasi privat agar tidak mengimplementasikan keputusan yang bertentangan dengan keseluruhan

kepentingan perusahaan (Dewinta 2010). Ketersediaan informasi yang seimbang akan membuktikan

bahwa manajer akan berperilaku mementingkan perusahaan untuk memberikan keuntungan bagi

principal. Keseimbangan informasi antara manajer dan principal membuat manajer tidak memiliki

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 10


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

kesempatan untuk mengabaikan atau mengambil keputusan sepihak yang bertentangan dengan

seluruh kepentingan perusahaan. Sebaliknya, ketika manajer memiliki informasi yang privat dan tidak

tersedia bagi principal maka manajer akan cenderung berperilaku mengabaikan kepentingan

perusahaan dan berfokus pada kepentingan karirnya.

Informasi yang dipilih oleh manajer berdasarkan informasi yang diperoleh sesuai pilihan dan

risiko yang dihadapi pada salah satu pilihan. Menurut Yusnaini (2005) ketika manajer mendapatkan

informasi yang disajikan dalam bentuk negatif atau merugi maka keputusan yang diambil manajer

akan cenderung mengambil risiko. Hal tersebut terjadi karena kepentingan manajer berbeda dengan

mengabaikan kepentingan perusahaan dan terjadi asimetri informasi sehingga manajer berasumsi

tindakan yang dilakukan rasional. Permasalahan yang diakibatkan asimetri informasi dengan adanya

kondisi adverse selection, dimana principal tidak dapat mengetahui keputusan manajer didasarkan

atas informasi yang diperoleh atau terjadi kelalaian tugas. Kondisi tersebut memberikan manajer

kesempatan dalam mengambil keputusan untuk melanjutkan proyek dan mengambil risiko demi

reputasi seorang manajer serta peluang karir di masa yang akan datang.

H2: Informasi negatif dan kondisi adverse selection mempengaruhi keputusan manajer untuk

melakukan eskalasi komitmen.

2.9. HUBUNGAN JOB ROTATION TERHADAP ESKALASI KOMITMEN

Penelitian Chong dan Surwayati (2007) menjelaskan ketersediaan informasi mengenai

performa proyek akan mempengaruhi manajer untuk mengambil keputusan apakah melanjutkan

proyek tersebut atau menghentikannya. Performa sebuah proyek yang terbuka bagi perusahaan maka

manajer akan cenderung mengurangi keberlangsungan proyek yang sedang dijalankan dengan adanya

indikasi kegagalan proyek. Dengan demikian, principal memiliki informasi yang sama-sama tersedia

dan principal dapat mengawasi serta mengontrol tindakan manajer dalam mengambil keputusan.

Sementara itu, informasi performa sebuah proyek yang hanya diketahui oleh manajer sering kali

manajer akan bersikap untuk tetap melanjutkan proyek yang dijalankan. Perilaku manajer

menunjukkan bahwa manajer ingin tetap pada keputusan awalnya agar reputasi sebagai manajer tidak

menurun.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 11


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

Salah satu tindakan perusahaan agar dapat mengurangi tindakan manajer untuk melakukan

eskalasi komitmen dengan cara penerapan kebijakan job rotation. Dewinta (2010) menjelaskan bahwa

kebijakan job rotation untuk mentransfer manajer ke divisi investasi yang berbeda dalam sebuah

perusahaan sebagai upaya agar manajer lama menyediakan laporan perkembangan proyek investasi

kepada manajer baru. Job rotation menuntut manajer berkerjasama dengan manajer yang

menggantikannya untuk melanjutkan proyek yang sedang berjalan. Dengan demikian, kebijakan job

rotation mampu mengurangi dampak dari informasi privat manajer yang mengindikasikan kegagalan.

Sebaliknya jika perusahaan tidak menerapkan kebijakan job rotation maka informasi privat manajer

justru semakin mempengaruhi keputusan manajer untuk melakukan eskalasi komitmen.

Hasil penelitian Chong dan Surwayati (2007) mendukung bahwa penerapan kebijakan job

rotation menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan manajer untuk tidak melakukan

eskalasi komitmen. Ketika manajer memiliki informasi peforma suatu yang proyek secara privat,

kebijakan job rotation justru membuat manajer terbuka terhadap informasi yang diterimanya. Hal

tersebut dilakukan sebagai upaya melancarkan proses transisi dan menyediakan laporan

perkembangan yang komprehensif yang berkenaan dengan seluruh proyek investasi kepada manajer

yang baru.

H3: Tidak adanya kebijakan job rotation akan mempengaruhi keputusan manajer untuk melakukan

eskalasi komitmen.

3. METODA PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan studi eksperimental 2×2×2 antar subjek. Penelitian ini

menggunakan variabel informasi investasi, job rotation, dan kondisi adverse selection sebagai

variabel independen serta variabel eskalasi komitmen sebagai variabel dependen. Subjek adalah

mahasiswa S1 Akuntansi yang sedang mengambil mata kuliah akuntansi manajemen atau manajemen

keuangan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Subjek

diminta berperan sebagai manajer perusahaan yang sedang menjalankan proyek. Alasan mahasiswa

sebagai manajer perusahaan didasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa sedang mengambil mata

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 12


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

kuliah akuntansi manajemen atau manajemen keuangan yang dalam laboraturium penelitian berperan

sebagai manajer perusahaan komputer dan perangkat komputer.

3.2. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah eskalasi komitmen, yaitu keputusan untuk

melanjutkan proyek bahkan ketika suatu prospek dalam kondisi ekonomi yang diharapkan

mengindikasikan bahwa proyek tersebut harus dihentikan (Koroy, 2008). Sedangkan variabel

independen dalam penelitian ini adalah: (1) Informasi investasi merupakan pemberitahuan hasil olah

data penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang berjangka waktu lama dan mendatangkan

keuntungan di masa mendatang (Puspitaningtyas 2014); (2) Job rotation adalah perpindahan tugas

secara lateral untuk mentransfer manajer ke divisi investasi yang berbeda dalam sebuah perusahaan

(Dewinta, 2010); (3) Adverse selection adalah salah satu permasalahan yang disebabkan adanya

kesulitan principal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan agen (Dewinta, 2010).

3.3. SUMBER DATA

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

Data primer dikumpulkan melalui eksperimen laboraturium dalam bentuk instrumen penelitian berupa

kasus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert 10-100 (10 = menghentikan

proyek sampai dengan 100 = melanjutkan proyek). Sebelum melakukan eksperimen laboraturium,

peneliti melakukan pengujian Pilot Tets yang bertujuan untuk mengetahui apakah kasus yang

diberikan dapat dipahami oleh subjek atau tidak.

3.4. TATANAN PENELITIAN

Alur eksperimen dijalankan ke dalam empat tahap sesuai yang telah disusun dalam Gambar 1.

Subjek dibagi secara acak ke dalam delapan kelompok eksperimen dengan perlakuan yang berbeda

sesuai dengan yang disajikan dalam Tabel 1. Masing-masing grup akan dibagi dalam ruang yang

berbeda namun dengan kondisi ruang yang sama. Perlakuan atas kondisi ruangan untuk

mengefektifkan randomisasi, bahwa hanya manipulasi berbeda yang diterima oleh subjek.

Perlakuan manipulasi atas variabel adverse selection dijabarkan dengan perlakuan kondisi

adverse selection (kondisi ada dan kondisi tidak ada). Selanjutnya manipulasi atas informasi investasi

yang disajikan dengan perlakuan menyajikan adanya informasi positif dan informasi negatif.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 13


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

Sementara itu, perlakuan atas variabel job rotation disajikan perlakuan dengan adanya kebijakan job

rotation dan tidak adanya kebijakan job rotation.

Gambar 1: Alur Eksperimen

Pembagian
kelompok Pembagian Pengisian modul Modul
modul eksperimen dikumpulkan Pengembalian
menjadi 8 kondisi semula
eksperimen yang dipandu sesuai kelompok
kelompok

Setelah semua subjek telah berada dalam ruang laboraturium eksperimen, subjek menerima

modul penugasan sebagai manajer perusahaan yang berisikan tugas yang berbeda-beda sesuai dengan

perlakuan masing-masing kelompok. Pemberian perlakuan yang berbeda bertujuan untuk

menyesuaikan dengan matriks penelitian sehingga dampak dari setiap perlakuan mempengaruhi

kelompok eksperimen dalam menentukan keputusan manajer dalam melakukan eskalasi komitmen.

Tabel 1: Matriks Eksperimen Penelitian

Informasi Negatif Informasi Positif

Ada Job Tidak Ada Job Ada Job Tidak Ada Job
Rotation Rotation Rotation Rotation

Ada Grup 1 Grup 2 Grup 3 Grup 4


Adverse
Selection
Tidak Ada Grup 5 Grup 6 Grup 7 Grup 8

Penelitian ini subjek diminta bertindak dan berpikir seolah-olah ada dalam situasi yang tergambar

di dalam modul dan sebagai manajer perusahaan PT Tran Max yang sedang menangani proyek baru

berusia 6 tahun. Tahap pertama, subjek dibagi secara random ke dalam delapan kelompok dengan

perlakuan berbeda. Subjek menerima penugasan yang telah disusun dengan perlakuan kondisi adverse

selection, informasi investasi, dan job rotation yang disajikan berbeda dalam setiap kelompok.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 14


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

Penugasan awal, subjek diminta untuk mengerjakan tugas pengecekan manipulasi dengan tujuan

untuk mengetahui apakah subjek telah bertindak sesuai dengan perlakuan yang diberikan peneliti.

Subjek diminta untuk memberikan keputusan untuk tetap melanjutkan proyek atau menghentikan

proyek ketika timbul adanya masalah persaingan produk yang lebih unggul dari pesaing dan prospek

ekonomi perusahaan yang menunjukkan kenaikan biaya produksi. Oleh karena itu, penelitian ini

hendak mengetahui apakah subjek melakukan eskalasi komitmen ketika subjek menerima adanya

informasi negatif atau informasi positif. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui apakah subjek tetap

melakukan eskalasi komitmen ketika perusahaan menerapkan kebijakan job rotation atau tidak

menerapkan job rotation.

Grup yang mendapatkan adanya kondisi adverse selection (grup 1, grup 2, grup 3, grup 4)

mendapatkan penugasan untuk melanjutkan atau menghentikan proyek tanpa diketahui oleh orang lain

bahwa informasi yang diperoleh tentang kegagalan maupun keberhasilan proyek. Sebaliknya grup

yang menerima kondisi tanpa adanya kondisi adverse selection (grup 5, grup 6, grup 7, grup 8)

diminta untuk memberikan keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan proyek apabila semua

informasi mengenai kegagalan maupun keberhasilan proyek diketahui oleh orang lain.

Subjek yang mendapatkan perlakukan dengan adanya informasi negatif akan diberikan

penugasan untuk melanjutkan atau menghentikan proyek dengan disajikan informasi yang menyajikan

kerugian yang pasti terjadi atau kerugian yang pasti belum terjadi. Sedangkan subjek yang menerima

perlakuan dengan informasi positif diberikan pilihan untuk melanjutkan atau menghentikan proyek

dengan menyajikan kemungkinan penghematan yang pasti terjadi atau kemungkinan memulihkan

investasi.

Grup yang mendapatkan perlakuan dengan adanya kebijakan job rotation (grup 1, grup 5,

grup 3, grup 7) menerima informasi bahwa perusahaan tempat mereka berkerja menerapkan kebijakan

job rotation. Sebaliknya subjek yang menerima perlakuan tanpa adanya kebijakan job rotation (grup

2, gurp 6, grup 4, grup 8) menerima informasi bahwa perusahaan tidak menerapkan kebijakan job

rotation.

Grup yang mendapatkan adanya ketiga interaksi variabel independen maka perlakukan yang

diterima setiap grup berbeda. Contohnya salah satu grup akan mendapatkan informasi yang disajikan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 15


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

dalam bentuk negatif, tidak adanya kebijakan job rotation yang diterapkan perusahaan, dan kondisi

adverse selection yang dihadapi manajer.

3.5. TEKNIK ANALISIS

Pada tahap pertama melakukan pengujian profil subjek dengan statistik deskriptif. Tahap kedua,

pengujian One Way Analysis of Variance (ANOVA) dilakukan untuk keefektifan randomisasi untuk

memberikan keyakinan bahwa manipulasi yang berpengaruh terhadap keputusan manajer dalam

melakukan eskalasi komitmen dan bukan karena perbedaan karakteristik demografi.

Pengujian berikutnya adalah melakukan pengujian data yang mengacu pada hipotesis peneliti.

Pengujian hipotesis (H1 dan H3) menggunakan uji Independent-Sample T-test dengan hipotesis

terdukung jika probabilitas di bawah 0,05 yang artinya terdapat perbedaan signifikan dalam keputusan

eskalasi komitmen antara grup eksperimen dengan grup kontrol. Hipotesis selanjutnya (H2)

pengujiannya menggunakan Two Way Analysisi of Variance (ANOVA) dengan batas signifikansi

sebesar 5%. Two Way Analysisi of Variance (ANOVA) adalah salah satu statistik parametrik yang

memiliki kelebihan yaitu ditarik dari populasi yang berdistribusi normal serta memiliki varian yang

homogen sehingga pengujian hipotesis memberikan hasil yang lebih tajam dibandingkan

menggunakan statistik nonparametrik.

4. HASIL PENELITIAN

4.1. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Eksperimen diselenggarakan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Wacana kepada mahasiswa kelas akuntansi manajemen atau manajemen keuangan. Subjek yang telah

mendapatkan treatment dan lolos empat pertanyaan manipulasi atas peran, tugas dan atas manipulasi

kondisi yang telah diberikan sebanyak 120 dari total 202 mahasiswa serta data siap untuk diolah.

Karakteristik masing – masing subjek terdiri dari 3 kategori yaitu umur, indeks prestasi kumulatif, dan

semester. Profil subjek yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan informasi mengenai profil subjek dengan kategori umur yang memiliki

jumlah 15 orang untuk umur 18 tahun (12,5%), 81 orang yang berumur 19 tahun (67,5%) dan 24

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 16


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

orang berumur 20 tahun keatas (20%). Selain itu, indeks prestasi kumulatif menggunakan aras ukur

interval yaitu 2,50-2,99 berjumlah 16 orang (13,3%), 3,00-3,50 berjumlah 63 orang (52,5%), dan

>3,50 berjumlah 41 orang (34,2%). Mayoritas subjek sedang menempuh masa studi matakuliah

tersebut pada semester ≤4 sejumlah 102 orang (85%), serta semester 5-7 berjumlah 16 orang (13,3%)

dan sisanya semester ≥8 hanya 2 orang (1,7%).

Tabel 2: Profil Subjek

Keterangan Total Presentase

Umur :

18 tahun 15 12,5%

19 tahun 81 67,5%

>20 tahun 24 20%

IPK :

2,50-2,99 16 13,3%

3,00-3,50 63 52,5%

>3,50 41 34,2%

Semester :

≤4 102 85%

5-7 16 13,3%

≥8 2 1,7%

Tabel 3 merupakan analisis statistik deskriptif variabel dependen yaitu eskalasi komitmen

yang diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 73,250. Nilai minimum dan maksimum data pada

variabel eskalasi komitmen masing-masing sebesar 23,33 dan 100,00 dengan standar deviasi sebesar

16,666.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 17


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

Tabel 3: Nilai Statistik Variabel Eskalasi Komitmen


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Eskalasi
120 23,33 100,00 73,250 16,666
Komitmen

Tabel 4 adalah uji pada variabel eskalasi komitmen yang menunjukkan jumlah subjek yang

melakukan eskalasi komitmen. Sebelumnya telah dihitung bahwa rata-rata (mean) subjek yang

melakukan eskalasi komitmen sebesar 73,25 sehingga dapat dilihat jumlah subjek yang melakukan

sekalasi komitmen sebanyak 72 orang (60%) dan sisanya berjumlah 48 orang (40%) tidak melakukan

eskalasi komitmen.

Tabel 4: Hasil Uji Statistik Esakalasi Komitmen


Total Presentase

Diatas Mean 73,25 72 60%

Dibawah Mean 73,25 48 40%

4.2. PENGUJIAN RANDOMISASI

Pengujian randomisasi demografi atas profil subjek akan menggunakan Uji One Way Anova.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor demografi subjek akan mempengaruhi

pengambilan keputusan, berikut disajikan dalam Tabel 5.

Berdasarkan ketiga indikator yang telah ditentukan yaitu umur, IPK, dan semester, ketiganya tidak

memenuhi nilai significancy (sig.) lebih kecil dari alpha (0,05). Kelompok pada karakteristik umur

tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk eskalasi komitmen dengan signifikansi

sebesar 0,197. Begitu juga dengan kelompok IPK dan semester dengan signifikansi 0,325 dan 0,527.

Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga indikator tidak mempengaruhi keputusan dari

pengambilan keputusan eskalasi komitmen atas kondisi yang sedang dihadapi manajer.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 18


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

Tabel 5: Hasil Uji One Way Anova


Mean Square Sig. Keterangan

Umur:

Between Groups 0,401 0,197 Tidak Berpengaruh

Within Groups 0,307

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK):

Between Groups 0,485 0,325 Tidak Berpengaruh

Within Groups 0,426

Semester:

Between Groups 0,166 0,527 Tidak Berpengaruh

Within Groups 0,175

4.3. HUBUNGAN KONDISI ADVERSE SELECTION TERHADAP ESKALASI KOMITMEN

Kondisi yang akan diuji dalam hipotesis satu adalah kondisi adanya adverse selection dan tidak

ada kondisi adverse selection. Dalam kondisi adverse selection manajer yang akan dihadapkan pada

informasi kerugian proyek yang diterima manajer, mengakibatkan terjadi asimetri informasi antara

manajer dan principal sehingga principal tidak dapat mengawasi manajer (grup 1, grup 2, grup 3, dan

grup 4). Sedangkan tidak adanya kondisi adverse selection, tidak ada informasi kerugian yang ditutupi

oleh manajer tentang proyek yang sedang dijalankan sehingga tidak terjadi asimetri informasi (grup 5,

grup 6, grup 7, dan grup 8). Pengujian hipotesis satu menggunakan independent sample t-test dengan

membandingkan adanya kondisi adverse selection dan tidak ada kondisi adverse selection. Hasil

pengujian hipotesis pertama dapat dilihat pada tabel 6.

Table 6: Hasil Pengujian Hipotesis 1


Sig. (2-
Mean Std. Devitiation t
tailed)

Kondisi adverse selection

Ada kondisi adverse selection 78,8333 15,20110


3,255 0,001
Tanpa kondisi adverse selection 47,1667 27,79190

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 19


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

Tabel 6 menunjukkan kelompok subjek yang menerima informasi kerugian proyek yang

menimbulkan kondisi adverse selection memiliki rata-rata sebesar 78,8333. Subjek yang berada

dalam kondisi tersebut cenderung untuk melanjutkan proyek yang sedang dijalankan dalam kondisi

rugi. Sedangkan kelompok yang menerima informasi kerugian proyek yang tidak adanya kondisi

adverse selection memiliki rata-rata 47,1667. Hasil pengujian statistik menjelaskan nilai Sig. (2-

tailed) equal variances assumed dalam t-test for Equality of Means adalah sebesar 0,001 lebih kecil

dari alpha (0,05), sehingga disimpulkan bahwa signifikan pada probabilitas 5%. Hasil pengujian

tersebut menunjukkan bahwa adanya kondisi adverse selection, manajer akan melakukan eskalasi

komitmen dan apabila tanpa kondisi adverse selection manajer cenderung tidak melakukan eskalasi

komitmen.

Manajer yang memiliki informasi privat dan tidak diketahui orang lain dalam perusahaan akan

menjadikan kesempatan untuk melalaikan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengkomunikasikan

informasi kerugian proyek tersebut. Sehingga keputusan yang diambil manajer akan cenderung

melanjutkan proyek investasi yang tidak menguntungkan tersebut. Selain itu, manajer akan merasa

lebih leluasa untuk mengambil keputusan yang menurutnya benar sesuai dengan prinsip awal dalam

menjalankan proyeknya. Kondisi ini akan membuat manajer berpikir apabila proyek yang dijalankan

tetap berlanjut maka bonus dan kenaikan jabatan akan menanti di depan mata. Sedangkan, manajer

yang terbuka untuk mengkomunikasikan informasi kerugian proyek cenderung merasa tidak akan

berisiko jika kerugian dikomunikasikan agar dapat mengantisipasi secara penuh proyek yang

dijalankan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Sari dan Wirakusuma (2016)

yang menyatakan bahwa manajer dihadapkan pada kondisi adverse selection akan cenderung

melakukan eskalasi komitmen karena terjadinya asimetri informasi dengan principal mempengaruhi

manajer untuk bertindak sesuai kepentingan diri sendiri dan tidak memaksimalkan keuntungan yang

diharapkan perusahaan. Selain itu, Arimawan & Sukirno (2014) menyatakan bahwa kondisi eskalasi

komitmen menurut teori agensi adalah adanya ketidakseimbangan informasi antara principal dan

manajer dengan ditambah adanya kesempatan untuk melalaikan tugas. Dengan demikian, manajer

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 20


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

dapat melalaikan tanggung jawabnya apabila terjadi asimetri informasi dan tindakan yang akan

dilakukan manajer tidak dapat dikontrol dan diawasi oleh principal.

4.4. INTERAKSI INFORMASI INVESTASI NEGATIF DAN KONDISI ADVERSE SELECTION

TERHADAP ESKALASI KOMITMEN

Hipotesis kedua memprediksikan kedua variabel independen yaitu informasi investasi negatif dan

kondisi adverse selection akan mempengaruhi keputusan manajer untuk melakukan eskalasi

komitmen. Pengujian hipotesis kedua menggunakan pengujian Two Way Anova yaitu dengan

membandingkan perbedaan mean (rata-rata) antara kelompok yang telah dibagi pada kedua variabel

independen tersebut. Hasil pengujian hipotesis ditunjukkan pada tabel 7.

Tabel 7: Hasil Pengujian Hipotesis 2


Source Mean Square Sig.
Corrected Model 400,556 0,273
Intercept
616333,333 0,000
Informasi Negatif
100,833 0,566
Adverse Selection
1080,000 0,062
Informasi Negatif*Adverse selection 20,833 0,794

Berdasarkan Tabel 7 diperoleh nilai Sig. Corrected Model sebesar 0,273 lebih besar dari alpha

(0,05) yang bermakna kedua variabel independen yaitu informasi negatif dan adverse selection secara

bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Intercept Model

dengan hasil Sig. 0,000 lebih kecil dari alpha (0,05) yang mengartikan bahwa nilai perubahan variabel

dependen dapat berubah jika keberadaan variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.

Informasi negatif menunjukkan Sig. 0,566 dan kondisi adverse selection menunjukkan Sig. 0,062

yang dibandingkan akan lebih besar dari alpha (0,005), akan tetapi dengan interaksi informasi negatif

dan kondisi adverse selection menunjukkan Sig. 0,794 lebih besar dari alpha (0,005). Hasil pengujian

interaksi tersebut menyimpulkan bahwa informasi negatif dan kondisi adverse selection tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan manajer untuk melakukan eskalasi komitmen.

Interaksi informasi negatif dan kondisi adverse selection digambarkan dalam gambar 2.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 21


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

Gambar 2 menunjukkan tidak terdapat interaksi antara kedua variabel independen terhadap

variabel dependen. Hal tersebut kemungkinan terjadi ketika manajer yang menerima informasi negatif

merasa tanggung jawabnya sebagai manajer dipertaruhkan dari proyek yang dijalankan sehingga bagi

manajer kesuksesan organisasi erat hubungannya dengan kepuasan principal. Selain itu, manajer yang

memiliki informasi privat tentang kerugian proyek tersebut lantas tidak melalaikan tugasnya untuk

tetap mengutamakan kepentingan perusahaan dengan tidak melakukan eskalasi komitmen. Komitmen

yang kuat bagi manajer tidak selalu berjalan dengan baik sehingga hal tersebut melatih mental

manajer untuk tidak bertindak sesuai kepentingan diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan diri

sendiri.

Gambar 2: Diagram Plot atas Interaksi Informasi Negatif dan Kondisi Adverse Selection pada Eskalasi
Komitmen

4.5. HUBUNGAN JOB ROTATION TERHADAP ESKALASI KOMITMEN

Hipotesis ketiga menduga bahwa ketika subjek tidak dihadapkan pada kebijakan rotasi kerja yang

diterapkan perusahaan maka subjek memiliki kepercayan diri untuk tetap melakukan eskalasi

komitmen. Pengujian dilakukan dengan Uji Sample T-test dengan kelompok yang menerima

perlakuan terdapat kebijakan job rotation (grup 1, grup 5, grup 3, grup 7) dan tidak ada kebijakan job

rotation yang diterapkan (grup 2, grup 6, grup 4, grup 8). Hasil pengujian hipotesis disajikan dalam

tabel 8.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 22


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

Tabel 8: Hasil Pengujian Hipotesis 3


Mean Std. Devitiation t Sig. (2-tailed)

Kebijakan Job Rotation

Ada job rotation 74,0000 18,42989


0,353 0,725
Tanpa job rotation 72,6667 22,76383

Tabel 8 menginterprestasikan kelompok yang menerima diterapkannya kebijakan job rotation

memiliki mean (rata-rata) sebesar 74,0000 sedangkan tanpa diterapkannya kebijakan job rotation

adalah sebesar 72,6667. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) equal variances

assumed dalam t-test for Equality of Means sebesar 0,725 dan hasil tersebut lebih besar dari alpha

(0,05). Pengujian tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan sehingga tidak

diterapkannya kebijakan job rotation tidak mempengaruhi manajer untuk tetap melakukan eskalasi

komitmen.

Ketika manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan kebijakan job rotation akan

mengurangi tindakan manajer untuk melakukan kecurangan atau mengurangi terjadinya asimetri

informasi antara principal dan manajer. Sebaliknya saat perusahaan tidak menerapkan kebijakan job

rotation hal tersebut nampaknya tidak mempengaruhi manajer untuk melakukan eskalasi komitmen.

Walaupun perusahaan tidak menerapkan kebijakan job rotation, manajer dapat menghentikan proyek

yang dijalankan saat mengkomunikasikannya dengan principal. Hal tersebut didasari alasan manajer

bahwa bonus kerja dan kenaikan jabatan tidak mempengaruhi komitmenya untuk bertindak sesuai

kepentingan diri sendiri dan tidak menguntungkan bagi perusahaan. Walau manajer menerima

informasi kerugian proyek, manajer tetap bersosialisasi dengan karyawan maupun principal agar

mendiskusikan langkah yang harus diambil dalam proyek tersebut seperti apa.

5. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

5.1. KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, adanya kondisi adverse selection

berpengaruh terhadap tindakan manajer melakukan eskalasi komitmen. Semakin manajer melalaikan

tugas dan tanggung jawabnya dalam mengkomunikasikan informasi maka diindikasikan informasi

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 23


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

proyek tersebut mengalami kegagalan yang tidak perlu diketahui orang lain. Hal tersebut merupakan

kondisi asimetri informasi antara manajer dan principal sehingga principal tidak dapat mengawasi

keputusan yang dipilih manajer. Selain itu, ketika manajer merasa memiliki kepercayaan diri yang

tinggi dan leluasa untuk mengambil keputusan berakibat pada tindakan untuk melakukan eskalasi

komitmen yang menurutnya benar sesuai dengan komitmen awal dalam menjalankan proyek.

Kedua, tidak terdapat interaksi antara informasi negatif dan kondisi adverse selection sehingga

tidak mempengaruhi tindakan manajer untuk melakukan eskalasi komitmen. Hal ini terjadi karena

manajer yang menerima informasi negatif merasa memiliki tanggung jawab sebagai manajer yang

jabatannya dipertaruhkan dari proyek yang dijalankan. Tanggung jawab tersebut berfokus pada

kesuksesan organisasi dan perusahaan yang erat hubungannya dengan kepuasan principal. Manajer

yang memiliki kepercayaan diri atas tanggung jawabnya, tidak akan melalaikan tugasnya untuk tetap

mengutamakan kepentingan perusahaan dengan tidak melakukan eskalasi komitmen. Selain itu,

manajer yang konsisten pada komitmennya akan merasa tertantang dengan kondisi proyek yang

dijalankan sehingga mental manajer akan terlatih untuk tidak bertindak sesuai kepentingan pribadi

dan memaksimalkan keuntungan diri sendiri.

Ketiga, tidak diterapkannya kebijakan job rotation tidak mempengaruhi tindakan manajer untuk

melakukan eskalasi komitmen. Hal ini didasari dengan alasan tingkat kejujuran manajer untuk

mengkomunikasikan informasi proyek yang gagal kepada principal walau tidak diterapkannya rotasi

perpindahan. Selain itu, kembali pada tanggung jawab manajer yang didasari pada komitmen untuk

kepentingan perusahan bukan kepentingan pribadi. Apabila manajer yang mementingkan diri sendiri

akan berfokus pada bonus kerja dan kenaikan jabatan. Sebaliknya manajer yang konsisten pada

komitmennya untuk tidak bertindak sesuai kepentingan diri sendiri dan menguntungkan bagi

perusahaan akan mengkomunikasikan pembingkaian informasi kepada principal.

5.2. SARAN DAN KETERBATASAN

Keterbatasan penelitian ini adalah waktu pelaksanaan eksperimen yang berbeda dikarenakan

penyesuaian jadwal kelas mata kuliah tersebut. Akan tetapi, sudah diusahakan kondisi dan pemberian

manipulasi diberikan semirip mungkin sehingga dapat meminimalkan terjadinya perbedaan.

Penelitian yang akan datang sebaiknya melakukan pengujian terhadap karakteristik dan sifat

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 24


Pengaruh Informasi Investasi Terhadap Eskalasi Komitmen

seseorang contohnya seperti kepercayaan diri, kejujuran, dan tanggung jawab. Hal ini dapat menjadi

akurat ketika mengetahui kepribadiaan seseorang dalam pengambilan keputusan.

Referensi
Alex S, Nitisemito. 2002. Manajemen Personalia. Cetakan ke-9. Edisi ke-4. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Arimawan, M.S. dan Sukirno. 2014. Pengaruh negative framing dan adverse selection terhadap eskalasi
komitmen. Jurnal Nominal. Vol.III No.1.
Chong dan Surwayati, 2007, De-escalation strategis: The impact of job rotation and monitoring control on
manager’s project evaluation decisions. Available at http:// papers.ssrn. Diakses pada tanggal 28 Juli
2016
Dewanti, R. 2010. Pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse selection terhadap
pengambilan keputusan eskalasi komitmen. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Dwita, S. 2007. Influence of adverse selection and negative framing on escalation of commitment in project
evaluation decisions. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar.
Eveline, F. 2010. Pengaruh adverse selection, pembingkaian negatif, dan self efficacy terhadap eskalasi
komitmen proyek investasi yang tidak menguntungkan. Jurnal Akuntansi & Manajemen. Vol 21No 2
:181-198
Fajriah, L. R. 2016. Ini Kerugian Negara Terkait Proyek Hambalang. Available at
http://nasional.sindonews.com. Diakses pada tanggal 30 Januari 2007.
Grasiaswaty, N. 2009. Fenomena framing di balik diskon besar-besaran. Available at http://ruangpsikologi.com.
Diakses pada tanggal 7 Juni 2016.
Ikhsan, Arfan, dan M. Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat. Jakarta.
Koroy, T.R. 2008. Pengujian efek pembingkaian sebagai determinan eskalasi komitmen dalam keputusan
investasi: Dampak dari pengalaman kerja. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.
Leli, A.R. dan B. Gunawan. 2011. Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan deviden dan
tingkat suku bunga terhadap nilai perusahaan. Jurnal Investasi. Vol.7 No.1: 31-35
Mulia, T.W., L. Lasdi., T.A. Widjanarko. 2015. Pengaruh hurdle rates dan framing terhadap eskalasi komitmen
dalam penganggaran modal. Simposium Nasional Akuntansi XVIII Medan.
Mursalim. 2005. Income smoothing dan motivasi investor: Studi empiris pada investor di BEJ. Simposium
Nasional Akuntansi VIII Solo.
Sari, Puspa. dan M. Wirakusuma. 2016. Pengaruh adverse selection dan negative framing pada kecendurungan
eskalasi komitmen. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bali.
Santoso, A. B. 2012. Peranan locus of control, self-set dan organizational-set hurdle rates terhadap eskalasi
komitmen pada level pengambilan keputusan penganggaran modal. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi.Vol. 1 No. 3
Suartana, I. W. 2005. Model framing dan belief adjusment dalam menjelaskan bias pengambilan keputusan
pengauditan. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.
Tanjung, R. 2012. Strategi pemberian informasi akuntansi untuk mengurangi eskalasi komitmen. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi. Vol.1 No. 4
Wardani, E.K. dan Sukirno. 2014. Pengaruh framing effect terhadap pengambilan keputusan investasi denagn
locus of control sebagai variabel pemoderasi. Jurnal nominal. Vol.III No.1.
Whyte, G. 1986. Escalating commitment to a course of action: A reinterpretation. Academy of Management.
Terbitan ke-2. Jilid 11.
Yusnaini, 2005. Analisis framing dan causal cognitive mapping dalam pengambilan keputusan strategik.
Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.
Zakiyudin, A. 2012. Sistem Informasi Manajemen. Jaakarta: Mitra Wacana Media

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 25

Anda mungkin juga menyukai