Pemilihan Kepala Daerah atau sering di singkat Pilkada,
merupakan kegiatan nasinonal yang harus di lakukan setiap 5 tahun sekali, untuk memilih kepala daerah dan wakil. Setiap daerah memiliki kandidat – kandidatnya sendiri. Ide dasar dan pengharapan terhadap pilkada, yang sejatinya juga pemilu, yang sama dengan pemilu nasional pada umumya, yaitu transisi menuju demokrasi. Ada idealism menggebu paska Orde Baru bahwa desentralisasi politik niscaya harus dilakukan sebagai jawaban mengakhiri sentralisasi kekuasaan Orde Baru. Banyak pihak yakin itulah jawaban politik atas berbagai keterpurukan dan ketimpangan di berbagai bidang (terutama ekonomi) di daerah selama puluhan tahun, sekaligus pintu masuk bagi terbangunnya system politik yang lebih stabil dan menyejahterakan.
Saat pilkada di daerah saya daerah Jawa Tengah kemarin
berlangsung saya belum dapat memilih karena usia yang belum memenuhi persayaratan, namun dari pilkada kemarin provinsi Jawa Tengah mendapat sosok pemimpin yang sangat tegas, berwibawa, dan semoga anti korupsi juga, hal itu di buktikan dengan melakukan sidak di tempat penimbangan truk bermuatan besar, dan mendapati banyak kesalahan yang di lakukan anak buahnya itu, kemudian beliau marah – marah di tempat penimbangan itu alhasil berselang beberapa hari banyak pegawai dari tempat penimbangan itu di berhentikan, dan juga banyak jalan – jalan di daerah Jawa Tengah yang di perbaiki. Ternyata masih ada sosok pemimpin yang bisa memperhatikan masyarakatnya, dan juga tidak di pungkiri jika masyarakat Indonesia sudah mulai pintar berdemokrasi serta memilih sosok pempimpin yang benar – benar mau memihak kepada rakyatnya dari sekian banyak kandidat – kandidat lain yang bervisi misi sangat menyakinkan.
Memang masalah terbesar saat ini dalam plaksanaan
pilkada masih pada persoalaan money politics, mengenai money politics dalam pilkada didefinisikan dalam UU No. 32 / 2004 sebagai perbuatan yang dilakukan oleh pasangan calon atau tim kampanye yang menjanjikan atau memberikan uang untuk mempengaruhi pemilih. Jadi sesungguhnya politik uang merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Cuma untuk membuktikannya sangat sulit, karena tidak ada bukti tertulis dan saksi yang melihatnya. Namun demikian masyarakat meyakini bahwa politik uang itu memang ada, namun saat masyarakat melaporkan ke polisi pernyataan mereka akan sia – sia karena kepolisian hanya berpegang teguh pada bukti konvensional atau bukti yang nyata.
Pilkada memang murni hajatan daerah. Kewenangan
pemerintah pusat terbatas pada penyedian regulasi setingkat UU dan PP. Selebihnya, baik penyelenggaraan, pengawas, peserta, pemilih termasuk pemerintah sebagai fasililatro semuanya dikelola oleh daerah. Dalam konteks dukungan masyarakat, pelaksaan pilkada sangat di pengaruhi oleh kepedulian masyarakat terhadap pilkada, kesiapan masyarakat setempat dalam menyongsongnya, dan keterlibatan mereka dalam kelompok – kelompok pendukung calon kandidat kepala daerah dan wakilnya.
Saat pilkada berlangsung masyarakat di sekitar rumahku
sangat berantusias mengikutinya, sejak TPS di buka pada pagi hari sekitar pukul 07.00 am, banyak warga yang sudah mengantri, namun ada juga yang menunggu siang karena malas untuk berdesak – desakan. Mereka sangat antusias sekali untuk mengikuti pilkada. Setelah selesai mecoblos atau selesai memilih ada beberapa warga yang saling menanyakan “ pada milih apa? ” ada yang memberitahukan kepada mereka namun ada juga yang tidak memberitahukannya. Namun, pesta demokrasi itu sekarang harus di hapuskan karena ada suatu masalah di dalam politik Indonesia, dengan alasan untuk mengurangi pengeluaran Negara (memang untuk melakukan pilkada di tiap daerah membutuhkan banyak sekali dana untuk memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan pilkada ), sering terjadinya kecurangan di lapangan (memang masih banyak pendukung atau tim sukses dari beberapa kandidat – kandidat yang ada di Indonesia ini melakukan kecurangan untuk dapat memenangkan kandidatnya), lalu para Elit politik memutuskan untuk merubah pilkada secara langsung itu menjadi pilkada yang tidak langsung atau kepala daerah dan wakilnya dipilih oleh DPR. Banyak masyarakat yang menyayangkan keputusan tersebut, di sekitar rumahku pun tidak kalah kecewanya akibat keputusan tersebut dan mereka juga menyayangkan kenapa penghapusan pilkada langsung harus di lakukan sekarang, disaat para masyarakat Indonesia sudah dapat memilih dengan hati nurani mereka sendiri – sendiri, kenapa tidak dari dulu awal – awal penetapan pilkada secara langsung. Banyak orang yang menggerutu tapi mereka tidak bisa berbuat apa – apa. Lagi pula belum tentu yang dipilihkan DPR itu sama dengan keinginan para masyarakatnya, hal itu bisa terjadi karena perbedaan presepsi atau juga karena oknum DPR yang memilih calon kandidat itu di suap oleh tim sukses dari kandidat tersebut, karena banyak anggota DPR yang masih tidak kuat menahan godaan dari uang suapan itu. Hasilnya kinerja kepala daerah yang terpilih itu menjadi asal – asalan dan melakukan korupsi untuk mengembalikan modalnya saat melakukan penyuapan kepada anggota DPR. Negara Indonesia kemungkinan akan berubah menjadi negara yang tidak berdemokrasi jika benar – benar menggunakan pemungutan suara tidak langsung atau di pilihkan DPR.
Contoh kasus:
Pilkada putaran pertama Juni 2005 diwarnai berbagai
koalisi antarpartai politik. Ada cukup informasi bahwa banyak koalisi antarpartai dalam proses pencalonan pasangan calon kepala daerah selama pilkada Juni 2005 lalu bersifat cair. Implikasi dari itu, ini yang lebih menarik. Sedikitnya di 51 daerah yang menggelar pilkada, koalisi partai-partai terbentuk dari partai- partai berasal dari latar belakang ideologis yang berbeda, misalnya antara partai berasas Islam dan partai nasionalis sekuler. Untuk mudahnya kita sebut saja sebagai 'koalisi pelangi'. Bahasan mengenai pola koalisi antar partai politik menjadi penting dalam konteks mencermati fungsi partai politik sebagai mesin politik untuk memenangkan pemilihan umum. Partai politik selama ini dipahami sebagai sumber daya politik yang dipandang mampu memobilisasi dukungan para pemilih untuk mendukung partai atau figur tertentu.