TEMA 9
Akuntansi Perpajakan
Disusun Oleh
Kelompok 4
Dunyaa 31401800206
FAKULTAS EKONOMI
SEMARANG
2019
1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
I. PENDAHULUAN.................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari hari kita sering mendengar istilah akutansi dan pajak melalui
media massa seperti koran televisi dan radio maupun melaui orang orang di sekitar kita.
Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, pengklasifikasian, pengolahan, dan penyajian
suatu data yang berhubungan dengan keuangan sehingga dengan mudah dapat dimengerti oleh
pihak yang menggunakannya maupun yang melihatnya dalam suatu pengambilan keputusan.
Sedangkan pajak merupakan iuran wajib yang diserahkan oleh masyarakat kepada pemerintah
yang digunakan untuk pembangunan nasional dan memerlukan proses di dalam pengolahan iuran
tersebut. Akuntansi dan pajak itu saling berhubungan.
Akuntansi Perpajakan adalah salah satu bidang akuntansi yang diterapkan dengan tujuan
untuk menetapkan besarnya pajak terutang. Dengan adanya akuntansi perpajakan yang baik
tentunya akan memberikan dampak yang baik pula dalam sebuah instansi. Konsistensi dalam
penerapan akuntansi perpajakan dalam penyajian laporan keuangan instansi adalah sangat
penting, karena laporan keuangan tahunan instansi merupakan informasi keuangan yang
dipublikasikan kepada para stake holder. Ketidakkonsistenan penyajian akan menyulitkan dan
bahkan bisa menyesatkan dalam mengambil keputusan.
Berdasarkan uraian diatas maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai beberapa hal
antara lain :
1. Apakah dasar-dasar perpajakan?
2. Apakah pengertian dan tujuan dari Akuntansi Perpajakan?
3. Bagaimana Prinsip Akuntansi Perpajakan?
4. Bagaimana peran Akuntansi Perpajakan dalam perusahaan?
3
5. Apa perbedaan laporan keungan komersial dan fiskal?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusalan masalah diatas, maka tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain
sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami tentang dasar-dasar perpajakan.
2. Mengetahui dan memahami pengertian, tujuan dan prinsip akuntansi perpajakan.
3. Memahami peran akuntansi perpajakan dalam perusahaan.
4. Mengetahui dan memahami perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan
fiskal.
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Perubahan Ke-empat atas Undang- Undang No.6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2008, pengertian pajak telah
didefinisikan pada pasal 1 angka (1) sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro S.H. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
(pengatur).
A. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair , artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan
dalam bidang social dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
2.1.3 Jenis Pajak
Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu pengelompokkan menurut golongan, sifat
Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak,
misalnya terjadi penyerahan barang dan jasa. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
B. Menurut Sifat
1. Pajak Subjektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak)
(Pajak Kabupaten/Kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing . Contoh : Pajak Kendaraan
5
Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Air Tanah, Pajak Roko, Pajak
adalah penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua
penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya, sehingga pajak yang terutang pada suatu tahun
awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan
tinggal di wilayahnnya baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri .
2. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan kebangsaan Indonesia, tetapi bertempat tinggal di Indonesia.
C. Sistem Pemungutan Pajak
1. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang
terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakn yang berlaku.
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
6
BAB III
PEMBAHASAN
penyusunan laporan keuangan fiskal dan pengisian Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) serta perencanaan dalam rangka
1. Kesatuan Usaha
Entitas dianggap sebagai kesatuan ekonomi yang terpisah dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan sumber-
sumber entitas. Ada pemisahan yang jelas antara entitas dengan para stake holder. Pasal 28 ayat 7 UU KUP, pada dasarnya
2. Kesinambungan
Suatu entitas ekonomi diasumsikan akan terus menerus melanjutkan usahanya dan tidak akan dibubarkan. Pasal 28 ayat
11 UU KUP, data yang berkaitan dengan pembukuan Wajib Pajak harus disimpan di Indonesia paling tidak dalam jangka waktu
10 Tahun.
Transaksi keuangan harus dinyatakan dengan nilai uang. Transaksi antara penjual dan pembeli akan menghasilkan
harga pertukaran, yang oleh penjual disebut harga jual dan oleh pembeli disebut harga perolehan (Cost). Harga Pertukaran yang
obyektif/wajar:
7
d. Tidak ada mark-up. Tidak ada KKN, dan sebagainya
Berdasar Pasal 18 ayat 3 UU PPh ditentukan bahwa Direktorat Jenderal Pajak berwenang menentukan kembali
besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan hutang sebagai kodal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi WP yang mempunyai hubungan istimewa dengan WP lainnya sesuai kewajaran dan kelaziman.
4. Konsisten
Penggunaan metode dalam pembukuan tidak boleh berubah-ubah. Berdasarkan Pasal 28 ayat 5 UU KUP, pembukuan
diselenggarakan dengan prinsip atau asas konsisten, artinya apabila WP telah memilih salah satu metode pembukuan maupun
dalam perhitungannya, metode tersebut harus diikuti setiap tahunnya secara konsisten, misalnya penentuan tahun buku, metode
penyusutan, metode penilaian persediaan dan pengakuan nilai kurs valuta asing menggunakan kurs tetap atau kurs tengah Bank
Indonesia. Berdasarkan pasal 28 ayat 8 UU KUP, ditetapkan setiap adanya perubahan dalam prinsip maupun metode
penghitungan dalam pembukuan harus mendapat persetujuan Direktur Jendral Pajak, untuk dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu tentang ada tidaknya obyek pajak yang timbul akibat adanya perubahan tersebut.
5. Konservatif
Kemungkinan rugi (belum direalisasi, masih merupakan tafsiran) sudah diakui sebagai kerugian, dengan cara
membentuk penyisihan atau cadangan. Sementara itu, kemungkinan laba yang tibul tidak diakui. Pasal 9 ayat 1 © UU PPh,
Fungsi Akuntansi Perpajakan adalah mengelola data kuantitatif untuk menyajikan laporan keuangan yang memuat
perhitungan perpajakan, yang kemudian akan digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, maka
akuntansi harus memenuhi tujuan kualitatif. Adapun tujuan kualitatif akuntansi perpajakan antara lain sebagai berikut :
1. Relevan
Laporan Keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus relevan antara data yang dimiliki WP dengan adanya
kewajiban ataupun yang timbul dalam kaitannya dengan perpajakan. Berdasarkan pasal 28 ayat 9, catatan termasuk laporan
keuangan yang dihasilkandapat dipergunakan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dan besarnya pajak yang
terhutang.
2. Dapat Dimengerti
Laporan Keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus dapat dimengerti, baik oleh WP maupun pihak lain
termasuk oleh fiscus Berdasarkan pasal 28 ayat 4, pembukuan diselenggarakan dengan menggunakan huruf latin dan angka arab,
satuan mata uang rupiah, dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan, mengandung arti agar laporan
3. Daya Uji
8
Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus mempunyai daya uji, perhitungan yang dilakukan oleh
WP akan menghasilkan angka yang sama apabila dilakukan oleh pihak lain termasuk oleh fiscus. Pasal 28 ayat 9 UU KUP bahwa
catatan yang dipergunakan untuk menghitung penghasilan kena pajak, yang dilakukan oleh WP akan menghasilkan angka yang
4. Netral
Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus netral, tidak memihak kepada WP dan juga tidak
memihak kepada pihak lain termasuk pihak negara (pihak yang sangat berkaitan dengan penerimaan perpajakan). Pasal 28 ayat 3
UU KUP, pembukuan yang dilakukan oleh WP harus berdasarkan itikad baik dan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
5. Tepat Waktu
Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus tepat waktu, sesuai dengan tahun takwim atau tahun
buku yang dipergunakan oleh WP. Pasal 1 ayat 7 UU PPh, Laporan keuangan WP dibuat berdasarkan tahun takwim atau tahun
buku.
6. Daya Banding
Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus memiliki daya banding, terutama dengan peraturan
perpajakan. Penjelasan pasal 28 ayat 7 UU KUP, pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai
di Indonesia, seperti Standar Akuntansi keuangan (SAK), atau berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
7. Lengkap
Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus lengkap, tidak terdapat data yang tidak terakumulasi
dalam laporan keuangan.Pasal 28 ayat 7 UU KUP, pembukuan sekurang-kurangnya memuat catatan harta, kewajiban, modal,
atas pajak, dan dapat menyajikannya di dalam laporan komersial maupun laporan fiskal perusahaan.
2.6 Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
Laporan Keuangan Komersial adalah laporan yang disusun dengan prinsip akuntansi bersifat netral atau tidak
memihak. Seadangkan Laporan Keuanagan Fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan
Hal - hal yang perlu tercakup dalam laporan keuangan fiskal terdiri dari:
1. Neraca fiskal;
9
4. Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal;
menentukan biaya. Jika laporan keuangan komersial disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan untuk memberikan
informaasi mengenai kinerja perusahaan dalam jangka waktu tertentu, maka laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan
peraturan pajak yang digunakan untuk menetukan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan sehingga terjadi perbedaan
rekonsiliasi fiskal/koreksi fiskal. Secara umum ada dua cara untuk menyusun laporan keuangan fiskal.
Pertama, pendekatan terpisah (separated approach) dimana wajib pajak membukukan segala transaksi atau informasi
berdasarkan prinsip pajak untuk penghitungan PPh terutang dan berdasarkan prinsip akuntansi untuk keperluan komersial. Tapi
pendekatan ini sangat jarang digunakan karena memakan banyak biaya dan tenaga.
Sebagian besar wajib pajak memilih pendekatan kedua, Extra-compatible approach dimana wajib pajak membukukan
semua transaksi atau informasi hanya berdasarkan prinsip akuntansi, kemudian pada akhir tahun wajib pajak melakukan koreksi
terhadap laporan keuangan komersial tersebut agar sesuai dengan Undang - Undang Pajak Penghasilan yang dapat digunakan
untuk menghitung besarnya PPh terutang. Jadi laporan keuangan komersial terkait erat dengan laporan keuangan fiskal karena
laporan keuangan komersial digunakan oleh wajib pajak sebagai dasar melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menghasilkan laporan
keuangan fiskal.
1. Perbedaan Waktu
Perbedaan terhadap jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal dapat
terjadi akibat perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban. Hal ini berakibat adanya penundaan pengakuan. Contoh:
Penyusutan aset tetap dengan masa/umur ekonomis 10 tahun, tetapi menurut perpajakan hanya terbatas 4 tahun karena masuk
dalam Kelompok I, sehingga alokasi beban penyusutan dalam kurun waktu yang berbeda pula.
Yang dapat menimbulkan beda waktu adl perbedaan metode pengakuan terhadap:
1. Piutang usaha
2. Efek
3. Persediaan
6. Penyertaan saham
10.Selisih kurs
2. Perbedaan Tetap/Permanen
Perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau biaya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dengan prinsip akuntansi yang sifatnya permanen. Suatu penghasilan atau biaya tidak akan diakui untuk selamanya dalam rangka
menghitung penghasilan kena pajak (taxable income). Contoh: Pendapatan yang diperoleh dari bunga deposito memang secara
akuntansi komersial akan masuk sebagai penghasilan, tetapi aturan perpajakan tidak masuk dalam penghasilan kena pajak
diterapkan dengan tarif pajak pasal 17 UU PPh karena pengenaan pajak atas bunga deposito bersifat final. Demikian halnya
dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam bentuk natura dan kenikmatan. Yang termasuk beda tetap:
3. Sumbangan
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/amanita-novi-yushita-se-msi/laporan-
keuangan-komersial-dan-fiskal.pdf
13