TEMA 8
Kualitas Audit
Disusun Oleh
Kelompok 4
Dunyaa 31401800206
FAKULTAS EKONOMI
SEMARANG
2019
1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
I. PENDAHULUAN.................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan
adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.
Manajemen laba, akhir-akhir ini merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi di
sejumlah perusahaan. Praktik yang dilakukan untuk mempengaruhi angka laba dapat terjadi
secara legal maupun tidak legal. Praktik legal dalam manajemen laba berarti usaha untuk
mempengaruhi angka laba tidak bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan dalam PABU,
khususnya dalam Standar Akuntansi, yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat
estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode pendapatan
atau biaya.
Adapun manajemen laba yang dilakukan secara illegal (disebut juga dengan financial
fraud), dilakukan dengan cara-cara yang tidak diperbolehkan oleh PABU, yaitu dengan cara
melaporkan transaksi-transaksi pendapatan atau biaya secara fiktif dengan cara menambah (mark
up) atau mengurangi (mark down) nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan
sejumlah transaksi, sehingga akan menghasilkan laba pada nilai/tingkat tertentu yang
dikehendaki.
Penurunan kualitas laporan keuangan merupakan dampak utama yang diakibatkan dari
adanya manajemen laba, di samping dampak-dampak lainnya. Setiawati dan Na’im (2000)
menyatakan bahwa manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat
mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan
keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
3
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Begitu juga menurut Widarto
(2004:33) yang menyatakan bahwa dalam pandangan orang awam, manajemen laba dianggap
tidak etis, bahkan merupakan bentuk dari manipulasi informasi sehingga menyesatkan.
Manajemen laba bukanlah suatu hal merugikan selama dilakukan dalam koridorkoridor
peluang, manajemen laba tidak selalu diartikan dengan proses manipulasi laporan keuangan
karena terdapatnya beberapa pilihan metode yang dapat digunakan dan bukan sebagai suatu
larangan. Manajemen laba berusaha untuk mengatur kondisi perusahaan dan sebagai usaha untuk
mempengaruhi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan.
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan beberapa rumusan masalah yang merupakan garis
besar pembahasan makalah ini sebagai berikut
1.3 Tujuan
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul
dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
pada periode tersebut. Untuk menghitung laba ini, masing-masing orang atau perusahaan dapat
menentukan rumus perhitungan labanya tersendiri. Laba merupakan informasi penting
dalam suatu laporan keuangan. Angka ini penting untuk :
a. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima
Negara.
b. Untuk menghitung deviden yang kan dibagikan kepada pemilik dan yang kan ditahan dalam
perusahaan.
c. Sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan
keputusan.
d. Menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa
yang akan datang.
e. Sebagai dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.
f. Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan/segmen perusahaan divisi.
5
b. Definisi luas. manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung
jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka
panjang unit tersebut.
6
informasi antara manajemen dan para pemegang saham suatu badan usaha. Motivasi
manajemen laba lainnya adalah mempengaruhi penghasilan (telah diatur dalam kontrak) yang
bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan dengan asumsi bahwa manajemen
memiliki kepentingan pribadi dan kompensasinya didasarkan pada laba akuntansi. Faktor-faktor
yang memotivasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba adalah sebagai berikut:
a. Program Bonus (Bonus Plan).
Adanya asimetri informasi mengenai keuangan perusahaan menyebabkan
pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus
mereka. Pada motivasi ini, diasumsikan bahwa manajer meningkatkan keuntungan yang
dilaporkan dalam upaya untuk memaksimalkan imbalan bonus yang akan diterima. Manajer
pada perusahaan yang menerapkan program bonus lebih cenderung untuk
menggunakan metode atau prosedur-prosedur akuntansi yang akan menaikkan laba saat ini
dengan memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan.
b. Kontrak Utang (Debt Covenant).
Semakin dekat suatu perusahaan ke waktub pelanggaran kontrak utang, manajemen
akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat ‘memindahkan’ laba periode
mendatang ke periode berjalan, yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan
perusahaan mengalami technical defauld (kegagalan dalam pelunasan hutang).
c. Motivasi Politis (political motivation).
Perusahaan besar yang menguasai hajat hidup orang banyak akan cenderung
menurunkan labanya untuk mengurangi visibilitasnya, misalnya dengan menggunakan
praktik atau prosedur akuntansi, khususnya selama periode kemakmuran tinggi.
d. Motivasi Pajak (taxation motivation).
Salah satu insentif yang dapat memicu manajer untuk melakukan rekayasa laba
adalah keinginan untuk meminimalkan pajak atau total pajak yang harus dibayarkan
perusahaan. Hal ini karena laba sering dijadikan landasan untuk mengambil keputusan,
menyusun kontrak maupun penilaian kinerja suatu manajer.
e. Pergantian CEO (Chief Executive Officer).
Banyak motivasi yng timbul disekitar waktu penggantian CEO. Contohnya, CEO yang
mendekati masa pensiun (tugas akhirnya) akan melakukan strategi memaksimalkan laba
untuk meningkatkan bonusnya.
f. IPO (Initial Public Offering).
Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamnya dipasar modal belum
memiliki harga pasar, sehingga terdapat masalah bagaimana menetapkan nilai
saham yang ditawarkan. Oleh karena itu, informasi seperti laba bersih dapat digunakan
sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan, sehingga manajemen
perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajemen laba untuk memperoleh
harga lebih tinggi atas sahamnya.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
3.1 Terjadinya Manajemen Laba
9
Pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:
a. Taking a Bath. (Penurunan Laba Secara Besar-Besaran)
Hal ini terjadi selama periode pada saat terjadinya reorgenerasi, termasuk adanya
pergantian pimpinan baru. Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian, maka ia akan
melaporkan dalam jumlah yang besar. Dengan tindakan ini manajer berharap dapat
meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat
dilimpahkan kepada manajer lama. Konsekuensinya, mereka akan menghapus asset,
menyediakan biaya yang diharapkan di masa mendatang, dan secara umum akan
meningkatkan probabilitas keuntungan yang dilaporkan di masa datang.
b. Income Minimization.
Pola ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus. Cara ini dilakukan pada saat
profitabilitas perusahaan sangat tinggi, sehingga jika periode yang akan dating
diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode
sebelumnya.
c. Income Maximization.
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan
untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang besar. Pola ini dilakukan
oleh perusahaan yang melakukan pelaggaran perjanjian hutang. Pola ini dapat dilakukan
dengan mengakui pendapatan terlebih dahulu, dan menunda pengakuan beban.
d. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan dan dapat meningkatkan kemampuan investor
untuk memprediksi aliran kas di masa yang akan datang. karena pada umumnya
investor lebih menyukai aliran laba yang relatif stabil.
10
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Asimetri informasi terjadi karena manajer mempunyai informasi yang lebih banyak dari pada
pemilik atau pemegang saham. Dengan adanya asimetri informasi maka mendorong manajer
untuk melakukan manajemen laba.
2. Manajemen laba dilakukan oleh manajer dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi.
Manajer akan melakukan tindakan – tindakan yang bermanfaat bagi kepentingannnya sendiri.
11
3 Corporate Governance merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah manajemen laba.
Melalui Corporate Governance tindakan opportunistic manajer dapat diminimalisasi dan
mengurangi asimetri informasi antara manajer dan investor. Mekanisme Corporate
Governance yang sering digunakan untuk tujuan mengurangi konflik keagenan, yaitu komite
audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial.
DAFTAR PUSTAKA
Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26810/4/Chapter%20II.pdf
Setiawati, L. dan A. Na'im. 2000. Manajemen Laba. Journal Ekonomi dan Bisnis.
12