Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

“TRANSFUSI DARAH dan PEMBERIAN


OBAT PADA ANAK”

Oleh :

NAMA : EKA NEVIANA


NIM : 21117047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
BAB XIII
TINDAKAN KEPERAWATAN
TRANSFUSI DARAH

A. Pengertian Tindakan Keperawatan Transfusi Darah

Transfusi Darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan


pada klien yang membutuhkan darah dengan cara memasukan darah
melalui vena dengan menggunakan set transfusi. Pemberian transfusi
darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki
kadar hemoglobin dan protein serum. Banyak komplikasi dapat
ditimbulkan oleh terapi komponen darah, contohnya reaksi hemolitik akut
yang kemungkinan mematikan, penularan penyakit infeksi dan reaksi
demam. Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam hidup diakibatkan
oleh identifikasi pasien yang tidak benar atau pembuatan label darah atau
komponen darah yang tidak akurat, menyebabkan pemberian darah yang
inkompatibel.

Perawat harus memastikan bahwa kateter yang dipakai klien


menggunakan kateter ukuran besar (18-19). Komponen darah harus
diberikan oleh personel yang kompeten, berpengalaman dan sesuai dengan
prosedur yang berlaku.

B. Tujuan
1. Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau
perdarahan
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien yang mengalami anemia berat.
3. Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti
(misal : faktor pembekuan plasma untuk membantu mengontrol
perdarahan pada klien yang menderita hemofilia)
C. Gambar Alat dan Anatomi tubuh yang berkaitan

Fungsi darah terdiri atas:


1. Sebagai alat pengangkut :
a. Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
ke seluruhbagian tubuh.
b. Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk di keluarkan
melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan.
d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantara leukosit dan antibodi/ zat-zat anti
racun.
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
4. Mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin yang
dilakukan oleh plasma darah.
5. Menutup luka yang dilakukan oleh keping-keping darah
Komposisi darah :
1. Plasma 55 % dari volume darah
2. Sel darah 45 % dari volume darah
3. Air : 91%
4. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen)
5. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,
magnesium, kalsium,dan zat besi)
6. Bahan organic :0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol
dan asam amino)
Bagian-bagian Darah
1. Plasma darah
2. Macam-macam sel darah
a) Sel darah merah (eritrosit)
b) Sel darah putih (leukosit)
c) Sel pembeku darah (trombosit)
3. Plasma+sel darah (cairan darah)
Komposisi plasma :
1. Air ;(90-92 %) sebagai pelarut, absorbsi dan pelepasan panas
2. Protein
a. Albumin; dihasilkan di hati. Berfungsi mempertahankan tekanan
osmotik agar normal (25 mmHg
b. Globulin ; berfungsi untuk respon imun
c. Fibrinogen ; berfungsi untuk pembekuan darah
Komposisi darah
1. Leukosit ;
2. Granulosit (neutrofil, eosinofil, basofil)

Granulosit : berasal dari sel induk di sumsum tulang merah dari


mieloblas menjadi mielosit sebelum berdiferensiasi menjadi salah
satunya.
Neutrofil : fungsi utamanya melindungi terhadap benda asing yang
masuk tubuh khususnya kuman dan melenyapkan bahan limbah. Sel-sel
initertarik ketempat infeksi ke tempat infeksi oleh substansi kimia yang
dilepaskan oleh sel-sel cedera
Eosinofil : banyak diantaranya bermigrasi keluar pembuluh darah
menuju daerah tubuh yang terpapar misal, jar ikat dibawah kulit,
membrane mukosa saluran nafas dan cerna, pelapis vagina dan rahim.
Fungsi eosinofil melindungi tubuh terhadap bahan asing (parasit).
Basofil : sel ini menggetahkan histamin, yang menimbulkan vasodilatasi
dan meningkatkan permeabilitas dinding kapiler. Hal ini mempermudah
fagosit dan substansi protektif lain spt zat anti, tiba dicelah jaringan
bersama sel mast mengumpul didaerah radang yang menyembuh.

1. Agranulosit (monosit, limfosit)


Agranulosit : disebut demikian karena di dalam sitoplasmanya tidak
terdapat granula
Monosit : sel mononuklir besar asal sumsum tulang merah. Beredar
didalam darah, berfungsi terutama di jaringan sesudah
berkembangmenjadi makrofag. Keduanya menghasilkan interleukin 1
yang bekerja pada hipotalamus, menaikkan suhu badan pada infeksi
dengan kuman, merangsang pembentukan globulin oleh hati dan
meningkatkan produksi limfosit T aktif.

Limfosit : ada dua jenis limposit


1) limposit-T, diaktifkan o/ timosin dalam kel timus
2) limposit-B, diaktifkan dalam jaringan limpoid.

Sebagian beredar dalam darah dan lainnya menetap di jaringan limpoid,


bilalimposit aktif bertemu anti gen maka masing2 dapat berkembang
menjadi selefektor yang menghadapi anti gen itu dan sel memori yang
menetap dalamjaringan limpoid (apabila serangan kedua, sudah dikenali).

2. Eritrosit : sel ini berbentuk cakram bikonkaf, tanpa inti, berdiameter 7-8
mikrometer. Eritrosit mengandung hemoglobin yang memberinya warna
merah
3. Trombosit : merupakan keping darah, asalnya dari sel megakariosit dalam
sumsum tulang merah. Jumlah normalnya berkisar antara 200.000 –
350.000 per mm3 darah.
4. Hemoglobin : protein kompleks terdiri atas protein, globin dan pigmen
hem (mengandung besi). Jadi besi penting untuk Hb. Kebutuhan besi pria
dan wanita berbeda karena pria hanya kehilangan 1 mg besi/hari
sedangkan wanita kehilangan sampai 20 mg besi selama menstruasi
normal.

D. Indikasi tindakan keperawatan


1. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar,
perdarahan postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit
kekurangan kadar Hb atau penyakit kelainan darah).
2. Pasien dengan syok hemoragi.

E. Kontraindikasi
1. Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal.
2. Pasien yang memiliki tekanan darah rendah
3. Transfusi dengan golongan darah yang berbeda.
4. Transfusi dengan darah yang mengandung penyakit, seperti HIV/AIDS,
Hepatitis

F. Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Kreteria Intervensi


Keperawatan Standart
1 Kekurangan Setelah dilakukan 4) Monitor dan catat
volume cairan tindakan keperawatan masukan dan keluaran.
selama 1x 24 jam
yang berhubungan 5) Kaji dan laporkan tanda
diharapkan volume
dengan cairan pada klien dan gejala hipovolemia:
perdarahan menjadi adekuat,dengan penurunan TD dan
kreteria hasil sebagai
haluaran urin,
berikut :
takikardia,kelemahan,
1. TV dipertahankan
nadi halus, keluhan haus,
dalam parameter yang
ada untuk penurunan CVP, PCWP.
mempertahankan 6) Observasi perdarahan dari
perfusi sistemik.
selang dada.
7) Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium: Hb dan Ht
tiap 4 jam sesuai indikasi.

2 Risiko tinggi Setelah dilakukan 1) Gunakan teknik steril


infeksi b/d jalur tindakan keperawatan
akses vaskular ketat selama
selama 1x 24 jam
diharapkan volume penampungan dan infus
cairan pada klien ulang darah autolog.
menjadi adekuat,dengan
2) Infus ulang darah autolog
kreteria hasil sebagai
berikut : dalam waktu 4-6 jam dari
1) Tidak terdapat tanda- awal penampungan darah.
tanda infeksi seperti
3) Kaji gejala infeksi:
luka tusukan dan
kemerahan peningkatan suhu,
2) Tanda-tanda vital peningkatan SDP, eritema,
dalam batas normal drainase pada sisi akses.
3) Luka kering dan
menunjukkan 4) Kolaborasi pemberian
penyembuhan antibiotik sesuai indikasi.
3 Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1) Tinggikan kepala tempat
jaringan tindakan keperawatan tidur sesuai toleransi
selama 1x 24 jam
berhubungan 2) Awasi upaya pernapasan
diharapkan volume
dengan penurunan cairan pada klien 3) Selidiki keluhan nyeri
komponen sel menjadi adekuat,dengan dada/palpitasi
kreteria hasil sebagai
yang diperlukan 4) Hindari penggunaan botol
berikut :
untuk pengiriman 1) Peningkatan perfusi penghangat atau botol air
oksigen atau jaringan panas.
2) Menunjukkan
nutrien ke sel
perfusi adekuat, TV
stabil

G. Persiapan tindakan keperawatan


1. Persiapan pasien
a. Jelaskan prosedur dan tujuan tranfusi darah yang akan dilakukan
b. Jelaskan kemungkinan reaksi tranfusi darah yang kemungkinan
terjadi dan pentingnya melaporkan reaksi dengan cepat kepada
perawat atau dokter
c. Jelaskan kemungkinan reaksi lambat yang mungkin terjadi,
anjurkan untuk segera melapor apabila reaksi terjadi
d. Apabila klien sudah dipasang infus, cek apakah set infusnya bisa
digunakan untuk pemberian transfusi
e. Apabila klien belum dipasang infus, lakukan pemasangan
f. Pastikan golongan darah pasien sudah teridentifikasi

H. Prosedur kerja
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Nama Pasien :
No. Pasien :
Tanggal Lahir :
Ruangan :
Hari/Tanggal Pelaksanaan

PETUNJUK:

Indikasi:
1. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar,
perdarahan postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit
kekurangan kadar Hb atau penyakit kelainan darah).
2. Pasien dengan syok hemoragi.

Kontra indikasi:
1. Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal.
2. Pasien yang memiliki tekanan darah rendah

Intervensi Respon pasien

Baik Tidak baik Ket

Tahap Pra Interaksi


1. Identifikasi kebutuhan
pasien yang akan
dilakukan tindakan

2. Mengkonfirmasi ketersediaan
informed consent (disesuaikan
dengan tindakan yang akan
dilakukan)

3. Perawat mencuci
tangan.

4. Mempersiapkan alat:

a. Standar infus
b. Set infuse/blood set
c. Cairan infus beserta label
d. IV Cath
e. Alcohol swab
f. Torniquet
g. Pengalas
h. Bengkok 1 buah
i. Plester/hipafix
j. Kasa steril
k. Bethadine
l. Sarung tangan
m. Gunting
Tahap Orientasi

5. perawat memperkenalkan diri.

6. Menjelaskan tujuan dan prosedur


tindakan.
7. Perawat mendekati alat.

8. Perawat mencuci tangan.

9. Jaga privasi pasien.

Tahap Kerja

10. Mengucapkan Bismillah.

11. Pastikan regulator di selang


infus dalam kondisi tertutup

12. Hubungkan cairan infus dan set


infus dengan menusukkan
ujung selang ke bagian karet
botol infus

13. Gantungkan botol cairan pada


standar infus

14. Isi cairan ke dalam


tabung tetesan infus dengan
menekan bagian tabung
tetesan hingga tabung
tetesan terisi sebagian dan
buka penutup (klem selang)
sehingga selang terisi cairan
dan udara di dalm selang
keluar

15. Ujung dari infus set diangkat


sampai sejajar dibuka klemnya
sehingga tidak ada udara
16. Atur posisi psien

17. Pasang pengalas

18. Pilih dan pastikan vena yang


akan di insersi (ven yang besar,
lurus, dan tidak bercabang)

19. Pasang torniquet 5 cm dari area


yang akan di insersi

20. Bersihkan kulit dengan kapas


alcohol (melingkar dari dalam
keluar atau menggosok searah)

21. Pegang IV cath dengan sudut


30-45

22. Insersi vena, jika tampak darah


tarik mandrin kira-kira 0,5 cm,
lepaskn torniquet, kemudian
dorong perlahan IV Cath
sampai batas akhir IV Cath.

23. Sambungkan IV cath dengan


selang infus

24. Lepaskan tourniquet dan


lemaskan kepalan tangan
pasien

25. Perhatikan apakah terdapat


tanda-tanda inflamasi di daerah
penusukan
26. Jika tidak terdapat tanda-tanda
inflamasi lakukan fiksasi

27. Atur tetesan infus sesuai


dengan kebutuhan

28. Untuk transfusi: lepaskan cairan


infus dan pasang kantungdarah
kemudian atur tetesan trnsfusi

Tahap Terminasi

29. Mengucapkan hamdallah.

30. Merapikan pasien dan tanya


perasaan klien setelah
dilakukan tindakan

31. Lakukan kontrak untuk


tindakan selanjutnya

32. Membersihkan alat

33. Perawat mencuci tangan

34. Dokumentasi (catat


tanggal, waktu pemasangan,
ukuran jarum dan jenis
cairan)
DAFTAR PUSTAKA

www.egcmedbooks.com (Kathleen Hoerth Belland & Marry Ann Wells, 1986)

http://perawatsamarinda.blogspot.com/2013/03/prosedur-tranfusi-darah.html
LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK I

STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PEMBERIAN OBAT PADA ANAK

A. Pengertian tindakan keperawatan pemberian obat pada anak

Memberikan obat adalah suatu tindakan untuk membantu proses


penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut(oral)
dan dengan injeksi sesuai dengan program pengobatan dari dokter.Metoda
Tehnik Pemberian Obat antara lain bisa dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
Oral,Sublingual,Inhalasi,Rektal,Pervaginam,Perenteral,Topikal/local.

 Pemberian Obat Oral. Adalah obat yang cara pemberiannya melalui


oral atau mulut. Untuk cara semacam ini ini relatif praktis,aman dan
juga ekonomis. Kekurangan dari pemberian obat secara oral adalah
efek yang timbul biasanya lambat, tidak efektif jika pasien sering
muntah-muntah, diare, tidak sabaran, tidak kooperatif, dan tentunya
kurang disukai jika rasanya pahit. Apalagi jika pasiennya adalah anak
kecil.
 Pemberian Obat Sublingual.Obat sublingual adalah obat yang cara
pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Ini berarti bahwa pil diletakkan
di bawah lidah di mana ia akan larut dan diserap ke aliran darah.
Orang tersebut tidak boleh minum atau makan apapun sampai obat itu
hilang.
 Pemberian Obat Dengan Cara Inhalasi. Adalah obat yang cara
pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari pemberian
obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen,
kadar obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan
dapat diberikan langsung kepada bronkus / saluran nafas. Untuk obat
yang diberikan dengan cara inhalasi dalam bentuk gas atau uap yang
akan diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-paru serta membran
mukosa pada saluran pernapasan. Biasanya diberikan pada pasien-
pasien yang mengidap penyakit paru seperti Asma
 Pemberian Obat Rektal. Adalah obat yang cara pemberiannya
melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah mempercepat kerja obat
serta bersifat lokal dan sistematik. Biasanya adalah obat pencahar atau
obat agar bisa buang air besar. Biasanya dalam lingkup Rumah Sakit
pada pasien yang akan Operasi Besar ataupun sudah lama tidak bisa
buang air besar. Dan pemberian obat yang benar juga harus
diperhatikan.
 Pemberian Obat Secara Pervaginam. Adalah cara pemberian obat
yang melalui vagina. Untuk bentuk tidak jauh beda dengan pemberian
secara rektal. Dan biasanya diberikan pada pasien-pasien yang hamil
dan mengalami pecah ketuban dan diberikan agar merangsang
kontraksi.
 Pemberian Obat Parenteral. Adalah obat yang cara pemberiaannya
tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi
langsung melalui pembuluh darah. Contohnya adalah sediaan injeksi
atau suntikan. Tujuan pemberian obat dengan melalui parenteral ini
adalah agar dapat langsung menuju sasaran dan efeknya lebih cepat.
Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan
tidak kooperatif. Akan tetapi cara pemberian obat dengan cara ini
kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa
dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan. Maka sebagai perawat
biasanya dalam memberikan ini benar-benar memperhatikan etiket
obat serta nama obat dan cara pemberiannya.
 Pemberian Obat Secara Topikal atau Lokal. Adalah obat yang cara
pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep, tetes telinga
dan lain-lain.
Pemberian Secara Parenteral ini bisa melalui berbagi cara diantaranya
yaitu :

 Intravena ( IV ).Tidak ada fase absorpsi dalam pemberian obat secara


intravena karena obat langsung masuk ke dalam vena, "onset of
action" cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik untuk obat yang
menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa
infus continue untuk obat yang waktu-paruhnya pendek (Joenoes,
2002).Cara memberikan obat pada vena secara langsung. Diantaranya
vena mediana kubiti/vena cephalika (lengan), vena sephanous
(tungkai), vena jugularis (leher), vena frontalis/temporalis (kepala
 Subkutan ( SC )."Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan
di bawah kulit yang dapat dilakukan pada daerah lengan bagian atas
sebelah luar atau sepertiga bagian dairi bahu, paha sebelah luar,
daerah dada dan sekitar umbilicus (abdomen)
 Pemberian Obat Via Intra MuskularMerupakan cara memasukkan
obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat dilakukan pada
daerah paha (vastus lateralis) dengan posisi ventrogluteal (posisi
berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid

B. Tujuan tindakan keperawatan pemberian obat pada anak

Tujuan pemberian obat adalah memberikan obat sesuai dengan dosis dan
cara pemakaian yang benar agar obat bisa memberikan efek penyembuhan
terhadap suatu penyakit atau pun keluhan

 Pemberian Obat Secara Rektal:Memberikan efek lokal dan


sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan faeces dan
merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi
bronku yang di rasakan oleh seseorang.
 Pemberian obat secara via intra muscular : Pemberian Obat Secara
Pervaginam
 Pemberian obat intravena secara langsung bertujuan agar obat dapat
bereaksi langsung dan masuk ke dalam pembuluh darah
 Pemberian obat melalui jaringan sub kutan:ini pada umumnya
dilakukan dengan program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan
yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat
 Pemberian obat secara Topikal dengan tujuan melakukan perawatan
kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi
(contoh : lotion)
 Tujuan pemberian obat secara sublingualadalah agar efek yang
ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah
merupakan pusat dari sakit. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih
cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera
mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah
dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Selain itu, tujuannya
untuk memperoleh efek local dan sistemik, memperoleh aksi kerja
obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral dan menghidari
kerusakan obat oleh hepar
 Tujuan pemberian obat secara Pervaginam: mendapatkan efek
terapi obat (mengurangi rasa nyeri, terbakar, ketidaknyamanan) dan
mengobati saluran vagina atau serviks (infeksi, peradangan).
 Tujuan Pemberian Obat O’ral
1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan
dokter.
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan
dalam pemberian obat.
3. Mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan
efek terapi dari jenis obat.
4. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek
samping dari obat tersebut dapat segera diatasi
5. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan
kulit dan jaringan.
 Tujuan pemberian obat inhalasi
1. Memenuhi kekurangan zat asam
2. Membantu kelancaran metabolism
3. Sebagai tindakan pengobatan
4. Mencegah hipoxia(misalnya pada penyelam, penerbang,
pendaki gunung, pekerja tambang

C. Gambar alat dan anatomi tubuh yang berkaitan pemberian obat pada
anak
D. Indikasi tindakan keperawatan (Diagnosis medis dan diagnosis
keperawatan ) pemberian obat pada anak
 Indikasi Pemberian Obat Secara Rektal : Mengobati gejala-gejala
rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis
 IndikasiPemberian Obat Via Intra Muskular :Biasa dilakukan pada
pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi,
lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di
bawahnya
 indikasi pemberian obat intra vena : biasa dilakukan pada pasien
yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril
 Indikasi pemberian obat sub kutan : biasa dilakukan pada pasien
yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama, karena tidak
memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi
kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di
bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
 Indikasi pengobatan secara topicalPada pasien dengan mata merah
akibat iritasi ringan,Pada pasien radang atau alergi mata,Infeksi
saluran napas,Otitis media (radang rongga gendang telinga),Infeksi
kulit.
 Indikasi pemberian obat secara Pervaginam : klien dengan vagina
yang kotor, radang, infeksi, dan persiapan tindakan bedah jalan lahir
(diberikan pada pasien dengan hymen yang sudah tidak utuh, dan
tidak kontak seksual selama pengobatan
 IndikasiPemberian Obat O’ral
1. Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.
2. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan
3. Kontra indikasi tindakan keperawatan pemberian obat pada anak
 Indikasi pemberian obat inhalasi
1. Pasien sesak nafas dan batuk broncho pneumonia
2. Ppom (bronchitis, emfisema)
3. Asma bronchial
4. Rhinitis dan sinusitis
5. Paska tracheostomy
6. Pilek dengan hidung sesak dan berlendir
7. Selaput lendir mongering
8. Iritasi kerongkongan, radang selaput lender
9. Saluran pernafasan bagian atas

E. Indikasi tindakan keperawatan (Diagnosis medis dan diagnosis


keperawatan ) pemberian obat pada anak

Kontra Indikasi Pemberian Obat Secara Rektal :

 Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.


 Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif
(inflamasi akut) pada saluran cerna.
 Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial
atau alergi.
 Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
 Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau
hemoroid.
 Pembedahan rektal.
 Klien dengan pembedahan rectal

kontra indikasiPemberian Obat Via Intra Muskular :Infeksi, lesi


kulit,jaringan parut,tonjolan tulang,otot atau saraf besar di bawahnya.

kontra indikasi pemberian obat intra vena : tidak steril, obat yang tidak
dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan dengan protein atau
butiran darah

Kontra indikasi pemberian obat sub kutan : obat yang merangsang,


obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air atau minyak

Kontra indikasi pengobatan secara topikal


 Pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat,
bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.
 Hipersensitivitas.
 Diare, gangguan fungsi hati & ginjal.
 Pada pasien ulkus
 Individu yang atopi (hipersensitifitas atau alergi berdasarkan
kecenderungan yang ditemurunkan).

Kontrak Indikasi pemberian obat secaraPervaginam :menstruasi,


perdarahan, KPD, placenta previa, partus preterm

KontraindikasiPemberian Obat O’ral


 Pasien dengan gangguan pada system pecernaan, seperti kanker
orall, gangguan menelan, dsb.

Kontraindikasi pemberian obat inhalasi


 Pasien yang tidak sadar/confusion tidak kooperatif dengan prosedur
ini, membutuhkan mask / sungkup , tetapi mask efektifnya
berkurang secara spesifik. Medikasi nebulizer kontraindikasi pada
keadaan dimana suara nafas tidak ada / berkurang, kecuali jika
medikasi nebulizer diberikan melalui endotracheal tube yang
menggunakan tekanan positif.
 Pasien dengan penurunan pertukaran gas juga tidak dapat
menggerakkan/ memasukkan medikasi secara adekuat ke dalam
saluran nafas.
 Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac irritability
harus dengan perlahan. Ketika di inhalasi katekolamin dapat
meningkatkan cardiac rate dan menimbulkan disritmia. Medikasi
nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui
IPPB(intermittent positive pressure breathing), sebab IPPB
mengiritasi dan meningkatkan bronkhospasme
F. Asuhan keperawatan yang berkaitan (diagnosis,outcomes dan
intervention ) pemberian obat pada anak

NO DIAGNOSA TUJUAN KRETERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN STANDART
1 Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Bina hubungan
cairan dari kebutuhan tindakan keperawatan saling percaya
tubuh berhubungan selama 1x 24 jam antara klien dengan
perawat
dengan diharapkan volume
2. Observasi TTV dan
esktravaskuler cairan cairan pada klien turgor kulit
dari intravaskuler ke menjadi 3. Tingkatkan intake
eskstraseluler adekuat,dengan cairan peroral
kreteria hasil sebagai 4. Berikan obat oral
berikut : kolaborasi dengan
1. Keluarga dokter
mengatakan 5. Pasang
anaknya tidak infusmberikan obat
memuntahkan injeksi
setiap makanan ,antibiotic,anti
2. Klien mengatakan inflamsi
tidak nyeri perut 6. Berkolaborasi
lagi dengan
3. KU : Cukup laboratorium,cek ab
4. Febris (tidak ada ) berupa : Darah
5. Turgor kulit baik ( lengkap (DL),dan
kembali dalam widal
waktu kurang dari 2
detik )
6. Menbrane mukosa
lembab
7. Akral dingin

G. Persiapan tindakan keperawatan pemberian obat pada anak


1) Tahap Persiapan
a. Persiapan Pasien
 Jelaskan tujuan pemberian obat dan waktu minum obat
2) Persiapan Lingkungan
a. Bekerja sebaiknya dari sebelah kanan pasien
b. Meletakkan alat sedemikian rupa sehingga mudah bekerja
H. Prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan pemberian obat pada anak

 Prosedur pemberian obat oral

NO Aspek yang dinilai

1 Tahap Pra interaksi

1.Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan tindakan

2.Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent(dusesuaikan


dengan tindakan yang akan dilakukan)

3.Perawat mencuci tangan

4.Mempersiapkan alat :
Troli berisi
1.Obat-obatan (kapsul,tablet,sirup)
2.Air minum
3.Sendok obat
4.Hand scoon steril atau sekali pakai
5.Catatan pemberian medikasi

2 Tahap Orientasi

1.Mengucapkan salam (Assamualaikum)

2.Perawat memperkenalkan diri

3.Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3 Tahap Interaksi

1.Perawat mendekatan alat

2.Perawat mencuci tangan

3.Mengucapkan basmalah(bismillahiromanirohim)

4.Identifikasi sambil melihat gelang identitas pasien untuk nama


pasien,tanggal lahir,dst)

5.Mendekatkan alat
6.Menjaga privasi pasien (menutup scaceroom,gorden,memasang
sampiran )

7.Mengatur posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan yang akan


dilakukan)

4 Tahap kerja

1.Tinjau kembali prinsip pemberian obat dengan 6 tepat )

2.Siapkan obat yang telah ditentukan dan air minum

3.Anjurkan pasien untuk menelan obat(jika obat dalam bentuk


sirup,siapkan sendok obat)

4.Pastikan pasien menelan obat tersebut

5.Bantu pasien minum air putih

6.Bersihkan dengan kasa/tissue disekitar mulut pasien jika ada sisa


obat atau air

5 Tahap terminasi

1.Mengucapkan hamdalah

2.Merapikan pasien dan tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan


tindakan

3.Kontrak dengan pasien /keluraga untuk tindakan selanjutnya

4.Membersihkan alat

5.Perawat cuci tangan

6.Dokumtasi

 Prsedur pemberian obat topical

No Aspek yang dinilai

1 Tahap pra interaksi


1.Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan tindakan

2.Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent (disesuaikan


dengan tindakan yang akan dilakukan )

3.Perawat mencuci tangan

4.Mempersiapkan alat :

Troli berisi

1. Agnes topical yang direspkan


(krim,losion,spray,bubuk/serbuk,koyo perban steril )
2. Baskom yang berisi air hangat,handuk,dan sabun yang tidak
mengeringkan
3. Kain perban,plastic penututp,atau plester
4. Hand scoon steril atau sekali pakai
5. Catatat pemberian medikasi
2 Tahap Orientasi

1.Mengucapkan salam (Assamualaikum )

2.Perawat memperkenalkan diri

3.Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3 Tahap interaksi

1.Perawat mendekati alat

2.Perawat mencuci tangan

3.Mengucapkan basmalllah (Bismillaahirohmanirohim)

4.Identifikasi sambil melihat gelang identitas pasien untuk nama


pasien,tanggal lahir,dst

5.Mendekati alat

6.Menjaga privasi pasien (mentup scarerom,gorden,memasang


sampiran )

7.Mengatur posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan yang akan


dilakukan
4 Tahap kerja

1.Tinjau kembali kekuatan,waktu pemberian obat dan tempat


pengolesan obat perhatikan kondisi kulit klien secara
menyeluruh.cuci area yang sakit.bang sema debris dan kulit yang
mongering (digunakan sabun yang tidak mengeringkan )

2.Pengoles berujung kapas atau spatel lidah

3.Keringkan kulit atau pajanan keudara yang kering

4.Jika kulit sangat kering dan mengelupas,oleskan agens topicak


sewaktu kulit masih lembab

5.Letakkan agens topical pada sarung tangan jika diindikasikan


sarung tangan sekali pakai digunakan ketika mengoleskan agens pada
lesi kulit

6.Oleskan agens topical

Krim,salep dan losion berbahan mengandung minyak

1.letakkan 1-2 sendok the medikasi pada telapak tangan dan lunakkan
dengan menggosok secara cepat diantara dua tangan

2.Medikasi lainnya sedikit dan halus,oleskan secara merata


dipermukaan kulit dengan menggunakan usapan yang panjang dan
merata dengan mengikuti pertumbuhan rambut

3.Jelaskan pada klien bahwa kulit akan berminyak setelah diolesi


agens

Spray aerosol

1.Baca label sesuai jarak yang dianjurkan untuk pemakaian

2.Jika dada atas atau leher terkena spray,beritahu klien untuk


memalingkan wajah menjauhi spray,Pegang handuk didepan wajah
klien untuk saat penyemprotan

3.Semprotkan medikasi secara merata disekitar daerah yang terkena


(pada beberapa kasus spray diberi waktu untuk beberapa detik
tertentu)
Losion mengandung suspense

1.Kocok botol secara tepat

2.Oleskan sedikit losin pada kain perban atau alas dan gunakan pada
kulit dengan mengusapkannya secara merata mgeikuti arah
pertumbuhan rambut kulit.

3.Jelaskan pada klien bahwa area yang diolesi losio terasa dingin dan
kering

4.Pastikan bahwa seluruh permukaan kulit mongering

5.Tebarkan bagian lipatan kulit seperti diantara jari kaki atau dibawah
lengan

6.Taburi area kulit secara lembut dengan menggunakan dispenser


ehingga area kulit tertutup dengan lapisan serbuk yang lembut dan
tipis

7.Tutup area kulit dengan membalutnya jika dianjurkan dokter

5 Tahap terminasi

1.Mengucapkan hamdalah

2.Merapikan pasien dan tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan


tindakan

3.Kontrak waktu dengan pasien /keluarga untuk tindakan selanjutnya

4.Memberesi alat

5.Perawat mencuci tangan

6,Dokumentasi

 Prosedur pemberian obat suppossitoria

No Aspek yang dinilai

1 Tahap Pra interaksi

1.Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukasn tindakan


2.Mengkonfirmasikan ketersediaan informed consent (disesuaikan
dengan tindakan yang akan dilakukan)

3.Perawat mencuci tangan

4.Mempersiapkan alat :

Troli berisi

1. Obat suppossitoria
2. Jeli pelumas
3. Sarung tangan
4. Kassa bersih
5. Bengkok
6. Buku catatan medikasi
2 Tahap orientasi

1.Mengucapkan salam (assalamualaikum )

2.Perawat memperkenalkan diri

3.Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3 Tahap interaksi

1.Perawat mendekati lat

2.Perawat meencuci tangan

3.Mengucapkan salam (assamualaikum)

4.Mengucapkan (bismillahirahmanirohim)

5.Identifikasi sambil melihat gelang indetitas pasien untuk nama


pasien ,tanggal lahir dst)

6.Mendekati alat

7.Menjaga privasi klien (menutup scareroom,gorden,memasang


sampiran )

8.Mengatur posisi pasien (ddisesuaikan dengan tindakan yang akan


dilakukan)

4 Tahap kerja
1.Tinjau ulang nama obat,dosis dan rute pemberian

2.Minta klien untuk melakukan posisi sim (sims)dengan kaki atas


fleksi kedepan

3.Pertahankan klien tertutup duk dengan hanya area anak yang


terpajan

4.Periksa kondisi anus eskternal dan palpasi dinding rektal.Lepaskan


sarung tangan dengan menariknya kedalam dan menempatkannnya
dalam wadah yang tepat

5.Kenakan sepasang sarung tangan baru

6.Lepaskan suppositoria dari wadahnya dan beri pekumas pada


sekitar jung dengan jeli,beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk
tangan dominan anda

7.Minta klien untuk merilkskan spinter anal

8.Regangkan bokong klien dengan tangan nondominan anda,dengn


jari telinjuk yang tesarungi,masukan supositoria dengan perlahan
melalui anus,melalui spinter anal internal dan mengenai dinding
rektal : masukan seluruh jari pada orang dewasa,kira-kira 5 cm pada
anak-anak dan bayi.

9.Tarik jari anda dan bersihkan area anal klien

10.Instrukskan klien untuk tetapnberbaring telentang atau miring


selama 5 menit

11.Bila suppositoria mengandung laktasif atau pelunak


feses,tempatkan lampu pemanggil dalam jangkauan klien sehingga ia
dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau kamar mandi

12.Buang sarung tangan membalik bagian dalam keluar dan buang


dalam wadah yang tepat.

5 Tahap terminasi

1.Mengucapkan Hamdalah
2.Merapikan pasien dan tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan
tindakan

3.Kontrak dengan pasien /keluarga untuk tindakan selanjutnya

4.Membereskan alat

5.Perawat mencuci tangan

6.Dokumentasi

 Prosedur Pemberian Obat Parental

No Aspek yang dinilai

1 Tahap pra interaksi

1.Indentifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan

2.Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent (disesuaikan


dengan tindakan yang akan dilakukan )

3.Perawat mencuci tangan

4.Mempersiaokan alat :

Troli berisi

1.Bak instrument steril berisi : Spuit (ukuran : 5 cc,3 cc, 1 cc )Kassa


steril

2.obat-obatan (bentuk vial/ampul )

3.Aquadest (untuk pengencer obat bubuk )

4.Hand sconn

5.Bengkok

6.alkohol

7.plester
2 Tahap orientasi

1.Mengucapkan salam (assalamualaikum )

2.Perawat memperkenalkan diri

3.Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3 Tahap interaksi

1.Perawat mendekati lat

2.Perawat meencuci tangan

3.Mengucapkan salam (assamualaikum)

4.Mengucapkan (bismillahirahmanirohim)

5.Identifikasi sambil melihat gelang indetitas pasien untuk nama


pasien ,tanggal lahir dst)

6.Menjaga privasi klien (menutup scareroom,gorden,memasang


sampiran )

7.Mengatur posisi pasien (ddisesuaikan dengan tindakan yang akan


dilakukan)

4 Tahap kerja

A.Injeksi Intramuskular(IM)

1.Menentukan area penyuntikan

2.Melakukan desinfeksi pada area yang ditentukan

3.Melepaskan tutup jarum dengan menggunakan teknik satu tangan

4.Masukkan jarum kedalam muskulo dengan sudut 90 sederajat


dengan tangan yang tidak dominan meregangkan atau mencubit
sekitar area penyutikan (disebutkan)

5.Mengaspirasi dan mengobservasi jika ada adarah yang masuk ke


dalam spuit

6.memasukan obat pelan-pelan


7.Mencabut jarum sambil menekan tempat tusukan dengan kapas
alcohol.massage bagian tsb

8.Mengobservasi adanya perdarahan superfisial

9.menutupi jarum dengan teknik satu tangan

10.Mengambil perlak dan pengalas

11.Melepas sarung tangan

12.Mengembalikan klien pada posisi yang nyaman

13.Merapikan pasien

B.Injeksi sub kutan (SC)

1.Menentukan area penyuntikan

2.Melakukan desinfeksi pada are yang ditentukan

3.Melepaskan tutup jarum dengan mnggunakan teknik satu tangan

4.Memasukkan jarum dengan sudut 50 sedajat,dengan tangan yang


tidak dominan meregangkan area sekitar penyuntikan

5.Memasukkan obat pelan-pelan

6.Mencabut jarum sambil menekan tempat tusukan message bagin


tsb kecuali kontraindikasi

7.Menutup jarum dengan teknik satu tangan

8.Melepas sarung tangan

9.Mengembalikan klien pada posisi yang nyaman

10.Merapikan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta

Potter,Perry. 2000. Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa
Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai