Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat
gangguan alat keseimbangan tubuh.
Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan
kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus), otonomik
(pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.
Burton 1990 berpendapat bahwa Vertigo adalah perasaan seolah-olah
penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak
atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan.
Sedangkan menurut yayasan stoke Indonesia, vertigo merupakan satu bentuk
gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan vertigo adalah suatu bentuk
gangguan keseimbangan yang disertai perasaan seolah-olah penderita bergerak atau
berputar-putar atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar,
yang biasanya disertai dengan mual.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh MONICA di Indonesia, angka
kejadian vertigo sebesar 13.4 % untuk wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada penelitian
yang terakhir didapatkan meningkat menjadi 16,2 % untuk wanita dan 14 % pria.
Prevalensi vertigo masyarakat pedesaan, mencapai 10,9 % dari total populasi,
Penderita pada generasi muda, yakni usia 25-34 tahun, mencapai 9,3 %. Wanita
menjadi kelompok paling banyak menderita masalah ini, yakni 14,5 %, atau hampir
dua kali lipat kelompok laki-laki.
Oleh sebab itu dalam menghadapi suasana / permasalahan seperti ini
memerlukan pengetahuaan dan kemampuan yang lebih merawat anggota keluarga
yang sakit maupun untuk mencegah terjadi vertigo pada anggota yang lain berupa diit
hiperkolsterol, pengobatan dan pencegahan. namun dalam kenyataanya banyak sekali
masyarakat yang mempunyai pengetahuaan dan kemampuan yang kurang sehingga
pengetahuaan keluarga dalam penenganan kasus hiperkolesterol tidak dapat
dilakukan dengan benar sehingga akan meningkatkan Resiko lebih parah penyakit
dan menimbulkan penurunan produktifitas anggota keluarga yang sakit.
Dengan adanya dampak yang ditimbulkan penyakit vertigo ini, keluarga harus
dapat mengupayakan perawatan yang baik pada anggota yang terkena berupa
penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk mencegah komplikasi akut seperti

4
jantung koroner, arterosklerosis, stroke yang dapat menyebabkan koma sampai
Kematian akibat tidak terkontrolnya kadar kolesterol. Penyakit ini perlu mendapat
perhatian dan penanganan yang baik oleh perawat misalnya dengan memotivasi untuk
pasien rajin kontrol, HE tentang penyakit dan juga tentang diitnya.
Dalam menghadapi hal tersebut jika keluarga tidak siap menghadapi hal ini
akan sering mengalami penurunan produktivitas dan beban oleh keluarga itu sendiri.
Oleh karena itu tidak dapat ditolak peran serta keluarga dalam perawatan anggota
keluarga dengan vertigo
Berdasarkan alasan yang ditemukan diatas, maka penulis tertarik mengambil
judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.H dengan salah satu Anggota keluarga
Menderita Vertigo di daerah Bangsal - Kediri.

1.2 Batasan Masalah


Dalam laporan ini, penyusun hanya membatasi pada: Asuhan Keperawatan
Keluarga Tn. H Dengan Tn. H sendiri sebagai anggota keluarga yang menderita
Penyakit Vertigo di RT 5 / RW 3 Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren Kota
Kediri yang dilaksanakan tanggal 30 Mei-10 Juni 2018.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu mengembangkan pola pikiran dalam melaksanakan proses
asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga mengalami vertigo
dengan melakukan pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada salah satu anggota keluarga dengan
vertigo.
2. Mampu menentukan masalah dan menentukan prioritas dari masalah
keperawatan yang diperlukan.
3. Mampu menentukan intervensi atau rencana tindakan perawatan sampai
dengan tingkat masalah dari keluarga.
4. Mampu menentukan tindakan keperawatan sampai dengan tingkat
masalah dari keluarga.
5. Mampu mengadakan evalusi melalui catatan perkembangan agar dapat
dipantau keberhasilan intervensi yang sudah dilakukan.

5
1.4 Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan
1.4.1 Metode Penulisan
1. Metode Deskriptif
Metode yang menggunakan studi kasus melalui pendekatan proses
keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
2. Lokasi dan Waktu
Lokasi yang digunakan sebagai sumber pembuatan asuhan keperawatan
keluarga adalah RT 5 RW 3 Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren Kota
Kediri yang dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei-10 Juni 2018.
3. Jenis Data
a. Data Primer: yaitu data yang diperoleh dari wawancara dan observasi
langsung atau dari sumber-sumber lain yang mendukung.
b. Data Sekunder: yaitu data yang diperoleh dari buku atau sumber lain yang
mendukung.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara, yaitu dengan cara berkomunikasi langsung dengan anggota
keluarga.
b. Observasi, yaitu pengamatan langsung kepada keluarga serta
lingkungannya guna memperoleh data yang benar untuk menentukan
masalah.
c. Pemeriksaan fisik
Dengan IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
d. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan memanfaatkan catatan
keluarga. Baik yang ada di perpustakaan ataupun di rumah.
e. Studi pustaka, yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan
judul karya tulis dan masalah yang dibahas.

1.4.2 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan asuhan keperawatan terdiri dari empat bab, yaitu :
1. BAB 1 : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
batasan masalah, tujuan penulisan, metode dan
sistematika penulisan.
2. BAB 2 : Tinjauan teori yang merupakan landasan teori sebagai
acuan penulisan asuhan keperawatan yaitu konsep
keluarga, konsep rumah sehat, dan konsep asuhan

6
keperawatan
3. BAB 3 : Tinjauan kasus yang menuliskan pengalaman nyata
peneliti selama asuhan keperawatan keluarga yang
dilakukan pada keluarga dengan Hiperkolesterol mulai
dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
analisa data, rencana tindakan keperawatan,
pelaksanaan tindakan keperawatan dan Evaluasi.
4. BAB 4 : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran selama
asuhan keperawatan berlangsung.
4. Daftar Pustaka : Berisikan buku-buku sumber yang dipakai untuk
menunjang dalam pembuatan asuhan keperawatan
keluarga
5. Lampiran : Berisikan SAP, POA, leaflet, materi penyuluhan dan
dokumentasi selama kegiatan

7
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


2.1.1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (DepKes RI, 2012).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan
yang lainya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Baylon dan Maglaya, 2009)
Keluarga adalah dua oranga atu lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara
anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN, 2011).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubunagn melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 2013)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri
atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (UU No. 10
tahun 2010).

2.1.2. Ciri – Ciri Keluarga


1. Diikat dalam suatu tali perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Ada tanggung jawab masing-masing anggota
5. Ada pengambilan keputusan
6. Kerjasama diantara anggota keluarga
7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
8. Tinggal dalam satu rumah
(Setiadi, 2008)

8
2.1.3. Tipe Keluarga
1. Tradisional
a. Nuclear family adalah keluarga yang terdiri ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Extended family adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
2. Non Tradisional
a. Tradisional nuclear adalah keluarga inti tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi – sanksi legak dalam satu ikatan perkawinan.
b. Reconstituted Nuclear adalah pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri tinggal dalam pembentukan
satu rumah dengan anak – anaknya.
c. Middle age/ Aging couple adalah Keluarga yang terdiri dari suami dan
istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d. Dyadic nuclear adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan
yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
e. Single parent adalah Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah
atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
f. Dual carrier yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa
anak.
g. Commuter married yaitu kedua orangtua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua
yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada
saat “weekend” atau waktu – waktu tertentu.
h. Single adult yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup
sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal
mati).
i. Three generation yaitu tiga geberasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
j. Institusional yatitu anak – anak atau orang – orang dewasa tinggal
dalam satu panti – panti.
k. Comunal yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

9
l. Group marriage yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah
kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak - anak
m. Unmaried parent and child adalah ibu dan anak dimana perkawinan
tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
n. Cohibing couple adalah Orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu.
o. Gay and lesbian family adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama
(Setiadi, 2008)
2.1.4. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas :
1. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen
komunikasi seperti : sender, channel-media, message, environment dan
receiver.
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapakn sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah
posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau
anak.
Perilaku peran :
a. Peranan ayah : pancari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
3. Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku
oranglain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan :

10
1. Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orangtua
terhadap anak)
2. Referent power (seseorang yang ditiru)
3. Resource or expert power (pendapat ahli)
4. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima)
5. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
6. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
7. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan
cinta kasih misalnya hubungan seksual)
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses
dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti :
1. Konsensus
2. Tawar menawar atau akomodasi
3. Kompromi atau de facto
4. Paksaan
4. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.5. Fungsi Keluarga


Friedman (2010) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan
keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga
untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi
diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian
makanan dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal.
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga
memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila
dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi
emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang.

11
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila
terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikassi tersebut akan
mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah :
1. Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota
dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan mekanisme
koping, memberikan feedback dan memberikan petunjuk dalam pemecahan
masalah.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan
keturunan.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan
di masyarakat
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
Keluarga mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.

2.1.6. Tugas Kesehatan Keluarga


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freedman
(2010) membagi 5 tugas keluarga dalam kesehatan yang harus dilakukan
yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik baik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
(Setiadi, 2008)

12
2.1.7. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (2008) yaitu :
a. Keluarga baru (berganning family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua
6) Memahami parental care (pengertian kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran. Interaksi, seksual dan
kegiatan).
2) Mempertahankan hubngan yang memuaskan dengan pasanagan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab.
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana child bearing
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra
sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial)
dan merencanakan kelahiran berikutnya
d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisai anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas.
2) Mendorong anka untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktifitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktifitas komuniti denga mengikutsertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

13
1) Pengembangan terhadap remaja
2) Memelihara komunikasi terbuka
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri
dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber
yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.
g. Keluarga usia pertengahan (Midle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebeasan dalam mengelola minat
sosial dan waktu santai
2) Memulihkan hubungan atara generasi muda tua
3) Keakraban dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan keluarga
5) Persiapan masa tua/pensiun
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasanagn dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

2.1.8. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga
yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dengan cara meningkatkan keluarga. Peran perawat dalam
melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:
1. Pendidik, yaitu untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat
menjadi perilkau sehat.
2. Koordinator, berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan
keluarag baik secara berkelompok maupun individu.

14
3. Pelaksana, memberikan pelayanan pada anggota keluarag yang sakit,
dengan memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang
sakit.
4. Konsultan, yaitu berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan
keperawatan dasar dalam keluarga.
5. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah
dijangkau oleh keluarga dan membantu mencariakn jalan pemecahannya.

2.1.9. Tanggung Jawab Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai
tanggung jawab yang meliputi :
1. Memberikan pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan dapat meliputi pengakajian fisik atau psikososial,
menunjukkan pemberian tindakan secara trampil dan memberikan
intervensi. Kerjasama dari klien dan keluarga serta pemberi perawatan
utama di keluarga dalam perencanaan sangaat penting untuk menjaga
kesinambungan perawatan selama perawat tidak ada di rumah. Perawat
hanya memberikan perawata dalam waktu yang terbatas. Perawatan yang
dilakukan di rumah lebih merupakan tanggung jawab dari keluarga dari
pada perawat. Oleh karena itu pendidikan kesehatan menjadi intervensi
yang utama dalam perawatan di rumah.
2. Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat
penting untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dialaminya.
3. Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para professional
lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Focus peran perawat
yang yang menjadi manajer kasus adalah kemampuan untuk mengkaji
kebutuhan, menentukan prioritas kebutuhan, mengidentifikasi cara untuk
mememuhi kebutuhan tersebut dan mengimplementasikan rencana yang
disusun.
4. Menentukan frekuensi dan lama perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan selama
periode waktu tertentut sedangkan lama perawatan adalah lamanya waktu
perawatan yang dilakukan di rumah.

15
5. Advocacy
Tanggung jawab sebagai penasehat bagi klien yang dimaksud di sini adalah
peran perawat sebagai penasehat terutama yang berhubungan dengan
masalah pembayaran yang terkait dengan pelayanan yang diberikan.

2.1.10 Asuhan Keperawatan Keluarga


2.1.10.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan keluarga meupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga.
1. Tahap pengkajian
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Hal – hal
yang dikaji dalam keluarga adalah :
1) Data umum :
(1) Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis
kelamin, hubungan dengan KK, umur, pendidikan, dan status
imunisasi dari masing – masing anggota keluarga serta genogram.
(2) Type keluarga.
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tiper keluarga tersebut.
(3) Suku bangsa.
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
(4) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
(5) Status sosial ekonomi keluarga
Status social ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
social ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang yang dimiliki
oleh keluarga.
(6) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun

16
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini. Dimana ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
(2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
(3) Riwayat keluarga inti. Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing – masing anggota dan sumber pelayanan yang
digunakan keluarga.
3) Pengkajian lingkungan
(1) Karakteristik rumah. Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaat ruangan,
peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
(2) Karakteristik tetangga. Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga
dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya yang
mempengaruhi kesehatan.
(3) Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga yang
ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan
mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
(5) Sistem pendukung keluarga. Yang termasuk sistem pendukung
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik,
psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan masyarakat setempat.
4) Struktur keluarga
(1) Pola komunikasi keluarga. Menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
(2) Struktur kekuatan keluarga. Kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.
(3) Struktur peran. Menjelaskan peran dari masingg – masing

17
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
(4) Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma
yang dianut keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga
(1) Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga
dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
(2) Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau hubungan dalam
keluarga dan sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma atau budaya dan perilaku.
(3) Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang
sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat – sakit,
kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan
keluarga yaitu :
a.Mengenal masalah kesehatan : sejauh mana keluarga mengenal
fakta – fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda
dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
b.Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
: sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap
masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit,
mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan, dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya
terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah
terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
c.Merawat anggota keluarga yang sakit : sejauhmana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber
– sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial),
mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d.Memelihara lingkungan rumah yang sehat : sejauh mana
mengetahui sumber – sumbver keluarga yang dimiliki,

18
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota
keluarga.
e.Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat
: apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,
memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga.
(4) Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak,
merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang
digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota
keluarga.
(5) Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan
sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan
status kesehatan keluarga.
6) Stres dan koping keluarga
(1) Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu + 6 bulan dan jangka
panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6
bulan.
(2) Kemampuan keluargaa berespon terhadap situasi atau
stressor. Mengkaji sejauhmana keluarga berespon terhadap
situasi atau stressor.
(3) Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
(4) Strategi adaptasi disfungsional. Dijelaskan mengenai adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluargaa. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

19
2.1.10.2 Perumusan diagnosis keperawatan keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan :
(1) Aktual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala
dari gangguan kesehatan.
(2) Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
(3) Potensial (keadaan sejahtera atau “wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Dalam satu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu
diagnosa keperawatan. Untuk menentukan prioritas terhadap
diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan
menggunakan skala prioritas.

Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


KRITERIA SKORE BOBOT
Sifat Masalah 3 : Tidak/kurang sehat
2 : Ancaman kesehatan 1
1 : Keadaan Sejahtera
Kemungkinan Masalah 2 : Mudah
yang dapat di ubah 1 : Sebagian 2
0 : tidak dapat

Potensial Masalah untuk 3 : Tinggi


dicegah 2 : Cukup 1
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah 2 : Berat, segera
ditangani 1
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : Tidak dirasakan
Total

20
Menurut Setiadi, 2008 daftar diagnosa keperawatan
keluarga berdasarkan NANDA 1995 adalah sebagai berikut:
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Lingkungan
1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (higienis
lingkungan)
2) Resiko terhadap cidera
3) Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit)
b. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Struktur
Komunikasi
1) Komunikasi keluarga disfungsional
c. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Struktur Peran
1) Berduka dan antisipasi
2) Berduka disfungsional
3) Isolasi sosial
4) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya otrang
yang sakit terhadap keluarga)
5) Potensial peningkatan menjadi orang tua
6) Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua)
7) Perubahan penampilan peran
8) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
9) Gangguan citra tubuh
d. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Fungsi Afektif
1) Perubahan proses keluarga
2) Perubahan menjadi orang tua
3) Potensial peningkatan menjadi orang tua
4) Berduka yang diantisipasi
5) Koping keluarga tidak efektif, menurun
6) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
7) Resiko terhadap tindakan kekerasan
e. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Fungsi Sosial
1) Perubahan proses keluarga
2) Perilaku mencari bantuan kesehatan
3) Konflik peran orang tua
4) Perubahan menjadi orang tua
5) Potensial peningkatan menjadi orang tua
6) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
7) Perubahan pemeliharaan kesehatan

21
8) Kurang pengetahuan
9) Isolasi sosial
10) Kerusakan interaksi sosial
11) Resiko terhadap tindakan kekerasan
12) Ketidakpatuhan
13) Gangguan identitas pribadi
f. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Fungsi
Perawatan Kesehatan
1) Perubahan pemeliharaan kesehatan
2) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
3) Perilaku mencari pertolongan kesehatan
4) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga
5) Resiko terhadap penularan penyakit
g. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Koping
1) Potensial peningkatan koping keluarga
2) Koping keluarga tidak efektif, menurun
3) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
4) Resiko terhadap tindakan kekerasan

2.1.10.3 Perencanaan keperawatan keluarga.


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan Kriteria dan Standar.
Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan
dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.
(1) Tahapan tindakan keperawatan keluarga.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal – hal dibawah ini :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberika
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
b. Menstimulais keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan
tindakan, mengidentfikasi sumber – sumber yang dimiliki
keluarga dan mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,

22
menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi
keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara menemukan sumber –
sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan
lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada
dilingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada.

2.1.10.4 Tahap Evaluasi


Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang
sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
waktu dan kesediaan keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

2.2 Konsep Masalah Medis


2.2.1 Pengertian
1) Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan
otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan
hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau
sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik
(pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing
2) Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang
menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini
disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau
rumah siput di daerah telinga
2.2.2. Etiologi
1. Lesi vestibular :
2. Fisiologik
3. Labiriniti
4. Menière

23
(1) Obat ; misalnya quinine, salisilat.
(2) Otitis media
(3) “Motion sickness”
(4) “Benign post-traumatic positional vertigo”
3) Lesi saraf vestibularis
(1) Neuroma akustik
(2) Obat ; misalnya streptomycin
(3) Neuronitis
(4) vestibular
4) Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
(1) Infark atau perdarahan pons
(2) Insufisiensi vertebro-basilar
(3) Migraine arteri basilaris
(4) Sklerosi diseminata
(5) Tumor
(6) Siringobulbia
(7) Epilepsy lobus temporal

1) Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :


(1) Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
(2) Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta
akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa
dengan perdarahan.
(3) Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan
vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan,
vertigo postural.
(4) Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
(5) Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli
posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
2) Penyakit SSP :
(1) Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia,
hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan
insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok
jantung.
(2) Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
(3) Trauma kepala/ labirin.
(4) Tumor.

24
(5) Migren.
(6) Epilepsi.
3) Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula
adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
4) Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
5) Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
6) Intoksikasi.

2.2.3. Patofisiologi
Fisiologik, Labirinitis, sinusitis, Menière, Otitis media, “Motion sickness” , “Benign
post-traumatic positional vertigo”

Jejas di daerah nuclei vestibuli

ketidakcocokan informasi aferen

reseptor vestibuler, visual, dan


proprioseptik; reseptor vestibuler

fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer Peningkatan Tekanan


atau sentral terganggu Intrakranial

Gangguan keseimbangan tubuh dan Nyeri akut


vertigo

Koordinasi impuls dari otak organ terganggu Reseptor dan sensor gerak
ke hipotalamus mengalami
gangguan

Gangguan keseimbangan
Reflek mual
meningkat

Resiko jatuh

Gangg. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi

25
Keterangan :
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan
ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah
susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik
dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan
wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat
keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya

2. Gambaran Klinis
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak
dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah
pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,
penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah,
lidah merah dengan selaput tipis
3. Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1) Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit
atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut
dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan.
Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :

26
(1) Yang disertai keluhan telinga :
Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis
pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii
posterior, kelainan gigi/ odontogen.
(2) Yang tanpa disertai keluhan telinga :
Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria
vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo
de L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
(3) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi :
Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo
posisional paroksismal benigna.
2) Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
(1) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb,
labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor
serebelopontin.
(2) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca
komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan
okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan
endokrin.
(3) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
3) Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur
mengurang, dibedakan menjadi :
(1) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis
akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva
interna/arteria vestibulokoklearis.
(2) Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria
vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis
multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.

Ada pula yang membagi vertigo menjadi :


1) Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2) Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.

27
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan fisik :
(1) Pemeriksaan mata
(2) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
(3) Pemeriksaan neurologik
(4) Pemeriksaan otologik
(5) Pemeriksaan fisik umum.
2) Pemeriksaan khusus :
(1) ENG
(2) Audiometri dan BAEP
(3) Psikiatrik
3) Pemeriksaan tambahan :
(1) Laboratorium
(2) Radiologik dan Imaging
(3) EEG, EMG, dan EKG.
5. Penatalaksanaan
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) :
Terdiri dari :
1) Terapi kausal
2) Terapi simtomatik
3) Terapi rehabilitatif
Pengobatan terhadap penyakit ini harus dilihat dahulu jenis penyakitnya. Obat
untuk mengurangi vertigo yang ringan adalah meklizin, dimenhidrinat, perfenazin
dan skopolamin. Skopolamin terutama berfungsi untuk mencegah motion
sickness, yang terdapat dalam bentuk plester kulit dengan lama kerja selama
beberapa hari.
Ketika Anda merasakan serangan vertigo, ada beberapa tindakan yang dapat Anda
lakukan :
1) Tarik napas dalam-dalam, kemudian pejamkan mata, dan segera mencari
posisi yang memungkinkan Anda berbaring. Jika tidak memungkinkan, maka
segeralah duduk
2) Jika Anda merasa mual dan ingin muntah, maka segeralah mencari bantuan
orang-orang di dekat Anda untuk membantu Anda ke toilet
3) Ketika Anda berbaring, pertahankan posisi tersebut sampai serangan vertigo
berkurang atau hilang
4) Buka mata perlahan lalu coba miringkan badan, atau kepala gerakkan kepala
Anda dengan perlahan. Jika dengan tindakan ini serangan vertigo ternyata

28
datang kembali, maka itu berarti Anda harus segera memejamkan mata, atau
kembali ke posisi semula

29
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. (2012). Diagnosa Keperawatan. EGC Edisi 6, Jakarta.


Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan
Keluarga. Graha Ilmu. Yogjakarta
Mubarak WI dan Chayatin N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Murwani, Arita. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Mitra Cendikia. Jogyakarta.
Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu. Yogyakarta
Slamet JS. (2011). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Tim Field Lab FK UNS. (2013). Modul Komunikasi Informasi Edukasi PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) Semester V. Surakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

30

Anda mungkin juga menyukai