Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO tahun 2012, kematian akibat stroke sebesar 51% diseluruh
dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun
2013, prevelensi penyakit stoke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya
umur. Serangan stroke dibedakan menjadi 3 antara lain : Transient Ischamic
Attack (TIA), Perdarahan Intra Serebral (PIS), dan dan Syok Infark.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Stroke Periode Akut ?
1.2.2 Bagaimana etiologi dari Stroke Periode Akut ?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari Stroke Periode Akut ?
1.2.4 Bagaimanakah fase kegawatdaruratan atau kritis pad stroke periode
akut ?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan pada golden period pada stroke periode
akut ?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Stroke Periode Akut ?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan pada Stroke Periode Akut ?
1.2.8 Bagaimana pencegahan pada Stroke Periode Akut ?
1.2.9 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Stroke Periode Akut ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi Stroke Periode Akut
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari Stroke Periode Akut
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari Stroke Periode Akut
1.3.4 Untuk mengetahui fase kegawatdaruratan atau kritis pad stroke periode akut
1.3.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan pada golden period pada stroke periode
akut
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada Stroke Periode Akut
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Stroke Periode Akut
1.3.8 Untuk mengetahui pencegahan pada Stroke Periode Akut
1.3.9 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Stroke Periode Akut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang, baik akibat sumbatan (TIA), pecahnya pembuluh darah di otak (PIS),
atau masalah pada jantung (infark). Tanpa darah otak tidak mendapat pasokan
oksigen dan nutrisi, sehingga sebagian area pada otak akan mati.

2.2 Etiologi

1. (Transient Ischemic Attack, TIA) :

Akibat tromboemboli dari ateroma pembuluh darah leher. Penyebab lain adalah
lipohialinosis pembuluh darah kecil intrakranial dan emboli kardiogenik.
Etiologi yang lebih jarang adalah vaskulitis atau kelainan hematologis.

a. Perdarahan intraserebral spontan


b. Perdarahan di dalam jaringan otak dapat disebabkan oleh
c. Hipertensi dengan pembentukan mikroaneurisma (aneurisma
charcotbouchard)
d. Perdarahan tumor
e. Trauma
f. Kelainan darah
g. Gangguan pembuluh darah – malformasi arteriovenosa, vaskulitis,
amiloidosis

2. Perdarahan Intra Serebral

Kondisi perdarahan yang terjadi pada otak. Suplay darah yang dialirkan diotak
berkurang yang dapat mengakibatkan kerusakan pada sel – sel otak, sehingga
fungsi otak terganggu. Hal ini disebabkan oleh :

1) Hipertensi

2) Aneurisma (pelebaran atau pembengkakan pada dinding arteri

3) Angiopati Amiloid otak (penumpukan protein amiloid diotak)


4) Malformasi Arteri

5) Pengobatan Antikoagulan

1. Stroke Infark

3. Stroke Infark :

Infark otak (80%)

a. Emboli kardiogenik

b. Fibrilasi atrium atau aritmia lain

c. Trombus mural ventrikel kiri

d. Penyakit katub mitral dan aorta

e. Endokarditis (infeksi atau non infeksi)

f. Emboli paradoksal (foramen ovale paten)

g. Emboli arkus aorta

Arterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar)

1) Penyakit ekstrakranial

a. Arteri karotis interna

b. Arteri vertebralis

c. Penyakit intrakranial

2) Arteri karotis interna

a. Arteri serebri media

b. Arteri basilaris

c. Lakunen (oklusi arteri perforans kecil)

Perdarahan intraserebral (15%)


a. Hipertensif
b. Malformasi arteri-vena
c. Angiopati amiloid

Perdarahan subaraknoid (5%)


a. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
b. Trombosis sinus dura
c. Disesksi arteri karotis atau vertebralis
d. Vaskulitis sistem saraf pusat
e. Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial yang
progresif)
f. Migren
g. Kondisi hiperkoagulasi
h. Penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin)
i. Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia, atau leukimia)
j. Miksoma atrium
2.16Patofisiologi
2.3 Fase Kegawatdaruratan atau Kritis
TIA PIS INFARK
Afasia sementara, Nyeri kepala hebat, Kelemahan,kelumpuhan,
mengeluh melihat mualmuntah,kesadaran sulit berbicara, gangguan
suatu tabir yang menurun dan cepat penglihatan pada 1 atau
diturunkan, pusing masuk koma (65% kedua mata, dan sakit
(vertigo),ataksia, terjadi kurang dari kepala mendadak parah
sinkop, disfagia, setengah jam, 23% tanpa diketahui
rasa kesemutan pada antara ½ -2 jam dan 12% penyebab
bibir atau wajah, terjadi setelah 2 jam
diplopia, sakit sampai 19 hari.
kepala hebat disertai
kaku kuduk dan
fotophobia

2.4 Penatalaksanaan pada Golden Period

Stroke merupakan suatu situasi darurat medis. Orang yang terkena stroke
dapat diselamatkan jiwanya dan memiliki kemungkinan sembuh asal mendapatkan
perawatan sesegera mungkin. Hal ini sangat penting, menglngat seseorang yang
pernah terserang stroke pada usia berapa pun, tetap terancam serangan berikutnya.
Sekitar 24 persen perempuan dan 42 persen pria mengalami strake susulan dalam
kurun waktu lima tahun. Hal ini patut menjadi perhatian mengingat stroke berulang
sering kali mengakibatkan angka kematian dan kecacatan yang lebih tinggi
daripada stroke pertama. Maklum, saat serangan kedua ada kemungkinan bagian
otak yang rusak akibat serangan pertama belum pulih benar. Untuk menghindari
akibat yang fatal, penderita stroke perlu mendapatkan penanganan cepat pada
walctu emas (golden time). Setiap menit sangatlah berharga. Semakin lama stroke
diabaikan, semakin besar kerusakan otak yang terjadi, sehingga berakibat lebih
fatal. Kecepatan penanganan stroke memang harus dilakukan, mengingat golden
period atau golden time yang mempunyai waktu 3-6 jam sejak seseorang serangan
hingga mendapat pertolong an di rumah sakit, sehingga keberhasilan tindakan itu
bergantung pada kapan pasien datang dan diobati. Penanganan dini yang benar
setidaknya akan mengurangi angka kecacatan penderita serangan stroke hingga 30
persen.

Hal-hal yang perlu dilakukan pada saat golden time, yaitu:

a. Sebaiknya penderita tidak diberi makan atau minum ketika mendapat


serangan
b. Longgarkan haju atau buka segala hal yang mengikat seperti dasi dan
ikat pinggang, agar penderita mudah bernapas.
c. Segera bawa penderita ke rumah sakit terdekat.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. CT Scan bagian kepala :
Pada stroke non hemoragi terlihat adanya infark, sedangkan pada
stroke hemoragi (PIS) terlihat perdarahan.
2. Pemeriksaan lumbal pungsi :
Memeriksa kimia sitologi, mikrobiologi, virologi, cairan
serebrospinal saat kelur baik kecepatan, kejernihan, warna, dan
tekanan yang menggambarkan proses terjadinya di intraspinal. Pada
stroke non – hemoragi akan ditemukan tekanan normal dan cairan
cerebrospinal jernih.
3. Elektrokardiografi ( EKG) :
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan dalam
suplai darah ke otak.
4. Pemeriksaan darah :
Pemeriksaan ini untuk memeriksa keadaan darah, kekentalan darah,
jumlah sel darah, penggumpalan trombosit yang abnormal, dan
mekanisme pembekuan darah.
5. Angiografi serebral :
Melihat secara spesifik penyebab stroke seperti perdarahan atau
obstruksi arteri, memeperlihatkan secara tepat letak oklusi atau
ruptur
6. Magnetik Resonansi Imagine (MRI)
Menunjukan darah yang mengalami infark, hemoragi, Malformasi
Arterior Vena (MAV).
7. Ultrasonografi Dopler
Pemeriksaan sinar x kepala dapat menunjukan perubahan pada
plandula pineal pada sisi yang berlawanan dari massa yang meluas
2.6 Penatalaksanaan
1 Stroke Transient Ischemik Attack :
a. Naikan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20 - 30º
b. Hindarkan pemberian cairan intravena yang berisi glukosa atau cairan
hipotonik
c. Pemberian osmoterapi
d. Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai
PCO2 = 29 – 35 mmHg
e. Tindakan bedah dikompresi apabila terdapat supra tentoral 8 dengan
pergeseran linea mediarea atau serebral infark disertai efek rasa
f. Steroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara serebral
karena disamping menyebabkan hiperglikemia juga naiknya resiko
infeksi
2. Perdarahan Intra Serebral (PIS) :
a. Kraniotomi :
Prosedur pembedahan pada kranium atau bagian tengkorak yang
melindungi otak. Pada stroke dengan perdarahan di dalam rongga
kepala, operasi kraniotomi bisa dilakukan untuk menghentikan atau
menangani perdarahan.
3. Stroke Infark :
a. Pada fase akut :
Terapi cairan pada fase akut stroke beresiko terjadinya dehidrasi
karena penurunan kesadaran dan disfagia. Hidrasi penting untuk
mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah. Normal saline 50
ml/jam sampai hemodinamika stabil bisa diberikan terapi cairan
KAEN 3 B/ KAEN 3 A. Kedua larutan ini lebih baik pada dehidrasi
hipertonik serta stroke. Larutan bisa diberikan untuk memelihara
homeostasis elektrolit (kaliun dan natrium)
b. Terapi oksigen :
Untuk mengurangi hipoksia akibat gangguan aliran darah ke otak yang
harusnya menyuplai oksigen . Pertahankan jalan nafas, pemberian
oksigen, penggunaan ventilator.
c. Penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial yang disebabkan
karena edema serebri dengan pengurangan edema melalui pemberian
manitol, kontrol tekanan darah.
d. Monitor fungsi pernafasan : Analisis Gas Darah
e. Monitor jantung, TTV, dan pemeriksaan EKG
f. Evaluasi status cairan dan elektrolit
g. Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan dan cegah
resiko injuri
2.7 Pencegahan

Komposisi makanan
Lemak total 25-35% total kalori
Lemak jenuh <7% total kalori
Lemak tidak jenuh ganda Hingga 10% total kalori
Lemak tidak jenuh tunggal Hingga 20% total kalori
Karbohidrat 50-60% total kalori
Serat 20-30 gm/hari
Protein 15% total kalori
Kolestrol <200 mg/hari
Kalori total Cukup untuk mencapai atau menjaga
berat badan yang di inginkan

1. Pembatasan diet

Defisit kalori 500-1000 kkal/hari biasanya membutuhkan diet yang menyediakan


1000-1200 kkal/hari bagi perempuan dan 1200-1500 kkal/hari bagi laki laki. Diet
rendah karbohidrat dapat menurunkan berat badan dengan cepat namun sulit di
pertahankan tetapi berat badan lebih mudah bertambah lagi. Diet lebih baik
dengan makan dalam porsi kecil tetapi dengan frekuensi lebih sering.

2. Meningkatkan aktivitas fisik

Meingkatkan aktivitas fisik akan berdampak terjadinya defisit kalori dan


perbaikan faktor resiko kardiovaskular, mood, dan rasa percaya diri. Berjalan
kaki adalah pilihan yang sangat baik diawali dengan 10 menit perhari, 3 kali
seminggu, dan ditingkatkan hingga 30-45 menit perhari setiap hari dalam
seminggu.

3. Terapi perilaku

Teknik modifikasi perilaku lain yang beemanfaat termasuk pemantauan sendiri


(konsumsi makanan dan latihan fisik), penanganan stres (strategi penanganan,
teknik relaksasi, terapi obat), pemecahan masalah (penanganan hasrat dan
keinginan) penanganan hal hal yang akan terjadi (penghargaan terhadap sasaran
yang tercapai), penataan kognitif( mengubah sasaran yang tidak realistis dan
memperbaiki citra diri), serta dukungan sosial (dorongan positif)

4. Terapi obat

Terapi obat bermanfaat pada pasien dengan IMT >=30kg/m² atu >=27kg/m² jika
terdapat faktor resiko lain (hipertensi, dislipedimia, diabetes tipe 2,PJK apnea saat
tidur)

5. Pembedahan pengurangan berat badan

Pembedahan gastrointestinal (pengurangan atau pintas lambung)seaiknya tetap


dipikirkan pada pasien dengan motivasi yang mempunyai obesitas ekstrim (IMT
>= 40 kg/m² atau >= 35kg/m² jika terdapat kondisi lain yang menyertai) selain
intervensi nonbedah. Pemantauan mefis seumur hidup serta suplementasi nutrisi
dengan vitamin dan mineral dibutuhkan.
2.8 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Focused Assessment
Focused assessment atau pengakajian terfokus adalah tahap pengkajian
pada area keperawatan gawat darurat yang dilakukan setelah primary
survey, secondary survey, anamnesis riwayat pasien (pemeriksaan
subyektif) dan pemeriksaan obyektif (Head to toe). Di beberapa negara
bagian Australia mengembangkan focused assessment ini dalam
pelayanan di Emergency Department, tetapi di beberapa Negara seperti
USA dan beberapa Negara Eropa tidak menggunakan istilah Focused
Assessment tetapi dengan istilah Definitive Assessment (O'keefe et.al,
1998). Focused assessment untuk melengkapi data secondary
assessment bisa dilakukan sesuai masalah yang ditemukan atau tempat
dimana injury ditemukan. Yang paling banyak dilakukan dalam tahap
ini adalah beberapa pemeriksaan penunjang diagnostik atau bahkan
dilakukan pemeriksaan ulangan dengan tujuan segera dapat dilakukan
tindakan definitif
b. Reasses sment
Beberapa komponen yang perlu untuk dilakukan pengkajian kembali
(reassessment) yang penting untuk melengkapi primary survey pada
pasien di gawat darurat adalah

Komponen Pertimbangan

Airway Pastikan bahwa peralatan airway:Oro


Pharyngeal Airway, Laryngeal Mask
Airway, maupun Endotracheal Tube
(salah satu dari peralatan airway) tetap
efektif untuk menjamin kelancaran
jalan napas. Pertimbangkan
penggunaaan peralatan dengan manfaat
yang optimal dengan risiko yang
minimal

Breathing Pastikan oksigenasi sesuai dengan


kebutuhan pasien:

1. Pemeriksaan definitive rongga dada


dengan rontgen foto thoraks, untuk
meyakinkan ada tidaknya masalah
seperti Tension pneumothoraks,
hematotoraks atau trauma thoraks yang
lain yang bisa mengakibatkan
oksigenasi tidak adekuat

2. Penggunaan ventilator mekanik

Circulation Pastikan bahwa dukungan sirkulasi


menjamin perfusi jaringan khususnya
organ vital tetap terjaga, hemodinamik
tetap termonitor serta menjamin tidak
terjadi over hidrasi pada saat
penanganan Breathing Circulation
resusitasicairan.

Pemasangan cateter vena central

Pemeriksaan analisa gas darah

Balance cairan

Pemasangan kateter urin Disability

Disability Setelah pemeriksaan GCS pada primary


survey, perlu didukung dengan:
Pemeriksaan spesifik neurologic yang
lain seperti reflex patologis, deficit
neurologi, pemeriksaan persepsi sensori
dan pemeriksaan yang lainnya. CT scan
kepala, atau MRI

Exposure Konfirmasi hasil data primary survey


dengan

Rontgen foto pada daerah yang


mungkin dicurigai trauma atau fraktur

USG abdomen atau pelvis

2. Diagnosa, Intervensi dan Evaluasi :

No Diagnosa NOC NIC


1 Ketidakefektifan pola nafas NOC : Airway manajement
Definisi : pertukaran udara a) Respiratory status a. Buka jalan
inspirasi dan/atau ekspirasi ventilation nafas, gunakan
tidak adekuat b) Resporatori status teknik chin lift
airway patency atau jaw thrust
Batasan karakteristik : c) Vital sign status bila perlu
a. Penurunan tekanan Kriteria hasil : b. Posisikan
inspirasi/ekspirasi a. Mendemonstrasika pasien untuk
b. Penurunan pertukaran n batuk efektif dan memaksimalka
udara per menit suara nafas yang n ventilasi
c. Menggunakan otot bersih, tidak ada c. Identifikasi
pernafasan tambahan sianosis dan pasien perlunya
d. Nasal faring dyspneu(mampu pemasangan
e. Dyspnea mengeluarkan alat jalan nafas
f. Ortopnea sputum, mampu buatan
g. Perubahan bernfas dengan d. Pasang mayo
penyimpangan dada mudah, tidak ada bila perlu
h. Nafas pendek pursed lips) e. Keluarkan
i. Assumption of 3-point b. Menunjukan jalan sekret dengan
position nafas yang paten batuk atau
j. Pernafasan pursed-lip (klien tidak merasa suction
k. Tahap ekspirasi tercekik, irama f. Auskultasi
berlangsung sangat nafas, frekuensi suara nafas,
lama pernafasan dalam catat adanya
l. Peningkatan diameter rentang normal, suara tambahan
anterior-posterior tidak ada suara g. Lakukan
m. Pernafasan rata- nafas abnormal) suction pada
rata/minimal mayo
a) Bayi : <25 atau >60 c. Tanda-tanda vital h. Berikan
b) Usia 1-4: <20 dalam rentang bronkodaitor
atau>30 normal (tekanan bila perlu
c) Usia 5-14: <14 darah, nadi, i. Berikan
atau>25 pernafasan) pelembab udara
d) Usia >14: <11 kassa basah
atau>24 NaCl lembab
n. Kedalaman pernafasan j. Atur intake
a) Dewasa volume untuk cairan
tidalnya 500 ml saat mengoptimalka
istirahat n
b) Bayi volume keseimbangan
tidalnya 6-8 ml/kg k. Monitor
o. Timing rasio repirasi dan
p. Penurunan kapasitas status O2
vital Terapi oksigen
a. Bersihkan
Faktor yang berhubungan mulut, hidung
a. Hiperventilasi dan secret
b. Deformitas tulang trakea
c. Kelainan bentuk b. Pertahankan
dinding dada jalan nafas
d. Penurunan yang paten
energi/kelelahan c. Atur peralatan
e. Perusakan pelemahan oksigenasi
muskulo-skeletal d. Monitor aliran
f. Obesitas oksigen
g. Posisi tubuh e. Pertahankan
h. Kelelahan otot posisi pasien
pernafasan f. Observasi
i. Hipoventilasi sindrom adanya tanda-
j. Nyeri tanda
k. Kecemasan hipoventelasi
l. Disfungsi g. Monitor adanya
neuromuskular kecemasan
m. Kerusakan pasien terhadap
persepsi/kognitif oksigenasi
n. Perlukaan pada jaringan Vital sign monitoring
a. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
b. Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
c. Monitor VS
saat pasien
berbaring
duduk atau
berdiri
d. Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD,
nadi, RR,
sebellum
selama dan
setelah aktifitas
f. Monitor
kualitas dari
nadi
g. Monitor
frekuensi dan
irama
pernafasan
h. Monitor suara
paru
i. Monitor pola
pernafasan
abnormal
j. Monitor suhu,
waran, dan
kelembapan
kulit
k. Monitor
sianosis perifer
l. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
m. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
2 Disfungsi repon penyapihan NOC: Mechanical
ventilator a. Resporatori status : ventilation:
Definisi : ketidakmampuan gas exchage a. Monitor adanya
untuk mengatur pada tekanan b. Respiratori status : kelelahan dari
terendah dukungan ventilasi ventilatoru otot pernafasan
mekanik saat menjelang dan c. Vital sign b. Monitor adanya
memperpanjang proses Kriteria hasil : kegagalan
penyapihan respirasi
a. Mendemonstrasika c. Lakukan
Batasan karakteristik : n batuk efektif dan pengaturan
1. Berat suara nafas yang monitor
a. Penurunan gas bersih, tidak ada ventilasi secara
darah arteri dari sianosis dan rutin
batas normal dyspneu (mampu d. Monitor adanya
b. Peningkatan mengeluarkan penurunan dan
frekuensi sputum, mampu peningkatan
pernafasan secara bernaas dnegan tekanan
signifikan dari batas mudah, tidak ada inspirasi
normal pursed lips) e. Monitor hasil
c. Peningkatan b. Tanda-tanda vital pembacaan
tekanan darah dari dalam rentang ventilator dan
batas normal (20 normal suara nafas
mmHg) f. Gunakan teknik
d. Peningkatan denyut eseptik
jantung dari batas g. Hentikan
normal (20x/menit) selang NGT
e. Pernafasan sampai suction
abdomen paradoks dan 30-60
f. Adanya bunyi nafas menit sebelum
terdengar sekresi fisioterapi dada
jalan nafas h. Tingkatkan
g. Sianosis intake dan
h. Penurunan tingkat cairan adekuat
kesadaran Mechanical
i. Nafas dangkal ventilation weaning
a. Monitor
2. Ringan kapasitas vital,
a. Hangat kekuaran
b. Kegelisahan, inspirasi
kelelahan b. Pastikan pasien
c. Tidak nyaman bebas dari
untuk bernafas tanda-tanda
Faktor-faktor yang infeksi sebelum
berhubungan: dilepas
psikologi c. Monitor status
a. Pasien merasa tidak cairan dan
efektif untuk elektrolit yang
penyapihan adekuat
b. Tidak berdaya d. Suction jalan
c. Cemas, putus asa, takut nafas
d. Defisit pengetahuan e. Konsulkan ke
e. Penurunan motivasi fisioterapi dada
f. Penurunan harga diri f. Gunakan teknik
Situasional relaksasi
a. Episode masalah tidak Airway manajement
terkontrol
b. Riwayat usaha a. Buka jalan
penyapihan tidak nafas, gunakan
berhasil teknik chin lift
c. Lingkungan yang atau jaw thrust
kurang baik riwayat bila perlu
tergantung ventilator >4 b. Posisikan
hari- 1 minggu pasien untuk
d. Ketidakcocokan selang memaksimalka
untuk mengurangi n ventilasi
bantuan ventilator c. Identifikasi
e. Ketidakadekuatan pasien perlunya
dukungan sosial pemasangan
Fisiologi alat jalan nafas
a. Nutrisi yang tidak buatan
adekuat d. Pasang mayo
b. Gangguan pola tidur bila perlu
c. Ketidaknyamanan atau e. Lakukan
nyeri tidak tekontrol fisioterapi dada
d. Bersihan jalan nafas jika perlu
tidak efektif f. Keluarkan
secret dengan
batuk atau
suction
g. Auskultasi
suara nafas,
catat adanya
suara tambahan
h. Lakukan
suction paa
mayo
i. Berikan
bronkodilator
bila perlu
j. Berikan
pelembab udara
(kassa Nacl
lembab)
k. Atur intake
untuk cairan
mengoptimalka
n
keseimbangan
l. Monitor
respirasi dan
status O2
3 Penurunan Curah Jantung b/d NOC : NIC :
a. Efektifitas pompa Cardiac care
jantung
b. Status sirkulasi a. Evaluasi
c. Tanda tanda vital adanya nyeri
Kriteria Hasil : dada
a. Tanda tanda vital (intensitas,
dalam rentang lokasi dan
normal durasi)
b. Dapat b. Catat adanya
mentoleransi distrimia
aktifitas, tidak ada jantung
kelelahan c. Catat adanya
c. Tidak ada edema tanda dan
paru, perifer, dan gejala
tidak ada asites penurunan
d. Tidak ada cardiac output
penurunan d. Monitor status
kesadaran kardiovaskuler
e. Monitor status
pernafasan
yang
menandakan
gagal jantung
f. Monitor
abdomen
sebagai
indikator
penurunan
perfusi
g. Monitor adanya
perubahan
tekanan darah
h. Atur periode
latihan dan
istirahat untuk
menghindari
kelelahan
i. Monitor
toleransi
aktifitas pasien
j. Monitor adanya
dyspneu,fatigu,
takipneu, atau
ortopneu
k. Anjurkan untuk
menurunkan
stress
Vital Sign Monitor
a. Monitor TTD,
nadi, suhu, dan
RR
b. Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
c. Monitor VS
saat pasirn
berbaring,dudu
k atau berdiri
d. Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD,
nadi, RR
sebelum selama
dan setelah
aktifitas
f. Monitor
kualitas dari
nadi
g. Monitor adanya
pulsus
paradoksus
h. Monitor bunyi
jantung
i. Monitor
frekuensi dan
irama
pernafasan
j. Monitor suara
paru
k. Monitor pola
pernafasan
l.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Stroke periode akut adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak
terganggu atau berkurang, baik akibat sumbatan (TIA), pecahnya pembuluh darah
di otak (PIS), atau masalah pada jantung (infark). Tanpa darah otak tidak mendapat
pasokan oksigen dan nutrisi, sehingga sebagian area pada otak akan mati. Pada
stroke terdapat golden period antara 4,5 jam hingga 6 jam pasca serangan dengan
mempertahankan kepatenan airway, breathing, dan cirulation, serta menangani
manifestasi yang muncul pada pasien. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat
diambil antara lain : ketidakefektifan pola nafas, hambatan pertukaran gas,
disfungsi respon penyapihan ventilasi, penurunan curah jantung, resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak.

3.2 Saran

Penulis berharap makalah ini dapat memberi pemahaman pada pembaca


terlebih mahasiswa keperawatan tentang penanganan dan asuhan keperawatan yang
dapat diberikan pada pasien dengan Syok Periode Akut. Penulis menyadari banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, kiranya pembaca dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun bagi penulis.
DAFTAR ISI

Hopkins, Tracey. 2011. Intisari Medikal Bedah : Buku Praktik Klinik Ed 3. JakartA

: EGC

Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Ed 5. Jakarta :
Interna Publishing

Goldszmidt, J Adrian. 2011. Essentials Stroke. Jakarta : ECG

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2 Ed 3. Jakarta. : Media


Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai