Anda di halaman 1dari 4

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

“Faktor Polistandrat Kompetensi Dan Dampak

Polistandarat Serta Demokrasi”

Dosen Pengampu :

Dr. Maria Febriana, SH., MH

Disusun Oleh

KELOMPOK GANJIL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


Anggota Kelomok Ganjil :

1. Agnes Argadiau Napitu (01.2.16.00521)


2. Anggita Septian (01.2.16.00523)
3. Bagas Nofan Imandi (01.2.16.00525)
4. Crismonando Setya (01.2.16.00527)
5. David Bayu Kristanto (01.2.16.00529)
6. Diah Ayu Wilujeng (01.2.16.00531)
7. Dianita Anggraini (01.2.16.00533)
8. Dwi Chirmon Petter (01.2.16.00535)
9. Endro Naffantiyanto Akas (01.2.16.00537)
10. Febinda Dwi Arimbi (01.2.16.00539)
11. Inas Istiqal Sary Nabilah (01.2.16.00541)
12. Kezia (01.2.16.00543)
13. Lolita Fabiola Rohani (01.2.16.00546)
14. Milkha Oktariyanti (01.2.16.00548)
15. Muhamad Reka Yusmara (01.2.16.00550)
16. Novita Purwiningsih (01.2.16.00552)
17. Ony Nindya Naluri (01.2.16.00554)
18. Septi Arum Pradana (01.2.16.00558)
19. Tigo Charismayana (01.2.16.00560)
20. Weka Ermakda S (01.2.16.00562)
21. Yedija Dwika Agnestika Elgracesia (01.2.16.00564)
22. Yesika Margiana (01.2.16.00566)
23. Yunica Christanti Jatmiko (01.2.16.00569)
1. Faktor polistandart kompetensi
Polistandart kompetensi adalah suatu ukuran atau patokan tentang penegtahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mengerjakan
suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan tujuan kerja yang dipersyaratkan.
a. Pengetahuan dan keterampilan untuk mengerjakan suatu tugas (ketidakmampuan)
b. Ketidakmampuan mentrasnfer dan menerapkan kemampuan
c. Ketidakmampuan pengetahuan sitasi dan lingkungan yang berbeda
Bila polistandart kompetensi tidak terpenuhi atau menjadi faktor penyebab
korupsi akan menyebabkan banyak kerugian.
a. Kurang adanya keteladanan
b. Tidak adanya kemampuan
c. Kurang memadainya sistem akuntabilitas
d. Kelemahan sistem pengendalian manajemen
e. Lemahnya pengawasan
2. Dampak polistandart kompetensi dan demokrasi
Berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi, karena korupsi yang
dilakukan oleh petinggi pemerintah, petinggi legislatif maupun petinggi partai politik.
1. Munculnya kepemimpinan yang korupsi
Konsituen didapatkan dan berjalan karena adanya suap yang diberikan oleh calon-
calon pemimpin partai, bukan karena simpati atau percaya terhadap kemampuan
dan kepemimpinannya. Contohnya : adanya suap kepada masyarakat dari calon-
calon pemimpin partai saat pesta demokrasi. Masyarakat seolah-olah dituntun
untuk memilih pemimpin yang korup, masyarakat hanya diberi impi dan janji-
janji akan sejahtera.
2. Menguatnya plutokrasi (sistem politik yang dikuasai pemilik modal/kapitalis
Korupsi yang menyandera pemerintahan akan menghasilkan konsekuensi
menguatkan plutokrasi , faktanya, perusahaan-perusahaan besar punya hubungan
dengan partai-partai yang ada di kancah perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa
pengusaha besar menjadi ketua partai politik. Seringkali kepentingan partai
bercampur dengan kepentingan perusahaan
3. Hancurnya kedaulatan rakyat
Seharunya kedaulatan rakyat ada di tangan rakyat. Namun yang terjadi sekarang
ini adalah kedaulatan ada di tangan partai politik, karena anggapan bahwa
partailaih bentuk representasi rakyat. Partai adalah dari rakyat dan mewakili
rakyar sehingga banyak orang menganggap bahwa wajar apabila sesuatu yang
didapat dari negara dinikmati oleh partai.
4. Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap demokrasi
Terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh petinggi partai
politik, mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya kepercayaan politik
terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.

Anda mungkin juga menyukai