Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Medis

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah pertemuan antara sel telur (ovum) dan sel mani

(spermatozoa). Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu. Menurut

Manuaba (2010), kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, trimester

pertama (umur kehamilan 0 sampai 12 minggu), trimester kedua (umur

kehamilan 13 sampai 28 minggu), trimester ketiga (umur kehamilan 29

sampai 42 minggu).

2. Tanda-tanda Kehamilan

a) Tanda dugaan hamil

1) Amenore (terlambat datang bulan). Konseps

dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de

graaf dan ovulasi.

2) Mual dan muntah. Dalam masa kehamilan

pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan.

6
7

3) Ngidam. Wanita hamil sering

menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian

disebut ngidam.

4) Pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke

daerah kepala menyebabkan iskhema susunan saraf pusat dan

menimbulkan pingsan.

5) Payudara tegang. Pengaruh estrogen-

progesteron dan sommatomatropin menimbulkan deposit lemak,

air, dan garam pada payudara.

6) Sering miksi. Desakan rahim ke depan

menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.

b) Tanda pasti kehamilan

1) Teraba gerakan janin dalam rahim.

2) Adanya denyut jantung janin

3) Terlihatnya kerangka janin dengan menggunakan roentgen.

c) Tanda tidak pasti kehamilan

1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil.

2) Terdapatnya tanda Hegar, Chadwick, Piscalek, Braxton hicks dan

Ballotement (Wiknjosastro, 2002).

3. Perubahan fisiologi pada saat kehamilan

Menurut Manuaba (2010), dengan terjadinya kehamilan maka

seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar


8

sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam

rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon

somatomatropin, estrogen, dan progesterone yang menyebabkan perubahan

pada :

a. Rahim atau uterus

Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan

mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi sangat seberat

+ 1000 gram saat akhir kehamilan saat akhir kehamilan. Otot rahim

mengalami hiperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak dan

dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.

b. Vagina (liang senggama)

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena

pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biuran

(tanda chadwicks).

c. Ovarirum (indung telur)

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus

luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya

plasenta yang sempurna pada umur kehamilan 16 minggu.

d. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara


9

tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu

estrogen, progesteron dan somatomatropin.

e. Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor antara lain :

1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim.

2) Terjadinya hubungan langsung antara arteri dan vena pada

sirkulasi retro-plasenter.

3) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron makin meningkat.

B. Kehamilan Resiko Tinggi

Menetapkan kehamilan resiko tinggi pada ibu dan janin adalah dengan

melakukan anamnesis yang intensif (baik), pemeriksaan fisik, dan

melakukan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan

rontqen, pemeriksaan ultrasonografi, dan pemeriksaan lain yang dianggap

perlu) (Manuaba,dkk, 2009).

Berdasarkan waktu keadaan, keadaan resiko tinggi ditetapkan

menjelang kehamilan, saat hamil muda, saat hamil pertengahan, saat inpartu,

dan setelah persalinan. Pengawasan antenatal dilakukan untuk dapat

menetapkan secara dini dan menjawab pertayaan (Manuaba,dkk, 2009).

a. Apakah kehamilan berjalan dengan baik


10

b. Apakah terjadi kelainan bawaan pada janin.


c. Bagamana fungsi plasenta untuk tumbuh-tumbuhan janin.
d. Apakah terjadi penyulit pada kehamilan
e. Apakah terdapat penyakit ibu yang membahayakan janin
f. Bila diperlukan terminasi kehamilan (apakah terminasi

dilakukan untuk menyelamatkan ibu, apakah janin dapat hidup diluar

kandungan, bagamana teknik terminasi sehingga tidak menambah

penyulit bagi ibu dan janin


g. Bagaimana kesanggupan member pertolongan persalinan

dengan memperhitungkan tempat pertolongan itu dilakukan, persiapan

alat yang diperlukan untuk tindakan, kemampuan diri sendiri untuk

melakukan tindakan.
h. Menetapkan sikap yang akan diambil dalam menghadapi

kehamilan ;
a. Kehamilan resiko rendah dapat ditolong setempat.
b. Kehamilan resiko meragukan perlu pengawasan yang intensif.
c. Kehamilan resiko tinggi dilakukan rujukan
Keuntungan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara dini

keadaan resiko tinggi ibu dan janin sehingga bidan dapat melakukan

pengawasan yang lebih intensif, member pengobatan sehingga resiko dapat

dikendalikan, melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang

adekuat, dan segera melakukan terminasi kehamilan (Manuaba,dkk, 2009).


Definisi kehamilan resiko tinggi dalam kaitan ini adalah keadaan yang

dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang

dihadapi. Berdasarkan definisi tersebut, beberapa penelitian berikut

menetapkan kehamilan dengan resiko tinggi.


1. Puji Rochyati.
Menurut puji rochyati, kehamilan berisiko tinggi adalah sebagai
11

berikut :
a. Primipara muda usia kurang dari 16 tahun.
b. Primipara tua usia lebih dari 35 tahun.
c. Primipara sekunder dengan usia anak terkencil lebih dari 5 tahun.
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm.
e. Riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah

persalinan premature, bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan

tindakan, preeklamsia/eklamsia, gravid serotinus, kehamilan dengan

perdarahan antepartum).
f. Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.
2. Gastelazo Ayala
Menurut Gaztelazo Ayala, kehamilan berisiko tinggi

dipengaruhi oleh faktor berikut :


a. Faktor antenatal
b. Faktor intrapartum
c. Faktor obstetric dan neonatal.
d. Faktor umum serta pendidikan.

3. Hebert Hutabarat.
Hebert Hutabarat membagi faktor kehamilan dengan resiko

tinggi berdasarkan hal-hal berikut;


a. Komplikasi obstetric, yang meliputi :
1) Usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Paritas (primigravida tua primer atau sukender, grande-multipara)
3) Riwayat persalinan :
a) Abortus lebih dari 2 kali.
b) Partus premature 2 kali atau lebih.
c) Riwayat kematian janin dalam rahim.
d) Perdarhan pascapersalinan.
e) Riwayat preeclampsia/eklampsia.
f) Riwayat kehamilan mola hidatidosa.
g) Riwayat persalinan dengan tindakan operasional (ekstraksi

vakum, ekstaksi forsep, ekstraksi versi, atau plasenta manual).


h) Terdapat disproporsi sefalopelvik.
i) Pendarahan antepartum.
j) Kehamilan ganda atau hidramnion.
k) Hamil dengan kelainan letak.
12

l) Sangkaan dismaturitas.
m) Serviks inkompeten.
n) Hamil disertai mioma uteri atau kista ovarium.
b. Komplikasi medis, kehamilan yang disertai dengan anemia,

hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, abesitas, penyakit

hepar, penyakit paru, atau penyakit lainya.


4. J.S. Lesinki
Lesinki mengelompokkan faktor kehamilan dengan resiko tinggi

berdasarkan waktu kapan faktor tersebut dapat mempengaruhi kehamilan.


a. Faktor resiko tinggi menjelang kehamilan.
1) Faktor genetika
a) Penyakit keturunan yang sering terjadi pada keluarga tertentu

sehingga perlu dilakukan pememriksaan sebelum hamil.


b) Bila terjadi kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan kelainan

bawaan
2) Faktor Lingkungan
a) Faktor pendidikan dan social ekonomi diperhitungkan.
b) Kedua faktor ini menimbulkan gangguan pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim.


c) Mempengaruhi cara pemilihan tempat dan penolong persalinan

sehingga dapat menimbulkan resiko saat persalinan atau saat

hamil.
b. Faktor resiko tinggi selama hamil, perkembangan dan pertumbuhan

janin dalam rahim, hubungan aksis fetoplasental dan sirkulasi

retroplasental merupakan satu kesatuan. Bila terjadi gangguan atau

kegagalan salah satu faktor akan menimbulkan resiko terhadap ibu

maupun janin, yang meliputi :


1) Faktor keadaan umum menjelang kehamilan.
2) Kebiasaan ibu (merokok, alkohol, dan kecanduan obat)
3) Faktor penyakit yang mempengaruhi kehamilan (hipertensi,
13

gestosis-toksemia gravidarum)
c. Faktor resiko saat persalinan
1) Faktor mekanis dalam hubungan 3P
a) Disproporsi sefalopelvik.
b) Kelainan letak : sungsang atau lintang
c) Malpresentasi
d) Ketuban pecah dini
e) Distres janin.
f) Perdarahan antepartum
g) Grandemultipara.
2) Faktor nonmekanis
a) Pengaruh obat analgesic atau sedative
b) Penyakit ibu yang menyertai kehamilan.
d. Faktor yang bekerja langsung pada neonates.
1) Sindrom distress pernafasan (asfeksia neonatorum, aspirasi air

ketuban atau mekonium)

2) Faktor umum kehamilan yang mengganggu neonates.


a) Prematuritas
b) Neonatus dengan termoregulator premature.
c) Bayi kecil cukup bulan (berat bayi lebih rendah, gangguan

mengisap dan menelan, hipofibrinogenemia, gangguan

kongenital0.
3) Penyakit ibu (hipertensi, diabetes mellitus, jantung paru, hepar)
4) Pertumbuhan intrauterine (perdarahan antepartum, infeksi

intrauterine, gangguan pertumbuhan jiwa atau neurologis,

tolsemia, kelainan congenital)

C. Panggul Sempit
Ada 2 definisi panggul sempit, yaitu secara anatomi dan secara
obstetr, Secara anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran
diameternya berada di bawah angka normal sebanyak 1 cm atau lebih,
Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu atau lebih diameternya
kurang sehingga mengganggu mekanisme persalinan normal.
14

1. Faktor yang mempengaruhi ukuran dan bentuk panggul :


a. Perkembangan: bawaan lahir atau keturunan.
b. Suku bangsa.
c. Nutrisi: gangguan gizi (malnutrisi)
d. Faktor hormon: kelebihan androgen menyebabkan panggul
jenis android.
e. Metabolisme: ricketsia dan osteomalasia.
f. Trauma, penyakit atau tumor tulang panggul, kaki dan
tulang belakang.
2. Ukuran – ukuran panggul
Ukuran-ukuran luar tak dapat dipergunakan untuk penilaian,apakah

persalinan dapat berlangsung secara biasa atau tidak. Walaupun begitu

ukuran-ukuran luar dapat memberikan petunjuk pada kita akan

kemungkinan panggul sempit.


Ukuran luar yang terpenting ialah:
1. Distantia spinarum :
Jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan kanan (Ind. 23, Er.

26), kurang lebih 24 – 26 cm


2. Distantia cristarum :
Jarak yang terjauh antara crista iliaca kanan dan kira (Ind. 26, Er. 29),

kurang lebih 28 – 30 cm.


3. Conjugata externa (Baudeloque) :
Jarak antara pinggir atas symphysis dan ujung prosessus spinosus

ruas tulang lumbal ke-V (Ind. 18, Er. 20), 18 cm.


4. Ukuran lingkar panggul :
Dari pinggir atas symphysis ke pertengahan antara spina iliaca

anterior superior dan trochanter major sepihak dan kembali melalui

tempat – tempat yang sama di pihak yang lain (Ind. 80, Er. 90),

kurang lebih 10,5 cm.


Wanita dengan tinggi kurang dari 1,5 meter dicurigai panggul sempit
(ukuran barat). Pada pemeriksaan kehamilan, terutama kehamilan anak
pertama, kepala janin belum masuk pintu atas panggul di 3-4 minggu terakhir
15

kehamilan. Bisa juga ditemukan perutnya seperti pendulum serta ditemukan


kelainan letak bayi.
Pada kehamilan pertama, biasanya dilakukan pemeriksaan kapasitas
rongga panggul pada usia kehamilan 38-39 minggu, baik secara klinis (dengan
periksa dalam /VT) atau dengan alat seperti jangka ataupun radio diagnostik
(X-ray, CT-scan atau Magnetic resonance imaging (MRI).
Berikut ini adalah cara untuk menilai panggul sempit secara klinis (dengan
pemeriksaan dokter tanpa alat) :

1) Metode Pinard
a) Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.
b) Pasien dalam posisi semi duduk
c) Tangan kiri mendorong kepala bayi kearah bawah belakang panggul
sementara jari tangan kanan di posisikan di tulang kemaluan
(simfisis) untuk mendeteksi ketidak seimbangan kepala dengan jalan
lahir (disproporsi).
2) Metode Muller – Kerr
a) Metode ini lebih akurat dalam mendeteksi disproporsi kepala dengan
jalan lahir.
b) Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.
c) Posisi berbaring telentang.
d) Tangan kiri mendorong kepala ke dalam panggul dan jari tangan
kanan dimasukkan ke dalam vagina (VT) dan jempol kanan
diletakkan di tulang kemalua.
Derajat panggul sempit ditentukan oleh ukuran/jarak antara bagian
bawah tulang kemaluan (os pubis) dengan tonjolan tulang belakang
(promontorium). Jarak ini dinamakan konjugata vera (garis merah pada
gambar di bawah ini).

Dikatakan sempit Ringan: jika ukurannya 9-10 cm, Sempit sedang: 8-9
cm, sempit berat: 6-8 cm dan sangat sempit jika kurang dari 6 cm.
16

Gambar 2.1 Panggul

Untuk panggul sempit ringan masih bisa dilakukan persalinan percobaan


sedangkan mulai sempit sedang dan seterusnya dilakukan persalinan dengan
operasi cesar.

3. Penanganan
Penanganan Panggul sempit dapat dilakukan dengan persalinan

percobaan, yaitu: percobaan untuk melakukan persalinan pervaginam pada


17

wanita wanita dengan panggul yang relative sempit. Persalinan percobaan

hanya dapat dilakukan pada letak belakang kepala, jadi tidak di lakukan

pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya..

Persalinan percobaan dapat dimulai pada permulaan persalinan dan

berakhir setelah kita mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat

berlangsung pervaginam atau setelah anak lahir pervaginam

Persalinan percobaan dikatakan berhasil apabila anak lahir pervaginam

secara spontan atau dibantu dengan ekstrasi (forceps atau vakum) dan anak

serta ibu dalam keadaan baik.

II. Tinjauan Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah serta secara sistematis mulai dari

pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

Konsep tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney’s (2001), yaitu:

Langkah-langkah manajemen kebidanan:

I. Langkah 1

Pengkajian ( pengumpulan data dasar )


18

Pada tahap ini semua data dasar dan informasi yang akurat dan lengkap

tentang klien dikumpulkan dan dianalisis untuk mengevaluasi keadaan klien,

maka pada pengkajian difokuskan pada:

a. Data Subyektif

Data ialah catatan kuantitatif dari segala sesuatu yang berhubungan

dengan masalah. Data ini mencakup perasaan, reaksi atau pengamatan

terhadap masalah, data yang terpercaya diperoleh dari pasien

(Wiknjosastro, 2005). Meliputi:

1) Biodata

Informasi khusus tentang pasien diperoleh berdasarkan kelompok

demografik, misalkan umur, ras dan jenis kelamin (Wiknjosastro,

2005). Data identitas ini mencakup:

Identitas klien dan suami meliputi :

a) Nama

Dikaji dengan tujuan agar dapat mengenal/memanggil penderita dan

tidak keliru dengan penderita lain (Ibrahim, 2004)

b) Umur

Dikaji untuk mengetajui usia aman untuk kehamilan dan persalinan

adalah 20-30 tahun (Prawirohardjo, 2002)

c) Agama

Dikaji untuk menuntun kesuatu diskusi tentang pentingnya agama

dalam kehidupan pasien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan


19

persalinan (Ibrahim, 2004)

d) Suku Bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehri-hari

(Ibrahim,2004)

e) Pendidikan

Untuk mengetahui pengetahuan ibu dan bapak dalam kesehatan

(Farrer, 2001)

f) Pekerjaan

Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi (Ibrahim, 2004).

g) Alamat

Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila

mengadakan kunjungan pada penderita (Ibrahim, 2004)

2) Keluhan Utama

Keluhan ini yang ditanyakan meliputi keluhan yang menyebabkan pasien

datang ke pelayanan kesehatan. Keluhan yang akan dialami ibu hamil dengan

abortus iminens adalah keluarnya darah dari jalan lahir.

3) Riwayat kesehatan ibu

Menurut Wiknjosastro (2005), riwayat kesehatan perlu dikaji antara

lain sebagai berikut :

a) Riwayat kesehatan sekarang


20

Untuk mengetahui apakah sekarang ibu sedang menderita penyakit dan

dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinannya.

b) Riwayat kesehatan terdahulu

Untuk mengetahui apakah sebelumnya ibu pernah menderita penyakit

seperti asma, jantung, hipertensi dan toksoplasmosis. Pengaruh asma

pada ibu dan janin sangata tergantung dari sering dan beratnya serangan

(Prawirohardjo, 2002), penyakit jantung dalam persalinan akan

meningkatkan stress pada ibu dan janinnya sehingga perlu pemantauan

terus menerus jika ditemukan tanda-tanda awal kekurangan oksigen

(Farrer,1999). Hipertensi esensial dapat meningkatkan kecenderungan pre

eklampsi sebesar 7 kali lipat dan kecenderungan eklampsi sebesar 10 kali

lipat. Jika pre eklampsi terjadi secara bersama hipertensi esensial, keadaan

ini pre eklampsi akan lebih berbahaya, pada keadaan ini kematian janin

cenderung terjadi (Farrer, 1999). Penyakit Toksoplasmosis dapat

menularkan penyakit kepada janin yang dikandungnya (Prawirohardjo,

2002)

c) Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai riwayat penyakit

seperti asma, jantung, hipertensi dan keturunan kembar.

4) Riwayat perkawinan
21

Untuk mengetahui menikah berapa kali dan berapa umur pasien waktu

menikah serta sudah berapa lama menikah sehubungan dengan tanggung

jawab sebagai seorang ibu pada pengurusan bayi yang akan dilahirkan.

5) Riwayat obstetri

(a) Riwayat menstruasi

(a) Menarche : dikaji karena menarch merupakan pengeluaran darah

menstruasi yang pertama sebagai pertanda kematangan

alat reproduksi wanita. Sejak saat itu wanita memasuki

masa reproduksi aktif (Manuaba, 2010).

(b) Lama : jika lamanya menstruasi lebih panjang (hipermenore)

mengarah pada tumor rahim (Manuaba, 2010).

(c) Jumlah : bila jumlah menstruasi banyak (hipermenore) mengarah

pada tumor rahim.

(d) Konsistensi : apabila darah haid bergumpal menunjukkan

pengeluaran darah haid yang tidak normal yang

mengarah pada tumor rahim.

(e) Dysmenorhoe:untuk mengetahui apakah ada kelainan dalam organ

reproduksi seperti dismenorhoe sekunder mengarah

mioma uteri.

(f) Flour Albus : jika jumlah banyak atau bau menyengat berwarna

kuning kehijauan dan gatal kemungkinan adanya


22

penyakit kelamin. Seperti gonorhoe yang dapat

mempengaruhi bayi baru lahir (Manuaba, 2010).

(g) HPHT : Untuk menentukan tanggal perkiran partus dan umur

kehamilan sekarang (Prawirohardjo, 2002).

(b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Dikaji untuk mengetahui penanganan kehamilan pertama dan persalinan

pertama, pencegahan atau waspada terhadap kemungkinan kekambuhan

komplikasi.

(c) Riwayat Kehamilan sekarang

(a) GIPOAO

Dikaji untuk mengetahui hamil yang ke berapa, melahirkan berapa kali

dan pernah abortus atau tidak.

(b) HPL

Dikaji untuk menghitung hari perkiraan lahir, pada serotinus

kehamilannya melewati 42 minggu dihitung sejak HPHT (Achadiat,

2004).

(c) Umur Kehamilan

Dikaji untuk mengetahui umur kehamilan, pada serotinus umur

kehamilan melewati 42 minggu dihitung sejak hari pertama haid terakhir

(Achadiat, 2004).
23

(d) ANC

Dikaji untuk mengetahui berapa kali melakukan kunjungan kehamilan,

keluhan yang dirasakan selama hamil dan mendapat obat apa saja

selama hamil.

(e) Imunisasi TT

Untuk mengetahui selama hamil mendapat imunisasi TT berapa kali,

untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus

neonatorum (Prawirohardjo, 2002).

(f) Kebiasan yang berpengaruh negatif seperti

Merokok : Wanita yang teerlalu banyak merokok melahirkan anak yang

lebih kecil atau mudah mengalami abartus dan partus

prematurus (Prawirohardjo, 2002)

Alkohol : Dapat mengalami gangguan perkembangan saraf pada

janin (Prawirohardjo, 2002)

(g) Konsumsi obat – obatan

Untuk mengidentifikasi penggunaan obat pada masa hamil dan

mengidentifikasi janin dan bayi beresiko (Wheeler, 2004).

(h) Rencana Persalinan

Untuk mengetahui dimana ibu ingin bersalin

6) Riwayat kontrasepsi
24

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut kontrasepsi dengan jenis apa,

berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan alkon serta rencana

kontrasepsi setelah persalinan.

7) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

(a) Pola nutrisi

Data dikaji pada saat sebelum dan selama kehamilan. Dari data yang

terkumpul dapat dillihat apakah ada perubahan pola pemenuhan

kebutuhannya tersebut dan apakah perubahan polanya dapat

mempengaruhi kehamilan baik secara langsung maupun tidak langsung.

(b) Pola eliminasi.

Kandung kemih yang penuh akan meningkatkan resiko infeksi saluran

kemih pascapersalinan (JNPK-KR, 2004).

(c) Pola istirahat

Istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan

tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani

untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin (Manuaba,

2010).

(d) Personal Hyigiene


25

Untuk mengetahui kapan pasien terakhir mandi, gosok gigi dan keramas

serta ganti baju sehingga kesehatan pasien tetap terpelihara saat

persalinan nanti.

(e) Pola seksual

Aktifitas seksual tidak akan membahayakan bagi janin yang dikandung.

Baik hubungan seksual atau orgasme tidak akan mengakibatkan masalah

jika anda mempunyai resiko kehamilan rendah (Curtis,2000)

(f) Pola aktivitas

Untuk mengetahui apakah kegiatan ibu selama kehamilan apakah dapat

mempengaruhi kehamilan baik secara langsung maupun tidak langsung.

(g) Psikososiospiritual

Data ini dikumpulkan untuk mengetahui kondisi psikologis ibu sehingga

untuk mengetahui juga apakah ibu hamil memiliki adaptasi psikologis

yang baik dalam kehamilannya. Data yang dikumpulkan meliputi

tanggapan ibu hamil, suami dan keluarga terhadap kehamilannya,

kekhawatiran yang dirasakan ibu hamil, upaya pengambilan dan siapa

yang mengambil keputusan. Selain itu data tentang aktivitas sosial yang

diikuti seperti arisan, posyandu, dan kegiatan kemasyarakatan yang lain,

ketaatan pasien dalam beribadah sesuai dengan keyakinan dan agamanya.

Data yang dikumpulkan selanjutnya meliputi donor darah, ketersediaan


26

dana untuk kehamilan maupun persalinannya terutama apabila memiliki

resiko komplikasi obstetri.

(h) Data sosial budaya dan lingkungan yang berpengaruh

Data tentang budaya dikaji meliputi kepercayaan dan adat istiadat yang

dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinan ibu apakah

menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa kehamilan

serta untuk mengetahui ibu tinggal bersama siapa dan memiliki binatang

peliharaan atau tidak

(i) Riwayat sosial-ekonomi

Penghasilan yang terbatas akan berpengaruh terhadap pelayanan

kesehatan keluarga.

b. Data obyektif adalah data yang menggambarkan hasil

pengamatan klinik, hasil laboratorium, dan hasil pengobatan yang telah

dikerjakan (Wiknjosastro, 2005).

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum

Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan umum penderita karena keadaan

umum ibu sangat berpengaruh untuk menghadapi proses persalinan.

b) Kesadaran

Keadaan pasien dengan kesadaran penuh mempermudah dalam

memberikan asuhan persalinan.


27

c) Tanda-tanda vital

Vital sign dikaji untuk mengumpulkan data tekanan darah, nadi, suhu dan

respirasi ibu. Tekanan darah berada pada rentang 110-140 mmHg sistole

dan rentang diastole 90- 110 mmHg. Ibu hamil dengan tekanan darah tinggi

memiliki resiko terjadinya preeklampsi dan eklampsi. Kenaikan tekanan

darah sistole tidak boleh lebih dari 30 mmHg dan tekanan diastole tidak

boleh meningkat lebih dari 15 mm Hg dari tekanan rata-rata sebelum atau

selama hamil. Sedangkan tekanan darah sistole ≥ 110 mmHg tanpa melihat

riwayat tekanan darah sebelumnya sudah menunjukkan tanda preeklampsia

berat. Perbedaan tanda-tanda vital menunjukkan berubahnya fungsi-fungsi

organ vital dalam tubuh ibu hamil.

d) Berat badan

Dikaji untuk menentukan pertambahan berat badan total

e) Tinggi Badan

Dikaji karena pada ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 140 cm,

dicurigai adanya disproporsi sefalo pelvic

f) Lila

Untuk mengetahui berapa lingkar lengan atas ibu, karena bila kurang dari

23,5 cm ibu menderita KEK (kekurangan Energi Protein)


28

2) Pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi, palpasi dan perkusi untuk mengetahui

keadaan :

Kepala : mengetahui bentuk dan ada kelainan atau tidak (Prawirohardjo,

2006).

Muka : untuk mengetahui ada oedem pada muka atau tidak

(Prawirohardjo, 2006)

Mata : untuk mengetahui bentuk dan ada kelainan atau tidak pada mata.

Untuk mengetahui konjungtiva dan sklera normal atau tidak

(Prawirohardjo, 2006).

Telinga : untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga dan

pendengaran (Prawirohardjo, 2006).

Hidung : untuk mengetahui keadaan bentuk hidung dan ada polip atau

tidak (Prawirohardjo, 2006).

Mulut : untuk mengetahui kebersihan dari mulut dan gigi

(Prawirohardjo, 2006).

Leher : untuk mengetahui keadaan kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan

vena jugularis (Prawirohardjo, 2006).

Dada : untuk mengetahui gerakan dada pada saat bernafas

(Prawirohardjo, 2006).
29

Mamae : untuk mengetahui kesimetrisan payudara dan papila menonjol

atau tidak, untuk mengetahui benjolan abnormal yang ada dan

kolostrum sudah keluar atau belum (Prawiroharjdo, 2006)

Abdomen : abdomen diinspeksi dan dipalpasi, jaringan perut, hernia, massa,

uterus dapat diraba lewat perut/tidak (Farrer, 1999). Abdomen

dikaji untuk mengetahui ada strie dan linea alba sehubungan

dengan perubahan fisiologis ibu selama hamil (Pusdiknakes,

2003) juga untuk mengetahui letak janin dengan cara Leopold

(Prawirohardjo, 2006).

Leopold I : dilakukan untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin

pada fundus, menentukan letak kepala atau bokong dengan satu

tangan di fundus dan tangan lain di atas simfisis (Mansjoer,

2002). Teraba kepala apabila teraba bulat, keras, dan melenting.

Leopold II : dilakukan untuk menentukan batas samping rahim kanan-kiri,

menentukan letak punggung janin dan bagian terkecil janin

(Mansjoer, 2002). Teraba punggung bila pada bagian tersebut

teraba bagian memanjang dan keras seperti papan. Teraba

ektremitas apabila pada bagian tersebut teraba bagian kecil-kecil

yang tidak merata.

Leopold III : dilakukan untuk mengetahui bagian terbawah dari janin

(Mansjoer, 2002). Teraba bokong apabila pada bagian ini terasa

sedikit bulat, lunak dan tidak melenting.


30

Leopold IV : dilakukan untuk menentukan bagian terbawah janin dan sudah

masuk pintu atas panggul atau belum (Mansjoer, 2002).

TFU : dikaji untuk memperkirakan/ menghitung tafsiran berat janin

(TBJ) dan untuk mengetahui umur kehamilan. Karena salah satu

kriteria diagnosis ketuban pecah dini adalah usia kehamilan

viable (lebih dari 20 minggu) (Achadiyat, 2004).

Auskultasi : Dikaji untuk mendengarkan Denyut Jantung Janin (DJJ) adalah

bagian penting dari proses. Bidan harus menghitung denyutan

per menit, normalnya mendapat nilai antara 110 – 160 x/menit

(Salmah dkk, 2006).

Genetalia : dikaji untuk mengetahui ada varises, pendarahan, luka ,

kelunakan, cairan yang keluar, dan sudah ada pembukaan atau

tidak (Pusdiknakes, 2003).

Anus : adanya hemoroid eksternal dapat menimbulkan rasa nyeri

pendarahan saat persalinan (Prawirohardjo, 2006).

Ekstremitas : ada varises pada ekstremitas yang menyebabkan pendarahan

dan oedem, reflek patela pada ekstremitas kemungkinan

terjadinya pre-eklamsi (Prawirohardjo, 2006).

3) Pemeriksaan Penunjang

a) Dilakukan pemeriksaan haemoglobin untuk mengetahui

anemia atau tidak karena dapat mengakibatkan perdarahan post partum dan

partus lama (Muchtar R, 2002).


31

b) USG untuk menentukan usia kehamilan, indek cairan amnion

berkurang (Mansjoer, 2002)

II. Langkah II

Melakukan interpretasi data

Langkah ini bermula dari data dasar ; menginterpretasikan data untuk kemudian

diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang

diidentifikasi khusus.

(Varney, 2007), dalam hal ini dapat berupa diagnosa kebidanan dan masalah atau

diagnosa yang spesifik.

Interpretasi pada ibu dengan abortus iminens adalah

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan, abortus, umur ibu, umur kehamilan, keadaan janin,

presentasi, punggug janin dan masalah spesifik. Berikut ini diagnosa kebidanan

yang dapat ditegakkan pada kasus Ny H, umur 36 tahun G1P0A0Ah0 umur

kehamilan 10+4 minggu, balotement belum teraba dengan abortus

imminent.Dasar dari diagnosa tersebut adalah :

Data Subyektif :

1. Ibu mengatakan ini kehamilan ke...

2. Ibu mengatakan ini persalinan ke...

3. Ibu mengatakan pernah/ belum pernah abortus,...kali

4. Ibu mengatakan usia saat ini...tahun


32

5. Ibu mengatakan HPHT tanggal...bulan...tahun...

6. Ibu mengeluh mengeluarkan darah dari jalan lahir

Data Obyektif :

1. KU dan kesadaran

2. Tanda-tanda vital

3. Palpasi

4. his

5. Pemeriksaan (inspeksi) pada jalan lahir

6. Inspekulo

7. PP test

b. Diagnosa Masalah

Diagnosa masalah pada kasus abortus iminens yang dapat ditegakkan adalah :

Kecemasan

Data dasar : ibu mengatakan takut terjadi sesuatu dengan kehamilannay

c. Diagnosa kebutuhan

Diagnosa kebutuhan yang mungkin dapat ditegakkan adalah :

a) Dukungan psikososial

b) Observasi KU, his, DJJ, VT

c) Terapi

III. Langkah III

Identifikasi diagnosa dan masalah potensial

Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis


33

potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutukan antisispasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan

diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial

ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang

aman. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah

potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga

merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi.

Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional/logis. Diagnosa masalah potensial

yang dapat ditegakkan dari kasus ini adalah abortus insipiens.

IV. Langkah IV

Identifikasi dan menetapkan tindakan segera atau konsultasi dan kolaborasi segera

dengan tenaga kesehatan lain

Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau

penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan.

Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung selama asuhan primer periodik atau

kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan bidan.

Dalam kondisi tertentu, seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi

atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli

gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus

mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa

sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan.


34

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa dalam melakukan suatu tindakan harus

disesuaikan dengan prioritas masalah/kondisi keseluruhan yang dihadapi klien.

Setelah bidan merumuskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi

diagnosis/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus

merumuskan tindakan emergensi/ darurat yang harus dilakukan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa

dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau bersifat rujukan. Antisipasi tindakan

segera yang dapat dilakukan adalah bedrest total.

V. Langkah V

Membuat rencana asuhan menyeluruh yang rasional dengan temuan langkah

sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau

diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data

yang dapat lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga

dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini

mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya; apakah dibutuhkan

penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah

masalah terkait sosial, ekonomi, kultural atau psikologis. Dengan kata lain, asuhan

terhadp wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua

aspek asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh kedua belah phak, yaitu bidan dan

klien, agar dapat dilaksanakan secara efektif.


35

Semua keputusan yang telah disepakati dikembangkan dalam asuhan

menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional dan valid yang didasarkan pada

pengetahuan, teori terkini (up to date), dan sesuai dengan asumsi tentang apa yang

akan dilakukan klien.

Perencanaan asuhan kebidanan pada abortus iminens ditentukan pada

diagnosa kebidanan, diagnosa masalah, diagnosa kebutuhan, dan diagnosa potensial

pada kasus. Perencanaan yang dapat ditentukan adalah :

1. Beritahu tanda bahaya kehamilan

2. Beritahu untuk segera melakukan USG

3. Berikan terapi

4. Dukungan psikososial

VI. Langkah VI

Implementasi data

Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan

aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak

melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah

tersebut benar-benar terlaksana).

Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani

klien yang mengalami komplikasi bidan tetap bertanggung jawab terhadap


36

terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan yang

efisien dan berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya.

Pelaksanaan yang dapat dilakukan adalah berdasarkan perencanaan yang telah

disusun. Didokumentasikan tanggal dan jam pelaksanaan asuhan.

VII. Langkah VII

Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara siklus dan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak

efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat

keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi

keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan

kebutuhan akan bantuan; apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana telah

diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap

efektif jika benar memang efektif dalam pelaksanaanya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut, sedang sebagian lagi

belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan merupakan suatu

kegiatan yang berkesinambungan, maka bidan perlu mengulang kembali setiap

asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi

mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif serta melakukan penyesuaian pada

rencana asuhan tersebut. Evaluasi sebagai bentuk keberhasilan tindakan pada kasus

ini diantaranya adalah :

Bagaimana keadaan ibu dan janin setelah pemberian terapi dan istirahat total

sementara waktu
37

Demikianlah langkah-langkah alur berpikir dalam penatalaksanaan klien

kebidanan. Alur ini merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan tidak

terpisah satu sama lain, namun berfungsi mempermudahkan proses pembelajaran.

Proses tersebut diuraikan dan dipilah seolah-olah terpisah antara satu tahap/langkah

dengan langkah berikutnya.

III. Aspek Hukum

1. Kewenangan bidan menurut PERMENKES RI NO.

1464/MENKES /2010.

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan

yang meliputi:

a. Pelayanan kesehatan ibu;

b. Pelayanan kesehatan anak; dan

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 10

(1). Pelayanan kesehatan ibu sebagai mana dimaksud dalam pasal 9 diberikan

pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan

menyusui dan masa antara dua kehamilan.

(2). Pelayanan kesehatan ibu sebagai mana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil


38

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui: dan

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

(3).Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berwenang untuk:

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian tablet FE pada ibu hamil

e. Pemberian vitamin A dosis tinggipada ibu nifas

f. Fasilitasi/bimbinganinisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu

ekslusif

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post partum

h. Penyuluhan dan konseling

i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil


39

j. Pemberian surat keterangan kematian

k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2. Undang-Undang Kesehatan no 23 tahun 1992

a.Pasal 16 ayat 1 yang berbunyi pelayanan kepada ibu, meliputi :

1) Penyuluhan konseling

2) Pemeriksaan fisik

3) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

4) Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil

dengan abortus iminens, Hiperemesis tingkat I, Pre Eklampsi

Ringan dan anemia ringan.

5) Pertolongan Persalinan Normal

6) Pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak sungsang,

partus macet, kepala di dasar panggul, KPD tanpa infeksi

perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia

uteri primer, post term dan pre term.

7) Pelayanan ibu nifas normal

8) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,

renjatan dan infeks ringan.

9) Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi

keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.


40

b. Pasal 18 yaitu bidan dalam memeberikan pelayanan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 16 berwenag untuk :

1) Memberikan suntikan pada penyulitan kehamilan, persalinan dan

nifas

2) Episiotomi

3) Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II

4) Pemberian infus

5) Pemberian suntikan intramuskular uterotonika, antibiotika dan

sedativa.

3. Permenkes No 1464/Menkes/2010 tentang Standar Praktik Kebidanan.

BAB III pasal 14 yang berbunyi :

a. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/ pasien dan

tidak ada dokter di tempat kejadian, bidan dapat melakukan pelayanan

kesehatan di luar kewenangan.

b. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter,

dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah dapat melakukan pelayanan

kesehatan di luar kewenangan.

Standar Pelayanan Kebidanan

Menurut Kusmiyati (2008) standar pelayanan kebidanan adalah sebagai

berikut:
a.Standar 3 : identifikasi ibu hamil
b. Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal
c.Standar 5 : palpasi abdominal
d. Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan
41

e.Standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan


f. Standar 8 : persiapan persalinan

Anda mungkin juga menyukai