Anda di halaman 1dari 6

1.

Hapalkan Mengenai Definisi Managemen Kebidanan


Pengertian manajemen kebidanan ialah suatu pemecahan masalah yang di pergunakan sebagai salah satu
methode untuk mengorganisasikan pikiran serta tindakan yang berdasarkan atas teori ilmiah, penemuan-
penemuan, sebuah keterampilan dalam tahapan yang akurat untuk melakukan pengambilan sebuah
keputusan yang berfokus terhadap klien (Varney,2004)

2. Hapalkan Mengenai 7 langkah Varney


» Langkah 1 : Pengkajian
Pada langkah awal ini bidan mengumpulkan seluruh informasi yang komplit & akurat dari seluruh
sumber yang berhungan dengan kondisi klien, untuk memperoleh beberapa data dapat dilakukan dengan
cara :
a. Melakukan Anamnesa
b. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan & pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Melakukan pemeriksaan khusus
d. Melakukan pemeriksaan penunjang
Apabila klien mengalami adanya komplikasi yang perlu dikonsultasikan pada dokter dalam melakukan
penatalaksanaan maka bidan harus melakukan konsultasi atau kolaborasi bersama dokter. Tahap ini
menjadi langkah awal yg nantinya akan sangat mempengaruhi untuk menentukan langkah berikutnya,
maka perlu dilakukan kelengkapan data sesuai dengan kasus yang ditemui akan menentukan proses
interpretasi yang benar atau tidaknya dalam tahap selanjutnya, maka dalam tahap pendekatan ini mesti yg
komprehensif meliputi dari data subjektif, objektif & hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan
kondisi / masukan dari klien yg sebenarnya & valid. Kaji ulang data yang telah diperoleh apakah telah
sesuai, lengkap serta akurat.
» Langkah II : Merumuskan Diagnosa Atau Masalah Kebidanan
Pada langkah Kedua ini identifikasi pada masalah atau diagnose berdasarkan interpretasi yg benar-benar
akurat atas data-data yg telah dikumpulkan. Data basic yg telah dapat dikumpulkan di interpretasikan
maka nantinya dapat merumuskan diagnosa & masalah yg spesifik. Rumusan diagnosa & masalah
keduanya sangat diperlukan di karenakan masalah tak bisa di definisikan seperti pada diagnosa namun
tetap membutuhkan sebuah penanganan. Masalah juga sering berhubungan dengan beberapa hal yang
sedang dialami pada wanita yg telah di identifikasikan oleh bidan sesuai dengan hasil yang di dapat dari
pengkajian. Masalah pula sering berhubungan dengan diagnosa. Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa yg di
tegakkan bidan dalam ruang lingkup praktik kebidanan & memenuhi sesuai standar nomenklatur diagnosa
kebidanan.
» Langkah III : Mengantisipasi Diagnosa Atau Masalah Kebidanan
Pada langkah ketiga ini mengidentifikasi adanya masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan
adanya diagnosa/masalah yg telah diidentifikasi. Langkah ini sangat membutuhkan antisipasi, apabila
memungkinkan perlu dilakukan pencegahan. Pada langkah ini seorang bidan dituntut agar dapat
berantisipasi adanya masalah potensial tidak cuma untuk merumuskan masalah potensial yg akan
nantinya terjadi namun juga dapat merumuskan tindakan antisipasi supaya masalah atau diagnosa potesial
tidak dapat terjadi
» Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Pada langkah yang ke empat ini perlunya mengidentifikasi adanya tindakan segera oleh bidan & dokter
atau perlu untuk dikonsultasikan atau di tangani bersama-sama dengan anggota tim kesehatan lainnya
sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini sangat mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan. Sehingga penatalaksanaan bukan hanya dilakukan selama asuhan primer
periodik ataupun kunjungan prenatal saja namun juga selama wanita tersebut bersama bidan saat itu.
Dari penjelasan yg telah diulas diatas dapat menunjukkan bahwa seorang bidan dalam melakukan
tindakan mesti sesuai dengan prioritas masalah dan kebutuhan yg sedang dihadapi kliennya. Sesudah
seorang bidan dapat untuk merumuskan suatu tindakan yg nanti mesti di lakukan untuk dapat
mengantisipasi diagnosa ataupun adanya masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan pula harus
merumuskan tindakan emergency untuk segera ditangani baik pada ibu ataupun bayinya. Dalam
perumusan ini termasuk tindakan cepat yg mesti dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yg bersifat
rujukan.
» Langkah V : Merencana Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah kelima ini perlu di rencanakan asuhan yang menyeluruh yg ditentukan dari beberapa
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan dari penatalaksanaan pada masalah atau
diagnosa yg sudah bisa teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yg sebelumnya
tidak lengkap bisa di lengkapi. Ide asuhan yang menyeluruh tidak cuma meliputi dari apa yg telah
berhasil teridentifikasi dari kondisi klien atau dari adanya masalah yang terkait namun juga dari adanya
krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yg telah diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah perlu dibutuhkan suatu penyuluhan konseling & apakah mungkin butuh merujuk klien
jika ada masalah-masalah yg menyangkut dengan factor sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi.
Setiap akan adanya rencana asuhan nantinya harus bisa disepakati oleh kedua belah pihak, diantaranya
bidan serta klien agar dapat dilaksanakan dengan lebih efektif sebab klien juga dapat melaksanakan
rencana tersebut. Semua keputusan yg telah dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini mesti harus
rasional & memang benar-benar valid berdasarkan pengetahuan & teori yg telah ter up to date juga sesuai
dengan asumsi tentang apa yg mungkin dapat dilakukan oleh klien.
» Langkah VI : Implementasi
Dalam langkah ini merupakan suatu konsep asuhan yang menyeluruh seperti apa yang telah berhasil
diuraikan pada langkah ke lima di laksanakan dengan aman & efisien. Perencanaan ini dibuat serta
dilaksanakan semua oleh bidan atau sebagian lagi bisa dilaksanakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. walau bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap saja bertanggung jawab untuk mengarahkan
dalam pelaksanaannya. Dalam suatu kondisi dimana bidan berkolaborasi bersama dokter untuk
menangani klien yg mengalami adanya komplikasi, sehingga keterlibatan bidan dalam melakukan
penatalaksanaan asuhan bagi klien ialah tetap bertanggung jawab pada terlaksananya suatu rencana
asuhan bersama yg menyeluruh tersebut.
» Langkah VII : Evaluasi
Dalam Langkah ini dilakukan adanya evaluasi keefektifan yang berasal dari asuhan yang telah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah memang benar-benar sudah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah d lakukan identifikasidi dalam diagnosa & masalah. Rencana itu akan
dianggap efektif jika telah benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Beberapa langkah proses penatalaksanaan umumnya adalah pengkajian yg memperjelas proses pemikiran
yg mempengaruhi suatu tindakan serta berorientasi pada proses klinis, lantaran proses penatalaksanaan itu
berlangsung di dalam situasi klinik & dua langkah selanjutnya atau terakhir tergantung pada klien &
situasi klinik

3. Hapalkan Mengenai Definisi APD (Alat Pelindung Diri) dan tujuan serta sebutkan beberapa
jenisnya!
» Definisi APD (Alat Pelindung Diri)
Alat Pelindung Diri ialah berupa alat yang pada umumnya di pergunakan oleh para tenaga kerja agar
dapat melindungi seluruh atau sebagian anggota tubuhnya terhadap resiko atau kemungkinan terjadinya
suatu potensi bahaya akibat kecelakaan kerja. Alat pelindung diri umumnya di pergunakan sebagai usaha
terakhir dalam mencegah dan melindungi tenaga kerja jika usaha rekayasa (engineering) dan administratif
tidak dapat dilakukan secara baik. APD juga adalah sebuah kelengkapan yang wajib di gunakan ketika
dalam kondisi sedang bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan.
» Tujuan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Penggunaan APD bertujuan melindungi kulit & selaput lendir petugas dari adanya risiko pajanan darah ,
semua jenis cairan tubuh , dan kulit yang tidak utuh serta selaput lendir pasien serta sekret.
» Jenis Alat Pelindung Diri
a. Sarung Tangan
b. Masker
c. Sepatu Karet Atau Bot
d. Baju Kerja / Celemek / Skort
e. Kaca Mata atau Pelindung Wajah
f. Topi

4. Hapalkan Mengenai Alur Rawat Inap dan Rawat Jalan


» Alur Rawat inap
a. Registrasi
1) Pasien Lama
Langsung menyerahkan kartu berobat kepada petugas yang ada di pendaftaran
2) Pasien Baru
√ Menunjukkan kartu identitas yg berlaku (KTP, SIM, paspor, card pelajar) kepada petugas yang ada di
pendaftaran
√ Lalu isi form identitas pendaftaran pasien baru
3) Self Registration/registrasi mandiri
√ Khusus untuk pasien lama yg telah memiliki barcode card
√ Gesek kartu berobat
b. Klinik yang akan dituju
c. Pemeriksaan ( Apabila dibutuhkan pemeriksaan diagnostik, maka nanti petugas akan mengatur
mengenai tata caranya)
d. Daftar rawat Inap
c. Melakukan administrasi Rawat Inap
d. Masuk Ruang Rawat Inap
e. Pemberian program therapy awal (pemberian cairan dan nutrisi)
f. Melakukan pelaksanaan anamnesa & pemeriksaan lanjut serta penunjang
g. Keluhan bisa berkurang/hilang & bisa bertambah parah
h. Melakukan Administrasi rawat inap
h. Pulang atau Dirujuk
» Alur Rawat Jalan
a. Registrasi
1) Pasien Lama
» Menyerahkan kartu berobat ke petugas yang ada di pendaftaran
» Memilih dokter sesuai keinginan klien
2) Pasien Baru
» Harus menunjukkan kartu identitas yg berlaku (KTP, SIM, paspor, card pelajar) kepada petugas yang
ada di pendaftaran
» Kamu isi form identitas pasien baru
» Memilih dokter sesuai keinginan anda
3) Self Registration/registrasi mandiri
» Khusus untuk pasien lama yg telah mempunyai barcode card
» Gesek kartu berobat
» Ikuti prosedur komputer setelah itu, anda akan akan Memilih dokter sesuai keinginan anda
b. Menunggu antrian diruang tunggu dokter yg dipilih sampai di panggil
c. Pelayanan medis oleh dokter yg telah dipilih
d. Apabila dibutuhkan pemeriksaan diagnostik, nanti petugas akan mengatur mengenai tata caranya
e. Pelaksanaan pemeriksaan penunjang yg dibutuhkan sesuai dengan instruksi dokter.
d. Membayar administrasi di kasir
e. Menunggu penyediaan obat di bagian Farmasi
f. Pulang
5. Hapalkan beberapa nama alat kesehatan yg terdapat dalam Instrumen Hecting-Set, Parteus-Set,
Curretage-set.
» Hecting-Set
a. Pean bengkok 14cm ( 1 Pcs )
b. Instrument Bak 508 ( 1 Pcs )
c. Gunting Iris bengkok 11cm ( 1 Pcs )
d. Handle Scalpel no.3 ( 1 Pcs )
e. Cutgut Plain 3/0, 150cm ( 1 Pcs )
f. Nierbeken Plastik 20cm ( 1 Pcs )
g. Pincet chirugis 14cm ( 1 Pcs )
h. Klem arteri lurus 14cm/kocker ( 1
i. Jarum jahit kombinasi ( 1 Pak/12 Pcs )
j. Pisau bedah no.15, 11 ( 4 Pcs ) Pcs )
i. needle holder 14cm ( 1 Pcs )
k Pean lurus 14cm ( 1 Pcs )
e. Gunting oprasi lurus 14cm ta/tu ( 1 Pcs )
m. Pincet Anatomis 14cm ( 1 Pcs )
» Parteus-Set
a. Gunting tali pusat
b. 2 klem Kelly/ klem kocher
c. Klem 1⁄2 kocher
d. 2 pasang sarung tangan
e. Benang tali pusat / klem plastic
f. Tabung suntik 2,5 atau 3 ml
g. Penghisap lendir De Lee
h. Kateter nelaton
i. Gunting episiotomi
j. Kasa atau kain kecil 5 bh
k. Gulungan kapas basah (1 kom kapas kapas DTT, 1 kom alat DTT)
» Curretage-set
a. Speculum sim
b. Tampon tang
c. Abortus tang
d. Sonde uterus
e. Tenaculum
f. Pinset anatomis panjang
g. Sendok kuret tajam dan tumpul M

6. Hapalkan beberapa hal yang menyangkut Sectio Caesaria (SC), misalnya Pengertian, Faktor
Indikasi SC, dan jenis SC)
» Pengertian
Sectio caesaria merupakan suatu jenis persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan cara melakukan
sebuah insisi pada dinding depan perut & dinding rahim dengan syarat rahim dalam kondisi atau dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2009)
» Faktor Indikasi SC
a. Chepalo Pelvik Disproportion (CPD)
b. KPD (Ketuban Pecah Dini)
c. Faktor Hambatan Jalan Lahir ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya )
d. Memiliki Hipertensi/Jantung
e. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
f. Riwayat SC
g. Letak Janin\
» Jenis – jenis SC
a. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Dengan melakukan teknik insisi pada segmen bawah uterus. insisi pada bawah rahim, dapat dengan
menggunakan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini sebagai berikut :
1) Pendarahan luka insisi tak seberapa banyak.
2) Bahaya peritonitis tidak besar.
3) Perut uterus umumnya kuat sehingga nantinya bahaya ruptur uteri di kemudian hari tidak besar
dikarenakan terhadap nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri sehingga nantinya luka bisa sembuh secara lebih sempurna.
b. Sectio cacaria klasik atau section cecaria korporal
Pada teknik cectio cacaria klasik ini di untuk pada korpus uteri, pembedahan ini yg sedikit mudah
dilakukan,hanya dilakukan apabila terjadi hambatan dalam melakukan section cacaria transperitonealis
profunda. Dilakukan Insisi memanjang pada segmen atas uterus.
c. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Tindakan ini dulunya dilakukan agar mengurangi bahaya injeksi perporal namun dengan adanya
kemajuan pengobatan pada injeksi pembedahan ini sekarng sudah tidak banyak lagi di lakukan. Rongga
peritoneum tidak di buka, teknik ini dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
d. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan beberapa indikasi :
1) Plasenta accrete
3) Myoma uteri
2) Atonia uteri
4) Infeksi intra uteri berat

7. Hapalkan Rumus dalam menghitung tetesan infus & Tempat lokasi pemasangan infus
» Rumus Menghitung Tetesan Infuse
Yang butuh teman-teman ingat yaitu mengenai factor tetes (FT) MIKRO = 60 MAKRO = 20
√ Rumus bila ingin mengetahui TETES/MENIT?
Volume x FT
Jam x 60 menit
√ Rumus jika ingin mengetahui Lamanya dalam JAM?
Volume x FT
Tetesan yg ditentukan x 60 menit
√ Rumus jika ingin mengetahui VOLUME?
Jam x Tetesan yg ditentukan x 60 menit
Faktor Tetes (FT)
Sample kasus :
Tn.H usia 54 thn dengan diagnose DHF, Tn.H memperoleh therpycairan infus NaCl 0,9% 2000 ml/ 24
jam (makro). Berapakah tetes/menit cairan yg diberikan pada Tn. H?
Jawab :
2000 ml x 20
24 jam x 60m = = 27,7
Jadi jumlah cairan infuse di berikan ialah 27,7 tetes/menit (rata rata di bulatkan menjadi 28).
Dari 1 sampel kasus diatas kita bisa belajar mengenai rumus dalam mencari lamanya JAM & VOLUME.
Kita tinggal memasukkan sesuai rumus yg ada di atas.
» lokasi pemasangan infus
Tempat atau lokasi vena perifer yang biayanya sering digunakan dalam pemasangan infus ialah vena
supervisial/perifer kutan berada di dalam fasia subcutan & merupakan akses paling mudah untuk
dilakukan therapy intaravena. Daerah tempat infus yg memungkinkan ialah permukaan dorsal tangan
(Vena supervisial dorsal, vena sefalika serta vena basalika,), lengan bagian dalam (vena basalika, vena
kubital median, vena sefalika, vena median lengan bawah, & vena radialis), permukaan dorsal (Vena
safena magna, ramus dorsalis). ( Perry dan Potter 2005)
8. Hapalkan Kala I, II, III dan IV
9. Hapalkan Penyebab terjadinya Perdarahan pre-partum, intra partum dan post partum.
10. Hapalkan Menghitung Taksiran Persalinan (TP)
11. Hapalkan Menghitung usia kehamilan
12. Sebutkan 7T dalam pemeriksaan ante-natalcare

Anda mungkin juga menyukai