Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN MENINGITIS DI RUANG MELATI


RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:
Dwi Anis Sulistiari S. Kep.
NIM 082311101036

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS
Oleh Dwi Anis Sulistiari S. Kep.

1. Kasus
Meningitis
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piameter,
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa yang dapat terjadi
secara akut dan kronis (Mansjoer, dkk., 2000)
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur. (Smeltzer, 2001). Meningitis merupakan inflamasi
yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord.
Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun
penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001).

b. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan
otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan
Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak
dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
(Mansjoer, dkk., 2000).

c. Manifestasi klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan
oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi
opistotonus yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda kernig
dan brudzinsky positif (Mansjoer, dkk., 2000).

d. Etiologi
1) Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis diantaranya :
- Haemophillus influenzae (Tipe B),
- Nesseria meningitides (meningococcal),
- Diplococcus pneumoniae (pneumococcal),
- Streptococcus (grup A),
- Streptococcus haemolyticuss,
- Streptococcus pneumonia,
- Staphylococcus aureus,
- Escherichia coli,
- Klebsiella,
- Pseudomonas aeruginos, dan
- Mycobacterium tuberculosa.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon
dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan
limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak
sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan
pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal
ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
2) Meningitis Virus
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena
virus ini biasanya bersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami
penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna. Tipe dari
meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan
oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti;
- Coxsacqy,
- Virus herpes, baik herpez simplek maupun herpez zoster,
- Arbo virus,
- Campak dan varicela,
- Toxoplasma gondhii, dan
- Ricketsia.
Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi
pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan
otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak.
Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi
tergantung pada jenis sel yang terlibat.
3) Meningitis jamur : Kriptokokal meningitis adalah serius dan fatal. Bentuk
penyakit pada pasien HIV/AIDS dan hitungan CD< 200. Candida dan
aspergilus adalah contoh lain jamur meningitis.
4) Protozoa..
(Donna D., 1999).

e. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf
baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui
nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan
dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong
perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang
di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga
menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan
dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel
dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

f. Pencegahan dan Penatalaksanaan


Pencegahan
Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit virus atau
bakteri penyebab meningitis. Ajarilah anak-anak dan orang-orang sekitar
untuk selalu cuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah dari kamar
mandi. Usahakan pula untuk tidak berbagi makanan, minuman atau alat
makan, untuk membantu mencegah penyebaran virus. Selain itu lengkapi
juga imunisasi si kecil, termasuk vaksin-vaksin seperti HiB, MMR, dan
IPD. ( Japardi, Iskandar., 2002 )
Penatalaksanaan
1. Farmakologis
1) Obat anti inflamasi :
a) Meningitis tuberkulosa ;
- Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal
500 gr selama 1 ½ tahun.
- Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1
tahun.
- Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu,
1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan.
b) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan ;
- Sefalosporin generasi ke 3.
- ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali
sehari.
-Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
c) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan ;
- Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
- Sefalosforin generasi ke 3.
2) Pengobatan simtomatis :
a) Diazepam IV: 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4
-0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.
b) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
c) Turunkan panas ; Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10
mg/kg/dosis. Kompres
3) Pengobatan suportif :
a) Cairan intravena.
b) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50
%.
2. Perawatan
Pada waktu kejang :
a) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
b) Hisap lender.
c) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
d) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
Bila penderita tidak sadar lama :
a) Beri makanan melalui sonda
b) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi
penderita sesering mungkin
c) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika
Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi, dan jika ada inkontinensia
alvi lakukan lavement.
Pemantauan ketat :
a) Tekanan darah,
b) Respirasi,
c) Nadi,
d) Produksi air kemih, dan
e) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.

g. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan diagnosis meningitis dilakukan teslaboratorium.
Tes ini memakai darah atau cairan sumsum tulang belakang. Cairan
sumsum tulang belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi
lumbal ( lumbar puncture atau spinal tap).Sebuah jarum ditusukkan pada
pertengahan tulang belakang, pas di atas pinggul. Jarum menyedap contoh
cairan sumsum tulang belakang. Tekanan cairan sumsum tulang belakang
juga dapat diukur. Bila tekanan terlalu tinggi, sebagian cairan tersebut
dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya tidak terlalu menyakitkan.
Namun setelah pungsi lumbal beberapa orang mengalami sakit kepala,
yang dapat berlangsung beberapa hari. (Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken,
et al., 2006)

Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan


konsentrasi glukosa. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah
merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan
serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan
elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan
kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah
2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa
cairan otaknya menurun dari nilai normal.
Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh (berkabut),
jumlah leukosit rendah, paling banyak polimorfonuklear leukosit dan
protein tinggi glukosa rendah, kultur positip terhadap beberapa jenis
bakteri. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih,
sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal atau agak
sedikit tinggi, SDP sedikit tinggi, paling banyak berisi leukosit
mononuklear kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan
prosedur khusus.
Pemeriksaan radiografi : CT-Scan dapat diindikasikan untuk
mengevaluasi adanya komplikasi dan dilakukan untuk menentukan
adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya
normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.

Pemeriksaan laboraturium (Glukosa serum : meningkat (meningitis);


LDH serum : meningkat (meningitis bakteri); Sel darah putih : sedikit
meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri); Elektrolit
darah : abnormal)
Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan
pemeriksaan fleksi pada kepala klien yang akan menimbulkan nyeri,
disebabkan oleh adanya iritasi meningeal khususnya pada nervus cranial
ke XI, yaitu Asesoris yang mempersarafi otot bagian belakang leher,
sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.
Pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+)
menandakan bahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis
bagian bawah.

Pemeriksaan Kernig yaitu dengan cara memposisikan pasien untuk tidur


terlentang. Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90°) dengan tubuh, tungkai atas
dan bawah pada posisi tegak lurus pula.Setelah itu tungkai bawah diekstensikan
pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135° terhadap
paha.Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135°,
karena nyeri atau spasme otot hamstring / nyeri sepanjang N.Ischiadicus,
sehingga panggul ikut fleksi dan juga bila terjadi fleksi involuter pada lutut
kontralateral maka dikatakan Kernig sign positif.

Pemeriksaan Tanda Kernig


Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign) dilakukan dengan cara pasien
berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan ditempatkan dibawah kepala
pasien yang sedang berbaring ,tangan pemeriksa yang satu lagi ditempatkan
didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien
difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Brudzinski I positif bila gerakan
fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua
tungkai secara reflektorik.
Pemeriksaan tanda brudzinski I
POHON MASALAH

Bakteri virus Jamur Protozoa

Invasi ke
Keterbatasan
Masuk ke lapisan subarahnoid kognitif

Terjadi perubahan Kurang


reaksi peradangan status kesehatan pengetahuan

eksudasi di otak

ansietas

cairan serebrospinal edema penekanan


Hioeraktivitas pada hipotalamus
neuron tekanan intracranial hambatan suplai darah
di otak perubahan
pengaturan suhu
kejang
regangan pada aliran darah di otak
sinus venosus dan dura
hipertermi
kompresi pada nervus
Nyeri kepala vagus hipoksia

Reflek batuk
penurunan kesadaran
menurun
Nyeri akut mual, muntah
Ketidakefektifan
Penumpukan
perfusi selebral
penurunan intake makanan sekret

Resiko
Ketidakseimbangan cidera Ketidakefektifan
Nutrisi :Kurang dari bersihan jalan
kebutuhan napas

Hambatan Ketidakmampuan
melalukan ADL
mobilitas fisik

Resiko kerusakan Penurunan Defisit


integritas kulit kemampuan perawatan diri
ambulasi

3. Proses Keperawatan
a. Data yang perlu dikaji
1) Biodata
Insiden tertinggi pada anak usia 2 bulan sampai 12 tahun.
Laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita.
2) Keluhan Utama
Kejang dan kesadaran menurun.
3) Riwayat Penyakit sekarang
Gejala infeksi akut : keadaan umum lemah, nafsu makan menurun,muntah
serta pada anak sering mengeluh sakit kepala.
Gejala tekanan intra kranial :anak sering muntah, nyeri kepala(pada orang
dewasa), pada neonatus kesadaran menurun dari apatis sampai koma,
kejang umum.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Tuberkulosa, trauma kepala.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit tuberkulosis paru pada
meningen tuberkulosis.
6) ADL
- Nutrisi : Menurunnya nafsu makan, mual, muntah dan klien
mengalami kesukaran/tidak dapat menelan, dampak dari penurunan
kesadaran.
- Aktivitas : Mengalami kelumpuhan dan kelemahan yang
mengakibatkan gerak serta ketergantungan dalam memenuhi
kebutuhan.
- Tidur : Terdapat gangguan akibat nyeri kepala yang dialami.
- Eliminasi : Terjadi obstipasi dan inkontinensia urin.
- Hygiene : Sangat tergantung dalam hal perawatan diri karena
penurunan kesadaran.

7) Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
- Suhu tubuh lebih dari 38 °C.
- Nadi cepat, tapi jika terjadi peningkatan tekanan intra kranial nadi
menjadi cepat.
- Nafas lebih dari 24 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
- Kepala dan leher : Ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan
nistagmus (gerakan bola mata capat tanpa disengaja, diluar kemauan),
pada wajah ptiachiae, lesi purpura, bibir kering,sianosis serta kaku
kuduk.
- Thorak / dada : Bentuk simetris, pernafasan tachipnea, bila koma
pernafasan cheyne stokes, adanya tarikan otot-otot pernafasan, jantung
S1-S2.
- Abdomen : Turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun.
- Ekstremitas : pada kulit ptiachiae, lesi purpura dan ekimosis, reflek
Bruzinsky dan tanda Kernig positif, tanda hemiparesis.
- Genetalia : Inkontinensia uria pada stadium lanjut.
c. Pemeriksaan Penunjang
- Pungsi lumbal.
- Kultur darah.
- CT-scan
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifaan bersihan jalan napas berhubungan penumpukan
secret karena penurunan reflek batuk
2) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan atau regangan sinus venosus
dan dura
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan TIK dan penurunan aliran darah
4) Hipertermia berhubungan dengan penyakit
5) Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh
ketidakmampuan untuk memasukkan dan mencerna nutrisi
6) Resiko cidera berhubungan dengan adanya penurunan kesadaran
7) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran
dan penurunan kekuatan
8) Resiko kerusakan integritas kulit dengan faktor resikopenurunan
kemampuan ambulasi dan adanya tekanan
9) Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kesadaran,
gangguan neuromuskuler
10) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan koknitif
11) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan dan
kurang pengetahuan
c. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Ketidakefektifaan bersihan jalan napas NOC NIC:
berhubungan penumpukan secret karena Respiratory status: ventilation, airway 1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal
penurunan reflek batuk patency suctioning
Aspiration control 2. Berikan O2 sesuai kebutuhan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3. Posisikan klien untuk
selama ….jam menunjukkan keefektifan memaksimalkan ventilasi
jalan napas dengan 15riteria hasil: 4. Lakukan fisio terapi dada
1. Mampu mengeluarkan sputum, 5. Lakukan batuk efektif/ suction
bernapas dengan mudah 6. Auskultasi suara napas, catata
2. Menunjukkan jalan napas yang adanya suara napas tambahan
paten(klien tidak merasa tercekik, 7. Kolaborasikan pemberian terapi
irama, frekuensi napas dalam batas bronkodilator
normal, tidak ada suara abnormal 8. Jelaskan pada klien atau keluarga
3. Mampu mengidentifikasi dan tentang penggunaan alat
mencegah faktor penyebab
4. Saturasi oksigen dalam batas normal
5. Foto torak dalam batas normal

Nyeri akut berhubungan dengan NOC: NIC: manajemen nyeri


kerusakan atau regangan sinus venosus Pain level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dan dura Pain control komperhensif
Comfort level 2. Observasi reaksi non verbal
Setelah dilakukan asuhan keperawatan ketidaknyamanan
selama ….jam nyeri berkurang dengan 3. Gunakan teknik komunikasi
16riteria hasil: terapeutik untuk mengetahui
6. Mampu mengontrol nyeri pengalaman nyeri klien
7. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 4. Ajarkan teknik non farmakologi
8. Mampu mengenali nyeri 5. Kolaborasi dengan utuk
9. Menyatakan rasa nyaman setelah pemberan terapi farmakologi
nyeri berkurang (analgetik)

Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral NOC NIC


berhubungan dengan peningkatan TIK Circulation status 1. monitor TTV
dan penurunan aliran darah Neurologic status 2. monitor AGD, ukuran pupil,
Tissue prefusion: cerebral ketajaman, kesimetrisan dan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan reaksi
selama ….jam perfusi jaringan efektif 3. monitor adanya pandangan kabur,
dengan 16riteria hasil: nyeri kepala
1. Tekanan systole dan diastole dalam 4. motitor tingkat kesadaran dan
rentang normal orientasi
2. Tidak ada ortostatikhipertensi 5. monitor tonus dan pergerakan
3. Komunikasi jelas otot
4. Menunjukkan konsentrasi dan 6. catat perubahan pasien dalam
orientasi merespon stimulus
5. Pupil seimbang dan reaktif 7. monitor status cairan
6. Bebeas dari aktivitas kejang
7. Tidak mengalami nyeri kepala
Hipertermia berhubungan dengan NOC NIC: manajement thermoregulasi
penyakit Thermoregulasi 1. Monitor suhu tubuh sesering
Setelah dilakukan asuhan keperawatan mungkin
selama jam suhu tubuuh dalam batas 2. Monitor warna kulit, turgor kulit
normal dengan criteria hasil: dan kelembapan membrane
1. suhu 36-37 C mukosa
2. nadi dan RR dalam batas normal 3. Monitor tekanan darah, nadi dan
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan RR
tidak ada pusing 4. Monitor intake dan output
4. Merasa nyaman 5. Lakukan kompres pada daerah
aksila dan lipatan paha
6. Kolaborasikan pemberian
antipiretik
Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari NOC NIC : Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh ketidakmampuan untuk Nutrional status: adequacy of nutrient, 1. kaji kebutuhan kalori sehari
memasukkan dan mencerna nutrisi food and fluid intake 2. lakukan penimbangan berat
Weight control badan setiap hari
3. berikan informasi yang tepat
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
tentang kebutuhan nutrisi
selama jam nutrisi terpenuhi dengan
4. buat perencanaan dengan klien
criteria hasil:
dan keluarga tentang jadwal
1. mempertahankan berat
makan yang benar
badan/pertambahan berat badan
5. kolaborasikan dengan ahli gizi
2. menyatakan keinginan untuk
mematuhi program diet mengenai kebutuhan nutrisi dan
3. milai laboraturium dalam batas jenis diet yang dibutuhkan
normal 6. monitor balance kalori
4. menyatakan mengerti tentang diet 7. berikan reinfoncement positif
yang dianjurkan terhadap pencapaian klien

Resiko cidera berhubungan dengan NOC NIC: environmental management safety


adanya penurunan kesadaran Knowledge: personal safety 1. sediakan lingkungan yang aman
Safety behavior: fall prevention, fall bagi klien
occurance, physical injury 2. identifikasi kebutuhan keamanan
Tissue integrity: skin and mucus klien
membrane 3. memasang side rail tempat tidur
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 4. menyediakan tempat tidur yang
selama ….jam klien tidak mengalami nyaman dan bersih
trauma dengan 18riteria hasil: 5. membatasi pengunjung
Klien terbebas dari trauma fisik 6. menganjurkan keluarga
menemani klien
7. memindahkan barang-barang
yang membahayakan
8. berikan penjelasan pada klien,
keluarga dan pengunjung tentang
perubahan status dan
kemungkinan terjadi cidera
Hambatan mobilitas fisik berhubungan NOC: NIC:
dengan penurunan kesadaran dan Joint movement exercise therapy: ambulation
penurunan kekuatan Mobility level 1. monitoring tanda-tanda vital
Self care: Adl sebelum dan setelah latihan
Transfer performance 2. kolsultasikan dengan terapi fisik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan untuk rencana ambualasi
selama ….jam hambatan mobilitas fisik 3. ajarkan klien atau keluarga teknik
terratasi 18riteria hasil: ambulasi
1. klien meningkat dalam aktivitas 4. kaji kemampuan mobilisasi
fisik 5. latih untuk pemenuhan ADL
2. mengerti tujuan peningkatan 6. ajarkan cara merubah posisi dan
mobilitas bantuan jika diperlukan
3. memverbalisasikan perasaan
dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
4. memperagakan penggunaan alat
bantu

Resiko kerusakan integritas kulit dengan NOC NIC: pressure manajement


faktor resikopenurunan kemampuan Tissue integrity: skin and mucous 1. anjurkan klien untuk berpakaian
ambulasi dan adanya tekanan membrane longgar
Status nutisi 2. hindari kerutan tempat tidur
Tissue perfusion: perifer 3. jaga kebersihan kulit
Dialisysis access integrity 4. mobilisasi klien setiap 2 jam
Setelah dilakukan asuhan keperawatan sekali
selama ….jam gangguan integritas kulit 5. monitor kulit dari adanya
tidak terjadi 19dengan kriteria hasil: kemerahan
1. integritas kulit yang baik dapat 6. oleskan lotion atau baby oil pada
dipertahankan daerah tekanan
2. menunjukkan pemahaman 7. monitor status nutrisi
perbaikan, mencegah cidera 8. mandikan klien dengan sabun dan
berulang air hangat
3. mampu melindungi kulit dan 9. inspeksi kulit terutama didaerah
kelembaban kulit tulang-tulang yang menonjol
4. status nutrisi adekuat 10. jaga kebersihan alat tenun
5. sensasi dan warna kulit normal 11. kolaborasikan dengan tim gizi
untuk pemberian makanan tinggi
protein

Defisit perawatan diri berhubungan NOC NIC


dengan penurunan kesadaran, gangguan Self care: Adl 1. kaji tingkat ketrgantungan klien
neuromuskuler Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. bantu klien memnuhi kebutuhan
selama ….jam kebutuhan ADL terpenuhi perawatan dirinya
dan defisit perawatan diri 3. ajarkan keluarga cara membantu
teratasi20dengan kriteria hasil: memnuhi perawatan diri pada
1. kebutuhan akan mandi, klien
berpakaian, toileting, dan makan 4. pertahankan kebersihan
terpenuhi linggungan
2. menunjukkan peningkatan 5. anjurkan keluarga mendampingi
kemampuan ADL dan membentu klien jika tidak
3. klien terhindar dari bau mampu melakukan ADL
6. berikan edukasi mengenai
pentingnya menjaga kebersihan
diri dan memenuhi ADl

Kurang pengetahuan berhubungan NOC NIC: health education


dengan keterbatasan koknitif Kowlwdge: disease process, health
behavior 1. Kaji tingkat pengetahuan klien
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dan keluarga
selama ..jam menunjukkan pengetahuan 2. Jelaskan tentang penyakit , tanda
tentang penyakit dengan kriteria hasil: dan gejala yang muncul dan
1. Klien dan keluarga menyatakan penatalaksanaan
pemahaman tentang penyakit, 3. Sediakan informasi bagi klien
kondisi, prognosis dan program dan keluarga mengenai kondisi
pengobatan dan perawatan dan kemajuan klien
2. Klien dan keluarga dapat 4. Diskusikan pilihan terapi atau
melaksanakan prosedur yang penanganan
dijelaskan dengan benar
3. Klien dan keluarga dapat
menjelaskan kembali dengan benar

Ansietas berhubungan dengan perubahan NOC NIC: penurunan kecemasan


dalam status kesehatan dan kurang Kontrol kecemasan 1. Gunakan pendekatan yang
pengetahuan koping menenangkan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. Beri kesempatan klien
selama ..jam ansietas berkurang dengan mengungkapkan perasaan dan
kriteria hasil: harapannya
4. Klien mampu mengidentifikasi dan 3. Identifikasi tingkat kecemasan
mengungkapkan gejala cemas 4. Berikan informasi mengenai
5. Mengidentifikasi, mengungkapkan kondisi saat ini dan upaya
dan menunjukkan teknik untuk perawatan yang dilakukan
mengontrol cemas 5. Ajarkan klien menggunakan
6. tanda-tanda vital dalam batas normal teknik relaksasi
- TD : 110-120/80-90mmHg
- RR : 16-20 x/menit
- Suhu : 36,5-37,2 °C
- Nadi : 60-100 x/menit
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, L dan Suddarth, D. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.


Jakarta : EGC
Donna D. (1999). Medical Surgical Nursing. Philadelphia : WB. Saunders
Company.
Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai Susanna., and Braner, Dana. 2006. Lumbar
Puncture. The New England Journal of Medicine. 12 : 355
Herman, T. Heather.2012. Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-
2014. Alih bahasa: Made Sumarwati dan Nike Budi Subekti. Jakarta:EGC
Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. [serial online] USU digital
library. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedahiskandar%20japardi23.
Pdf. diakses tanggal 19 Juli 2014.
Mansjoer, A., et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Jakarta: EGC
Smeltzer, S. & Bare, Brenda.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Editor Bruner & Suddarth. Jakarta: EGC
Suriadi & Yuliani, Rita. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi pertama.
Jakarta : KDT.

Anda mungkin juga menyukai