Oleh:
Dwi Anis Sulistiari S. Kep.
NIM 082311101036
1. Kasus
Meningitis
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piameter,
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa yang dapat terjadi
secara akut dan kronis (Mansjoer, dkk., 2000)
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur. (Smeltzer, 2001). Meningitis merupakan inflamasi
yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord.
Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun
penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001).
b. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan
otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan
Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak
dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
(Mansjoer, dkk., 2000).
c. Manifestasi klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan
oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi
opistotonus yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda kernig
dan brudzinsky positif (Mansjoer, dkk., 2000).
d. Etiologi
1) Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis diantaranya :
- Haemophillus influenzae (Tipe B),
- Nesseria meningitides (meningococcal),
- Diplococcus pneumoniae (pneumococcal),
- Streptococcus (grup A),
- Streptococcus haemolyticuss,
- Streptococcus pneumonia,
- Staphylococcus aureus,
- Escherichia coli,
- Klebsiella,
- Pseudomonas aeruginos, dan
- Mycobacterium tuberculosa.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon
dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan
limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak
sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan
pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal
ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
2) Meningitis Virus
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena
virus ini biasanya bersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami
penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna. Tipe dari
meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan
oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti;
- Coxsacqy,
- Virus herpes, baik herpez simplek maupun herpez zoster,
- Arbo virus,
- Campak dan varicela,
- Toxoplasma gondhii, dan
- Ricketsia.
Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi
pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan
otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak.
Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi
tergantung pada jenis sel yang terlibat.
3) Meningitis jamur : Kriptokokal meningitis adalah serius dan fatal. Bentuk
penyakit pada pasien HIV/AIDS dan hitungan CD< 200. Candida dan
aspergilus adalah contoh lain jamur meningitis.
4) Protozoa..
(Donna D., 1999).
e. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf
baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui
nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan
dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong
perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang
di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga
menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan
dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel
dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
g. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan diagnosis meningitis dilakukan teslaboratorium.
Tes ini memakai darah atau cairan sumsum tulang belakang. Cairan
sumsum tulang belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi
lumbal ( lumbar puncture atau spinal tap).Sebuah jarum ditusukkan pada
pertengahan tulang belakang, pas di atas pinggul. Jarum menyedap contoh
cairan sumsum tulang belakang. Tekanan cairan sumsum tulang belakang
juga dapat diukur. Bila tekanan terlalu tinggi, sebagian cairan tersebut
dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya tidak terlalu menyakitkan.
Namun setelah pungsi lumbal beberapa orang mengalami sakit kepala,
yang dapat berlangsung beberapa hari. (Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken,
et al., 2006)
Invasi ke
Keterbatasan
Masuk ke lapisan subarahnoid kognitif
eksudasi di otak
ansietas
Reflek batuk
penurunan kesadaran
menurun
Nyeri akut mual, muntah
Ketidakefektifan
Penumpukan
perfusi selebral
penurunan intake makanan sekret
Resiko
Ketidakseimbangan cidera Ketidakefektifan
Nutrisi :Kurang dari bersihan jalan
kebutuhan napas
Hambatan Ketidakmampuan
melalukan ADL
mobilitas fisik
3. Proses Keperawatan
a. Data yang perlu dikaji
1) Biodata
Insiden tertinggi pada anak usia 2 bulan sampai 12 tahun.
Laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita.
2) Keluhan Utama
Kejang dan kesadaran menurun.
3) Riwayat Penyakit sekarang
Gejala infeksi akut : keadaan umum lemah, nafsu makan menurun,muntah
serta pada anak sering mengeluh sakit kepala.
Gejala tekanan intra kranial :anak sering muntah, nyeri kepala(pada orang
dewasa), pada neonatus kesadaran menurun dari apatis sampai koma,
kejang umum.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Tuberkulosa, trauma kepala.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit tuberkulosis paru pada
meningen tuberkulosis.
6) ADL
- Nutrisi : Menurunnya nafsu makan, mual, muntah dan klien
mengalami kesukaran/tidak dapat menelan, dampak dari penurunan
kesadaran.
- Aktivitas : Mengalami kelumpuhan dan kelemahan yang
mengakibatkan gerak serta ketergantungan dalam memenuhi
kebutuhan.
- Tidur : Terdapat gangguan akibat nyeri kepala yang dialami.
- Eliminasi : Terjadi obstipasi dan inkontinensia urin.
- Hygiene : Sangat tergantung dalam hal perawatan diri karena
penurunan kesadaran.
7) Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
- Suhu tubuh lebih dari 38 °C.
- Nadi cepat, tapi jika terjadi peningkatan tekanan intra kranial nadi
menjadi cepat.
- Nafas lebih dari 24 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
- Kepala dan leher : Ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan
nistagmus (gerakan bola mata capat tanpa disengaja, diluar kemauan),
pada wajah ptiachiae, lesi purpura, bibir kering,sianosis serta kaku
kuduk.
- Thorak / dada : Bentuk simetris, pernafasan tachipnea, bila koma
pernafasan cheyne stokes, adanya tarikan otot-otot pernafasan, jantung
S1-S2.
- Abdomen : Turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun.
- Ekstremitas : pada kulit ptiachiae, lesi purpura dan ekimosis, reflek
Bruzinsky dan tanda Kernig positif, tanda hemiparesis.
- Genetalia : Inkontinensia uria pada stadium lanjut.
c. Pemeriksaan Penunjang
- Pungsi lumbal.
- Kultur darah.
- CT-scan
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifaan bersihan jalan napas berhubungan penumpukan
secret karena penurunan reflek batuk
2) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan atau regangan sinus venosus
dan dura
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan TIK dan penurunan aliran darah
4) Hipertermia berhubungan dengan penyakit
5) Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh
ketidakmampuan untuk memasukkan dan mencerna nutrisi
6) Resiko cidera berhubungan dengan adanya penurunan kesadaran
7) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran
dan penurunan kekuatan
8) Resiko kerusakan integritas kulit dengan faktor resikopenurunan
kemampuan ambulasi dan adanya tekanan
9) Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kesadaran,
gangguan neuromuskuler
10) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan koknitif
11) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan dan
kurang pengetahuan
c. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Ketidakefektifaan bersihan jalan napas NOC NIC:
berhubungan penumpukan secret karena Respiratory status: ventilation, airway 1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal
penurunan reflek batuk patency suctioning
Aspiration control 2. Berikan O2 sesuai kebutuhan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3. Posisikan klien untuk
selama ….jam menunjukkan keefektifan memaksimalkan ventilasi
jalan napas dengan 15riteria hasil: 4. Lakukan fisio terapi dada
1. Mampu mengeluarkan sputum, 5. Lakukan batuk efektif/ suction
bernapas dengan mudah 6. Auskultasi suara napas, catata
2. Menunjukkan jalan napas yang adanya suara napas tambahan
paten(klien tidak merasa tercekik, 7. Kolaborasikan pemberian terapi
irama, frekuensi napas dalam batas bronkodilator
normal, tidak ada suara abnormal 8. Jelaskan pada klien atau keluarga
3. Mampu mengidentifikasi dan tentang penggunaan alat
mencegah faktor penyebab
4. Saturasi oksigen dalam batas normal
5. Foto torak dalam batas normal