Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG

THALASEMIA DI RUANG BOUGENVILLE


RSUD Dr. HARYOTO LUMAJANG

disusun untuk memenuhi tugas pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Stase Keperawatan Anak

Oleh
Kelompok 1

Lisnawati., S.Kep (182311101012)


Faizah Wahyuningprianti., S.Kep (182311101016)
Rize Kumala Putri P., S.Kep (182311101039)
Dewi Melati Sukma., S.Kep. (182311101055)
Musrifah., S.Kep (182311101066)
Hartiena Nadiya P.U., S.Kep. (182311101079)
Widiyatus Sholehah, S.Kep (182311101003)
Wasi’ Putri. M, S.Kep (182311101062)
Fitri Muna Rahayu, S.Kep (182311101085)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS

BERITA ACARA

Pada hari ini, Jumat 07 Desember 2018 pukul 09.00 WIB s/d selesai
bertempat di Ruang Rawat inap Bougenville RSUD dr. Haryoto Lumajang
Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur telah dilaksanakan kegiatan
pendidikan kesehatan talasemia. Kegiatan ini diikuti oleh......orang (daftar telah
terlampir).

Lumajang, 07 Desember 2018


Mengetahui,
Pembimbing Klinik

( )
NIP.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS

DAFTAR HADIR
Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang talasemia pada: Hari Jumat, Tanggal 07
Desember 2018 pukul 09.00 WIB s/d selesai. Tempat: Ruang Inap Bougenville dr.
Haryoto Lumajang Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur

No Nama Alamat TTD


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
Lumajang,07 Desember 2018
Mengetahui,
PembimbingKlinik

( )
NIP.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pemberi Materi : Kelompok 1


Meteri Pokok : Talasemia
Sub Materi Pokok :
1. Definisi Talasemia
2. Tanda dan gejala terjadinya Talasemia
3. Faktor-faktor pencetus terjadinya Talasemia
4. Pengobatan dan pencegahan Talasemia
5. Perawatan anak dengan Talasemia
Hari/Tanggal : Jumat/ 07 Desember 2018
Waktu : 30 Menit
Peserta/Sasaran : Orang tua dari anak di ruang bougenville

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti pertemuan ini, diharapkan peserta mampu menjelaskan tentang
talasemia.

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu :
1. Menyebutkan definisi talasemia
2. Menyebutkan tanda dan gejala terjadinya talasemia
3. Menyebutkan faktor-faktor pencetus terjadinya talasemia
4. Menyebutkan pengobatan dan pencegahan talasemia
5. Menyebutkan perawatan anak dengan talasemia
III. Langkah Kegiatan

NO. URAIAN KEGIATAN METODE MEDIA WAKTU

1. Pendahuluan Ceramah Leaflet 5 menit


a. Pemberi materi Tanya
memberikan salam Jawab
b. Pemberi materi
memberikan
apersepsi tentang
materi yang akan
disampaikan
c. Pemberi materi
menjelaskan tujuan
penyuluhan
2. Penyaji Materi Ceramah Leaflet 20 menit
a. Menjelaskan Definisi Tanya
talasemia Jawab
b. Menjelaskan tanda
dan gejala terjadinya
talasemia
c. Menjelaskan faktor-
faktor pencetus
terjadinya talasemia
d. Menjelaskan
pengobatan dan
pencegahan talasemia
e. Menjelaskan
perawatan anak
dengan talasemia
3. Penutup Ceramah Leaflet 5 menit
a. Melakukan evaluasi Tanya jawab
secara lisan melalui
pertanyaan
b. Menyimpulkan
materi bersama-sama
dengan peserta
c. Menutup penyuluhan
dengan salam

IV. Evaluasi
1. Sebutkan definisi talasemia?
2. Sebutkan tanda dan gejala terjadinya talasemia?
3. Sebutkan faktor-faktor pencetus terjadinya talasemia?
4. Sebutkan pengobatan dan pencegahan talasemia?
5. Sebutkan perawatan anak dengan talasemia?

V. Daftar Pustaka
Adriani, N., Kusnandi, R., Dany, H. (2012). Faktor Risiko Masalah Psikososial
Pasien Thalassemia Mayor. Jurnal indo med assoc, vol. 62 (2).
Brough Helen et al. 2007. Rujukan Cepat Pediatri dan Kesehatan Anak. Jakarta:
EGC.
Suriadi,dkk. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: PT Percetakan
Penebar Swadaya.
Mansjoer. A., Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta :
EGC
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit Edisi 1. Jakarta: EGC
Schwartz, M. W. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC
Lampiran Materi
TALASEMIA
1. Definisi Talasemia
Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan
penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak
dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari 100 orang
Indonesia membawa gen penyakit ini. Apabila sepasang dari mereka menikah,
kemungkinan besar untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah
sekitar 25%, 50% menjadi pembawa sifat (carrier) talasemia, dan 25%
kemungkinan bebas talasemia. Sebagian besar penderita talasemia adalah
anak-anak usia 0 hingga 18 tahun.
Talasemia adalah penyakit keturunan berupa kelainan pada sel darah
merah yang menyebabkan penderita mengalami anemia kronis. Hal ini
dikarenakan sel darah merah penderita talasemia mudah pecah dan memiliki
kadar Hemoglobin (Hb) yang sangat rendah. Sehingga mengakibatkan anemia
kronis. Sel darah merah bertugas mengangkut oksigen ke seluruh jaringan
tubuh. Apabila pembentukan sel darah merah terganggu, maka penyebaran
oksigen pun tidak optimal.
Berdasarkan penjelasan tersebut talasemia dapat diklasifikasikan
sebagai berikut yaitu meliputi:
- Talasemia minor yang ditandai dengan anemia mikrositik, bentuk
heterozigot, tanpa anemia atau anemia ringan serta tidak dijumpai gejala
klinis yang khas
- Talasemia intermedia yang ditandai dengan splenomegali (pembesaran
limfa), anemia berat, bentuk heterozigot.
- Talasemia minor yang ditandai dengan anemia berat dan tidak dapat hidup
tanpa transfusi.

2. Faktor-Faktor Pencetus Terjadinya Talasemia


Faktor yang menyebabkan talasemia secara umum terdiri dari:
1. Gangguan genetika
2. Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal)
Hemoglobin terbuat dari 2 protein, alpha globin dan beta globin. Talasemia
dapat terjadi pada saat terdapat kerusakan pada gen yang membantu
pengaturan produksi salah satu protein tersebut. Tipe talasemia tergantung
dari bagian spesifik hemoglobin yang terkena dan jumlah gen yang
mengalami mutasi yang diturunkan dari orang tua.
a. Talasemia alpha
Terdapat 4 gen yang terlibat dalam pembentukan rantai hemoglobin
alpha. Masing-masing orang mendapatkan 2 gen dari masing-masing
orang tuanya. Jika seseorang mewarisi:
 Satu gen termutasi: seseorang akan menjadi carrier dan
menurunkannya ke anaknya. Saat menjadi carrier, seseorang tidak
akan memiliki tanda dan gejala thalasemia.
 Dua gen termutasi: kondisi ini disebut juga thalasemia alpha minor.
Tanda dan gejala yang dirasakan ringan.
 Tiga gen termutasi: kondisi ini disebut juga penyakit hemoglobin
H. Tanda dan gejala yang dirasakan sedang sampai berat.
 Empat gen termutasi: kondisi ini disebut juga thalasemia alpha
major atau hydrops fetalis. Penyakit ini biasanya mengakibatkan
janin meninggal sebelum atau sesaat setelah dilahirkan.
b. Thalasemia beta
 Terdapat 2 gen yang terlibat dalam pembentukan rantai hemoglobin
beta. Masing-masing orang mendapatkan 1 gen dari masing-masing
orang tuanya. Jika seseorang mewariskan:
 Satu gen termutasi: Kondisi ini disebut juga thalasemia beta minor.
Tanda dan gejala yang dirasakan ringan.
 Dua gen termutasi: Kondisi ini disebut juga thalasemia beta major,
atau disebut juga anemia Cooley. Tanda dan gejala yang dirasakan
sedang sampai berat. Bayi yang lahir dengan 2 gen hemoglobin
beta yang termutasi biasanya sehat saat lahir dan memunculkan
gejala pada 2 tahun pertama kehidupan. Bentuk yang lebih ringan
dari thalasemia beta major disebut juga thalasemia beta intermedia.

3. Tanda Dan Gejala Terjadinya Talasemia


Gejala talasemia bergantung dari seberapa besar tingkat kerusakan gen
yang diakibatkan oleh anemia kronis. Namun secara umum, penderita
talasemia akan terlihat pucat atau kuning, sulit tidur, lemas, dan kurang nafsu
makan. Selain itu, perut tampak membengkak dan jika diraba terasa keras
akibat pembesaran limpa. Hiperpigmentasi juga terjadi pada penderita
talasemia yang membuat kulit mereka cenderung menghitam.
Dari segi pertumbuhan fisik, tubuh penderita talasemia biasanya lebih
pendek, dengan tulang yang tipis, keropos, dan mudah patah. Hal ini
dikarenakan sel darah merah abnormal yang membuat tulang melakukan
kompensasi membentuk sel darah merah. Jika dibandingkan, antara sel darah
merah normal dan sel darah merah talasemia, terdapat perbedaan. Pada kondisi
normal, sel darah merah berbentuk bulat, berwarna merah segar, dengan
ukuran yang sama rata pada setiap selnya. Namun, pada penderita talasemia,
warnanya pucat dan bentuknya tidak beraturan.

4. Pengobatan dan Pencegahan Thalasemia


Penatalaksanaan untuk talasemia mayor adalah dengan transfusi darah
secara teratur dan suplemen folat. Saat seseorang menerima transfusi darah,
sebaiknya ia tidak mengonsumsi suplemen zat besi, karena hal tersebut akan
meningkatkan jumlah zat besi di dalam tubuh dan merusak jantung, hati, dan
sistem endokrin. Oleh karena itu, biasanya orang yang menjalani transfusi
darah akan menerima terapi chelation untuk mengeluarkan kelebihan zat besi
di dalam tubuh. Transplantasi sumsum tulang dapat membantu mengobati
penyakit talasemia, terutama pada anak-anak.
Karena talasemia merupakan suatu penyakit yang diturunkan oleh orang
tua kepada anaknya, maka pencegahan untuk talasemia sangat sulit untuk
dilakukan. Pencegahan paling efektif adalah dengan menghindari pernikahan
pada penderita yang memilki risiko tinggi terhadap talasemia. Jika salah
seorang dari orang tua merupakan carrier talasemia beta, maka ia akan
menghasilkan anak yang 50% sehat dan 50% menjadi carrier talasemia beta.
Jika kedua orang tua merupakan carrier talasemia beta, maka 25% anaknya
akan memiliki penyakit talasemia beta, 50% menjadi carrier talasemia beta,
dan hanya 25% yang sehat.

5. Perawatan pada Anak dengan Talasemia


a. Bantu anak dalam aktivitas sehari-hari yang melebihi toleransi anak
b. Berikan anak aktivitas pengalihan misalnya dengan bermain
c. Berikan anak waktu tidur dan istirahat sesuai kondisi tubuh dan usia
d. Berikan lingkungan yang menyenangkan, bersih dan rileks pada saat makan
e. Batasi makan makanan yang mengandung zat besi (fe) misalnya bayam,
kangkung, papaya dan sebagainya
f. Tingkatkan masukan per oral pada anak
g. Berikan makanan yang bergizi (TKTP)
h. Berikan minuman yang bergizi pada anak misalny susu
i. Berikan anak porsi makan yang sedikit tetapi sering
j. Berikan suplemen atau vitamin
k. Berikan makanan yang mengandung protein dan disukai oleh anak

Anda mungkin juga menyukai