Laporan Pendahuluan Perioperatif
Laporan Pendahuluan Perioperatif
Laporan Pendahuluan Perioperatif
KONSEP PERIOPERATIF
1
5. Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh :
pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkomponsasi terhadap
ketidakmampuan menelan makanan.
C. TINDAKAN PEMBEDAHAN
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan dapat
diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1. Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi
dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung
kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat
luas.
2. Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30 jam.
Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
3. Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam beberapa
minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung
kemih,Gangguan tyroid, katarak.
4. Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan
pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia
sederhana, perbaikan vaginal.
5. Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien.
Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika.
Contoh : bedah kosmetik.
KEPERAWATAN PREOPERATIF
2
Preoperatif adalah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang
dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di
meja bedah.
3
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera),
seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat
dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
5. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi
pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat
menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi
tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada
pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien
merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis
operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin
(pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar
perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi
pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah
pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus
sebelum pembedahan.
6. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang
kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada
daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk
mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya
jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri
maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter.
Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk
mengobservasi balance cairan.
8. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih
mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain
itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah
setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara
efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera
4
setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas
dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan
lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
2. Letakkan tangan diatas perut
3. Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam
kondisi mulut tertutup rapat
4. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan,
udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
5. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
6. Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif
5
1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang
(daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography
Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy,
Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO,
EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin
dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin,
BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit
terkaut dengan kelainan darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh
untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan
untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis
saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
5. Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien
dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10
jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan
pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
2. ASA grade II
Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan
oleh penyakit yang akan dibedah.
Misal : penderita dengan obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita
dengan diabetes mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi
Mortality (%) : 0,4
4. ASA grade IV
6
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang
tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan
misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 25
5. ASA grade V
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang
tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan
misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 50.
D. INFORM CONSENT
setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi). Inform Consent
sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka
pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan
tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya
E. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :
- Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat
mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga
operasi bisa dibatalkan
- Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi
lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan
adanya perubahan-perubahan fisik seperti :
7
- gelisah
- menayakan pertanyaan yang sama berulang kali
- sulit tidur
- sering berkemih
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai
cara:
8
- Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi,
petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien
merasa lebih tenang.
- Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatan
untuk mengantar pasien sampai ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk
menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.
9
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ;
malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan
pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau
obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan
diri pasca operasi).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith,
2006) meliputi :
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap
perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang
berarti, krisis situasi atau krisis maturasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping
penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan
penampilan.
3. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan,
keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.
4. Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks,
hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan
penampilan.
5. Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis (misalnya kanker),
ketidakberdayaan.
6. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kerusakan saraf/otot, dan nyeri.
10
oleh antisipasi terhadap bahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan
bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu untuk membuat pengukuran
untuk mengatasi ancaman.
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria hasil :
klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress.
klien mampu mempertahankan penampilan peran.
klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan
2. Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik seseorang.
Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi
tubuh.
Kriteria hasil :
pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.
menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh
11
Intervensi dan Implementasi
Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang
tubuhnya.
R : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi pada citra
tubuh.
Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.
R : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan pasien sehingga
pasien tidak menyukai keadaan fisiknya.
Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya perhatian
terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis.
R : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran koping, mengurangi
kecemasan.
Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan
martabat pasien.
R : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga diri dan perasaan
berarti dalam diri pasien.
12
R : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan mengurangi
kecemasan.
5. Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara sadar
dan bahaya nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata.
Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
Kriteria hasil :
mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.
mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.
13
Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini,
harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.
R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk
mengurangi kecemasan.
D. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah :
1. Ansietas berkurang/terkontrol.
2. Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
3. Pasien menunjukkan koping yang efektif.
4. Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.
5. Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
6. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
DAFTAR PUSTAKA :
14
http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/konsep-dasar-keperawatan-
perioperatif.html
PERAWATAN INTRAOPERATIF
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan mencakup :
- pemasangan IV cath
- pemberian medikasi intaravena
- melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien
- Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertinda
k sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja
operasi denganmenggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Perawat yang bekerja di kamar bedah harus telah mengambil program proregristation
education courses in anasthetic and operating theater nursing. Dalam pembedahan
perawat disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten ahli bedah.
Perawat bertanggung jawab akan pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan
instrument dan menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk terlaksananya
pembedahan yangdirencanakan. Circulating nurse bertanggung jawab untuk menjamin
terpenuhinya perlengkapanyang dibutuhkan oleh scrubbed nurse dan bertanggung jawab
terhadap observasi dan perawatan pasien tanpa menimbulkan kontaminasi daerah steril.
TAHAP INTRAOPERATIF
15
Perawat dapat menjelakan tahap-tahap yang akan dilaksanakan untuk menyiapkan
klien menjalani pembedahan. Perawat diruang tahanan sementara biasanya adalah
bagian dari petugas ruang oprasi dan menggunakan pakaian, topi, dan alas kaki khusus
ruang oprasi sesuai dengan kebijakan pengontrolan infeksi rumah sakit. Pada beberapa
tempat bedah sehari, perawat primer perioperatif menerima kedatangan klien, menjadi
perawat sirkulator selama prosedur berlangsung, dan mengelola pemulihan serta
kepulangan klien.
Di dalam ruangan tahanan sementara, perawat, anestesi, atau ahli anestesi memasang
kateter infus ke tangan klien untuk memberikan prosedur rutin penggantian cairan dan
obat-obatan melalui intravena. Biasanya menggunakan kateter IV yang berukuran
besar agar pemasukan cairan menjadi lebih mudah. Perawat juga memasang manset
tekanan darah. Manset juga terpasang pada lengan klien selama pembedahan
berlangsung sehingga ahli anestesi dapat mengkaji tekanan darah klien.
3. Pemberian Anestesi
a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluluh sensasi dan
kesadarannya. Relaksasi mempermudah manipulasi anggota tubuh. Klien juga
mengalami amnesia tentang seluruh proses yang terjadi selama pembedahan yang
menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan
manipulasi jaringan yang luas.
Ahli anestesi memberi anestesi umum melalui jalur IV dan inhalasi melalui empat
tahap anestesi. Tahap 1 dimulai saat klien masih sadar. Klien menjadi pusing dan
kehilangan kesadaran secara bertahap, dan status analgesic dimulai. Tahap 2 adalah
eksitasi. Otot kilen kadang-kadang menegang dan hampir kejang. Reflek menelan
dan mudah tetap ada, dan pola nafas klien mungkin menjadi tidak teratur. Tahap 3
dimulai pada saat irama pernafasan mulai teratur. Fungsi vital terdepresi. Tahap 4
adalah tahap depresi pernafasan lengkap.
b. Anestesi Regional
Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh
tertentu. Selama pembedaan berlangsung klien dengan anestesi regional akan
tetap sadar kecuali jika dokter memprogramkan pemberian tranquilizer yang dapat
menyebabkan klien tidur. Perawat harus ingat bahwa luka bakar dan cidera
lainnya dapat terjadi pada bagian tubuh yang berada dibawah pengaruh anestesi
16
tanpa disadari oleh klien. Oleh karena itu posisi ekstermitas dan kondisi kulit
klien perlu sering observasi.
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan (mis,
adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea mata). Obat anestesi (mis, lidokain )
menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi kedalam sirkulasi. Klien akan
kehilangan rasa nyeri dan sentuhan, aktifitas motorik, dan otonom.
4. Pengaturan Posisi Klien Selama Pembedahan
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu pengaturan posisi
karena posisi yang diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan
keadaan psikologis pasien.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
Umur dan ukuran tubuh pasien.
Tipe anaesthesia yang digunakan.
Nyeri/Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
Hal-hal yang dilakukan oleh perawat terkait dengan pengaturan posisi pasien meliputi :
a. Kesejajaran fungsional
Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang
berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula. Contoh :
Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy, laparotomy eksplorasi,
appendiktomi, mastectomy atau pun reseksi usus.
Pronasi : operasi pada daerah punggung dan spinal. Misal : Lamninectomy
Trendelenburg : dengan menempatkan bagian usus diatas abdomen, sering
digunakan untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau pelvis.
Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan rectal dan biasanya
digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan kuretase dan pembedahan rectal
seperti : Hemmoiroidektomy
Lateral : digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul.
b. Pemajanan area pembedahan
Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan
tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat
mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping
c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
Posisi pasien di meja operasi selama prosedur pembedahan harus dipertahankan
sedemikian rupa. Hal ini selain untuk mempermudah proses pembedahan juga
sebagai bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi fisiologis
dan mencegah terjadinya injury.
17
b. Perawat Sirkulator
Perawat Sirkulator adalah asisten perawat intrumentator dan dokter bedah. Perawat
sirkulator membantu mengatur posisi klien dan menyediakan alat dan duk bedah
yang di butuhkan dalam pembedahan. Perawat sirkulator menyediakan bahan-
bahan yang di butuhkan perawat instrumentator, membuang alat dan spon kasa
yang telah kotor, serta tetap hitung instrument jarum dan spon kasa yang telah di
gunakan. Perawat sirkulator juga dpat membantu mengubah posisi klien atau
memindahkan posisi lampu opersi. Perawat sirkulator juga menggunakan teknik
aseptik bedah. Apabila teknik aseptik telah hilang, Perawat sirkulator membantu
anggota tim bedah dengan mengganti dan memakai gaun dan sarung tangan steril.
Prosedur ini mencegah tertinggalnay bahan-bahan tersebut di dalam luka bedah
klien.
1. Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu di kaji dalam intra bedah adalah pengaturan posisi
pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek
pemantauan fisiologis, perubahan tanda vital, system, kardiovaskular
keseimbnagan cairan, dan pernafasan.
2. Diagnosis Keperawatan
Risiko terjadinya cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperwatan selam 1 x 24 jam, masalah resiko
terjadinya cidera pada pasien dapat tertasi.
Kriteria Hasil
1. Tidak terjadinya resiko cedera pada pasien
2. Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman dan aman
Rencana tindakan
1. Gunakan semua alat atau instrument untuk tindakan pembedahan seperti
pemakaian baju bedah, tutup kepala, masker, penutup sepatu, celemek, dan
sarung tangan, serta penyucian tangan.
2. Lakukan Persiapan pelaksanaan anestesi sebelum tindakan pembedahan
3. Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan
18
b. Mencuci Tangan Sebelum Pembedahan
Gunakan air mengalir dari kran
Sikat tangan secara sistemati, satu per satu jari dicuci
Sikat kuku dan lengan bahwa sampai siku
Ulangi lagi beberapa kali : dengan selam 10 menit ; dengan larutan
desinfektan standar selama 3-5 menit
Tutup kran dengan siku (buka seperti biasanya menutup kran)
Posisikan tangan selau lebih tinggi dari siku
Ambil handuk tangan steril, keringkan urut mulai tangan, pergelangan,
hingga siku, lalu jatuhkan handuk.
c. Menerima Pasien di Daerah Bedah
Sebelum memasuki wialyah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di
ruang penerimaan untuk megecek kembali nama, bedah yang akan dilakukan,
nomor status registrasi pasien, berbagi hasil laboratorium dan x-ray, persiapan
darah setelah dilakukan pemerikasaan silang dan golongan darah, alat protesa, dan
lain-lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti normalnya tanda vital,
kardiovaskular, pernapasan, ginjal, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://robbybee.wordpress.com/2009/02/25/keperawatan-intra-operatif/
http://rosalinameisuri.blogspot.com/2011/08/konsep-dasar-keperawatan-perioperatif.html
19
PERAWATAN POST OPERATIF
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian
yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan
cepat, aman dan nyaman.
- Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room),
- Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)
- Transportasi pasien ke ruang rawat,
- Perawatan di ruang rawat.
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi ke
posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi lateral ke posisi
terlentang. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianastesi ke brankard dapat
menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien harus dipindahkan secara
perlahan dan cermat. Segera setelah pasien dipindahkan ke barankard atau tempat tidur,
gaun pasien yang basah (karena darah atau cairan lainnnya) harus segera diganti dengan
gaun yang kering untuk menghindari kontaminasi. Selama perjalanan transportasi tersebut
pasien diselimuti dan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus
dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Selain hal tersebut diatas untuk
20
mempertahankan keamanan dan kenyamanan pasien. Selang dan peralatan drainase harus
ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi dengan optimal. Proses transportasi ini
merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi dari
dokter anastesi yang bertanggung jawab.
Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat bantu pernafasan
: oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter nasal, ventilator
mekanik dan peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus terdapat alat yang
digunakan untuk memantau status hemodinamika dan alat-alat untuk mengatasi
permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan darah, peralatan parenteral,
plasma ekspander, set intravena, set pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet.
Bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi dan
peralatan drainase.
Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus ditempatkan pada tempat
tidur khusus yang nyaman dan aman serta memudahkan akses bagi pasien, seperti :
pemindahan darurat. Dan dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan untuk
mempermudah perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat tidur beroda, dan rak
penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap berada dalam PACU sampai pulih
sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan darah stabil, fungsi pernafasan adekuat,
saturasi oksigen minimal 95% dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang
digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah :
a. Fungsi pulmonal yang tidak terganggu
b. Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
c. Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah
d. Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang
e. Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam
f. Mual dan muntah dalam kontrol
g. Nyeri minimal
21
score post anastesi 7 atau 8 yang menunjukkan kondisi pasien sudah cukup stabil.
Waspadai hal-hal berikut : henti nafas, vomitus, aspirasi selama transportasi.
22
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondis/penyakitnya post operasi.
A. PENGKAJIAN
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan diantaranya adalah
kesadaran, kualitas jalan nafas, sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain,
keseimbangan elektrolit , kardiovaskuler, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya,
serta alat yang digunkan dalm pembedahan.
23
intervensi :
Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman dan usaha nafas.
Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan
adanya bunyi tambahan
Pantau hasil gas darah dan kadar elektrolit
Pantau status mental
Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut
Pantau status pernapasan dan oksigenasi
Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen,
pengisap,spirometer)
Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi
Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyi napas,
pola napas, sputum,efek dari pengobatan)
Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan sesuai dengan keperluan
Intervensi :
Ganti balutan plester dan debris
Cukur rambut sekeliling daerah yang terluka, jika perlu
Catat karakteristik luka bekas operasi
Catat katakteristik dari beberapa drainase
Bersihkan luka bekas operasi dengan sabun antibakteri yang cocok
Rendam dalam larutan saline yang sesuai
Berikan pemeliharaan lokasi IV
Sediakan pemeliharaan luka bekas operasi sesuai kebutuhan
Berikan pemeliharaan kulit luka bernanah sesuai kebutuhan
Gunakan unit TENS (Transcutaneous Elektrikal Nerve Stimulation) untuk
peningkatan penyembuhan luka bekas operasi yang sesuai
Gunakan salep yang cocok pada kulit/ lesi, yang sesuai
Balut dengan perban yang cocok
Pertahankan teknik pensterilan perban ketika merawat luka bekas operasi
Periksa luka setiap mengganti perban
Bandingkan dan mencatat secara teratur perubahan-perubahan pada luka
Jauhkan tekanan pada luka
Ajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur perawatan luka
24
Ekspresi wajah tenang
klien dapat istirahat dan tidur
Intervensi :
Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi ).
Observasi reaksi NV dr ketidak nyamanan.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien
Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang nyeri
Monitor TTV
D. EVALUASI
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahnkan status kesehatan , seperti adanya peningkatan
proses penyembuhan luka, system sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit,
system eliminasi, serta tidak ditemukn tanda kecemasan lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
http://robbybee.wordpress.com/2009/02/25/keperawatan-post-operatif/
http://rosalinameisuri.blogspot.com/2011/08/konsep-dasar-keperawatan-perioperatif.html
25