Disusun oleh :
Muhammad Rizki Imannudin, S.Ked
(20090310194)
Dokter Pembimbing :
dr. Tuti Widowati, Sp.Rad
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
2015
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Muhammad Rizki Imannudin, S.Ked
(200903100194)
2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sinungrejo RT/RW 01/07 Ambal Kebumen
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Masuk Rumah Sakit : 22 Februari 2015
ANAMNESIS
a. Keluhan utama :
Autoanamnesa dilakukan tanggal 27 Februari 2015 pukul 20.00 WIB
Keluhan utama : Tidak bisa BAB sejak 1 minggu yang lalu
b. Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien datang ke IGD RSUD Saras Husada Purworejo dengan keluhan tidak
bisa BAB sejak 1 minggu yang lalu, perut terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk sejak 2 hari
SMRS yang bersifat hilang timbul dan sejak 1 HSMRS nyeri perut relatif menetap
disertai rasa kembung dan sebah . Di pagi hari sebelum masuk RS pasien muntah
berwarna kehijauan yang menimbulkan bau busuk dan tidak bisa flatus. Pasien tidak
mengeluh adanya demam dan BAK normal.
c. Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat penyakit jantung, asma, diabetes mellitus disangkal
- Riwayat operasi daerah perut disangkal
- Riwayat benturan pada perut disangkal
- Riwayat dipijat daerah perut disangkal
3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
B. Status Lokalis
Inspeksi : Distensi (+), darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : BU (+) meningkat, borborigmi (+), metallic sound (-)
Palpasi : NT (+) deffense muscular (-)
Perkusi : Timpani ↑↑, splenomegali (-), hepatomegali (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin Otomatik tanggal 22 Februari 2015 jam 19.29
5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
6
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Gambaran Radiologi :
Preperitoneal fat dan psoas line samar-samar, distribusi udara usus merata, tampak distensi
udara usus halus, udara colon (+), tampak air fluid level, tak tampak udara bebas cavum
peritoneum
Kesan : Ileus obstruktivus partialis letak tinggi
DIAGNOSA KLINIS
7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PENATALAKSANAAN
Guyur Ringer Laktat 2 flabot
Inj. Ceftriaxone 2x1g
Inj. Ketorolac 3x30mg
Inj. Ranitidin 2x1A
Puasa
Pasang NGT, DC
Tranfusi PRC 2 kolf
Pro Laparotomi Eksplorasi s/d colostomy
DIAGNOSA AKHIR
Post laparotomi eksplorasi ec Tumor colon transversum sunting ileodesendentomi side to
side dan biopsy.
8
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada 2 macam,
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan
2. 2. Anatomi
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki
pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung
proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis
tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm (Price & Wilson, 1994).
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini agak tidak
tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif lebih penting
9
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
sampai kepada jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz,
suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus
dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai
ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah
jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum.. Jejenum terletak di regio abdominalis
media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di abdominalis bawah kanan (Price &
Wilson, 1994). Jejunum mulai pada junctura denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
ileocaecalis.
dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai
messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum
parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kenan dari
kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium
memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterica superior antara
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah
pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar dua atau
tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke
10
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
& Wilson, 1994). Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus
kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon
ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon
transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai
bawah, membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon
descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan
kolon descendens. Ia tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan.
Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior
rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan
sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri
11
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam
klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama
oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu
menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari
permukaan lebih luas bagi kerja lipase pankreas. Proses pencernaan disempurnakan oleh
sejumnlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini
terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi.
Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu
segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan
segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar,
dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain
dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.
protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino) melalui dinding usus ke
sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sesl-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan
vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif
Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrodrolisa oleh enzim lipase pankreas ; hasilnya
bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian memasuki membran sel
12
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
yang kembali ke dalam lumen usus dan asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel
kemudian membentuk kembali trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid, dan
apoprotein untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki lakteal. Asam
lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke vena porta. Garam
empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam ileum distalis. Dari kumpulan 5
gram garam empedu yang memasuki kantung empedu, sekitar 0,5 gram hilang setiap hari;
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses proteolisis. Enzim
protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin, dan
amino dan 2 sampai 6 residu peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke
menjadi maltosa (atau isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian disakarida ini,
bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa, dihidrolisis menjadi monosakarida
glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim laktase, sukrase, maltase, dan isimaltase untuk
pemecaha disakarida terletak di dalam mikrovili ’brush border’ sel epitel. Disakarida ini
dicerna menjadi monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka
Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan duodenum
menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi. Air secar osmotik dan
13
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
pemasangan zat telarut organik atau secara transport aktif. Bikarbonat diabsorpsi secara
pertukaran natrium/hidrogen. Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam duodenum dan
jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium diabsorpsi secara
difusi pasif.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang
sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir
yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta
mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air adan
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan,
meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasi
segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh
makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong antegrad
melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg,
Sepertiga berat feses kering adalah bakterri; 10¹¹-10¹²/gram. Anaerob > aerob.B akter
14
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri membentuk hidrogen dan metan
dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari.
2. 4. Epidemiologi
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh
dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Mc Iver mencatat 44% dari
obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami strangulasi. Di
RSCM, pada tahun 1989, Kartowisastro dan Wiriasoekarta melaporkan 58% kasus obstruksi
obstruksi usus akibat adhesi sebesar 17,7%. Walaupun di negara berkembang seperti di
Indonesia, adhesi bukanlah sebagai penyebab utama terjadinya obstruksi usus. Penyebab
tersering obstruksi usus di Indonesia, khususnya di RSUPNCM, adalah hernia, baik sebagai
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai
akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan terakhir pasien
yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan berkembang adhesi satu
hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang
obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan
obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-
15
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2.5.Klasifikasi
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum
terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai
rectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antara
lain :
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau
gangren.
(Bailey,2002):
16
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
1. Hernia inkarserata : usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat
dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi
segera.
a. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar
50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam
masa anak-anak.
merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif , dan merupakan
penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen.
17
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
e. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama
f. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi
g. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal
h. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi,
cairan.
k. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.
l. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal. Selain itu, obstruksi dapat pula disebabkan oleh
divertikulitis, striktur rektum, stenosis anus, volvulus sigmoid, dan penyakit Hirschprung.
18
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2. 7. Patofisiologi
Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat dilihat pada Gambar-2.3.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas
yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan
natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran
cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan
cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber
kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang
perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan
lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek
lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat
19
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian
20
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi
kelenjar pencernaan.
Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan
distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang
usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan antiperistaltik. Hal
ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah. Pada obstruksi usus
yang lanjut, peristaltik sudah hilang oleh karena dinding usus kehilangan daya kontraksinya.
2. 8. Manifestasi Klinis
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik,
pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang
21
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi bersifat kolik. Ia sekunder
terhadap kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus melawan obstruksi. Frekuensi episode
tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus obstruktif
usus halus, setiap 15 sampai 20 menit pada ileus obstruktif usus besar. Nyeri dari ileus
sedangkan yang dari ileus obstruktif usus besar biasanya tampil dengan nyeri intraumbilikus.
Dengan berlalunya waktu, usus berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang peristaltik
menjadi jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti oleh pegal
generalisata menetap di keseluruhan abdomen. Jika nyeri abdomen menjadi terlokalisasi baik,
parah, menetap dan tanpa remisi, maka ileus obstruksi strangulata harus dicurigai.
memuntahkan apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti oleh cairan
duodenum, yang kebanyakan cairan empedu (Harrison’s, 2001). Setelah ia mereda, maka
muntah tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika ileus obstruktif usus halus, maka muntah
terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus
didekompresi dengan regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi. Jika ileus obstruktif usus
besar, maka muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan
berbau busuk (fekulen) sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap
stagnasi. Karena panjang usus yang terisi dengan isi demikian, maka muntah tidak
Distensi pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obstruksi dan
makin membesar bila semakin ke distal lokasinya. Gerkakan peristaltik terkadang dapat
22
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Konstipasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut ( dimana feses dan
gas tidak bisa keluar) dan relatif (dimana hanya gas yang bisa keluar) (Winslet, 2002).
Kegagalan mengerluarkan gas dan feses per rektum juga suatu gambaran khas ileus obstruktif.
Tetapi setelah timbul obstruksi, usus distal terhadap titik ini harus mengeluarkan isinya
sebelum terlihat obstipasi. Sehingga dalam ileus obstruktif usus halus, usus dalam panjang
bermakna dibiarkan tanpa terancam di usus besar. Lewatnya isi usus dalam bagian usus besar
ini memerlukan waktu, sehingga mungkin tidak ada obstipasi, selama beberapa hari.
Sebaliknya, jika ileus obstruktif usus besar, maka obstipasi akan terlihat lebih dini. Dalam
ileus obstuksi sebagian, diare merupakan gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi
(Sabiston, 1995).
Dehidrasi umumnya terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan muntah
yang berulang-ulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan kulit kering dan lidah
kering, pengisian aliran vena yang jelek dan mata gantung dengan oliguria. Nilai BUN dan
Hipokalemia bukan merupakan gejala yang sering pada ileus obstruktif sederhana.
Peningkatan nilai potasium, amilase atau laktat dehidrogenase di dalam serum dapat sebagai
Pireksia di dalam ileus obstruktif dapat digunaklan sebagai petanda (Winslet, 2002):
2. Perforasi usus
23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Sangat penting untuk membedakan antara ileus obstruktif dengan strangulasi dengan
tanpa strangulasi, karena termasuk operasi emergensi. Penegakan diagnosa hanya tergantung
4. Kemunculan dan adanya gejala nyeri tekan lokal merupakan tanda yang sangat penting,
tetapi, nyeri tekan yang tidak jelas memerlukan penilaian rutin. Pada ileus obstruktif tanpa
strangulasi kemungkinan bisa terdapat area dengan nyeri tekan lokal pada tempat yang
mengalami obstruksi; pada srangulasi selalu ada nyeri tekan lokal yang berhubungan
6. Pada kasus ileus obstruktif dimana nyeri tetap asa walaupun telah diterapi konservatif,
7. Ketika srangulasi muncul pada hernia eksternal dimana benjolan tegang, lunak,
ireponibel, tidak hanya membesar karena reflek batuk dan benjolan semakin membesar.
Pada ileus obstruksi usus besar juga menimbulkan sakit kolik abdomen yang sama
kualitasnya dengan sakit ileus obstruktif usus halus, tetapi intensitasnya lebih rendah. Keluhan
rasa sakit kadang-kadang tidak ada pada penderita lanjut usia yang pandai menahan nafsu.
24
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
fekulen paradoks sangat jarang. Riwayat perubahan kebiasaan berdefekasi dan darah dalam
feses yang baru terjadi sering terjadi karena karsinoma dan divertikulitis adalah penyebab
yang paling sering. Konstipasi menjadi progresif, dan obstipasi dengan ketidakmapuan
mengeluarkan gas terjadi. Gejala-gejala akut dapat timbul setelah satu minggu (Harrison’s,
2001).
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari
obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut,
disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang
banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa
berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut
bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen
dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan
di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
25
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya
terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau
peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau
obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada
penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal
mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan
tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula
Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena
tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan
menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang
kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya
2. 9. Diagnosis
1) Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi sebelumnya atau
terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2011; Sabara, 2007). Pada ileus obstruksi usus halus
kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan
26
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut
abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus
(Gambar 2.4) yang bisa bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan
muntah. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik (Sabiston, 1995;
Sabara, 2007)
Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri
tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan pembengkakan atau
Auskultasi
logam bernada tinggi (metallic sound) dan gelora (rush’) diantara masa tenang. Tetapi setelah
beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas
peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri
usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata (Sabiston,
1995). Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum dan pelvis.
Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor serta tidak adanya feses di dalam kubah
rektum menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika darah makroskopik atau feses postif
27
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
atas lesi intrinsik di dalam usus (Sabiston, 1995). Apabila isi rektum menyemprot; penyakit
3) Pemeriksaan Laboratorium
tetapi hitung darah putih yang normal tidak menyampingkan strangulasi. Peningkatan amilase
serum kadang-kadang ditemukan pada semua bentuk ileus obstruktif, khususnya jenis
4) Pemeriksaan Radiologi
Pada saat sekarang ini radiologi memainkan peranan penting dalam mendiagnosis
abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain :
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
- Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus di
28
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Sedangkan pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang
29
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
usus keseluruhan.
30
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
obstruktif
volvulus
31
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
extraintestinal
32
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar perlu untuk
melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara dan air serta letak
obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid level,
distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus. Obstruksi
kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan gambaran haustra, kadang-
kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon yang mengalami
kontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis neoplasma dan
3.1. Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir
dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis
umum.
3.2. Tatalaksana
Penatalaksanaan Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
33
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan
resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum
tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi
secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera
- Strangulasi
- Obstruksi lengkap
- Hernia inkarserata
- Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus,
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita
harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu
diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
3.3. Prognosis
34
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka
toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah
segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi
atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.
35
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam menegakkan diagnosis ileus obstruktif pada pasien ini dapat secara klinis
meliputi anamnesis lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat
penting untuk dikonfirmasikan dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen
untuk membantu mengarahkan dan menilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.
Dari gejala subjektif dan temuan objektif pada kasus ini diperoleh manifestasi klinis
berupa tidak bisa BAB sejak 1 minggu yang lalu, nyeri perut seperti ditusuk-tusuk yang pada
awal kemunculannya berupa hilang timbul menjadi relative menetap, kembung, dan sebah.
Pasien mulai tidak bisa flatus dan muntah berwarna kehijauan sejak pagi hari sebelum masuk
RS, riwayat operasi di daerah perut disangkal, riwayat trauma disangkal. Pasien menyangkal
riwayat hipertensi, DM dan asma. Pasien menyangkal riwayat keluhan yang sama di keluarga.
Pada pemeriksaan inspeksi abdomen, perut terlihat distensi, tidak didapatkan adanya darm
contour dan darm steifung, pada auskultasi didapatkan suara bising usus meningkat dengan
borborigmi (+). Pada pemeriksaan perkusi didapatkan hipertimpani dan pada palpai pasien
radiologi abdomen 3 posisi didapatkan kesan ileus obstruktivus letak tinggi. Dengan
pemeriksaan klinis kita sudah dapat mencurigai adanya kelainan akut pada abdomen. Foto
abdomen 3 posisi dilakukan untuk menunjang anamnesis dan pemeriksaan fisik sebelumnya
dan melihat penyebab dan lokasi terjadinya kelainan. Dari pembacaan rontgen abdomen 3
36
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
pasien dengan nyeri akut abdomen memerlukan operasi atau tidak dan bila perlu dioperasi
apakah bersifat segera atau masih dapat ditunda sehingga masih dapat dilakukan pemeriksaan
lain yang mendukung diagnosis. Foto polos abdomen 3 posisi berguna untuk mendeteksi:
udara bebas peritonium, gas retroperitonium dan intramural, obstruksi usus halus dan usus
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
37
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Sedangkan pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang
menyeluruh dari gaster sampai rectum. Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya
pelebaran usus dan hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan
radiologi hanya sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus
yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya pada masa pra-bedah
38
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Daftar Pustaka
Ansari P. Intestinal obstruction. [Online]. 2007 September [cited 2008 May 21];[4 screens].
Available from:URL:http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.html.
Brunicardi, F.C., et all, Schwartz’s Principles of Surgery, volume II, 8th edition, McGraw-Hill,
New York, 2005, hal 1031-1032
Guyton A.C., Hall J.E. 1997a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta : EGC.
Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran No.29.
http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf.
Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2008 May 21];[7 screens]. Available
from: URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm.
Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17 [cited 2008 June 2];[6 screens].
Available from: URL:http://www.emedicine.com
Sari, Dina Kartika dkk. 2005. Chirurgica. Yogyakarta : Tosca Enterprise. pp : 32-26.
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hal : 623.
39