Disusun oleh :
Kelompok 3
Achmad Rizki Al-Hasani 1210015039
Andini Agustyana 1210015045
Dian Nurlita Anggraini 1210015078
Dwiki Fitrandy R R 1210015001
Maulinda Permatasari 1210015026
Nurdiana Oktavia 1210015014
Nur Indah Tri Widya Putri 1210015050
Phamella Esty Nuraini 1210015011
Revyta Salsabila Rachmadi 1210015052
Anindhita Anestya 1110015053
Gita Rosalina 1110015017
Claudia Purnamatika 1110015036
Eka Yuliana Sari 1010015027
Tutor : 1. dr. Hary Nugroho, M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena
atas rahmat dan hidayah-Nyalah Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Blok 20
Modul 4 tentang Trauma Multiple dengan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari
diskusi kelompok kecil (DKK) kami. Laporan ini secara menyeluruh membahas
tentang Appendicitis, Peritonitis dan Perforasi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini, antara lain :
1. dr. Hary Nugroho, M.Kes dan dr. Mona Zubaedah, M.Kes selaku tutor yang
telah membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil
(DKK).
2. Teman-teman kelompok 3 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya
sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik
dan dapat menyelesaikan makalah hasil diskusi kelompok kecil (DKK).
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penyusun
(Kelompok 3)
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
Skenario ............................................................................................ 3
Step 1 ................................................................................................ 3
Step 2 ................................................................................................ 3
Step 3 ................................................................................................ 4
Step 4 ................................................................................................ 6
Step 5 ................................................................................................ 7
Step 6 ................................................................................................ 7
Step 7 ................................................................................................ 7
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................ 28
Saran ................................................................................................. 28
ISI
Skenario
a. Foto Rontgen
b. MRI
c. CT-scan
5. Penatalaksanaan awal yang diberikan adalah dengan primary survey,
meliputi :
a. Pemeriksaan kesadaran dengan metode AVPU
b. Pemeriksaan ABCD
Airway : look, listen, feel, ada tidaknya suara nafas tambahan.
Breathing : reguler/tidak, bila tidak reguler bisa dilakukan
resusitasi.
Circulation : periksa nadi, Capillary Refill Test, bila sirkulasi
terganggu lakukan RJP.
Deformity : cek nervus kranial.
Exposure : buka pakaian dan nilai kondisi tubuh secara
menyeluruh.
c. Pemberian IV line dan kateter untuk memantau kondisi cairan tubuh.
6. Sudah dibahas pada nomor 3
7. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain :
a. Infeksi
b. Syok hipovolemik
c. Emboli paru
d. Hematothoraks
e. Pneumothoraks
f. Gangguan pertumbuhan tulang pada anak-anak
8. Bila iga krepitasi dikhawatirkan terjadi komplikasi yang mengenai rongga
thoraks dan paru seperti hematothoraks dan pneumothoraks.
9. Prognosis tergantung pada derajat injury dan cepat tidaknya penanganan
yang dilakukan.
Multiple Trauma
Thoraks Femur
- Memar - Krepitasi
- Krepitasi - Luka robek
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi
2. Palpasi
Pemeriksaan Penunjang :
Penatalaksanaan
Prognosis Komplikasi
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Klasifikasi
e. Patogenesis
f. Gejala Klinis
g. Penegakkan diagnosis
h. Penatalaksanaan
i. Komplikasi
j. Prognosis
1. Fraktur Lengkap
Fraktur lengkap adalah tulang benar – benar patah menjadi menjadi dua
fragmen atau lebih.
2. Fraktur Tidak Lengkap
Fraktur tidak lengkap adalah tulang terpisah secara tak lengkap dan periosteum
tetap menyatu.
3. Fraktur Tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dengan kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang.
4. Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang yang menembus kulit.
1. Grade 0 :
Kerusakan jaringan lunak yang minimal
Cedera tidak langsung pada ekstremitas (torsi)
Pola fraktur sederhana
2. Grade 1 :
Trauma adalah penyebab kematian yang paling umum terjadi didunia pada
umur sekitar 1-44 tahun. Proporsi terbesar penyebab trauma (1,2 juta pertahun)
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. WHO memprediksikan, pada tahun 2020,
trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas akan menduduki peringkat
ketiga sebagai penyebab kematian dan disabilitas di dunia (Solomon, Warwick, &
Nayagam, 2010).
2. Peristiwa Patologis
a) Kelelahan atau stres fraktur
Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas berulang
– ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat aktivitas yang
lebih berat dari biasanya. Tulang akan mengalami perubahan struktural
akibat pengulangan tekanan pada tempat yang sama, atau peningkatan
beban secara tiba – tiba pada suatu daerah tulang maka akan terjadi retak
tulang.
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu
tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya
osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah
tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur.
Riwayat
Tanda-tanda umum
Tanda-tanda lokal
Penampilan
Pembengkakan,memar, deformitas, kulit yang utuh atau tidak. Bila kulit
robek dan memilki hubungan dengan fraktur berarti cedera itu terbuka
Rasa
Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x
Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan. Perangkap perangkap ini
harus dihindari.
Dua pandangan fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat dalam sinar-
X tunggal. Dan sekurang- kurangnya harus dilakukan dua sudut pandang
(antero-posterior dan lateral) .
Dua sendi. Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami
fraktur dan angulasi. Tetapi, angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau
tulang yang lain juga patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-
sendi di atas dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan pada foto
sinar-X .
Dua tungkai Pada sinar-X tulang anak-anak, epifisis yang normal dapat
mengacaukan diagnosis fraktur, foto pada tungkai yang tidak cedera akan
bermanfaat.
Dua cedera Kekuatan yang hebat dapat menyebabkan cedera pada lebih
pada satu tingkat. Karena itu, bila ada fraktur pada calcaneus atau femur,
perlu juga di ambil poto sinar-X pada pelvis dan tulang belakang.
Primary Survey
1. Airway, menjaga airway atau patensi jalan nafas dengan control servikal
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik
meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma. Inspeksi dan
palpasi dapat memperlihatkan kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu
ventilasi. Saat di UGD dapat dilakukan look listen and feel, selain itu dada pasien
harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan. Auskultasi dilakukan untuk
memastikan masuknya udara kedalam paru.
Resusitasi atau control jalan nafas ini harus dilakukan dengan control
terhadap vertebral servikal. Surgical airway dapat dilakukan bila intubasi
endotrakeal tidak memungkinakan karena kontraindikasi atau karena masalah
teknis. Bila didapatkan adanya tension pneumotoraks akan sangat mengganggu
ventilasi dan sirkulasi harus segera dilakukan dekompresi.setiap pasien trauma
diberikan oksigen. Bila tanpa intubasi, sebaaiknya oksigen diberikan dengan face-
mask. Pemakaian pulse oximeter baik untuk menilai saturasi O2 yang adekuat.
Tingkat kesadaran
Bila volume darah turun, perfusi otak dapat berkurang, yang akan mengakibatkan
penurunan kesadaran
Warna kulit
Nadi
Periksalah nadi yang besar seperti a.femoralis atau a.karotis, untuk kekuatan nadi,
kecepatan dan irama. Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia,
walaupun dapat disebbakan oleh keadaan lain. Kecepatan nadi yang normal bukan
jaminan bahwa normovolemi. Nadi yang tidak teratur biasanya merupakan tanda
gangguan jantung. Tidak ditemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan
pertanda diperlukannya resusitasi segera untuk memperbaiki volume dan cardiac
output.
Perdarahan
Secondary Survey
Pada pemeriksaan fisik pasien, beberapa hal yang penting untuk dievaluasi
adalah (1) kulit yang melindungi pasien dari kehilangan cairan dan infeksi, (2)
fungsi neuromuskular (3) status sirkulasi, (4) integritas ligamentum dan tulang.
Cara pemeriksaannya dapat dilakukan dengan Look, Feel, Move. Pada Look, kita
menilai warna dan perfusi, luka, deformitas, pembengkakan, dan memar. Penilaian
inspeksi dalam tubuh perlu dilakukan untuk menemukan pendarahan eksternal
aktif, begitu pula dengan bagian punggung. Bagian distal tubuh yang pucat dan
tanpa pulsasi menandakan adanya gangguan vaskularisasi. Ekstremitas yang
bengkak pada daerah yang berotot menunjukkan adanya crush injury dengan
ancaman sindroma kompartemen. Pada pemerikasaan Feel, kita menggunakan
palpasi untuk memeriksa daerah nyeri tekan, fungsi neurologi, dan krepitasi. Pada
periksaan Move kita memeriksa Range of Motion dan gerakan abnormal.
Dalam strategi meredakan nyeri akut yang sekiranya berat dalam patah
tulang digunakan srategi “Three Step Analgesic Ladder” dari WHO. Pada nyeri
akut, sebaiknya di awal diberikan analgesik kuat seperti Opioid kuat13 . Dosis
pemberian morfin adalah 0.05 – 0.1 mg/kg diberikan intravena setiap 10/15 menit
secara titrasi sampai mendapat efek analgesia. Terdapat evidence terbaru di mana
pada tahun terakhir ini Ketamine juga dapat dipergunakan sebagai agen analgesia
pada dosis rendah (0.5 – 1 mg/kg). Obat ini juga harus ditritasi untuk mencapai
respon optimal agar tidak menimbulkan efek anastesi. Efek menguntungkan dari
1. Komplikasi segera
a. Lokal :
kulit dan otot : berbagaivulnus ( abrasi, laserasi, sayatan,dll.), kontusio,
avulasi
vaskular : terputus, kontusio, perdarahan
organ dalam : jantung, paru-paru, hepar, limpa( pada fraktur kosta), bul
i-buli (pada fraktur pelvis)
neurologis : otak, medula spinalis, kerusakan syaraf perifer
b. Umum
trauma multipel, syok
2. Komplikasi dini
a. Lokal
nekrosis kulit otot, syndrom kompartmen, trombosis, infeksi sendi, oste
omielitis
b. Umum
ARDS, emboli paru, tetanus
3. Komplikasi lama
a. Lokal
b. Umum
batu ginjal (akibat imobilisasi lama ditempat tidur dan hiperkalsemia)
neurosis pssca trauma
Prognosis pada fraktur akan baik jika dengan penanganan tyang cepat dan
tepat, serta bergantung pada jenis fraktur yang terjadi, misalnya saja pada fraktur
terbuka penyembuhan akan lebih lama dibandingkan fraktur tertutup. Selain itu
dipengaruhi juga dari usia, pada anak-anak biasanya akan lebih cepat tumbuh
kembali dalam masa penyembuhannya. Bisa juga dipengaruhi faktor-faktor yang
menghambat atau mempercepat pertumbuhan tulang, antara lain :
6. Kehilangan tulang
8. Keganasan lokal
12. Fraktur intra artikuler (cairan sinovial mengandung fibrolisin, yang akan
melisis bekuan darah awal dan memperlambat pembentukan jendalan)
13. Usia (lansia sembuh lebih lama) Waktu penyembuhan tulang pada anak-
anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan
karena aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum dan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Canale ST. Campbell's Operative Orthopaedics. 10th ed. St Louis, Mo: Mosby-
Year Book; 2003.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22361/4/Chapter%20II.pdf di
akses pada 4 November, 2015 jam 12.00 WITA
Lee C, Porter KM. Prehospital Management of Lower Limb Fracture. Emerg Med
J 2005;22:660–663