Anda di halaman 1dari 24

UNDANG-UNDANG

PEDOMAN PENGKADERAN
KELUARGA MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

MUKADDIMAH

Bahwa sesungguhnya mahasiswa sebagai agen perubahan dalam dinamika


kenegaraan Indonesia yang memiliki peran penting dalam pembangunan menuju
tercapainya cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu terwujudnya
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Oleh karena itu,
diperlukan konsistensi dan kesungguhan bagi kalangan mahasiswa sebagai salah
satu pilar penyokong menuju tercapainya cita-cita Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Keluarga Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
sebagai wahana pemersatu mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
HAMKA memiliki peran sebagai penampung aspirasi dan kegiatan
kemahasiswaan serta dapat terus berjuang untuk pembangunan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Wadah yang berazaskan Islam dan Catur Dharma Perguruan
Tinggi Muhammadiyah ini mengusahakan menjadi wahana aspirasi guna
membentuk mahasiswa yang aktif, kreatif serta kritis terhadap perubahan dan
permasalahan yang terjadi dalam kehidupan kampus, masyarakat, negara, dan
agama.
Dalam rangka mewujudkan peran tersebut, maka diperlukanlah sebuah
sistem pola pengkaderan serta pemberdayaan mahasiswa yang diharapkan
merealisasikan harapan serta cita-cita masyarakat, umat, bangsa, negara dan
khususnya Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. Suatu sistem yang
digunakan sebagai acuan dasar, petunjuk dan penuntun untuk mencapai tujuan
dalam keseluruhan proses pengkaderan serta pemberdayaan mahasiswa. Maka
disusunlah Undang-Undang Pedoman Pengkaderan Keluarga Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA sebagai berikut:

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:


1. Keluarga Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA adalah
wahana pemersatu mahasiswa formal dan legal bagi seluruh aktivitas
kemahasiswaan di Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA yang
selanjutnya disingkat KM UHAMKA;
2. Anggota KM UHAMKA adalah seluruh mahasiswa reguler dan intensif baik
program Strata 1 dan program Diploma yang terdaftar secara resmi di
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA;
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA adalah peraturan dasar bagi

1
seluruh kegiatan kemahasiswaan di KM UHAMKA yang selanjutnya
disingkat AD ART KM UHAMKA;
4. Majelis Perwakilan Mahasiswa UHAMKA adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan legislatif di tingkat Universitas yang
selanjutnya disingkat MPM UHAMKA;
5. Mahkamah Mahasiswa UHAMKA adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan yudikatif di tingkat Universitas yang
selanjutnya disingkat MM UHAMKA;
6. Badan Eksekutif Mahasiswa UHAMKA adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan eksekutif di tingkat Universitas yang
selanjutnya disingkat BEM UHAMKA;
7. Unit Kegiatan Mahasiswa adalah wadah yang berada di KM UHAMKA yang
diakui secara formal dan legal dalam satu bidang peminatan pendidikan,
olahraga, media, bakat, kreasi, studi ilmiah, kesenian dan kebudayaan di
tingkat Universitas/Fakultas/Program Studi, yang selanjutnya disingkat
UKM;
8. Unit Kegiatan Mahasiswa terdiri dari UKM Universitas, UKM Fakultas dan
Komunitas Ilmiah, yang masing-masing selanjutnya disebut UKM U, UKM F
dan Komunitas Ilmiah;
9. Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan legislatif di tingkat Fakultas, yang
selanjutnya disingkat DPM F;
10. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan eksekutif di tingkat Fakultas, yang
selanjutnya disebut BEM F;
11. Himpunan Mahasiswa adalah lembaga eksekutif yang fokus bergerak di
bidang keilmuan dan profesi ditingkat Program Studi yang selanjutnya
disingkat HIMA;
12. Kader adalah anggota KM UHAMKA yang diharapkan akan memegang
peranan penting dalam organisasi, khususnya sebagai anggota aktif KM
UHAMKA;
13. Pengkaderan KM UHAMKA adalah proses pendidikan, pembentukan, dan
pembinaan karakter kaderKM UHAMKA;
14. Kurikulum pengkaderan adalah perangkat acuan materi yang terstruktur
untuk dijadikan panduan oleh KM UHAMKA dalam melaksanakan
pengkaderan di semua jenjang pengkaderan; dan
15. Metodologi pengkaderan adalah prinsip-prinsip proses pengkaderan KM
UHAMKA yang sistematis mengenai cara-cara penyajian materi dalam
kegiatan pengkaderan yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

2
BAB II
LANDASAN DAN ASAS

Pasal 2

Pengkaderan KM UHAMKA berlandaskan AD ART KM UHAMKA.

Pasal 3

Pengkaderan KM UHAMKA berasaskan:


1. Manfaat;
2. Hakikat;
3. Partisipasi; dan
4. Regenerasi.
BAB III
ARAH, TUJUAN DAN SASARAN

Pasal 4

Arah pengkaderan KM UHAMKA adalah penciptaan sumber daya manusia yang


memiliki kualitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan zaman, yang berakhlakul karimah dengan proyeksi sikap individual
yang mandiri, bertanggungjawab dan memiliki komitmen dalam setiap
pengkaderan yang dilakukan oleh KM UHAMKA.

Pasal 5

1. Tujuan pengkaderan KM UHAMKA adalah memberikan bekal kepada


mahasiswa berupa wawasan, sikap dan keterampilan untuk memberdayakan
organisasi kemahasiswaan.
2. Rumusan tujuan pengkaderan KM UHAMKA sebagai berikut:
a. Mahasiswa memiliki kemampuan manajerial yang sepadan dengan
tanggungjawabnya;
b. Mahasiswa memiliki tanggung jawab dan sikap mandiri melalui kegiatan
berorganisasi;
c. Mahasiswa mengembangkan sikap positif yang berorientasi pada
pencapaian prestasi terbaik;
d. Mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah atau
konsepsional dalam praktik berorganisasi; dan
e. Mahasiswa mampu menerapkan kesadaran berbangsa dan bernegara serta
rasa cinta tanah air melalui berorganisasi, seperti dalam Catur Dharma
Perguruan Tinggi Muhammadiyah.

Pasal 6

Sasaran pengkaderan KM UHAMKA adalah seluruh anggota KM UHAMKA


yang akan dan sudah tergabung dalam anggota aktif KM UHAMKA.

3
BAB IV
SARANA, PRASARANA DAN DANA

Pasal 7

Sarana, prasarana, dan dana yang digunakan dalam kegiatan pengkaderan harus
memperhatikan asas:
1. Efektif;
2. Efisien;
3. Transparan; dan
4. Tanggung Jawab.
Pasal 8

Dana penyelenggaraan pengkaderan berasal dari:


1. Dana mandiri, yang terdiri dari:
a. Sumbangan Wajib Peserta(SWP); dan
b. Sumbangan Wajib Organisasi (SWO).
2. Dana kemahasiswaan.

BAB V
PENGORGANISASIAN

Pasal 9

1. Pengorganisasian yaitu penyelenggaraan pengkaderan dalam satu kesatuan


organisasi oleh lembaga atau unit yang berwenang.
2. Pengorganisasian pengkaderan KM UHAMKA tersusun sebagai berikut:
a. Pengawas pelaksanaan di tingkat Universitas/Fakultas/Program Studi;
b. Penanggungjawab pelaksanaan di tingkat Universitas/Fakultas/Program
Studi;
c. Steering Committee;
d. Panitia Pelaksana;
e. Tim Fasilitator; dan
f. Pemateri.
Pasal 10

1. Pengawas pelaksanaan tingkat Universitas/Fakultas/Program Studi adalah


lembaga legislatif yang bertugas mengawasi pelaksanaan pengkaderan dan
meminta pertanggungjawaban dari penanggungjawab pelaksanaan di tingkat
Universitas/Fakultas/Program Studi.
2. Pengawas pelaksanaan dibagi 2, yaitu:
a. Tingkat Universitas adalah MPM UHAMKA; dan
b. Tingkat Fakultas adalah DPM F.

4
Pasal 11

1. Penanggungjawab pelaksanaan di tingkat Universitas/Fakultas/Program Studi


adalah lembaga eksekutif yang bertanggungjawab langsung secara
keseluruhan terhadap penyelenggaraan pengkaderan.
2. Penanggungjawab pelaksanaan diantaranya:
a. Tingkat Universitas adalah BEM UHAMKA;
b. Tingkat Fakultas adalah BEM F; dan
c. Tingkat Program Studi adalah HIMA.
d. Masing-masing UKM, yang berkoordinasi dengan lembaga eksekutif di
tingkatannya.
e. Jika pada suatu Program Studi belum memiliki HIMA, maka
penanggungjawab pelaksanaan diamanahkan kepada BEM F.
3. Tugas dan wewenang Penanggungjawab pelaksanaan Universitas/Fakultas/
Program Studi, yaitu:
a. Penanggung jawab pelaksanaan pengkaderan KM UHAMKA di
tingkatannya masing-masing;
b. Berkoordinasi dengan semua pihak yang terlibat dengan program
pengkaderan, baik ditingkat Universitas/Fakultas/Program Studi; dan
c. Mengevaluasi atau menindaklanjut pengkaderan di tingkatannya masing-
masing.
Pasal 12

1. Steering Committee adalah seseorang yang ditunjuk oleh Kepala bidang yang
menyelenggarakan pengkaderan dan bertanggungjawab langsung secara
teknis terhadap penyelenggaraan pengkaderan di tingkat
Universitas/Fakultas/Program Studi.
2. Syarat Steering Committee adalah minimal orang yang telah lulus dalam
sistem pengkaderan yang akan diselenggarakan.
3. Tugas dan wewenang Steering Committee, yaitu:
a. Bertanggung jawab atas jalannya kegiatan pengkaderan;
b. Melakukan koordinasi langsung dengan unsur yang terlibat dalam
pengkaderan;
c. Merencanakan dan mempersiapkan arah, strategi dan tujuan pelaksanaan
kegiatan pengkaderan;
d. Merencanakan dan mempersiapkan administrasi pengkaderan, Term Of
Reference (TOR), sistem dan metode pengkaderan;
e. Mengevaluasi kegiatan pengkaderan; dan
f. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada penanggung jawab
pelaksanaan di tingkatnya masing-masing.

Pasal 13

1. Panitia pelaksana adalah sekelompok orang yang bersama-sama menjalankan


tugas kepanitiaan secara teknis pada penyelenggaraan pengkaderan.
2. Tugas dan wewenang panitia pelaksana, yaitu:
a. Sebagai penyelenggara yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap
segala hal yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan pengkaderan;

5
b. Berkoordinasi dengan Steering Committee dan unsur yang terlibat dalam
pengkaderan;
c. Melaksanakan penyelenggaraan pengkaderan sesuai arah dan tujuan yang
ditentukan Steering Committee;
d. Mengevaluasi kegiatan pengkaderan bersama Steering Committee; dan
e. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan kepada Steering
Committee.
3. Unsur dalam panitia pelaksanaan pengkaderan, yaitu:
a. Ketua panitia pelaksana;
b. Sekretaris panitia pelaksana;
c. Bendahara panitia pelaksana; dan
d. Seksi-seksi panitia pelaksana.
e. Dalam hal tertentu, unsur kepanitiaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
penyelenggara.
Pasal 14

1. Tim fasilitator adalah sekelompok orang yang secara bersama-sama


menjalankan tugas kefasilitatoran.
2. Syarat fasilitator adalah minimal orang yang telah lulus dalam sistem
pengkaderan yang akan diselenggarakan.
3. Tim fasilitator diwajibkan terbentuk pada semua jenjang pengkaderan dasar,
sedangkan pada jenjang pengkaderan madya dan lanjut dapat disesuaikan
dengan kebutuhan penyelenggara.
4. Rasio peserta dengan fasilitator diharapkan sebanyak lima berbanding satu.
5. Tugas dan wewenang tim fasilitator, yaitu:
a. Bertanggungjawab terhadap aspek-aspek tertentu dari materi pengkaderan;
b. Menurut spesifikasinya, bertugas mengarahkan kepada tujuan yang
diharapkan;
c. Membantu panitia pelaksana dalam mempertanggungjawabkan dan
melaksanakan proses pengkaderan;
d. Memandu peserta memahami materi, diantaranya melalui Forum Group
Discussion (FGD);
e. Mengikuti dan membuat berita acara setiap penyampaian materi; dan
f. Mengontrol dan mengevaluasi perkembangan individu atau kelompok
peserta dalam proses pengkaderan.

Pasal 15

1. Pemateri adalah para ahli atau narasumber yang menyampaikan materi,


pengetahuan, informasi serta pengalamannya untuk membantu peserta dalam
mengasah wawasan dan pemahaman.
2. Syarat pemateri adalah para ahli yang kompeten dalam bidang yang disajikan,
khususnya yang telah berpengalaman dalam lembaga KM UHAMKA dan
telah lulus dalam sistem pengkaderan yang akan diselenggarakan.
3. Tugas dan wewenang pemateri, yaitu:
a. Menyiapkan dan menguasai materi-materipengkaderan;
b. Memberikan contoh yang baik kepada peserta pengkaderan;dan
c. Mengikuti ataumenyesuaikan materi pengkaderan dengan produk hukum

6
KM UHAMKA.

BAB VI
KOMPONEN, JENJANG DAN ALUR PENGKADERAN

Pasal 16

1. Komponen pengkaderan KM UHAMKA adalah seperangkat sistem


pengkaderan yang menjadi ciri khas dan terprogram di lingkungan KM
UHAMKA.
2. Jenjang pengkaderan KM UHAMKA adalah stratifikasi penahapan
pengkaderan menurut tingkat kualifikasi peserta dan level kelembagaan
penyelenggara di KM UHAMKA.
3. Alur pengkaderan KM UHAMKA adalah alur yang harus dilakukan untuk
mencapai target dari pengkaderan KM UHAMKA.

Pasal 17

1. Komponen pengkaderan KM UHAMKA terdiri dari:


a. Komponen pra pengkaderan;
b. Komponen pengkaderan utama; dan
c. Komponen pasca pengkaderan.
2. Komponen pra pengkaderan, yaitu komponen yang berfungsi mengenalkan
dan menarik minat mahasiswa terhadap KM UHAMKA, serta sebagai
persiapan untuk memasuki pengkaderan utama. Komponen pra pengkaderan
terdiri dari:
a. Pengenalan kampus; dan
b. Pengukuhan atau pelantikan resmi mahasiswa baru (Inaugurasi).
c. Dalam hal tertentu, komponen pra pengkaderan bisa disesuaikan dengan
kebutuhan penyelenggara.
3. Komponen pengkaderan utama, yaitu komponen yang bersifat wajib,
mengikat dan secara struktural menjadi prasyarat tertentu. Komponen
pengkaderan utama terdiri dari:
a. Latihan kepemimpinan
Adalah sistem pengkaderan KM UHAMKA yang diselenggarakan dalam
kesatuan waktu tertentu dan berjenjang, diwajibkan bagi anggota KM
UHAMKA yang akan melanjutkan ke lembaga legislatif/yudikatif/
eksekutif.
b. Orientasi UKM
Adalah sistem pengenalan dan regenerasi kader UKM, diwajibkan bagi
anggota KM UHAMKA yang akan melanjutkan ke UKM diantaranya
UKM U/UKM F/Komunitas Ilmiah.
4. Komponen pasca pengkaderan, yaitu komponen yang berfungsi
meningkatkan potensi kader sesuai dengan minat, bakat, keterampilan,
keahlian, dan kemampuan dalam rangka mendukung keberhasilan proses
pengkaderan utama.

7
Pasal 18

1. Latihan Kepemimpinan KM UHAMKA memiliki tiga jenjang, yaitu:


a. Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD);
b. Latihan Kepemimpinan Tingkat Madya (LKTM); dan
c. Latihan Kepemimpinan Tingkat Lanjut (LKTL).
2. Orientasi UKM KM UHAMKA terdiri dari:
a. Orientasi dasar pada masing-masing UKM, baik UKM U, UKM F maupun
Komunitas Ilmiah; dan
b. Jenjang pengkaderan UKM selanjutnya ditentukan atau disesuaikan
dengan kebutuhan dan aturan internal UKM masing-masing.

Pasal 19

1. Menurut komponen pengkaderan, alur pengkaderan dibagi dua yaitu alur


pengkaderan Latihan Kepemimpinan dan alur pengkaderan Orientasi UKM.
2. Alur pengkaderan Latihan Kepemimpinan KM UHAMKA:
a. Dimulai setelah melaksanakan pengkaderan tingkat Program Studi, lalu
dilanjutkan dengan pengkaderan tingkat Fakultas dan dimantapkan pada
pengkaderan tingkat Universitas; dan
b. Untuk mengikuti jenjang pengkaderan selanjutnya harus mengikuti atau
terlibat dalam satu periode kepengurusan.
3. Alur pengkaderan Orientasi UKM KM UHAMKA:
a. Dimulai dengan melaksanakan Orientasi Dasar dengan muatan pokok
mengacu pada kurikulum di Pedoman Pengkaderan KM UHAMKA ini;
dan
b. Untuk mengikuti jenjang pengkaderan selanjutnya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan aturan internal UKM, dengan berkoordinasi oleh
lembaga eksekutif di tingkat Universitas/Fakultas/Program Studi.

BAB VII
PENYELENGGARAAN

Pasal 20

Penyelenggaraan pengkaderan adalah menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan


tindak lanjut.
Pasal 21

Perencanaan berupa serangkaian proses prapelaksanaan pengkaderan dan


merupakan tahap persiapan secara menyeluruh, baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
Pasal 22

1. Pelaksanaan merupakan tahap pokok proses pengkaderan dan penerapan


kurikulum yang tercermin dalam susunan acara atau seluruh rangkaian
persiapan yang dilakukan.

8
2. Selama proses kegiatan pengkaderan, seluruh unsur pengorganisasian
pengkaderan KM UHAMKA harus terlibat aktif dalam setiap tahap
pengkaderan.
Pasal 23

1. Tindak lanjut (follow up) adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan


sebagai tindakan pasca pengkaderan.
2. Tindak lanjut berfungsi menciptakan kondisi yang mengikat peserta dan
mendukung optimalisasi tujuan pengkaderan.
3. Jenis-jenis model penyampaian materi follow up pengkaderan KM
UHAMKA, yaitu:
a. Ceramah atau dialog;
b. Pendampingan atau kajian;
c. Bedah kasus, bedah buku, bedah film; dan atau
d. Kepanitiaan.

BAB VIII
KURIKULUM PENGKADERAN

Pasal 24

Dalam garis besar kurikulum pengkaderan ini tersusun atas materi pengkaderan
dan metodologi pengkaderan.
Pasal 25

1. Materi pengkaderan KM UHAMKA dikembangkan dalam dua kelompok


muatan, yaitu:
a. Muatan pokok; dan
b. Muatan lokal.
2. Muatan pokok, yaitu muatan yang berorientasi pada pembinaan kemampuan
yang memiliki kompetensi penting dan bersifat wajib. Muatan pokok dibagi
dua kelompok materi, yaitu:
a. Materi Pengembangan kepribadian (MPK); dan
b. Materi Keahlian Berorganisasi (MKB).
3. Muatan lokal, yaitu muatan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
Universitas/Fakultas/Program Studi.
4. Materi pengkaderan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1, 2, dan 3,
dikembangkan pada silabus materi untuk masing-masing komponen dan
jenjang.

Pasal 26

1. Penerapan metodologi pengkaderan bersifat fleksibel, berkembang sesuai


dengan situasi dan kondisi penyelenggara. Dengan tetap berorientasi pada
pencapaian efektifitas dan efisiensi dari penyampaian materi pengkaderan.
2. Bentuk-bentuk metodologi pengkaderan KM UHAMKA adalah sebagai
berikut:
a. Ceramah;

9
b. Diskusi/tanya jawab;
c. Diskusi kelompok;
d. Diskusi panel;
e. Brainstorming (curah pendapat);
f. Role-playing (bermain peran);
g. Game (permainan);
h. Simulasi;
i. Assignment (penugasan);
j. Demonstrasi (peragaan);
k. Studi kasus;
l. Lokakarya;
m. Praktek nyata; dan atau
n. Observasi (peninjauan secara cermat).

BAB IX
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT DASAR

Pasal 27

Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar merupakan pengkaderan tingkat pertama


pada jenjang pengkaderan Latihan Kepemimpinan di KM UHAMKA untuk
menjadikan kader sebagai anggota aktif KM UHAMKA, yang selanjutnya disebut
LKTD.
Pasal 28

LKTD bertujuan untuk membekali peserta dalam memahami konsep dan prinsip-
prinsip berorganisasi, kepemimpinan serta mengetahui fundamental dari konstitusi
KM UHAMKA, khususnya disesuaikan dengan disiplin keilmuan di tingkat
Program Studi.
Pasal 29

Prasyarat Peserta:
1. Peserta terdaftar sebagai anggota KM UHAMKA, dibuktikan dengan Kartu
Tanda Mahasiswa (KTM) atau bukti registrasi lainnya;
2. Peserta delegasi melampirkan surat delegasi dari lembaga yang
mendelegasikan, yaitu HIMA;dan
3. Bagi Program Studi yang belum memiliki HIMA, lembaga yang
mendelegasikan adalah BEM F.

Pasal 30

Penyelenggaraan LKTD:
1. LKTD diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab oleh HIMA, serta
berkoordinasi dengan BEM F, dan DPM F sebagai pengawas.
2. Bagi Program Studi yang belum memiliki HIMA, penyelenggara LKTD
adalah BEM F.

10
Pasal 31

Kurikulum LKTD:
1. Muatan pokok
a. Kepemimpinan dalam Islam;
b. Manajemen waktu;
c. Retorika dasar;
d. Manajemen organisasi;
e. Konstitusi KM UHAMKA;
f. Teknik persidangan;
g. Administrasi kelembagaan; dan
h. Manajemen aspirasi.
2. Muatan lokal
a. Kajian strategis dalam keprogram studian atau keprofesian;
b. Out bond; dan
c. Renungan malam.

BAB X
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT MADYA

Pasal 32

Latihan Kepemimpinan Tingkat Madya merupakan pengkaderan tingkat kedua


pada jenjang pengkaderan Latihan Kepemimpinan di KM UHAMKA, yang
selanjutnya disebut LKTM.
Pasal 33

LKTM bertujuan sebagai media aktualisasi dan pengembangan potensi kreatif


secara mandiri dengan berpedoman pada AD ART KM UHAMKA melalui
kemampuan analitis dalam merespon persoalan organisasi dan potensi fakultas.

Pasal 34
Prasyarat Peserta:
1. Lulus LKTD, dibuktikan dengan sertifikat LKTD;
2. Anggota aktif KM UHAMKA ditingkat Program Studi dari masing-masing
Fakultas; dan
3. Peserta delegasi melampirkan surat delegasi dari lembaga yang
mendelegasikan, yaitu BEM F.

Pasal 35

Penyelenggaraan LKTM:
LKTM diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab oleh BEM F, serta
berkoordinasi dengan BEM UHAMKA, dan DPM F sebagai pengawas.

11
Pasal 36
Kurikulum LKTM:
1. Muatan pokok
a. Retorika lanjut (Public Speaking);
b. Entrepreneurship;
c. Analisis SWOT;
d. Sistem pemerintahan KM UHAMKA;
e. Peradilan konstitusi KM UHAMKA; dan
f. Manajemen aksi.
2. Muatan lokal
Hal lain terkait muatan lokal ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing penyelenggara, sepanjang tidak bertentangan dengan AD
ART KM UHAMKA.

BAB XI
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT

Pasal 37

Latihan Kepemimpinan Tingkat Lanjut merupakan pengkaderan tingkat akhir


pada jenjang pengkaderan Latihan Kepemimpinan di KM UHAMKA, yang
selanjutnya disebut LKTL.
Pasal 38

LKTL bertujuan sebagai jenjang pembinaan dan pengembangan kader dalam


mentransformasi atau memformulasikan gagasan untuk menjawab persoalan
universitas, masyarakat, bangsa, dan agama.

Pasal 39

Prasyarat Peserta:
1. Lulus LKTM, dibuktikan dengan sertifikat LKTM;
2. Anggota aktif KM UHAMKA ditingkat Fakultas masing-masing; dan
3. Peserta delegasi melampirkan surat delegasi dari lembaga yang
mendelegasikannya yaitu BEM F.

Pasal 40

Penyelenggaraan LKTL:
LKTL diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab BEM UHAMKA dan MPM
UHAMKA sebagai pengawas.

Pasal 41
Kurikulum LKTL:
1. Muatan pokok
a. Analisis sosial;

12
b. Peta pergerakan mahasiswa;
c. Manajemen advokasi; dan
d. Simposium produk hukum KM UHAMKA.
2. Muatan lokal
Hal lain terkait muatan lokal ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan
penyelenggara, sepanjang tidak bertentangan dengan AD ART KM
UHAMKA.

BAB XII
ORIENTASI UNIT KEGIATAN MAHASISWA

Pasal 42

Orientasi Unit Kegiatan Mahasiswa merupakan proses pengenalan dan regenerasi


kader dalam UKM untuk menjadikan kader sebagai anggota aktif KM UHAMKA,
yang selanjutnya disebut Orientasi UKM.
Pasal 43

Orientasi UKM bertujuan untuk meningkatkan potensi, minat dan bakat guna
mempersiapkan kader-kader yang ahli dan professional dalam bidang peminatan
intelektualnya masing-masing.

Pasal 44
Prasyarat Peserta:
1. Peserta terdaftar sebagai anggota KM UHAMKA, dibuktikan dengan Kartu
Tanda Mahasiswa (KTM) atau bukti registrasi lainnya; dan
2. Peserta berkemauan untuk mengembangkan minat dan bakat terhadap
peminatan pendidikan yang dipilih.

Pasal 45

Penyelenggaraan Orientasi UKM:


1. Orientasi UKM U diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab oleh UKM
U, serta berkoordinasi dengan BEM UHAMKA dan MPM UHAMKA
sebagai pengawas;
2. Orientasi UKM F diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab oleh UKM
F, serta berkoordinasi dengan BEM F dan DPM F sebagai pengawas;
3. Orientasi Komunitas Ilmiah diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab
oleh Komunitas Ilmiah, serta berkoordinasi HIMA, dan DPM F sebagai
pengawas; dan
4. Bagi Program Studi yang belum memiliki HIMA, Orientasi Komunitas
Ilmiah berkoordinasi dengan BEM F.

Pasal 46
Kurikulum Orientasi UKM:
1. Muatan pokok
a. Kepemimpinan dalam Islam;
b. Konstitusi KM UHAMKA;

13
c. Teknik persidangan; dan
d. Administrasi kelembagaan.
2. Hal lain terkait muatan lokal ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing UKM, baik UKM U/UKM F/Komunitas Ilmiah, sepanjang
tidak bertentangan dengan AD ART KM UHAMKA.

BAB XIII
PENDELEGASIAN

Pasal 47

1. Pendelegasian pengkaderan adalah tindakan mempercayakan tugas,


kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban
pengkaderan kepada lembaga penyelenggara dalam setiap posisi tugas.
2. Syarat untuk melakukan pendelegasian, yaitu:
a. Peserta delegasi;
b. Lembaga organisasi yang mendelegasikan;
c. Lembaga organisasi penyelenggara; dan
d. Sumbangan Wajib Organisasi (SWO), yang harus diberikan oleh lembaga
organisasi yang mendelegasikan kepada lembaga organisasi
penyelenggara.
e. Peserta delegasi tidak diwajibkan membayar Sumbangan Wajib Peserta
(SWP) kepada lembaga organisasi penyelenggara.
3. Syarat peserta delegasi:
a. Peserta terdaftar sebagai anggota KM UHAMKA, dibuktikan dengan
Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) atau bukti registrasi lainnya;
b. Peserta memenuhi persyaratan sesuai dengan persyaratan peserta pada
pengkaderan yang akan diikuti.
c. Mematuhi segala peraturan yang telah diberlakukan oleh Lembaga
organisasi penyelenggara.
4. Tata cara pendelegasian pengkaderan adalah:
a. Permohonan delegasi dilakukan secara resmi;
b. Permohonan delegasi dari pemohon kepada pihak termohon, harus
mendapatkan persetujuan dari pihak termohon;
c. Apabila permohonan disetujui oleh pihak termohon, maka pihak termohon
harus mengirimkan persetujuan surat delegasi kepada pemohon; dan
d. Surat pendelegasian ini digunakan sebagai prasyarat peserta dan hanya
dapat berlaku untuk satu kali pendelegasian;
e. Pendelegasian ini hanya berlaku pada tingkat Fakultas/Program Studi.

BAB XIV
EVALUASI

Pasal 48

1. Pelaksanaan Pengkaderan KM UHAMKA dilakukan dua macam evaluasi


yaitu:
a. Evaluasi proses; dan

14
b. Evaluasi hasil.
2. Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang ditujukan pada peserta pengkaderan KM
UHAMKA. Terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Evaluasi pra pengkaderan, yaitu evaluasi yang diberikan setelah
dilakukannya penaksiran dan sosialisasi, yang dimaksudkan untuk
mendapatkan atau menilai secara kualitas ataupun kuantitas peserta dalam
mempersiapkan pelaksanaan pengkaderan berikutnya;
b. Evaluasi pengkaderan utama, yaitu evaluasi yang mengukur tingkat
pemahaman peserta terhadap materi yang disajikan dengan menggunakan
instrumen pre dan post kontrak belajar; dan
c. Evaluasi pasca pengkaderan, yaitu evaluasi yang menguji hasil
pengkaderan utama melalui follow up dan dilaporkan melalui yudisium.
3. Evaluasi hasil, yaitu evaluasi yang ditujukan pada proses teknis
penyelenggaraan pengkaderan KM UHAMKA.

.
BAB XV
ASPEK PENILAIAN PESERTA

Pasal 49

1. Aspek penilaian peserta adalah:


a. Pengetahuan (kognitif);
b. Sikap (afektif); dan
c. Perilaku (psikomotorik).
2. Untuk spesifikasi penilaian dikembalikan kepada pelaksana.
3. Hasil penilaian dan tanda kelulusan peserta dibuktikan melalui Sertifikat
kelulusan dan Tiska pengkaderan.

BAB XVI
KONSEP PENGKADERAN

Pasal 50

1. Di dalam pengembangan konsep pengkaderan diberikan kreativitas terhadap


lembaga mahasiswa untuk menggunakannya selama tidak mengandung
anarkis, penghinaan Suku, Agama, Ras, dan Adat (SARA), penyimpangan
akidah, kontak fisik, dan hal-hal lain yang bertentangan dengan AD ART KM
UHAMKA.
2. Apabila melanggar sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1, maka dapat
dikenakan sanksi.

15
BAB XVII
PENUTUP

Pasal 51

1. Pedoman Pengkaderan KM UHAMKA sebagai acuan atau panduan dalam


melaksanakan kegiatan pengkaderan di KM UHAMKA.
2. Dengan diberlakukannya ketentuan ini, maka ketentuan yang mengatur
tentang peraturan yang serupa dinyatakan tidak berlaku lagi.
3. Pedoman pengkaderan berlaku mulai tanggal ditetapkan.
4. Hal-hal yang belum dijelaskan dalam pedoman ini diatur dalam surat
ketetapan.
5. Jika ada hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini, maka akan diatur
kemudian didalam surat keputusan.

PENJELASAN
UNDANG-UNDANG
PEDOMAN PENGKADERAN
KELUARGA MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

MUKADDIMAH
Sudah jelas.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1:
Ayat 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15: Sudah jelas.

BAB II
LANDASAN DAN ASAS

Pasal 2: Sudah jelas.


Pasal 3:
Ayat 1: Manfaat yaitu segala usaha dalam kegiatan pengkaderan dapat
dirasakan manfaatnya oleh organisasi tersebut;
Ayat 2: Hakikat yaitu bahwa sebenarnya manusia diciptakan untuk
menjadi pemimpin;
Ayat 3: Partisipasi yaitu bahwa segala usaha pengkaderan terbuka untuk
semua mahasiswa UHAMKA; dan
Ayat 4: Regenerasi yaitu bahwa setiap lembaga KM UHAMKA harus
memiliki kader yang handal sebagai penerus pengampu
kepengurusan.

16
BAB III
ARAH, TUJUAN DAN SASARAN

Pasal 4: Sudah jelas.


Pasal 5:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b,c,d: Sudah jelas.
Ayat 2 poin e: Catur Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah
diantaranya adalah bidang Pendidikan, Penelitian,
Pengabdian Masyarakat, serta Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan yang tercantum pada Pasal 3, BAB
III Pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang
Perguruan Tinggi Muhammadiyah, tahun 2012.
Pasal 6: Sudah jelas.

BAB IV
SARANA, PRASARANA DAN DANA

Pasal 7:
a. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat dan
bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari pengkaderan KM
UHAMKA. Dalam hal tertentu, unsur sarana bisa disesuaikan dengan
kebutuhan penyelenggara. Contohnya berupa alat administrasi, alat
kegiatan belajar mengajar, alat transportasi, konsumsi, dan lain-lain.
b. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya pengkaderan KM UHAMKA. Dalam hal tertentu,
unsur sarana bisa disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggara.
Contohnya berupa gedung, ruangan (belajar, ibadah, tidur dan makan),
ruang tamu undangan, ruang panitia (sekretariat, rapat dan evaluasi),
kamar mandi, lapangan olahraga, dan lain-lain.
Pasal 8: Sudah jelas.

BAB V
PENGORGANISASIAN
Pasal 9:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b,c,d,e,f: Sudah jelas.
Pasal 10
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b: Sudah jelas.
Pasal 11:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b,c,d,e: Sudah jelas.

17
Ayat 3 poin a,b,c: Sudah jelas.
Pasal 12:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b,c,d,e,f: Sudah jelas.
Pasal 13:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b,c,d,e: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b,c,d,e: Sudah jelas.
Pasal 14
Ayat 1,2,3: Sudah jelas.
Ayat 4: Rasio peserta dan fasilitator dapat disesuaikan dengan keadaan
pengkaderan yang akan dilaksanakan, dengan tetap menjaga arah
dan tujuan pengkaderan.
Ayat 5 poin a,b,c,d,e,f: Sudah jelas.
Pasal 15:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b,c,d: Sudah jelas.

BAB VI
KOMPONEN, JENJANG DAN ALUR PENGKADERAN

Pasal 16:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2: Stratifikasi penahapan pengkaderan adalah tahapan-tahapan
dalam pengkaderan yang tersusun berlapis-lapis.
Ayat 3: Sudah jelas.
Pasal 17:
Ayat 1 poin a,b,c: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b,c: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b: Sudah jelas.
Ayat 4: Sudah jelas.
Pasal 18:
Ayat 1 poin a,b,c: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b: Sudah jelas.
Pasal 19:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b: Sudah jelas.

BAB VII
PENYELENGGARAAN
Pasal 20: Sudah jelas.
Pasal 21: Sudah jelas.
Pasal 22:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Pasal 23:

18
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a: Forum interaktif general antara pemateri dan peserta
dengan penyampaian pokok-pokok materi yang
dipertajam dengan dialog.
Ayat 3 poin b: Forum interaktif intensif antara pendamping (satu atau
lebih fasilitator) dan peserta dengan membentuk suatu
kelompok berdasarkan topik pembahasan tertentu,
metode ini dapat dilakukan secara rutin.
Ayat 3 poin c: Forum interaktif peserta berdasarkan kasus tertentu di
masyarakat yang relevan dengan topik atau tema
pembicaraan. Tema dapat ditentukan dari kasus terkini,
buku, film, dan lain-lain.
Ayat 3 poin d: Bentuk implementasi hasil pelatihan kepemimpinan,
dengan keikutsertaan peserta secara aktif pada setiap
kepanitian dan kegiatan organisasi di tingkat Universitas/
Fakultas/Program Studi.

BAB VIII
KURIKULUM PENGKADERAN

Pasal 24: Sudah jelas.


Pasal 25:
Ayat 1 poin a,b: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b: Sudah jelas.
Ayat 3: Sudah jelas.
Ayat 4: Silabus materi yaitu penjabaran muatan yang tertarget dan
berorientasi secara relevan dengan tujuan.
Pasal 26:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a: Ceramah adalah penyajian pokok bahasan secara lisan
untuk memberikan informasi yang sifatnya searah. Sesuai
dengan materi yang dipersiapkan oleh pemateri.
Ayat 2 poin b: Diskusi/tanya jawab adalah pertukaran pengetahuan dan
pengalaman berupa gagasan atau pendapat mengenai
suatu topik tertentu secara bebas, yang sifatnya saling
koreksi.
Ayat 2 poin c: Diskusi kelompok adalah diskusi yang terdiri dari
beberapa peserta untuk saling membahas mengenai suatu
topiksecara bebas, dapat didampingi oleh fasilitator.
Ayat 2 poin d: Diskusi panel adalah diskusi yang dilakukan oleh
beberapa kelompok peserta untuk saling membahas
mengenai suatu topik pengetahuan tertentu dan
dipresentasikanoleh perwakilan dari salahsatu/semua
kelompok peserta.

19
Ayat 2 poin e: Brainstorming adalah teknik untuk merangsang dan
menggali pemikiran-pemikiran baru. Curah pendapat ini
adalah bagian dari metode tanya jawab/dialog, akan tetapi
dalam metode ini gagasan digali melalui analisis dan hal-
hal yang menjadi latar belakang pendapat peserta
pengkaderan. Metode ini dilakukan melalui lisan secara
bebas dan spontan.
Ayat 2 poin f: Role-playing adalah peserta diberikan tugas untuk
memainkan peran tertentu sesuai dengan materi yang
dilakukan berdasarkan skenario yang telah disiapkan.
Ayat 2 poin g: Game adalah suatu teknik permainan yang bertujuan
untuk merangsang ide dan pendapat peserta melalui
kegiatan bermain.
Ayat 2 poin h: Simulasi adalah teknik untuk mendiskusikan suatu
kegiatan yang melibatkan beberapa peserta untuk
mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan materi yang
ada. Hal ini terlihat sepertiperistiwa atau kejadian yang
diperagakan, seolah sungguh terjadi.
Ayat 2 poin i: Penugasan adalah meminta peserta untuk melaksanakan
suatu tugas menurut materi dan cara-cara tertentu. Peserta
diberi kesempatan untuk berinisiatif melalui gagasan
yang konstruktif.
Ayat 2 poin j: Peragaan adalah menyajikan materi dengan
mempertunjukkan bagaimana cara mengerjakan suatu
tugas yang diikuti dengan diskusi dan tanya jawab.
Ayat 2 poin k: Studi kasus adalah diskusi tentang kasus nyata yang
pernah terjadi untuk dianalisa dan dicari solusi
alternatifnya, seperti kasus yang belum ditemukan
solusinya atau solusi yang pernah diambil belum
memuaskan.
Ayat 2 poin l: Lokakarya adalah bentuk diskusi mengenai masalah yang
bersifat teknis operasional untuk menghasilkan suatu
rumusan yang dapat digunakan untuk mewujudkan kerja
nyata.
Ayat 2 poin m: Praktek nyata adalah bentuk praktek dari teori yang
diperoleh selama pengkaderanke dalam pelaksanaan
sesungguhnya di lapangan, berupa tugas yang ditentukan.
Ayat 2 poin n: Observasi adalah bentuk pengamatan dalam suatu objek
secara langsung di lapangan, agar peserta memperoleh
gambaran nyata sebagai bahan studi antara teori dan
kenyataan.

20
BAB IX
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT DASAR

Pasal 27: Sudah jelas.


Pasal 28: Sudah jelas.
Pasal 29:
Ayat 1,2,3: Sudah jelas.
Pasal 30:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Pasal 31:
Ayat 1 poin a,b,c,d,e,f,g,h: Dijelaskan dalam silabus materi (terlampir)
Ayat 2 poin a,b,c: Dijelaskan dalam silabus materi (terlampir)

BAB X
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT MADYA

Pasal 32: Sudah jelas.


Pasal 33: Sudah jelas.
Pasal 34:
Ayat 1,2,3: Sudah jelas.
Pasal 35: Sudah jelas.
Pasal 36:
Ayat 1 poin a,b,c,d,e,f: Dijelaskan dalam silabus materi (terlampir)
Ayat 2: Sudah jelas.

BAB XI
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT

Pasal 37: Sudah jelas.


Pasal 38: Sudah jelas.
Pasal 39:
Ayat 1,2,3: Sudah jelas.
Pasal 40: Sudah jelas.
Pasal 41:
Ayat 1 poin a,b,c,d: Dijelaskan dalam silabus materi (terlampir)
Ayat 2: Sudah jelas.

BAB XII
ORIENTASI UNIT KEGIATAN MAHASISWA

Pasal 42: Sudah jelas.


Pasal 43: Sudah jelas.
Pasal 44:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Pasal 45:
Ayat 1,2,3,4: Sudah jelas.
Pasal 46:

21
Ayat 1 poin a,b,c,d: Dijelaskan dalam silabus materi (terlampir)
Ayat 2: Sudah jelas.

BAB XIII
PENDELEGASIAN
Pasal 47:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b,c,d,e: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b,c: Sudah jelas.
Ayat 4 poin a,b,c,d,e: Dalam sebuah contoh kasus. Ketika pemohon adalah
BEM F dan pihak termohon adalah BEM UHAMKA untuk
permohonan delegasi peserta untuk mengikuti LKTM.
(i) Maka BEM F mengirimkan surat delegasi kepada BEM
UHAMKA, yang berisikan data (seperti jumlah, nama
lengkap dan Nomor Induk Mahasiswa (NIM))dari peserta
delegasi yang bersangkutan.
(ii) BEM UHAMKA menerima surat delegasi tersebut, untuk
dapat segera menyetujuinya ataupun menolaknya.
(iii)Segera setelah menandatangani surat delegasi tersebut (atau
dibuat surat persetujuan), maka segera kirimkan kembali
kepada BEM F selaku pemohon untuk mengambil tindakan
selanjutnya.
(iv) Surat delegasi ini akan digunakan sebagai pada prasyarat
peserta.

BAB XIV
EVALUASI
Pasal 48:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a: Evaluasi pra pengkaderan, yaitu:
i. Menilai calon peserta berdasarkan analisis kebutuhan yang
disesuaikan dengan kualitas kemampuan kader dalam
menyerap materi dan kebutuhan calon peserta.
ii. Uji rencana materi dan metodologi pengkaderan melalui
workshop fasilitator dengan lembaga penyelenggara yang
telah memiliki kualifikasi fasilitator, hal ini dapat disesuaikan
dengan kebutuhan penyelenggara.
Ayat 2 poin b: Keberhasilan materi pengkaderan akan diukur melalui aspek sbb:
i. Aspek penilaian aktifitas dan pemahaman saat pengkaderan.
Fasilitator akan menilai aspek ini, dari segi apakah peserta
akan dapat memahami materi sesuai dengan kontrak belajar,
lalu dapat mengimplementasikan dalam aktifitas-aktifitas
selama pengkaderan.
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh ilustrasi (mengukur
tingkat pengetahuan) sampai sejauhmana tujuan masing-
masing materi pengkaderan dapat tercapai. Bahan evaluasinya
mencakup semua materi pengkaderan yang diberikan.
ii. Aspek Instrumentasi (alat bantu) evaluasi.

22
Untuk dapat mengukur kesempurnaan penilaian maka,
dibutuhkan instrumen sbb:
a) Pree Test (tes awal) & Post Test (tes akhir).
b) Catatan Harian Peserta
c) Lembar Evaluasi Materi
Ayat 2 poin c: Keberhasilan suatu proses pengkaderan sangat ditentukan oleh
pasca pengkaderan. Evaluasi pasca pengkaderan ini meliputi:
i. Konsistensi antara agenda follow up yang meliputi:
a) Tugas atau praktek pribadi pasca pengkaderan; dan
b) Tugas atau praktek kelompok pasca pengkaderan.
ii. Inovasi, yaitu seberapa jauh peserta mampu memberikan
pengembangan aktivitas yang mendukung target pengkaderan
di luar agenda follow up.
Yudisium adalah penentuan nilai/kelulusan dari proses
pengkaderan KM UHAMKA.
Ayat 3: Sudah jelas.

BAB XV
ASPEK PENILAIAN PESERTA

Pasal 49:
Ayat 1 poin a: yaitu aspek kejiwaan dan watak antara lain aspek
semangat, motivasi, kesungguhan, kesadaran, tanggung
jawab, dan aspek-aspek mental lainnya. Aspek kognitif
memiliki enam jenjang, yaitu:
a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)
c. Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (syntesis)
f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Ayat 1 poin b: yaitu aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Aspek
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Aspek afektif memiliki lima
jenjang, yaitu:
a. Menerima atau memperhatikan (receiving or attending)
b. Menanggapi atauberpartisipasi secara aktif
(Responding)
c. Menilai atau menghargai (valuing)
d. Mengatur atau mengorganisasikan (organization)
e. Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai
(characterization by evalue or calue complex)
Ayat 1 poin c: yaitu aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Aspek psikomotor
berhubungan dengan aktivitas fisik seperti moral, disiplin,
kreativitas, perbuatan, etika dan lain-lain. Hasil belajar
psikomotorik dapat diukur melalui:

23
a. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku
peserta selama proses pengkaderan berlangsung;
b. Sesudah mengikuti pengkaderan, yaitu dengan jalan
memberikan tes kepada peserta untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap; dan
c. Beberapa waktu sesudah pengkaderan selesai dan kelak
dalam lingkungan organisasi.
Ayat 2,3: Sudah jelas.

BAB XVI
KONSEP PENGKADERAN

Pasal 50:
Ayat 1,2: Sudah jelas.

BAB XVII
PENUTUP
Pasal 51:
Ayat 1,2,3,4,5: Sudah jelas.

24

Anda mungkin juga menyukai