PEDOMAN PENGKADERAN
KELUARGA MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
MUKADDIMAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1
seluruh kegiatan kemahasiswaan di KM UHAMKA yang selanjutnya
disingkat AD ART KM UHAMKA;
4. Majelis Perwakilan Mahasiswa UHAMKA adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan legislatif di tingkat Universitas yang
selanjutnya disingkat MPM UHAMKA;
5. Mahkamah Mahasiswa UHAMKA adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan yudikatif di tingkat Universitas yang
selanjutnya disingkat MM UHAMKA;
6. Badan Eksekutif Mahasiswa UHAMKA adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan eksekutif di tingkat Universitas yang
selanjutnya disingkat BEM UHAMKA;
7. Unit Kegiatan Mahasiswa adalah wadah yang berada di KM UHAMKA yang
diakui secara formal dan legal dalam satu bidang peminatan pendidikan,
olahraga, media, bakat, kreasi, studi ilmiah, kesenian dan kebudayaan di
tingkat Universitas/Fakultas/Program Studi, yang selanjutnya disingkat
UKM;
8. Unit Kegiatan Mahasiswa terdiri dari UKM Universitas, UKM Fakultas dan
Komunitas Ilmiah, yang masing-masing selanjutnya disebut UKM U, UKM F
dan Komunitas Ilmiah;
9. Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan legislatif di tingkat Fakultas, yang
selanjutnya disingkat DPM F;
10. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan eksekutif di tingkat Fakultas, yang
selanjutnya disebut BEM F;
11. Himpunan Mahasiswa adalah lembaga eksekutif yang fokus bergerak di
bidang keilmuan dan profesi ditingkat Program Studi yang selanjutnya
disingkat HIMA;
12. Kader adalah anggota KM UHAMKA yang diharapkan akan memegang
peranan penting dalam organisasi, khususnya sebagai anggota aktif KM
UHAMKA;
13. Pengkaderan KM UHAMKA adalah proses pendidikan, pembentukan, dan
pembinaan karakter kaderKM UHAMKA;
14. Kurikulum pengkaderan adalah perangkat acuan materi yang terstruktur
untuk dijadikan panduan oleh KM UHAMKA dalam melaksanakan
pengkaderan di semua jenjang pengkaderan; dan
15. Metodologi pengkaderan adalah prinsip-prinsip proses pengkaderan KM
UHAMKA yang sistematis mengenai cara-cara penyajian materi dalam
kegiatan pengkaderan yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
2
BAB II
LANDASAN DAN ASAS
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
3
BAB IV
SARANA, PRASARANA DAN DANA
Pasal 7
Sarana, prasarana, dan dana yang digunakan dalam kegiatan pengkaderan harus
memperhatikan asas:
1. Efektif;
2. Efisien;
3. Transparan; dan
4. Tanggung Jawab.
Pasal 8
BAB V
PENGORGANISASIAN
Pasal 9
4
Pasal 11
1. Steering Committee adalah seseorang yang ditunjuk oleh Kepala bidang yang
menyelenggarakan pengkaderan dan bertanggungjawab langsung secara
teknis terhadap penyelenggaraan pengkaderan di tingkat
Universitas/Fakultas/Program Studi.
2. Syarat Steering Committee adalah minimal orang yang telah lulus dalam
sistem pengkaderan yang akan diselenggarakan.
3. Tugas dan wewenang Steering Committee, yaitu:
a. Bertanggung jawab atas jalannya kegiatan pengkaderan;
b. Melakukan koordinasi langsung dengan unsur yang terlibat dalam
pengkaderan;
c. Merencanakan dan mempersiapkan arah, strategi dan tujuan pelaksanaan
kegiatan pengkaderan;
d. Merencanakan dan mempersiapkan administrasi pengkaderan, Term Of
Reference (TOR), sistem dan metode pengkaderan;
e. Mengevaluasi kegiatan pengkaderan; dan
f. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada penanggung jawab
pelaksanaan di tingkatnya masing-masing.
Pasal 13
5
b. Berkoordinasi dengan Steering Committee dan unsur yang terlibat dalam
pengkaderan;
c. Melaksanakan penyelenggaraan pengkaderan sesuai arah dan tujuan yang
ditentukan Steering Committee;
d. Mengevaluasi kegiatan pengkaderan bersama Steering Committee; dan
e. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan kepada Steering
Committee.
3. Unsur dalam panitia pelaksanaan pengkaderan, yaitu:
a. Ketua panitia pelaksana;
b. Sekretaris panitia pelaksana;
c. Bendahara panitia pelaksana; dan
d. Seksi-seksi panitia pelaksana.
e. Dalam hal tertentu, unsur kepanitiaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
penyelenggara.
Pasal 14
Pasal 15
6
KM UHAMKA.
BAB VI
KOMPONEN, JENJANG DAN ALUR PENGKADERAN
Pasal 16
Pasal 17
7
Pasal 18
Pasal 19
BAB VII
PENYELENGGARAAN
Pasal 20
8
2. Selama proses kegiatan pengkaderan, seluruh unsur pengorganisasian
pengkaderan KM UHAMKA harus terlibat aktif dalam setiap tahap
pengkaderan.
Pasal 23
BAB VIII
KURIKULUM PENGKADERAN
Pasal 24
Dalam garis besar kurikulum pengkaderan ini tersusun atas materi pengkaderan
dan metodologi pengkaderan.
Pasal 25
Pasal 26
9
b. Diskusi/tanya jawab;
c. Diskusi kelompok;
d. Diskusi panel;
e. Brainstorming (curah pendapat);
f. Role-playing (bermain peran);
g. Game (permainan);
h. Simulasi;
i. Assignment (penugasan);
j. Demonstrasi (peragaan);
k. Studi kasus;
l. Lokakarya;
m. Praktek nyata; dan atau
n. Observasi (peninjauan secara cermat).
BAB IX
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT DASAR
Pasal 27
LKTD bertujuan untuk membekali peserta dalam memahami konsep dan prinsip-
prinsip berorganisasi, kepemimpinan serta mengetahui fundamental dari konstitusi
KM UHAMKA, khususnya disesuaikan dengan disiplin keilmuan di tingkat
Program Studi.
Pasal 29
Prasyarat Peserta:
1. Peserta terdaftar sebagai anggota KM UHAMKA, dibuktikan dengan Kartu
Tanda Mahasiswa (KTM) atau bukti registrasi lainnya;
2. Peserta delegasi melampirkan surat delegasi dari lembaga yang
mendelegasikan, yaitu HIMA;dan
3. Bagi Program Studi yang belum memiliki HIMA, lembaga yang
mendelegasikan adalah BEM F.
Pasal 30
Penyelenggaraan LKTD:
1. LKTD diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab oleh HIMA, serta
berkoordinasi dengan BEM F, dan DPM F sebagai pengawas.
2. Bagi Program Studi yang belum memiliki HIMA, penyelenggara LKTD
adalah BEM F.
10
Pasal 31
Kurikulum LKTD:
1. Muatan pokok
a. Kepemimpinan dalam Islam;
b. Manajemen waktu;
c. Retorika dasar;
d. Manajemen organisasi;
e. Konstitusi KM UHAMKA;
f. Teknik persidangan;
g. Administrasi kelembagaan; dan
h. Manajemen aspirasi.
2. Muatan lokal
a. Kajian strategis dalam keprogram studian atau keprofesian;
b. Out bond; dan
c. Renungan malam.
BAB X
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT MADYA
Pasal 32
Pasal 34
Prasyarat Peserta:
1. Lulus LKTD, dibuktikan dengan sertifikat LKTD;
2. Anggota aktif KM UHAMKA ditingkat Program Studi dari masing-masing
Fakultas; dan
3. Peserta delegasi melampirkan surat delegasi dari lembaga yang
mendelegasikan, yaitu BEM F.
Pasal 35
Penyelenggaraan LKTM:
LKTM diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab oleh BEM F, serta
berkoordinasi dengan BEM UHAMKA, dan DPM F sebagai pengawas.
11
Pasal 36
Kurikulum LKTM:
1. Muatan pokok
a. Retorika lanjut (Public Speaking);
b. Entrepreneurship;
c. Analisis SWOT;
d. Sistem pemerintahan KM UHAMKA;
e. Peradilan konstitusi KM UHAMKA; dan
f. Manajemen aksi.
2. Muatan lokal
Hal lain terkait muatan lokal ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing penyelenggara, sepanjang tidak bertentangan dengan AD
ART KM UHAMKA.
BAB XI
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT
Pasal 37
Pasal 39
Prasyarat Peserta:
1. Lulus LKTM, dibuktikan dengan sertifikat LKTM;
2. Anggota aktif KM UHAMKA ditingkat Fakultas masing-masing; dan
3. Peserta delegasi melampirkan surat delegasi dari lembaga yang
mendelegasikannya yaitu BEM F.
Pasal 40
Penyelenggaraan LKTL:
LKTL diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab BEM UHAMKA dan MPM
UHAMKA sebagai pengawas.
Pasal 41
Kurikulum LKTL:
1. Muatan pokok
a. Analisis sosial;
12
b. Peta pergerakan mahasiswa;
c. Manajemen advokasi; dan
d. Simposium produk hukum KM UHAMKA.
2. Muatan lokal
Hal lain terkait muatan lokal ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan
penyelenggara, sepanjang tidak bertentangan dengan AD ART KM
UHAMKA.
BAB XII
ORIENTASI UNIT KEGIATAN MAHASISWA
Pasal 42
Orientasi UKM bertujuan untuk meningkatkan potensi, minat dan bakat guna
mempersiapkan kader-kader yang ahli dan professional dalam bidang peminatan
intelektualnya masing-masing.
Pasal 44
Prasyarat Peserta:
1. Peserta terdaftar sebagai anggota KM UHAMKA, dibuktikan dengan Kartu
Tanda Mahasiswa (KTM) atau bukti registrasi lainnya; dan
2. Peserta berkemauan untuk mengembangkan minat dan bakat terhadap
peminatan pendidikan yang dipilih.
Pasal 45
Pasal 46
Kurikulum Orientasi UKM:
1. Muatan pokok
a. Kepemimpinan dalam Islam;
b. Konstitusi KM UHAMKA;
13
c. Teknik persidangan; dan
d. Administrasi kelembagaan.
2. Hal lain terkait muatan lokal ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing UKM, baik UKM U/UKM F/Komunitas Ilmiah, sepanjang
tidak bertentangan dengan AD ART KM UHAMKA.
BAB XIII
PENDELEGASIAN
Pasal 47
BAB XIV
EVALUASI
Pasal 48
14
b. Evaluasi hasil.
2. Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang ditujukan pada peserta pengkaderan KM
UHAMKA. Terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Evaluasi pra pengkaderan, yaitu evaluasi yang diberikan setelah
dilakukannya penaksiran dan sosialisasi, yang dimaksudkan untuk
mendapatkan atau menilai secara kualitas ataupun kuantitas peserta dalam
mempersiapkan pelaksanaan pengkaderan berikutnya;
b. Evaluasi pengkaderan utama, yaitu evaluasi yang mengukur tingkat
pemahaman peserta terhadap materi yang disajikan dengan menggunakan
instrumen pre dan post kontrak belajar; dan
c. Evaluasi pasca pengkaderan, yaitu evaluasi yang menguji hasil
pengkaderan utama melalui follow up dan dilaporkan melalui yudisium.
3. Evaluasi hasil, yaitu evaluasi yang ditujukan pada proses teknis
penyelenggaraan pengkaderan KM UHAMKA.
.
BAB XV
ASPEK PENILAIAN PESERTA
Pasal 49
BAB XVI
KONSEP PENGKADERAN
Pasal 50
15
BAB XVII
PENUTUP
Pasal 51
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG
PEDOMAN PENGKADERAN
KELUARGA MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
MUKADDIMAH
Sudah jelas.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1:
Ayat 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15: Sudah jelas.
BAB II
LANDASAN DAN ASAS
16
BAB III
ARAH, TUJUAN DAN SASARAN
BAB IV
SARANA, PRASARANA DAN DANA
Pasal 7:
a. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat dan
bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari pengkaderan KM
UHAMKA. Dalam hal tertentu, unsur sarana bisa disesuaikan dengan
kebutuhan penyelenggara. Contohnya berupa alat administrasi, alat
kegiatan belajar mengajar, alat transportasi, konsumsi, dan lain-lain.
b. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya pengkaderan KM UHAMKA. Dalam hal tertentu,
unsur sarana bisa disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggara.
Contohnya berupa gedung, ruangan (belajar, ibadah, tidur dan makan),
ruang tamu undangan, ruang panitia (sekretariat, rapat dan evaluasi),
kamar mandi, lapangan olahraga, dan lain-lain.
Pasal 8: Sudah jelas.
BAB V
PENGORGANISASIAN
Pasal 9:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b,c,d,e,f: Sudah jelas.
Pasal 10
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b: Sudah jelas.
Pasal 11:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b,c,d,e: Sudah jelas.
17
Ayat 3 poin a,b,c: Sudah jelas.
Pasal 12:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b,c,d,e,f: Sudah jelas.
Pasal 13:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b,c,d,e: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b,c,d,e: Sudah jelas.
Pasal 14
Ayat 1,2,3: Sudah jelas.
Ayat 4: Rasio peserta dan fasilitator dapat disesuaikan dengan keadaan
pengkaderan yang akan dilaksanakan, dengan tetap menjaga arah
dan tujuan pengkaderan.
Ayat 5 poin a,b,c,d,e,f: Sudah jelas.
Pasal 15:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b,c,d: Sudah jelas.
BAB VI
KOMPONEN, JENJANG DAN ALUR PENGKADERAN
Pasal 16:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2: Stratifikasi penahapan pengkaderan adalah tahapan-tahapan
dalam pengkaderan yang tersusun berlapis-lapis.
Ayat 3: Sudah jelas.
Pasal 17:
Ayat 1 poin a,b,c: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b,c: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b: Sudah jelas.
Ayat 4: Sudah jelas.
Pasal 18:
Ayat 1 poin a,b,c: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b: Sudah jelas.
Pasal 19:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b: Sudah jelas.
BAB VII
PENYELENGGARAAN
Pasal 20: Sudah jelas.
Pasal 21: Sudah jelas.
Pasal 22:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Pasal 23:
18
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a: Forum interaktif general antara pemateri dan peserta
dengan penyampaian pokok-pokok materi yang
dipertajam dengan dialog.
Ayat 3 poin b: Forum interaktif intensif antara pendamping (satu atau
lebih fasilitator) dan peserta dengan membentuk suatu
kelompok berdasarkan topik pembahasan tertentu,
metode ini dapat dilakukan secara rutin.
Ayat 3 poin c: Forum interaktif peserta berdasarkan kasus tertentu di
masyarakat yang relevan dengan topik atau tema
pembicaraan. Tema dapat ditentukan dari kasus terkini,
buku, film, dan lain-lain.
Ayat 3 poin d: Bentuk implementasi hasil pelatihan kepemimpinan,
dengan keikutsertaan peserta secara aktif pada setiap
kepanitian dan kegiatan organisasi di tingkat Universitas/
Fakultas/Program Studi.
BAB VIII
KURIKULUM PENGKADERAN
19
Ayat 2 poin e: Brainstorming adalah teknik untuk merangsang dan
menggali pemikiran-pemikiran baru. Curah pendapat ini
adalah bagian dari metode tanya jawab/dialog, akan tetapi
dalam metode ini gagasan digali melalui analisis dan hal-
hal yang menjadi latar belakang pendapat peserta
pengkaderan. Metode ini dilakukan melalui lisan secara
bebas dan spontan.
Ayat 2 poin f: Role-playing adalah peserta diberikan tugas untuk
memainkan peran tertentu sesuai dengan materi yang
dilakukan berdasarkan skenario yang telah disiapkan.
Ayat 2 poin g: Game adalah suatu teknik permainan yang bertujuan
untuk merangsang ide dan pendapat peserta melalui
kegiatan bermain.
Ayat 2 poin h: Simulasi adalah teknik untuk mendiskusikan suatu
kegiatan yang melibatkan beberapa peserta untuk
mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan materi yang
ada. Hal ini terlihat sepertiperistiwa atau kejadian yang
diperagakan, seolah sungguh terjadi.
Ayat 2 poin i: Penugasan adalah meminta peserta untuk melaksanakan
suatu tugas menurut materi dan cara-cara tertentu. Peserta
diberi kesempatan untuk berinisiatif melalui gagasan
yang konstruktif.
Ayat 2 poin j: Peragaan adalah menyajikan materi dengan
mempertunjukkan bagaimana cara mengerjakan suatu
tugas yang diikuti dengan diskusi dan tanya jawab.
Ayat 2 poin k: Studi kasus adalah diskusi tentang kasus nyata yang
pernah terjadi untuk dianalisa dan dicari solusi
alternatifnya, seperti kasus yang belum ditemukan
solusinya atau solusi yang pernah diambil belum
memuaskan.
Ayat 2 poin l: Lokakarya adalah bentuk diskusi mengenai masalah yang
bersifat teknis operasional untuk menghasilkan suatu
rumusan yang dapat digunakan untuk mewujudkan kerja
nyata.
Ayat 2 poin m: Praktek nyata adalah bentuk praktek dari teori yang
diperoleh selama pengkaderanke dalam pelaksanaan
sesungguhnya di lapangan, berupa tugas yang ditentukan.
Ayat 2 poin n: Observasi adalah bentuk pengamatan dalam suatu objek
secara langsung di lapangan, agar peserta memperoleh
gambaran nyata sebagai bahan studi antara teori dan
kenyataan.
20
BAB IX
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT DASAR
BAB X
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT MADYA
BAB XI
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT
BAB XII
ORIENTASI UNIT KEGIATAN MAHASISWA
21
Ayat 1 poin a,b,c,d: Dijelaskan dalam silabus materi (terlampir)
Ayat 2: Sudah jelas.
BAB XIII
PENDELEGASIAN
Pasal 47:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a,b,c,d,e: Sudah jelas.
Ayat 3 poin a,b,c: Sudah jelas.
Ayat 4 poin a,b,c,d,e: Dalam sebuah contoh kasus. Ketika pemohon adalah
BEM F dan pihak termohon adalah BEM UHAMKA untuk
permohonan delegasi peserta untuk mengikuti LKTM.
(i) Maka BEM F mengirimkan surat delegasi kepada BEM
UHAMKA, yang berisikan data (seperti jumlah, nama
lengkap dan Nomor Induk Mahasiswa (NIM))dari peserta
delegasi yang bersangkutan.
(ii) BEM UHAMKA menerima surat delegasi tersebut, untuk
dapat segera menyetujuinya ataupun menolaknya.
(iii)Segera setelah menandatangani surat delegasi tersebut (atau
dibuat surat persetujuan), maka segera kirimkan kembali
kepada BEM F selaku pemohon untuk mengambil tindakan
selanjutnya.
(iv) Surat delegasi ini akan digunakan sebagai pada prasyarat
peserta.
BAB XIV
EVALUASI
Pasal 48:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 poin a: Evaluasi pra pengkaderan, yaitu:
i. Menilai calon peserta berdasarkan analisis kebutuhan yang
disesuaikan dengan kualitas kemampuan kader dalam
menyerap materi dan kebutuhan calon peserta.
ii. Uji rencana materi dan metodologi pengkaderan melalui
workshop fasilitator dengan lembaga penyelenggara yang
telah memiliki kualifikasi fasilitator, hal ini dapat disesuaikan
dengan kebutuhan penyelenggara.
Ayat 2 poin b: Keberhasilan materi pengkaderan akan diukur melalui aspek sbb:
i. Aspek penilaian aktifitas dan pemahaman saat pengkaderan.
Fasilitator akan menilai aspek ini, dari segi apakah peserta
akan dapat memahami materi sesuai dengan kontrak belajar,
lalu dapat mengimplementasikan dalam aktifitas-aktifitas
selama pengkaderan.
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh ilustrasi (mengukur
tingkat pengetahuan) sampai sejauhmana tujuan masing-
masing materi pengkaderan dapat tercapai. Bahan evaluasinya
mencakup semua materi pengkaderan yang diberikan.
ii. Aspek Instrumentasi (alat bantu) evaluasi.
22
Untuk dapat mengukur kesempurnaan penilaian maka,
dibutuhkan instrumen sbb:
a) Pree Test (tes awal) & Post Test (tes akhir).
b) Catatan Harian Peserta
c) Lembar Evaluasi Materi
Ayat 2 poin c: Keberhasilan suatu proses pengkaderan sangat ditentukan oleh
pasca pengkaderan. Evaluasi pasca pengkaderan ini meliputi:
i. Konsistensi antara agenda follow up yang meliputi:
a) Tugas atau praktek pribadi pasca pengkaderan; dan
b) Tugas atau praktek kelompok pasca pengkaderan.
ii. Inovasi, yaitu seberapa jauh peserta mampu memberikan
pengembangan aktivitas yang mendukung target pengkaderan
di luar agenda follow up.
Yudisium adalah penentuan nilai/kelulusan dari proses
pengkaderan KM UHAMKA.
Ayat 3: Sudah jelas.
BAB XV
ASPEK PENILAIAN PESERTA
Pasal 49:
Ayat 1 poin a: yaitu aspek kejiwaan dan watak antara lain aspek
semangat, motivasi, kesungguhan, kesadaran, tanggung
jawab, dan aspek-aspek mental lainnya. Aspek kognitif
memiliki enam jenjang, yaitu:
a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)
c. Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (syntesis)
f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Ayat 1 poin b: yaitu aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Aspek
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Aspek afektif memiliki lima
jenjang, yaitu:
a. Menerima atau memperhatikan (receiving or attending)
b. Menanggapi atauberpartisipasi secara aktif
(Responding)
c. Menilai atau menghargai (valuing)
d. Mengatur atau mengorganisasikan (organization)
e. Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai
(characterization by evalue or calue complex)
Ayat 1 poin c: yaitu aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Aspek psikomotor
berhubungan dengan aktivitas fisik seperti moral, disiplin,
kreativitas, perbuatan, etika dan lain-lain. Hasil belajar
psikomotorik dapat diukur melalui:
23
a. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku
peserta selama proses pengkaderan berlangsung;
b. Sesudah mengikuti pengkaderan, yaitu dengan jalan
memberikan tes kepada peserta untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap; dan
c. Beberapa waktu sesudah pengkaderan selesai dan kelak
dalam lingkungan organisasi.
Ayat 2,3: Sudah jelas.
BAB XVI
KONSEP PENGKADERAN
Pasal 50:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
BAB XVII
PENUTUP
Pasal 51:
Ayat 1,2,3,4,5: Sudah jelas.
24