KELUARGA MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
MUKADDIMAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1
4. Majelis Perwakilan Mahasiswa UHAMKA adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan legislatif di tingkat Universitas yang
selanjutnya disingkat MPM UHAMKA;
5. Badan Eksekutif Mahasiswa UHAMKA adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan eksekutif di tingkat Universitas yang
selanjutnya disingkat BEM UHAMKA;
6. Mahkamah Mahasiswa UHAMKA adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan yudikatif di tingkat Universitas yang
selanjutnya disingkat MM UHAMKA;
7. Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan legislatif di tingkat Fakultas, yang
selanjutnya disingkat DPM F;
8. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas adalah lembaga tinggi dalam KM
UHAMKA yang memiliki kekuasaan eksekutif di tingkat Fakultas, yang
selanjutnya disebut BEM F;
9. Unit Kegiatan Mahasiswa adalah wadah yang berada di KM UHAMKA yang
diakui secara formal dan legal dalam satu bidang peminatan pendidikan,
olahraga, media, bakat, kreasi, studi ilmiah, kesenian dan kebudayaan di
tingkat Universitas/Fakultas/Program Studi, yang selanjutnya disingkat
UKM;
10. Unit Kegiatan Mahasiswa terdiri dari UKM Universitas, UKM Fakultas dan
Komunitas Ilmiah, yang masing-masing selanjutnya disebut UKM U, UKM F
dan Komunitas Ilmiah;
11. Himpunan Mahasiswa adalah lembaga eksekutif yang fokus bergerak di
bidang keilmuan dan profesi di tingkat Program Studi yang selanjutnya
disingkat HIMA;
12. Kader adalah anggota KM UHAMKA yang diharapkan akan memegang
peranan penting dalam organisasi, khususnya sebagai anggota aktif KM
UHAMKA;
13. Pengkaderan KM UHAMKA adalah proses pendidikan, pembentukan, dan
pembinaan karakter kader KM UHAMKA; dan
14. Kurikulum pengkaderan adalah perangkat acuan materi yang terstruktur
untuk dijadikan panduan oleh KM UHAMKA dalam melaksanakan
pengkaderan di semua jenjang pengkaderan.
BAB II
LANDASAN DAN ASAS
Pasal 2
Pasal 3
2
4. Regenerasi.
BAB III
ARAH, TUJUAN DAN SASARAN
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
BAB IV
SARANA, PRASARANA DAN DANA
Pasal 7
Sarana, prasarana, dan dana yang digunakan dalam kegiatan pengkaderan harus
memperhatikan asas:
1. Efektif;
2. Efisien;
3. Transparan; dan
4. Tanggung Jawab.
3
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 11
4
b. Berkoordinasi dengan semua pihak yang terlibat dengan program
pengkaderan, baik di tingkat Universitas/Fakultas/Program Studi; dan
c. Mengevaluasi atau menindaklanjut pengkaderan di tingkatannya masing-
masing.
Pasal 12
1. Steering Committee adalah seseorang yang ditunjuk oleh Kepala bidang yang
menyelenggarakan pengkaderan dan bertanggung jawab langsung secara
teknis terhadap penyelenggaraan pengkaderan di tingkat
Universitas/Fakultas/Program Studi.
2. Syarat Steering Committee adalah minimal orang yang telah lulus dalam
sistem pengkaderan yang akan diselenggarakan.
3. Tugas dan wewenang Steering Committee, yaitu:
a. Bertanggung jawab atas jalannya kegiatan pengkaderan;
b. Melakukan koordinasi langsung dengan unsur yang terlibat dalam
pengkaderan;
c. Merencanakan dan mempersiapkan arah, strategi dan tujuan pelaksanaan
kegiatan pengkaderan;
d. Merencanakan dan mempersiapkan administrasi pengkaderan, Term Of
Reference (TOR), sistem dan metode pengkaderan;
e. Mengevaluasi kegiatan pengkaderan; dan
f. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada penanggung jawab
pelaksanaan di tingkatnya masing-masing.
Pasal 13
5
menjalankan tugas kefasilitatoran.
2. Syarat fasilitator adalah minimal orang yang telah lulus dalam sistem
pengkaderan yang akan diselenggarakan.
3. Tim fasilitator diwajibkan terbentuk pada semua jenjang pengkaderan dasar,
sedangkan pada jenjang pengkaderan madya dan lanjut dapat disesuaikan
dengan kebutuhan penyelenggara.
4. Rasio peserta dengan fasilitator diharapkan sebanyak lima berbanding satu.
5. Tugas dan wewenang tim fasilitator, yaitu:
a. Bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tertentu dari materi
pengkaderan;
b. Menurut spesifikasinya, bertugas mengarahkan kepada tujuan yang
diharapkan;
c. Membantu panitia pelaksana dalam mempertanggungjawabkan dan
melaksanakan proses pengkaderan;
d. Memandu peserta memahami materi, diantaranya melalui Forum Group
Discussion (FGD);
e. Membuat berita acara setiap sesi atau materi; dan
f. Mengontrol dan mengevaluasi perkembangan individu atau kelompok
peserta dalam proses pengkaderan.
Pasal 15
1. Pemateri adalah para ahli yang kompeten dalam bidang-bidang yang disajikan
dalam proses pengkaderan KM UHAMKA.
2. Syarat pemateri adalah minimal orang yang telah lulus dalam sistem
pengkaderan yang akan diselenggarakan, khususnya yang telah
berpengalaman dalam lembaga KM UHAMKA
3. Tugas dan wewenang pemateri, yaitu:
a. Menyiapkan dan menguasai materi-materi pengkaderan;
b. Memberikan contoh yang baik kepada peserta pengkaderan; dan
c. Mengikuti atau menyesuaikan materi pengkaderan dengan produk hukum
KM UHAMKA.
BAB VI
KOMPONEN, JENJANG DAN ALUR PENGKADERAN
Pasal 16
6
Pasal 17
Pasal 19
7
a. Dimulai setelah melaksanakan pengkaderan tingkat Program Studi, lalu
dilanjutkan dengan pengkaderan tingkat Fakultas dan dimantapkan pada
Pengkaderan tingkat Universitas; dan
b. Untuk mengikuti jenjang pengkaderan selanjutnya harus mengikuti atau
terlibat dalam satu periode kepengurusan.
3. Alur pengkaderan Orientasi UKM KM UHAMKA:
a. Dimulai dengan melaksanakan Orientasi Dasar dengan muatan pokok
mengacu pada kurikulum di Pedoman Pengkaderan KM UHAMKA ini;
dan
b. Untuk mengikuti jenjang pengkaderan selanjutnya dapat disesuaikan
dengan kompetensinya, dengan sepengetahuan Penanggung jawab
pelaksanaan di tingkat Universitas/Fakultas/Program Studi.
BAB VII
PENYELENGGARAAN
Pasal 20
8
BAB VIII
KURIKULUM PENGKADERAN
Pasal 24
Dalam garis besar kurikulum pengkaderan ini tersusun atas materi pengkaderan
dan metodologi pengkaderan.
Pasal 25
Pasal 26
9
BAB IX
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT DASAR
Pasal 27
LKTD bertujuan untuk membekali peserta dalam memahami konsep dan prinsip-
prinsip berorganisasi, kepemimpinan serta mengetahui fundamental dari konstitusi
KM UHAMKA, khususnya disesuaikan dengan disiplin keilmuan di tingkat
Program Studi.
Pasal 29
Prasyarat Peserta:
1. Peserta terdaftar sebagai anggota KM UHAMKA, dibuktikan dengan Kartu
Tanda Mahasiswa (KTM) atau bukti registrasi lainnya;
2. Peserta delegasi melampirkan surat delegasi dari lembaga yang
mendelegasikan, yaitu HIMA; dan
3. Bagi Program Studi yang belum memiliki HIMA, lembaga yang
mendelegasikan adalah BEM F.
Pasal 30
Penyelenggaraan LKTD:
1. LKTD diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab oleh HIMA, serta
berkoordinasi dengan BEM F, dan DPM F sebagai pengawas.
2. Bagi Program Studi yang belum memiliki HIMA, penyelenggara LKTD
adalah BEM F.
Pasal 31
Kurikulum LKTD:
1. Muatan pokok
a. Kepemimpinan dalam Islam dan etika berorganisasi;
b. Manajemen waktu;
c. Retorika dasar;
d. Manajemen organisasi;
e. Konstitusi KM UHAMKA;
f. Teknik persidangan;
g. Administrasi kelembagaan; dan
h. Manajemen aspirasi.
2. Muatan lokal
a. Kajian strategis dalam keprogram studian atau keprofesian;
b. Out bond; dan
c. Renungan malam.
10
BAB X
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT MADYA
Pasal 32
Pasal 34
Prasyarat Peserta:
1. Lulus LKTD, dibuktikan dengan sertifikat LKTD;
2. Anggota aktif KM UHAMKA ditingkat Program Studi dari masing-masing
Fakultas; dan
3. Peserta delegasi melampirkan surat delegasi dari lembaga yang
mendelegasikan, yaitu BEM F.
Pasal 35
Penyelenggaraan LKTM:
LKTM diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab oleh BEM F, serta
berkoordinasi dengan BEM UHAMKA, dan DPM F sebagai pengawas.
Pasal 36
Kurikulum LKTM:
1. Muatan pokok
a. Retorika Lanjut (Public Speaking);
b. Entrepreneurship;
c. Analisis SWOT;
d. Sistem pemerintahan KM UHAMKA;
e. Peradilan konstitusi KM UHAMKA; dan
f. Manajemen Aksi.
2. Muatan lokal
Hal lain terkait muatan lokal ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing penyelenggara, sepanjang tidak bertentangan dengan AD
ART KM UHAMKA.
BAB XI
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT
Pasal 37
11
Pasal 38
Pasal 39
Prasyarat Peserta:
1. Lulus LKTM, dibuktikan dengan sertifikat LKTM;
2. Anggota aktif KM UHAMKA ditingkat Fakultas masing-masing; dan
3. Peserta delegasi melampirkan surat delegasi dari lembaga yang
mendelegasikannya yaitu BEM F.
Pasal 40
Penyelenggaraan LKTL:
LKTL diselenggarakan dan dibawah tanggung jawab BEM UHAMKA dan MPM
UHAMKA sebagai pengawas.
Pasal 41
Kurikulum LKTL:
1. Muatan pokok
a. Analisis Sosial;
b. Peta pergerakan mahasiswa;
c. Manajemen Advokasi; dan
d. Simposium produk hukum KM UHAMKA.
2. Muatan lokal
Hal lain terkait muatan lokal ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan
penyelenggara, sepanjang tidak bertentangan dengan AD ART KM
UHAMKA.
BAB XII
ORIENTASI UNIT KEGIATAN MAHASISWA
Pasal 42
Pasal 43
Orientasi UKM bertujuan untuk meningkatkan potensi, minat dan bakat guna
mempersiapkan kader-kader yang ahli dan professional dalam bidang peminatan
intelektualnya masing-masing.
12
Pasal 44
Prasyarat Peserta:
1. Peserta terdaftar sebagai anggota KM UHAMKA, dibuktikan dengan Kartu
Tanda Mahasiswa (KTM) atau bukti registrasi lainnya; dan
2. Peserta berkemauan untuk mengembangkan minat dan bakat terhadap
peminatan pendidikan yang dipilih.
Pasal 45
Pasal 46
Kurikulum Orientasi UKM:
1. Muatan pokok
a. Kepemimpinan dalam Islam dan etika berorganisasi;
b. Konstitusi KM UHAMKA;
c. Teknik persidangan; dan
d. Administrasi kelembagaan.
2. Hal lain terkait muatan lokal ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing UKM, baik UKM U/UKM F/Komunitas Ilmiah, sepanjang
tidak bertentangan dengan AD ART KM UHAMKA.
BAB XIII
PENDELEGASIAN
Pasal 47
13
e. Peserta delegasi tidak diwajibkan membayar Sumbangan Wajib Peserta
(SWP) kepada lembaga organisasi penyelenggara.
3. Tata cara pendelegasian pengkaderan adalah:
a. Permohonan delegasi dilakukan secara resmi;
b. Permohonan delegasi dari pemohon kepada pihak termohon, harus
mendapatkan persetujuan dari pihak termohon;
c. Apabila permohonan disetujui oleh pihak termohon, maka pihak termohon
harus mengirimkan persetujuan surat delegasi kepada pemohon; dan
d. Surat pendelegasian ini digunakan sebagai prasyarat peserta dan hanya
dapat berlaku untuk satu kali pendelegasian;
e. Pendelegasian ini hanya berlaku pada tingkat Fakultas/Program Studi.
BAB XIV
EVALUASI
Pasal 48
. BAB XV
ASPEK PENILAIAN PESERTA
Pasal 49
14
BAB XVI
KONSEP PENGKADERAN
Pasal 50
Pasal 51
15
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG
MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA
KELUARGA MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
NOMOR: 001/C.1/UU/MPM UHAMKA/XI/2015
TENTANG
PEDOMAN PENGKADERAN
KELUARGA MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1:
Ayat 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14: Sudah jelas.
BAB II
LANDASAN DAN ASAS
BAB III
ARAH, TUJUAN DAN SASARAN
16
Pasal 6: Sudah jelas.
BAB IV
SARANA, PRASARANA DAN DANA
Pasal 7:
a. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat dan
bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari pengkaderan KM
UHAMKA. Dalam hal tertentu, unsur sarana bisa disesuaikan dengan
kebutuhan penyelenggara. Contohnya berupa alat administrasi, alat
kegiatan belajar mengajar, alat transportasi, konsumsi, dan lain-lain.
b. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya pengkaderan KM UHAMKA. Dalam hal tertentu,
unsur sarana bisa disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggara.
Contohnya berupa gedung, ruangan (belajar, ibadah, tidur dan makan),
ruang tamu undangan, ruang panitia (sekretariat, rapat dan evaluasi),
kamar mandi, lapangan olahraga, dan lain-lain.
Pasal 8: Sudah jelas.
BAB V
PENGORGANISASIAN
Pasal 9:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 point a,b,c,d,e,f: Sudah jelas.
Pasal 10
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 point a,b: Sudah jelas.
Pasal 11:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 point a,b,c,d: Sudah jelas.
Ayat 3 point a,b,c: Sudah jelas.
Pasal 12:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Ayat 3 point a,b,c,d,e,f: Sudah jelas.
Pasal 13:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 point a,b,c,d,e: Sudah jelas.
Ayat 3 point a,b,c,d,e: Sudah jelas.
Pasal 14
Ayat 1,2,3: Sudah jelas.
Ayat 4: Rasio peserta dan fasilitator dapat disesuaikan dengan keadaan
pengkaderan yang akan dilaksanakan.
Ayat 5 point a,b,c,d,e,f: Sudah jelas.
Pasal 15:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Ayat 3 point a,b,c,d: Sudah jelas.
BAB VI
KOMPONEN, JENJANG DAN ALUR PENGKADERAN
17
Pasal 16:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2: Stratifikasi penahapan pengkaderan adalah tahapan-tahapan
dalam pengkaderan yang tersusun berlapis-lapis.
Ayat 3: Sudah jelas.
Pasal 17:
Ayat 1 point a,b,c: Sudah jelas.
Ayat 2 point a,b,c: Sudah jelas.
Ayat 3 point a,b: Sudah jelas.
Ayat 4: Sudah jelas.
Pasal 18:
Ayat 1 point a,b,c: Sudah jelas.
Ayat 2 point a,b: Sudah jelas.
Pasal 19:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 point a,b: Sudah jelas.
Ayat 3 point a,b: Sudah jelas.
BAB VII
PENYELENGGARAAN
Pasal 20: Sudah jelas.
Pasal 21: Sudah jelas.
Pasal 22:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Pasal 23:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
Ayat 3 point a: Forum interaktif general antara pemateri dan peserta
dengan penyampaian pokok-pokok materi yang
dipertajam dengan dialog.
Ayat 3 point b: Forum interaktif intensif antara pendamping (satu atau
lebih fasilitator) dan peserta dengan membentuk suatu
kelompok berdasarkan topik pembahasan tertentu,
metode ini dapat dilakukan secara rutin.
Ayat 3 point c: Forum interaksi peserta berdasarkan kasus tertentu di
masyarakat yang relevan dengan topik atau tema
pembicaraan. Tema dapat ditentukan dari kasus terkini,
buku, film, dan lain-lain.
Ayat 3 point d: Bentuk implementasi hasil pelatihan kepemimpinan,
dengan keikutsertaan peserta secara aktif pada setiap
kepanitian dan kegiatan organisasi di tingkat Universitas/
Fakultas/Program Studi.
BAB VIII
KURIKULUM PENGKADERAN
18
pengkaderan yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Pasal 25:
Ayat 1 point a,b: Sudah jelas.
Ayat 2 point a,b: Sudah jelas.
Ayat 3: Sudah jelas.
Ayat 4: Silabus materi yaitu penjabaran muatan yang tertarget dan
berorientasi secara relevan dengan tujuan.
Pasal 26:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 point a: Ceramah adalah penyajian pokok bahasan secara lisan
untuk memberikan informasi yang sifatnya searah. Sesuai
dengan materi yang dipersiapkan oleh pemateri.
Ayat 2 point b: Diskusi/tanya jawab adalah pertukaran pengetahuan dan
pengalaman berupa gagasan atau pendapat mengenai
suatu topik tertentu secara bebas, yang sifatnya saling
koreksi.
Ayat 2 point c: Diskusi kelompok adalah diskusi yang terdiri dari
beberapa peserta untuk saling membahas mengenai suatu
topik secara bebas, dapat didampingi oleh fasilitator.
Ayat 2 point d: Diskusi panel adalah diskusi yang dilakukan oleh beberapa
kelompok peserta untuk saling membahas mengenai suatu
topik pengetahuan tertentu dan dipresentasikan oleh
perwakilan dari salahsatu/semua kelompok peserta.
Ayat 2 point e: Brainstorming adalah teknik untuk merangsang dan
menggali pemikiran-pemikiran baru. Curah pendapat ini
adalah bagian dari metode tanya jawab/dialog, akan tetapi
dalam metode ini gagasan digali melalui analisis dan hal-
hal yang menjadi latar belakang pendapat peserta
pengkaderan. Metode ini dilakukan melalui lisan secara
bebas dan spontan.
Ayat 2 point f: Role-playing adalah peserta diberikan tugas untuk
memainkan peran tertentu sesuai dengan materi yang
dilakukan berdasarkan skenario yang telah disiapkan.
Ayat 2 point g: Game adalah suatu teknik permainan yang bertujuan
untuk merangsang ide dan pendapat peserta melalui
kegiatan bermain.
Ayat 2 point h: Simulasi adalah teknik untuk mendiskusikan suatu
kegiatan yang melibatkan beberapa peserta untuk
mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan materi yang
ada. Hal ini terlihat seperti peristiwa atau kejadian yang
diperagakan, seolah sungguh terjadi.
Ayat 2 point i: Penugasan adalah meminta peserta untuk melaksanakan
suatu tugas menurut materi dan cara-cara tertentu. Peserta
diberi kesempatan untuk berinisiatif melalui gagasan
yang konstruktif.
19
Ayat 2 point j: Peragaan adalah menyajikan materi dengan
mempertunjukkan bagaimana cara mengerjakan suatu
tugas yang diikuti dengan diskusi dan tanya jawab.
Ayat 2 point k: Studi kasus adalah diskusi tentang kasus nyata yang
pernah terjadi untuk dianalisa dan dicari solusi
alternatifnya, seperti kasus yang belum ditemukan
solusinya atau solusi yang pernah diambil belum
memuaskan.
Ayat 2 point l: Lokakarya adalah bentuk diskusi mengenai masalah yang
bersifat teknis operasional untuk menghasilkan suatu
rumusan yang dapat digunakan untuk mewujudkan kerja
nyata.
Ayat 2 point m: Praktek nyata adalah bentuk praktek dari teori yang
diperoleh selama pengkaderan ke dalam pelaksanaan
sesungguhnya di lapangan, berupa tugas yang ditentukan.
Ayat 2 point n: Observasi adalah bentuk pengamatan dalam suatu objek
secara langsung di lapangan, agar peserta memperoleh
gambaran nyata sebagai bahan studi antara teori dan
kenyataan.
BAB IX
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT DASAR
BAB X
LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT MADYA
20
Pasal 38: Sudah jelas.
Pasal 39:
Ayat 1,2,3: Sudah jelas.
Pasal 40: Sudah jelas.
Pasal 41:
Ayat 1 point a,b,c,d: Dijelaskan dalam silabus materi (terlampir)
Ayat 2: Sudah jelas.
BAB XII
ORIENTASI UNIT KEGIATAN MAHASISWA
BAB XIII
PENDELEGASIAN
Pasal 47:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 point a,b,c,d,e: Sudah jelas.
Ayat 3 point a,b,c,d,e: Dalam sebuah contoh kasus. Ketika pemohon
adalah BEM F dan pihak termohon adalah BEM UHAMKA
untuk permohonan delegasi peserta untuk mengikuti LKTM.
(i) Maka BEM F mengirimkan surat delegasi kepada BEM
UHAMKA, yang berisikan data (seperti jumlah, nama
lengkap dan Nomor Induk Mahasiswa (NIM)) dari peserta
delegasi yang bersangkutan.
(ii) BEM UHAMKA menerima surat delegasi tersebut, untuk
dapat segera menyetujuinya ataupun menolaknya.
(iii)Segera setelah menandatangani surat delegasi tersebut (atau
dibuat surat persetujuan), maka segera kirimkan kembali
kepada BEM F selaku pemohon untuk mengambil tindakan
selanjutnya.
(iv)Surat delegasi ini akan digunakan sebagai pada prasyarat
peserta.
BAB XIV
EVALUASI
Pasal 48:
Ayat 1: Sudah jelas.
Ayat 2 point a: Evaluasi pra pengkaderan, yaitu:
21
i. Menilai calon peserta bedasarkan analisis kebutuhan yang
disesuaikan dengan kualitas kemampuan kader dalam
menyerap materi dan kebutuhan calon peserta.
ii. Uji rencana materi dan metodologi pengkaderan melalui
workshop fasilitator dengan lembaga penyelenggara yang
telah memiliki kualifikasi fasilitator, hal ini dapat disesuaikan
dengan kebutuhan penyelenggara.
Ayat 2 point b: Keberhasilan materi pengkaderan akan diukur melalui aspek sbb:
i. Aspek penilaian aktifitas dan pemahaman saat pengkaderan.
Fasilitator akan menilai aspek ini, dari segi apakah peserta
akan dapat memahami materi sesuai dengan kontrak belajar,
lalu dapat mengimplementasikan dalam aktifitas-aktifitas
selama pengkaderan.
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh ilustrasi (mengukur
tingkat pengetahuan) sampai sejauhmana tujuan masing-
masing materi pengkaderan dapat tercapai. Bahan evaluasinya
mencakup semua materi pengkaderan yang diberikan.
ii. Aspek Instrumentasi (alat bantu) evaluasi.
Untuk dapat mengukur kesempurnaan penilaian maka,
dibutuhkan instrumen sbb:
a) Pree Test (tes awal) & Post Test (tes akhir).
b) Catatan Harian Peserta
c) Lembar Evaluasi Materi
Ayat 2 point c: Keberhasilan suatu proses pengkaderan sangat ditentukan oleh
pasca pengkaderan. Evaluasi pasca pengkaderan ini meliputi:
i. Konsistensi antara agenda follow up yang meliputi:
a) Tugas pribadi atau praktek pasca pengkaderan; dan
b) Tugas kelompok atau praktek pasca pengkaderan.
ii. Inovasi, yaitu seberapa jauh peserta mampu memberikan
pengembangan aktivitas yang mendukung target pengkaderan
di luar agenda follow up.
Yudisium adalah penentuan nilai/kelulusan dari proses
pengkaderan KM UHAMKA.
Ayat 3: Sudah jelas.
BAB XV
ASPEK PENILAIAN PESERTA
Pasal 49:
Ayat 1 point a: yaitu aspek kejiwaan dan watak antara lain aspek
semangat, motivasi, kesungguhan, kesadaran, tanggung
jawab, dan aspek-aspek mental lainnya. Aspek kognitif
memiliki enam jenjang, yaitu:
a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)
c. Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (syntesis)
f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Ayat 1 point b: yaitu aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Aspek
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
22
sikap, emosi, dan nilai. Aspek afektif memiliki lima
jenjang, yaitu:
a. Menerima atau memperhatikan (receiving or attending)
b. Menanggapi atau berpartisipasi secara aktif
(Responding)
c. Menilai atau menghargai (valuing)
d. Mengatur atau mengorganisasikan (organization)
e. Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai
(characterization by evalue or calue complex)
Ayat 1 point c: yaitu aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Aspek psikomotor
berhubungan dengan aktivitas fisik seperti moral, disiplin,
kreativitas, perbuatan, etika dan lain-lain. Hasil belajar
psikomotorik dapat diukur melalui:
a. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku
peserta selama proses pengkaderan berlangsung;
b. Sesudah mengikuti pengkaderan, yaitu dengan jalan
memberikan tes kepada peserta untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap; dan
c. Beberapa waktu sesudah pengkaderan selesai dan kelak
dalam lingkungan organisasi.
Ayat 2,3: Sudah jelas.
BAB XVI
KONSEP PENGKADERAN
Pasal 50:
Ayat 1,2: Sudah jelas.
BAB XVII
PENUTUP
Pasal 51:
Ayat 1,2,3,4,5: Sudah jelas.
23