Anda di halaman 1dari 7

KONSEP ECO-OFFICE DALAM RANGKA MEWUJUDKAN

PERKANTORAN RAMAH LINGKUNGAN


(Studi pada Kantor Walikota Probolinggo)

Ivone Rizky Amelia, Sarwono, Ainul Hayat


Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
Email: ivonerizkyamelia@yahoo.com

Abstract: Eco-Office Concept to Establish Environmental Friendly Office (Study of


Probolinggo Mayor Office). The government as the policy maker always encourages the people to
do environmental friendly activities. It is unfortunate to find that the government does not have
willingness to apply this concept and seems lack of attempt to be pioneer at work environment in
the application of Eco-Office. Research has concluded that some opinions of stakeholders have
stated that Eco-Office concept to establish environmental friendly office at Probolinggo Mayor
Office is not implemented favorably. Alternative strategies, therefore, must be form of
recommendation, such as “Seven Resolution Strategies of Eco-Office” to establish Eco-Office at
Probolinggo Mayor Office.

Keywords: eco-office, environmental friendly, Probolinggo

Abstrak: Konsep Eco-Office dalam Rangka Mewujudkan Perkantoran Ramah Lingkungan


(Studi pada Kantor Walikota Probolinggo). Pemerintah selaku pembuat kebijakan, selalu
mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan ramah lingkungan. Namun, dalam hal ini
pemerintah sendiri tidak mau menerapkannya dan tidak ada usaha untuk menjadi panutan
(pioneer) khusunya di lingkungan kerja (kantor) untuk menerapkan Eco-Office. Penelitian ini
menghasilkan suatu kesimpulan bahwa dari beberapa pendapat stakeholders bahwa konsep Eco-
Office dalam rangka mewujudkan perkantoran ramah lingkungan di Kantor Walikota Probolinggo
belum terlaksana secara maksimal. Dengan demikian perlu adanya strategi alternatif sebagai
bentuk rekomendasi yaitu “Seven Resolution Strategy of Eco-Office” untuk mewujudkan Eco-
Office di Kantor Walikota Probolinggo.

Kata kunci: eco-office, ramah lingkungan, Probolinggo

Pendahuluan Aktivitas perkantoran dan administrasi


Masalah lingkungan telah menjadi isu adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan
penting di berbagai belahan dunia. Isu dari aktivitas sehari-hari suatu organisasi. Dalam
lingkungan berkembang seiring dengan hal ini kegiatan perkantoran berkembang pesat
perkembangan teknologi, ekonomi, sosial, seiring dengan perkembangan niaga dan jasa.
budaya, dan politik. Menurut Ratnaningsih (tt: Berbagai aktivitas di kantor banyak
h.1-2) Keterkaitan antara lingkungan dan menggunakan energi (listrik & air) dan
berbagai sektor kegiatan, khususnya sektor menghasilkan sampah yang berdampak negatif
perdagangan dan industri menjadi topik diskusi terhadap lingkungan hidup seperti kertas dan
di berbagai forum internasional karena plastik. Akan tetapi perusahaan-perusahaan atau
banyaknya anggapan bahwa kebijakan perkantoran–perkantoran tersebut tidak
lingkungan di suatu negara, dapat berperan menyadari dampak yang akan timbulkan akibat
sebagai pembatas atau pengganggu kebijakan aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti
perdagangan negara lainnya. Karenanya masalah polusi, keracunan, kebisingan, hingga perusakan
lingkungan perlu menjadi bagian integral lingkungan. Sehingga perusahaan atau
masalah pembangunan. Dampak kebijakan perkantoran harus memperhatikan sistem
perdagangan terhadap lingkungan pada manajemen lingkungannya agar mengahsilkan
umumnya berkaitan dengan pola produksi dan produk baik barang maupun jasa yang nantinya
konsumsi, dan pola eksploitasi sumber daya aman dan ramah lingkungan.
alam.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 478-484 | 478


Salah satu upaya untuk mencegah dan berkenaan dengan konsep Eco-office yang mana
mengurangi pencemaran yang disebabkan oleh pemerintah selaku pembuat kebijakan
aktivitas perkantoran adalah dengan menerapkan lingkungan, berperan untuk mengarahkan dan
Sistem Manajemen Lingkungan dari ISO 14000 membina semua pihak untuk mulai memproduksi
di lingkungan perkantoran melalui konsep Eco– dan mengkonsumsi barang dan jasa ramah
Office atau Green Office. Eco–Office adalah lingkungan.
salah satu upaya yang efektif untuk mewujudkan
komunitas kantor yang ramah lingkungan yaitu 2. Administrasi Perkantoran
dengan terciptanya lingkungan kantor yang Standar Ruang Kantor Setiap kantor harus
bersih, indah, nyaman dan menyehatkan yang memiliki persyaratan lingkungan fisik yang
digagas semenjak tahun 2006. harus diperhatikan dan diatur sebaik-baiknya
Kegiatan pemerintahan daerah kota oleh setiap manajer perkantoran modern seperti
Probolinggo berpusat di kantor walikota dikutip oleh Gie ialah ditahun 1963, Inggris telah
Probolinggo yang terdiri dari beberapa kantor di menetapkan Undang- Undang Perkantoran (The
dalamnya yaitu Sekretariat Daerah; Dinas Office Act) (Gie, 2000, h.210-212).
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset; dan
Badan Kepegawaian Daerah, dimana B. Sistem Manajemen Lingkungan
kesemuanya itu merupakan kantor yang besar Dalam mengelola lingkungan maka
dengan memiliki jumlah pegawai yang banyak. dibutuhkan standar yang jelas, yaitu ISO 14000.
Kontribusi perkantoran yang jumlahnya sangat ISO (the International Organization for
banyak di perkotaan terhadap perubahan Standarization) adalah suatu badan standar dunia
lingkungan tidak dapat dipungkiri baik dari segi yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan
kualitas dan kuantitas memang cukup signifikan. internasional yang berkaitan dengan perubahan
Maka perlunya untuk segera menerapkan konsep barang dan jasa. Sistem Manajemen Lingkungan
Eco-Office di setiap kantor. adalah bagian dari seri ISO 14000 yang
dikembangkan menurut kebutuhan pasar melalui
Tinjauan Pustaka konsesus internasional di kalangan para ahli dari
A. Administrasi sektor industri, bisnis dan konstruksii (Suardi,
1. Administrasi Publik 2003, h.21).
a. Pengertian Administrasi Publik
Administrasi publik menurut Nigro and C. Eco – Office
Nigro, administrasi publik adalah usaha 1. Definisi Eco-Office
kerjasama kelompok dalam suatu lingkungan Istilah dalam bahasa inggrisnya Eco berasal
publik, yang mencakup ketiga cabang yaitu dari penyingkatan kata Ecology dan Office tidak
judikatif, legislatif dan eksekutif, mempunyai lain bermakna kantor atau perkantoran. Jadi
suatu peran penting dalam memformulasikan Eco-Office adalah kantor peduli lingkungan yang
kebijakan publik sehingga menjadi bagian dari telah mewujudkan penerapan sistem manajemen
proses politik (Pasolong, 2010, h.8). lingkungan dalam kegiatan perkantoran.
Tujuannya adalah menciptakan lingkungan
b. Ruang Lingkup Administrasi Publik kantor yang bersih, indah, nyaman serta
Menurut Keban (2004, h.11) ruang lingkup menyehatkan.
suatu administrasi publik meliputi dimensi-
dimensi strategis yaitu: 2. Konsep Eco-Office
1. Dimensi Kebijakan. World Wildlife Fund (WWF) dalam
2. Dimensi Organisasi. Ratnaningsih (tt, h.5-6) mengeluarkan kriteria
3. Dimensi Manajemen. green office yang diisyaratkan bagi sistem
4. Dimensi Etika dan Moral. pengelolaan lingkungan di suatu lingkungan
5. Dimensi Lingkungan. perkantoran dengan minimum kriteria berikut:
6. Dimensi Akuntabilitas Kinerja. 1. Program lingkungan
Hubungan antara administrasi publik 2. Pengembangan secara terus menerus.
dengan lingkungan dalam penelitian skripsi ini 3. Koordinator pelaksana.
adalah didalam ruang lingkup suatu administrasi 4. Menumbuhkan kesadaran personel.
publik meliputi dimensi-dimensi stratregis salah Untuk menentukan apakah perkantoran itu
satu dimensinya adalah dimensi lingkungan. dapat dikatakan sebagai Eco-Office, dalam
Masalah lingkungan perlu menjadi bagian Fachrial (2010, h.9-12) Green Building Council
integral masalah pembangunan. Pembangunan Indonesia (GBCI) menentukan kriteria menurut
berkelanjutan Kota Probolinggo dalam penelitian sudut pandang yang berbeda-beda antara lain:
ini menekankan pada aspek lingkungan karena

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 478-484 | 479


1. Menurut Perencanaan Ruang atau Space yang “mem-perhatikan” dan “mem-
planning/Facility Planning pertimbangkan” dimensi lingkungan hidup.
2. Menurut Jenis Bahan, Peralatan ataupun
Material yang akan digunakan. E. Ramah Lingkungan
3. Menurut Cara Penggunaan dan Operasinya Ramah lingkungan adalah tidak merusak
4. Perilaku/Behaviour. lingkungan, melainkan menjaga dan
Badan Lingkungan Hidup Kota melestarikan lingkungann tempat dimana umat
Probolinggo juga memiliki cara penerapan Eco- manusia melangsungkan kehidupan.
Office ini, yaitu:
1. Pengadaan dan Penggunaan Barang dan F. Stakeholder
Peralatan Pemangku kepentingan adalah terjemahan
2. Penggunaan Energi Listrik dari kata stakeholder dapat diartikan sebagai
3. Penggunaan Air Bersih segenap pihak yang terkait dengan isu dan
4. Penanganan Sampah/ Limbah permasalahan yang sedang diangkat.
5. Pemeliharaan Gedung dan Kantor
6. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di G. Perencanaan Strategis
Pekarangan Kantor 1. Pengertian Perencanaan Strategis
7. Penggunaan Kendaraan Kantor Asmoko (tt, h.4) menjelaskan pengertian
8. Pelaksanaan dan Pemantauan perencanaan strategis, yaitu sebagai suatu proses
sistematis untuk mengelola organisasi dan arah
3. Manfaat Perkantoran Berkonsep Eco– mendatang dalam hubungan dengan lingkungan
Office dan permintaan stakeholder eksternal, mencakup
Fachrial (2010, h.13-16) menyebutkan perumusan strategi, analisis kekuatan dan
keterbatasan yang disediakan oleh alam sekitar kelemahan agensi, identifikasi stakeholder
atau lingkungan perlu dipantau dan dicarikan agensi, implementasi tindakan strategis, dan
solusi. Dengan adanya konsep Eco–Office ini manajemen isu.
diharapkan mampu mengatasi berbagai
keterbatasan – keterbatasan yang ada seperti: 2. Langkah-Langkah Perencanaan
1. Mengatasi Keterbatasan Ruang Terbuka Strategis
Hijau Umar (2001, h.27) menyebutkan beberapa
2. Mengatasi Keterbatasan Penyediaan Air elemen utama dalam perencanaan strategis yaitu
Bersih Perkantoran 1. Visi, misi, dan falsafah,
3. Mengatasi Keterbatasan Suplai Energi 2. Analisis lingkungan eksternal dan internal,
Listrik Perkantoran 3. Analisis pilihan strategis,
4. Mengatasi Keterbatasan pengelolaan 4. Sasaran jangka panjang,
sampah dan limbah perkantoran 5. Strategi fungsional,
6. Program, pelaksanaan, pengendalian, dan
D. Pembangunan Berkelanjutan evaluasi.
1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan
Istilah Pembangunan Berkelanjutan” secara Metode Penelitian
resmi dipergunakan dalam Tap MPR No. IV A. Jenis Penelitian
/MPR/1999 tentang GBHN. Pembangunan Penyusunan skripsi ini adalah
berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa menggunakan penelitian deskriptif dan
Inggris, sustainable development. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
faktor yang harus dihadapi untuk mencapai kualitatif. Langkah-langkah yang dilakukan
pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana dalam penelitian ini adalah:
memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa 1. Observasi; proses pengumpulan data
mengorbankan kebutuhan pembangunan dengan melakukan penelitian secara
ekonomi dan keadilan sosial. langsung ke lapangan yaitu di Kantor
Walikota Probolinggo dan Badan
2. Pembangunan Berkelanjutan Lingkungan Hidup
Berwawasan Lingkungan 2. Wawancara; memperoleh data melalui
Pembangunan yang ada semestinya tanya jawab secara langsung dengan
memperhatikan aspek lingkungan agar tetap stakeholders yang terkait dengan Eco-
terjaga kelestariannya. Menurut Soerjani dalam Office di kantor Walikota Probolinggo yaitu
Abdurrahman (2003, h.2) bahwa sebagai sebuah pimpinan Sekretariat Daerah Kota
konsep, pembangunan yang berkelanjutan yang Probolinggo, pimpinan DPPKA, pimpinan
mengandung pengertian sebagai pembangunan BKD, cleaning servise di Kantor Walikota,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 478-484 | 480


masyarakat dan pimpinan BLH guna (3) Badan Kepegawaian Daerah, yaitu
mendapatkan data dan informasi yang Ibu Y
dibutuhkan. b Alternatif dari Pimpinan Badan
3. Dokumentasi; mengumpulkan data yang Lingkungan Hidup Kota Probolinggo,
berasal dari arsip–arsip yang mendukung yaitu Bapak BK dan Bapak N
fokus penelitian. Data-data ini antara lain c Alternatif dari Cleaning Service di
Evaluasi Lapangan Lomba Eco-Office Kota Kantor Walikota Probolinggo, yaitu
Probolinggo 2013, Review Evaluasi Bapak U
Lapangan Lomba Eco-Office Kota d Alternatif dari Masyarakat Kota
Probolinggo 2013, dokumen presentasi Probolinggo sebagai penerima layanan
terkait sosialisasi Eco-Office, Leaflet Eco- yaitu Bapak KY dan Ibu N
Office Badan Lingkungan Hidup Kota 3. Langkah-langkah strategis alternatif yang
Probolinggo dilakukan untuk tercapainya konsep Eco –
4. Diskusi; data yang diperoleh baik dari hasil Office di kantor Walikota Probolinggo.
wawancara dan dokumentasi didiskusikan
kembali bersama dengan stakeholders Pembahasan
terkait. 1. Pendapat Stakeholders Mengenai Konsep
5. Reduksi, penyajian data dan penarikan Eco-Office Di Kantor Walikota
kesimpulan; hasil wawancara, dokumentasi Probolinggo
dan diskusi yang telah dilakukan direduksi Stakeholders yang berkaitan dengan
bersama dengan dosen pembimbing guna penerapan konsep Eco–Office dikantor Walikota
menyusun penyajian data dan kesimpulan. Probolinggo ini meliputi:
a. Pimpinan tiap instansi di lingkungan Kantor
B. Fokus Penelitian Walikota Probolinggo
Fokus penelitian merupakan tahap awal 1) Sekretariat Daerah Kota Probolinggo
lingkup permulaan yang dipilih sebagai nilai Menurut Bapak S sebenarnya pelaksanaan
penjelasan umum di tahap pertama pelaksanaan Eco-Office ini penting dilakukan namun aparat
penelitian, sehingga peneliti akan memperoleh didalamnya sulit diubah mindset dan perilakunya
gambaran umum atau menyeluruh tentang objek dan belum berbudaya yang memperhatikan aspek
atau situasi yang diteliti (Faisal, 1992, h.14). lingkungan. Komitmen dari pimpinan pun dirasa
Dengan demikian fokus penelitian ini masih kurang kuat atas pelaksanaan Eco-Office
meliputi: ini. Pendapat dari Bapak S ini bila dianalisis,
1. Pendapat stakeholders mengenai penerapan sesuai dengan kriteria Green Building Council
konsep Eco–Office dikantor Walikota Indonesia (GBCI) dalam Fachrial (2010, h. 9-12)
Probolinggo. mengenai perkantoran dapat dikatakan Eco-
a. Pimpinan tiap instansi di lingkungan Office yaitu pada kriteria ke empat mengenai
walikota Probolinggo. Perilaku/behaviour.
1) Sekretariat Daerah, yaitu Bapak S. 2) Dinas Pendapatan Pengelolaan
2) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Keuangan dan Aset, yaitu Bapak B. Dari pendapat dari Bapak B mengenai
3) Badan Kepegawaian Daerah, yaitu konsep Eco-Office ini yang berada di kantor
Ibu Y. Walikota Probolinggo ini benar adanya bahwa di
b. Pimpinan Badan Lingkungan Hidup Kantor Walikota khususnya di DPPKA belum
Kota Probolinggo yaitu Bapak BK dan mewujudkan Eco-Office dengan benar dan
Bapak N. sepenuhnya. Hal ini dapat dianalisis dengan ciri-
c. Cleaning Service di Kantor Walikota ciri kantor yang menerapkan Eco-Office ini
Probolinggo yaitu Bapak U. menurut Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota
d. Masyarakat Kota Probolinggo sebagai Probolinggo dalam Leaflet Eco-Office yaitu
penerima layanan yaitu Bapak KY dan memiliki kondisi fisik lingkungan baik didalam
Ibu N. maupun diluar kantor (bersih, hijau, nyaman),
2. Alternatif yang diberikan stakeholders yang setiap staf/ karyawan mengetahui dan melakukan
dapat diterapkan untuk pelaksanaan Eco– upaya-upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
Office di kantor Walikota Probolinggo. penghematan penggunaan listrik dan air, serta
a Alternatif dari Pimpinan tiap instansi di dalam penanganan sampah penerapannya yaitu
lingkungan Walikota Probolinggo. sebelum dikumpulkan di TPS/Kontainer sampah
(1) Sekretariat Daerah, yaitu Bapak S. dilakukan pemilahan yang terdiri dari sampah
(2) Dinas Pendapatan Pengelolaan organik dan sampah anorganik. Di kantor ini
Keuangan dan Aset, yaitu Bapak B. tidak menjalankan hal tersebut sama sekali.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 478-484 | 481


3) Badan Kepegawaian Daerah bila dianalisis dengan konsep ramah lingkungan
Ibu Y menilai keadaan kantornya tidak yang tercantum dalam surat Ar-Ruum ayat 9
memadai untuk mewujudkan Eco-Office maka bahwa agar manusia tidak mengeksploitasi
dari itu ada rencana untuk pindah. Keadaan sumber daya alam secara berlebihan yang
kantor ini terlihat petang karena posisi gedung dikhawatirkan terjadinya kerusakan serta
yang tidak memungkinkan sinar matahari masuk, kepunahan sumber daya alam, sehingga tidak
dan ruangan staff yang terlalu sempit. Dari memberikan sisa sedikitpun untuk generasi
pendapat Ibu Y dapat dianalisis dengan ciri-ciri mendatang.
kantor yang menerapkan Eco-Office ini menurut d. Masyarakat Kota Probolinggo sebagai
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota penerima layanan
Probolinggo dalam Leaflet Eco-Office yaitu Menurut pendapat dari Bapak KY
memiliki kondisi fisik lingkungan baik didalam mengenai konsep Eco-Office di kantor Walikota
maupun diluar kantor (bersih, hijau, nyaman), Probolinggo ini bahwa dari segi kenyamanan
setiap staf/ karyawan mengetahui dan melakukan yang masih sangat kurang. Dilihat dari keadaan
upaya-upaya pengelolaan lingkungan dan upaya ruangan kantor yang penuh dan sesak dan tidak
penghematan penggunaan listrik dan air, serta ada tumbuhan hijau didalam ruangan. Sedangkan
dalam penanganan sampah penerapannya yaitu menurut Ibu N bahwa penerapan Eco-Office ini
sebelum dikumpulkan di TPS/Kontainer sampah penting sekali di lingkungan kantor pemerintah
dilakukan pemilahan yang terdiri dari sampah karena akan terlihat bagaimana pemerintah akan
organik dan sampah anorganik. Selain itu dapat membina dan memimpin masyarakatnya atas
dianalisis dengan kriteria Eco-Office oleh Green lingkungan, bila lingkungan kantornya sendiri
Building Council Indonesia (GBCI) dalam hal sudah teratasi. Pendapat dari Bapak KY dan Ibu
perencanaan ruang. Berdasarkan penelitian N mengenai konsep Eco-Office dapat dianalisis
bahwa kantor ini tidak mempertimbangkan bahwa di kantor Walikota ini tidak dapat
perencaan ruang yang saat ini di arahkan untuk mencapai tujuan dari Eco-Office itu sendiri.
setiap kantor harus ber-Eco-Office. Tujuan dari Eco-Office ini adalah menciptakan
b. Pimpinan Badan Lingkungan Hidup Kota lingkungan kantor yang bersih, indah, nyaman
Probolinggo serta menyehatkan.
Menurut Bapak BK untuk Eco-Office di
Kantor Walikota adanya kendala yaitu semua 2. Alternatif yang Diberikan Stakeholders
aparatnya belum berbudaya lingkungan dan yang Dapat Diterapkan Untuk
semuanya masih sembarangan dan hidup tidak Pelaksanaan Eco–Office Di Kantor
bersih. Untuk menerapkan Eco-Office ini butuh Walikota Probolinggo
keteladanan, kesadaran dan ketekunan dari diri Ada beberapa point penting alternatif untuk
sendiri untuk dapat mewujudkan Eco-Office di diterapkan demi mewujudkan Eco-Office di
lingkungan kantor masing-masing. Pendapat dari Kantor Walikota Probolinggo yang dikemukakan
Bapak BK ini bila dianalisis, sesuai dengan oleh para stakeholders adalah:
kriteria Green Building Council Indonesia 1. Memperhatikan upaya pengelolaan sampah,
(GBCI) dalam Fachrial (2010: h.9-12) mengenai khususnya melakukan kegiatan pemilahan
perkantoran dapat dikatakan Eco-Office yaitu sampah.
pada kriteria Perilaku/behaviour. Menurut 2. Setiap SKPD memiliki bak sampah yang
pendapat dari Bapak N mengenai konsep Eco- berbeda sesuai dengan jenis sampah baik
Office ini yaitu menerangkan bahwa Eco-Office didalam ruangan maupun diluar ruangan.
ini adalah Kantor yang ramah lingkungan dengan 3. Pengaturan tata ruang staff yang
banyak varian–varian didalamnya. Bapak N disesuaikan dengan jumlah staff dan sarana
menegaskan bahwa untuk mewujudkan itu perkantoran sehingga ruangan tidak sesak
semua harus ada perubahan mindset dan perilaku dan berjubel.
aparat didalamnya yang dimulai dari pejabat 4. Membiasakan penggunaan kertas double
tertinggi hingga bawahan. side untuk upaya penghematan dan
c. Cleaning Service di Kantor Walikota mengurangi limbah yang dihasilkan.
Probolinggo 5. Mengadakan sosialisasi atau penyuluhan
Menurut pendapat dari Bapak U selaku mengenai Eco-Office secara rutin
cleaning service mengenai konsep Eco-Office di 6. Setiap SKPD melakukan upaya
Kantor Walikota ini bahwa dalam penghijauan baik di dalam maupun di luar
pelaksanaannya sangat kurang. Hal ini dilihat ruangan.
dari tidak adanya pengelolaan sampah, tidak 7. Setiap pegawai meningkatkan kesadaran
adanya upaya penghematan energi dan tidak ada diri sendiri dan kepekaan terhadap
upaya penghijauan. Pendapat dari Bapak U ini

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 478-484 | 482


lingkungan kantornya masing-masing (SKPD) dan dibarengi dengan kegiatan
(perubahan mindset). laporan rutin dari tiap pimpinan terkait
pelaksanaan Eco-Office dikantornya.
3. Langkah-langkah Strategis Alternatif 5. Setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah
yang Dilakukan untuk Tercapainya (SKPD) yang akan merenovasi maupun
Konsep Eco–Office Di Kantor Walikota merelokasi gedung kantornya, hendaknya
Probolinggo memperhatikan dahulu aspek-aspek Eco-
Berdasarkan data dari Evaluasi Lapangan Office sehingga gedung kantor yang akan
Lomba Eco Office Kota Probolinggo Tahun dibangun sesuai dengan kriteria kantor
2013, menunjukkan bahwa langkah-langkah yang Eco-Office.
strategis yang disusun selama ini belum berhasil 6. Setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah
mewujudkan kantor yang Eco-Office. Dengan (SKPD) harus memiliki inovasi kegiatan
demikian peneliti memberikan sebuah dalam menciptakan lingkungan bersih dan
rekomendasi langkah-langkah strategis yang sehat yang diadakan secara rutin.
disebut “Seven Resolution Strategy of Eco- 7. Diadakan Perlombaan Eco-Office secara
Office” untuk mewujudkan Eco-Office di Kantor rutin antar Satuan Kerja Pemerintah Daerah
Walikota Probolinggo yaitu: (SKPD) yang rincian penilaiannya tiap
1. Pembuatan regulasi/peraturan/tata indikator diumumkan secara terbuka.
tertib/kebijakan yang lebih jelas terkait Secara rasional konsep Eco-Office ini
dengan pelaksanaan Eco-Office. merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
2. Setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah upaya mewujudkan green city, kota
(SKPD) harus memiliki program berkelanjutan berwawasan lingkungan. Selama
lingkungan internal. kegiatan penelitian dilakukan dengan
3. Setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah mengamati, mendeskripsikan serta menganalisis
(SKPD) diwajibkan untuk melakukan mengenai konsep Eco-Office di Kantor Walikota
pembentukan tim khusus Eco-Office Probolinggo, didapatkan pemahaman mengenai
internal kantor. konsep Eco-Office yang sederhana sehingga
4. Pelaksanaan sosialisasi rutin terkait dengan lebih mudah untuk diterapkan oleh kantor
Eco-Office yang diikuti oleh seluruh pemerintah pada gambar berikut:
pimpinan Satuan Kerja Pemerintah Daerah

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 478-484 | 483


Penutup B. Saran
A. Kesimpulan Dari kesimpulan di atas dapat disarankan
Dari pembahasan mengenai Konsep Eco- untuk Pemerintah Kota Probolinggo terkait
Office di Kantor Walikota Probolinggo dapat dengan pelaksanaan konsep Eco-Office dalam
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: penelitian skripsi ini, sebagai berikut:
1. Pendapat stakeholders mengenai konsep 1. Perlu memiliki komitmen dan
Eco-Office di Kantor Walikota konsistensi yang kuat dari pimpinan dan
Probolinggo belum menerapkan Eco- staff untuk mewujudkan Eco-Office.
Office sepenuhnya dan maksimal. Seperti halnya dengan penataan ulang
2. Alternatif yang Diberikan Stakeholders ruang kantor yang disesuaikan dengan
yang dapat diterapkan untuk pelaksanaan The Office Act, pembetukan program-
Eco–Office di Kantor Walikota program lingkungan internal kantor
Probolinggo, ada 7 pokok penting yang seperti penyusunan jadwal kerja bakti
dapat disimpulkan dari alternatif yang rutin kantor dan mencanangkan satu
diberikan para stkeholders yang jiwa satu pohon serta pengadaan barang
diterapkan untuk mewujudkan yang ramah lingkungan.
pelaksanaan Eco-Office di Kantor 2. Pembentukan System Operating
Walikota Probolinggo. Procedure (SOP) konsep Eco-Office
3. Langkah-langkah strategis alternatif yang yang akan diterapkan di setiap kantor.
dilakukan untuk tercapainya konsep Eco–
Office di Kantor Walikota Probolinggo
3. Harus Implementatif yang didukung
dengan manajemen yang mengatur dan
adalah melalui “Seven Resolution
mengajak penggunaannya untuk
Strategy of Eco-Office” untuk
menerapkan konsep hijau itu sendiri
mewujudkan Eco-Office di Kantor
diantaranya melaksanakan konsep 4R
Walikota Probolinggo
(reduce, reuse, recycle, dan refuse).

Daftar Pustaka

Abdurrahman. (2003). Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam


Indonesia. Makalah Disampaikan Pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional Viii Tema
Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan Berkelanjutan Diselenggarakan Oleh Badan
Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia RI, Denpasar.
Asmoko, Hindri. tt. Manajemen Strategis Pada Pemerintah Daerah: Inovasi Menuju Birokrasi
Profesional. Available from http://www.bppk.depkeu.go.id. [Accessed 17 October 2013]
Fachrial, Nur. (2010). Mewujudkan Perkantoran Yang Ramah Lingkungan Berkonsepkan ”Eco
Office” Di Provinsi Dki Jakarta sebagai Upaya Peningkatan Keterbatasan Daya Dukung
Lingkungan. Jakarta, UNJ.
Faisal, S. (1992). Pendekatan kualitatif:Dasar – dasar dan aplikasi. Malang, YA3.
Gie, The Liang. (2000). Administrasi Perkantoran Modern Ke empat (dengan tambahan).
Yogyakarta, Liberty.
Keban, Yeremias T, (2004). Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori, dan Isu.
Jakarta, Gava Media
Pasolong, Harbani. (2010). Teori Administrasi Publik, Cetakan Kedua. Bandung, Alfabeta.
Ratnaningsih, Maria. tt. Peran Perkantoran dalam Penerapan Green Office. Vol.1 No.2. Available
from http://www.stiks-tarakanita.ac.id/files/Jurnal [Accessed 1 October 2013]
Suardi, Rudi. (2003). Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 Penerapannya Untuk mencapai
TQM. Jakarta, PPM.
Umar, Husein. (2001). Strategic Managemen Action, Konsep, Teori, dan Teknik Menganalisis
Manajemen Strategic-strategic Business Unit Berdasarkan Konsep Michael R. Porter, Fred
R. David, dan Wheelen-Hunger. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 478-484 | 484

Anda mungkin juga menyukai