Anda di halaman 1dari 12

ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

disusun oleh

Zumara Khairani (4032019030)


Balqis Atikah (40320190
Arif Bunayya (40320190

Dosen pengajar
Asnidar, S.E, M.Si

Prodi
MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA FAKULTAS EKONOMI DAN

BISNIS ISLAM
T.A 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


aspek lingkungan dalam studi kelayakan bisnis mengacu pada Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan ( AMDAL ) yang disusun oleh konsultan AMDAL. Di Indonesia AMDAL dikenal sejak
1985-an. AMDAL adalah analisis mengenai dampak suatu proyek ( kegiatan ) terhadap lingkungan
hidup. Dampak adalah perubahan lingkungan yang amat mendasar diakibatkan oleh kegiatan.
Tujuan dilakukan AMDAL terutama adalah agar kualitas lingkungan dapat terjaga dengan baik dan
tidak mengalami kerusakan dengan berdirinya proyek. Aspek lingkungan hidup bertujuan untuk
menentukan apakah secara lingkungan hidup, misalnya dari sisi udara, dan air, rencana bisnis
diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya.
Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian, maka diperlukan
pertimbangan-pertimbangan tertentu karena di dalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang
harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk
memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan
dibatalkan. Hal tersebut diatas adalah menunjukan bahwa dalam studi kelayakan akan melibatkan
banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing seperti ekonom,
hukum, psikolog, akuntan, perekayasa teknologi dan lain sebagainya.
Untuk menjalankan usaha diperlukan sebuah studi kelayakan bisnis, apakah sebuah usaha
layak dijalankan atau tidak layak dijalankan. Studi kelayakan bisnis bisa disimpulkan untuk
menentukan seberapa besar pengembalian sebuah investasi atas suatu aktifitas usaha dan
implikasi usaha tersebut dalam sebuah investasi, selalu ada nilai investasi awal atau disebut
sumber daya yang akan di alokasikan. Pengembaliannya adalah perbandingan antara input
investasi dengan dibandingkan dengan output yang akan dihasilkan dengan mempertimbangkan
seluruh aspek yang perlu dijalankan. Studi kelayakan dilakukan sebelum sebuah usaha benar-
benar akan dijalankan, masih dalam tahap awal perencanaan dan sangat penting dalam
pengambalian keputusan strategis.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aspek dan dampak lingkungan hidup
2. Mengapa AMDAL dan apa kegunaan AMDAL
3. Apa saja peraturan dan perundang-undangan yang menyangkut AMDAL
4. Apa yang dimaksud dengan aspek lingkungan industri
5. Bagaimana pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup

D. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa aspek dampak lingkungan hidup
2. Mengetahui pentingnya AMDAL beserta kegunaannya
3. Memahamj peraturan dan perundang-undangan yang menyangkut AMDAL
4. Mengerahui aspek lingkungan industri
5. Dan, memahami pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup

BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Lingkungan Hidup


Aspek lingkungan hidup adalah unsur kegiatan atau produk atau jasa dari organisasi yang
berinteraksi atau dapat berinteraksi dengan lingkungan. Suatu aspek lingkungan penting adalah
aspek lingkungan yang memiliki satu atau lebih dampak lingkungan penting. Dampak lingkungan
sendiri diartikan perubahan pada lingkungan, baik yang merugikan atau menguntungkan
keseluruhan atau sebagian disebabkan oleh aspek lingkungan suatu organisasi.
Menurut Undang-undang 32/2009 (Anonim, 2009), lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia. Dampak
lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang
sangat penting untuk di tela`ah sebelum investasi atau usaha dijalankan untuk mengetahui
dampak yang akan ditimbulkan dari usaha bisnis, baik dari dampak positif maupun negatif. Oleh
karena itu, sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan maka sebaiknya dilakukan terlebih
dahulu studi tentang dampak lingkungan yang bakal timbul, baik dampak sekarang maupun
mendatang. Studi ini kita kenal dengan nama analisis dampak lingkungan hidup (AMDAL).
Studi mengenai dampak fisik ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kemungkinan
bahwa akibat dari pendirian dan proses produksi dari usaha baru itu akan menimbulkan
pencemaran udara, pencemaran air, dan sebagainya di sekitar lokasi usaha.
Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehinggga menimbulkan dampak bagi
lingkungan disekitar lokasi bisnis. Perubahan kehidupan masyarakat sebagai akibat dari adanya
aktivitas bisnis dapat berupa semakin ramainya lokasi disekitar lokasi bisnis, timbulnya
kerawanan sosial, timbulnya penyakit masyarakat, juga perubahan gaya hidup sebagai akibat
masuknya tenaga kerja dari luar daerah.
Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan sesuai dengan kebutuhan
ide bisnis dan ide bisnis tersebut mampu memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan
dampak negatifnya di wilayah tersebut. Aspek lingkungan dalam studi kelayakan bertujuan untuk:
1. Menganalisis kondisi lingkungan operasional
2. Menganalisis kondisi lingkungan industri
3. Menganalisis lingkungan ekonomi
4. Menganalisis dampak positif maupun negatif bisnis terhadap lingkungan
5. Menganalis usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif
bisnis terhadap lingkungan.

B. AMDAl dan kegunaan AMDAL


Analisis Dampak Lingkungan sudah dikembangkan oleh beberapa negara maju sejak tahun 1970
dengan nama Environmental Impact Analysis atau Environmental Impact Assesment yang keduanya
disingkat EIA. AMDAL diperlukan untuk melakukan suatu studi kelayakan dengan dua alasan pokok,
yaitu :
1) Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian. Jawaban ini cukup
efektif untuk memaksa para pemilik proyek yang kurang memperhatikan kualitas lingkungan
dan hanya memikirkan keuntungan proyeknya sebesar mungkin tanpa menghiraukan dampak
samping yang timbul.
2) AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya proyek-
proyek industri. Manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan
kesejahteraan melakukan aktivitas yang makin lama makin mengubah lingkungannya. Pada
awalnya perubahan lingkungan itu belum menjadi masalah, tapi setelah perubahan itu menjadi di
luar ambang batas, maka manusia tidak dapat mentolerir lagi perubahan yang merugikan itu.
Pemrakarsa proyek harus membuat AMDAL dengan konsekuensi ia harus mengeluarkan biaya.
Tanggung jawab penyelenggaraan Amdal ini bukan berarti harus diemban pemrakarsaproyek itu
sendiri. Ia dapat menyerahkan penyelenggaraan ini kepada konsultan swasta atau pihak lain atas
dasar saran dari pemerintah. Namun, pemrakarsa proyek tetap sebagai pihak yang bertanggung
jawab, bukan pihak konsultan swasta pembuat AMDAL tersebut.

AMDAL bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri melainkan bagian dari proses AMDAL yang
lebih besar dan lebih penting, menyeluruh dan utuh dari perusahaan dan lingkungannya, sehingga
AMDAL dapat dipakai untuk mengelola dan memantau proyek dan lingkungannya dengan
menggunakan dokumen yang benar. Selanjutnya, beberapa peran AMDAL adalah sebagai berikut :
1) Peran AMDAL dalam pengelolaan lingkungan. Aktivitas pengelolaan lingkungan baru dapat
dilakukan apabila rencana pengelolaan lingkungan telah disusun berdasarkan perkiraan dampak
lingkungan yang akan timbul akibat dari proyek yang akan dibangun. Dalam kenyataanya nanti,
apabila dampak lingkungan yang telah diperkirakan jauh berbeda dengan kenyataannya, ini
dapat saja terjadi karena kesalahan-kesalahan dalam menyusun AMDAL atau pemilik proyek
tidak menjalankan proyeknya sesuai AMDAL. Agar dapat dihindari kegagalan pengelolaan ini
maka pemantauan haruslah dilakukan sedini mungkin, sejak awal pembangunan, secara terus
menerus.
2) Peran AMDAL dalam pengelolaan proyek. AMDAL merupakan salah satu studi kelayakan
lingkungan yang disyaratkan untuk mendapatkan perizinan selain aspek-aspek studi kelayakan
yang lain seperti aspek teknik dan aspek ekonomis. Seharusnya AMDAL dilakukan bersama-
sama, dimana masing-masing aspek dapat memberikan masukan untuk aspek-aspek lainnya
sehingga penilaian yang optimal terhadap proyek dapat diperoleh. Kenyataan yang biasa terjadi
adalah bahwa hasil studi kelayakan untuk aspek lingkungan tidak dapat menghasilkan
kesesuaian di dalam studi kelayakan untuk aspek lainnya. Bagian dari AMDAL yang diharapkan
oleh aspek teknis dan ekonomis biasanya adalah sejauh mana keadaan lingkungan yang dapat
menunjang perwujudan proyek, terutama sumber daya yang diperlukan proyek tersebut seperti
air, energi, manusia, dan ancaman alam sekitar.
3) AMDAL sebagai dokumen penting. Laporan AMDAL merupakan dokumen penting sumber
informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan pada waktu penelitian proyek dan
gambaran keadaan lingkungan di masa setelah proyek dibangun. Dokumen ini juga  penting
untuk evaluasi, untuk membangun proyek yang lokasinya berdekatan dan dapat digunakan
sebagai alat legalitas.

C. Peraturan dan perundang-undangan AMDAL


Langkah awal tim AMDAL dalam melakukan studi adalah memahami peraturan dan perundangan
yang berlaku mengenai lingkungan hidup di lokasi tempat studi AMDAL dilakukan. Sumber peraturan
dan perundangan tersebut ada yang berlaku secara internasional dan ada juga yang berlaku untuk suatu
negara saja. Dalam satu negara, dapat saja peraturan dan perundangannya berbeda menurut provinsi
dan sektoralnya.
Berlaku secara Internasional. Peraturan-peraturan yang bersifat internasional penting diperhatikan
terutama oleh mereka yang melakukan studi AMDAL yang dampak proyeknya akan melampaui daerah
yang digunakan secara internasional, seperti misalnya proyek yang limbahnya akan dibuang ke laut
atau limbah yang dapat ditiup angin sampai jatuh ke negara lain, seperti misalnya hujan asam.
Peraturan-peraturan yang berlaku secara internasional mengenai AMDAL dapat berupa deklarasi,
perjanjian-perjanjian bilateral maupun multilateral. Sebagai contoh adalah deklarasi Stockholm yang
disebut Declaration of the United Nations Conference on the Human Environment yang oleh semua
negara anggota PBB tahun 1972.
Berlaku di Dalam Negeri. Di Indonesia, peraturan dan perundang-undangan dapat dijumpai pada
tingkat nasional, sektoral maupun regional/daerah. Peraturan Pemerintah RI nomor 51 tahun 1993
tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan merupakan peraturan baru pengganti dari Peraturan
Pemerintah RI nomor 26 tahun 1986. Peraturan pemerintah ini ditindaklanjuti oleh SK Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 10-15 tahun 1994.

D. Aspek Lingkungan Industri


Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaing an dimana bisnis perusahan
berada. Akibatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan seperti ancaman pada
perusahaan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri menjadi
perlu untuk dianalisis guna studi kelayakan bisnis. Michael E. Porter mengemukakan konsep
Competitive Strategy yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan 5 aspek utama yang disebut 5
kekuatan bersaing. Lalu R.E. Freeman sebagaimana dikutip oleh Wheelen merekomendasikan aspek
yang keenam untuk melengkapinya. Berikut penjelasanya :
1. Ancaman Masuk Pendatang Baru
Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi
perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa
pasar serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Ada beberapa faktor penghambat
pendatang baru masuk ke dalam suatu industri, yang sering disebut dengan Hambatan Masuk,
diataranya adalah :
a) Skala Ekonomi. Apabila pendatang baru berproduksi dengan skala kecil, maka mereka akan
dipaksa berproduksi pada biaya per unit yang tinggi padahal perusahaan yang ada tengah berupaya
pada skala produksi yang terus diperbesar dan proses produksi yang terus menerus diefisiensikan
sehingga harga per unit barang menjadi lebih rendah.
b) Diferensiasi Produk. Diferensiasi yang menciptakan hambatan masuk memaksa pendatang
baru untuk mengeluarkan biaya dan usaha yang besar untuk merebut para pelanggan yang loyal
kepada perusahaan utama.
c) Kecukupan Modal. Jenis industri yang memerlukan modal besar merupakan hambatan yang
besar bagi pemain baru, terutama pada jenis industri yang memerlukan biaya yang besar untuk riset
dan pengembangan serta eksplorasi.
d) Biaya Peralihan. Biaya peralihan (switching cost) ini dapat berupa biaya pelatihan kembali
karyawan, biaya peralatan pelengkap yang baru, dan desain ulang produk. Padaakhirnya biaya ini akan
ditanggung oleh konsumen.

2. Persaingan Sesama Perusahaan Dalam Industri


Persaingan dalam industri sangat mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Dalam situasi
persaingan yang oligopoli, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi
pasar. Persaingan pasar yang sempurna biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower
termasuk dalam hal harga produk. Menurut Porter, tingkat persaingan dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu :
a) Jumlah competitor. Jumlah kompetitor atau pesaing sudah tentu
akan mempengaruhi tingkat persaingan kompetitor hendaknya
dilihat dari beberapa sisi seperti jumlah, ukuran, dan kekuatannya.
b) Tingkat pertumbuhan industry. Pertumbuhan industri yang besar biasanya menyediakan
sejumlah peluang bagi perusahaan untuk tumbuh bersama industrinya. Pertumbuhan industri yang
lambat sebaiknya tidak direspons dengan ekspansi pasar kecuali perusahaan mampu mengambil
pangsa pasar pesaing.
c) Karakteristik Produk. Produk hendaknya tidak hanya sekedar menyediakan kebutuhan dasar
akan tetapihendaknya memiliki suatu pembedaan (diffrrentiation) atau nilai tambah.

1) Ancaman dari produk pengganti


Perusahaan – perusahaan yang berada dalam suatu industri bersaing pula dengan
produkpengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang substitusinya dapat memberikanfungsi
atau jasa yang sama.

2) Kekuatan tawar menawar pembeli (Buyers)


Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan untuk memotong harga, meningkatkan mutudan
pelayanan serta mengadu perusahaan dengan competitor melalui kekuatan yangmereka miliki.3
Beberapa kondisi yang mungkin dihadapi perusahaan antara lain adalah:
a) Pembeli membeli dalam jumlah yang besar.
b) Pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan.
c) Sifat produk tidak terdiferensiasi dan banyak pemasok
d) Switching Cost pemasok adalah kecil

3) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Suppliers)


Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemanapun mereka menaikan harga
ataumengurangi kualitas produk atau servis. Pemasok akan kuat apabila beberapa kondisiberikut
terpenuhi :
a) Jumlah pemasok sedikit
b) Produk/pelayanan yang ada adalah unik dan mampu menciptakan Switching Cost yang besar
c) Tidak tersedia produk substitusi
d) Pemasok mampu melakukan integrasi kedepan dan mengolah produk yangdihasilkan menjadi
produk yang sama yang dihasilkan perusahaan.
e) Perusahaan hanya membeli dalam jumlah yang kecil dari pemasok

4) Pengaruh Kekuatan Stakeholder Lainnya.


Kekuatan ke enam yang ditambahkan oleh freeman yang dikutip Wheelen adalah berupa
kekuatan di luar perusahaan yang mempunyai pengaruh dan kepentingan secara langsung kepada
perusahaan. Stakeholder yang dimaksud antara lain adalah pemerintah, serikat pekerja, lingkungan
masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi dagang, kelompok yang mempunyai kepentingan lain, dan
pemegang saham.

E. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan lingkungan hidup (UPL)
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung
jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup). Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus
melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPK
diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun.
Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan (UKL) mencakup empat kelompok
aktivitas :
1) Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak
negatiflingkungan melalui pemilihan atas alternatif, tata letak (tata ruang mikro) lokasi, dan
rancang bangun proyek.
2) Pengelolaan lingkungan yang bertujuan menanggulangi, meminimalisasi, atau mengendalikan
dampak negatif baik yang timbul di saat usaha atau kegiatan beroperasi, maupun hingga saat
usaha atau kegiatan berakhir (misalnya : rehabilitasi lokasi proyek).
3) Pengelolaan lingkungan yang bersifat meningkatkan dampak positif sehingga dampak
tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain
terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif tersebut.
4) Pengelolaan lingkungan yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan
sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau
rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat usaha atau kegiatan.

AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia. UKL-UPL
merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusandan dasar untuk
menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan. Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan
seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan formulir isian yang berisi :
1. Identitas pemrakarsa
2. Rencana Usaha dan/atau kegiatan
3. Dampak Lingkungan yang akan terjadi
4. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
5. Tanda tangan dan cap

Kaitan AMDAL dengan dokumen/kajian lingkungan lainnya yaitu:


1. AMDAL-UKL/UPL
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan menyusun
UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL- UPL dikenakan bagi kegiatan yang
telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya.

2. AMDAL dan audit lingkungan hidup wajib


Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup
(RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di bidang lingkungan
hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus seperti ini kegiatan
tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan. Audit Lingkungan
Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik, dimana kewajiban yang satu secara
otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat kondisi-kondisi khusus yang aturan dan
kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kegiatan dan/atau usaha yang sudah
berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun audit lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.

3. AMDAL dan audit lingkungan hidup sukarela


Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki untuk meningkatkan
ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan audit lingkungan secara sukarela yang
merupakan alat pengelolaan dan pemantauan yang bersifat internal. Pelaksanaan Audit Lingkungan
tersebut dapat mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994
tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan
sukarela bagi kegiatan-kegiatan yang wajib AMDAL tidak secara otomatis membebaskan pemrakarsa
dari kewajiban penyusunan dokumen AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini sangat
didorong untuk disusun oleh pemrakarsa karena sifatnya akan sangat membantu efektifitas
pelaksanaan pengelolaan lingkungan sekaligus dapat “memperbaiki” ketidaksempurnaan yang ada
dalam dokumen AMDAL.
Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacam- macam dan sangat berguna bagi
pemrakarsa, termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan dengan luar negeri. Dokumen-
dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan Sukarela, dokumen- dokumen yang diatur
dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang dipromosikan penyusunannya oleh asosiasi-asosiasi
industri/bisnis, dan lainnya.
F. Rencana pengelolaan Lingkungan hidup (RPL) dan Rencana pemantauan Lingkungan Hidup
(RPL)
Salah satu bagian dari AMDAL adalah penyusunan RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan
RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan). Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 16/2012
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup disebut RKL adalah upaya penanganan dampak lingkungan
yang ditimbulkan dari rencana usaha dan/atau kegiatan, sedangkan Rencana Pemantauan Lingkungan
Hidup disebut RPL adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Tujuan utama dari penyusunan RKL dan RPL adalah untuk memperkecil dampak negatif dan
memperbesar dampak positif yang disebabkan oleh proyek. Suatu AMDAL, RKL dan RPL harusnya
disiapkan dalam satu paket yang utuh sehingga terdapat kesinambungan dalam mengkaji,
menyimpulkan permasalahan serta merencanakan pengelolaan dampak lingkungan yang
bersangkutan.
RKL-RPL harus memuat mengenai upaya untuk menangani dampak dan memantau komponen
lingkungan hidup yang terkena dampak terhadap keseluruhan dampak, bukan hanya dampak yang
disimpulkan sebagai dampak penting dari hasil proses evaluasi holistik dalam AMDAL namun juga
untuk beberapa dampak yang disimpulkan sebagai bukan dampak penting, namun tetap memerlukan
dan direncanakan untuk dikelola dan dipantau (dampak lingkungan hidup lainnya), maka tetap perlu
disertakan rencana pengelolaan dan pemantauannya dalam RKL-RPL.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisis aspek lingkungan tidak hanya membahas tentang kesesuaian lingkungan dengan bisnis
yang akan dijalankan, tetapi juga membahas tentang dampak bisnis terhadap lingkungan serta
pengaruh perubahan lingkungan yang akan datang terhadap bisnis. Suatu bisnis dapat menimbulkan
berbagai aktivitas sehinggga menimbulkan dampak bagi lingkungan disekitar lokasi bisnis. Perubahan
kehidupan masyarakat sebagai akibat dari adanya aktivitas bisnis dapat berupa semakin ramainya
lokasi disekitar lokasi bisnis, timbulnya kerawanan sosial, timbulnya penyakit masyarakat, juga
perubahan gaya hidup sebagai akibat masuknya tenaga kerja dari luar daerah. Oleh karena itu, analisis
pada aspek lingkungan memerlukan kemampuan analisi yang lebih komprehensif
Hasil analisis terhadap elemen-elemen di atas sebagai bagian dari aspek lingkungan hidup berupa
suatu pernyataan, yaitu : Jika rencana bisnis harus dilengkapi dengan laporan wajib AMDAL,
sedangkan perusahaan tidak mampu merealisasikannya, maka rencana bisnis dianggap tidak layak,
demikian pula sebaliknya. Jika, rencana bisnis dinyatakan layak, maka studi akan dilanjutkan ke aspek
yang lain. Jika, rencana bisnis dinyatakan tidak layak, dapat dilakukan kajian ulang yang lebih realistis
dan positif sehingga kajian menjadi layak. Apabila, memang sulit untuk layak, maka sebaiknya rencana
bisnis ini akhiri saja.Untuk menganalisis AMDAL, pemilik proyek bisnis dapat menyerahkan
pemeriksaannya kepada pihak yang berwenang.

B. Saran
Dalam merencanakan suatu usaha atau kegiatanhendaklah terlebih dahulu menganalisa dampak
lingkungan yang dihasilkan dari usaha atau kegiatan tersebut. Karena, jika kegiatan ini tidak dilakukan
maka akan berdampak buruk atau negatif kepada lingkungan sekitar khususnya masyarakat.
Dampaknya bisa berupa pencemaran yang dihasilkan oleh berbagai limbah, baik berupa gas, cair, dan
udara.

C. Daftar Pustaka

Umar, Dr. H. (2015). Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Johan , Suwinto . 2011 . Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis . Yogyakarta : Graha Ilmu
Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara
Komprehensif, Jakarta : Gramedia Pustaka utama

Kasmir, Jakfar. 2003, Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: Kencana Prenad Media Group

Anda mungkin juga menyukai