DAMPAK LINGKUNGAN
Disusun Oleh :
Nama : Dina Faradila
NIM : 52119048
Prodi : Teknik Sipil
Dina Faradila
LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya
alam apa terlebih potensi pertambangan yang sangat potensial, bukan hanya
untuk kebutuhan negeri tapi dimaanfaatkan juga oleh dunia internasional.
Indonesia dikenal negara yang kaya akan kandungan mineral. Sumber daya
pertambangan merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, maka dari
pada itu kegiatan pertambangan harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
dan harus memiliki AMDAL.
Dalam penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup, harus
didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran
masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum
internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Kesadaran dan kehidupan
masyarakat dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup telah
berkembang sedemikian rupa sehingga perlu disempurnakan untuk mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Peraturan Pemerintah mengenai AMDAL telah mengalami beberapa kali
perubahan. Pertama kali diatur melalui Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, kemudian di revisi melalui
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan, dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, yang merupakan pelaksanaan dari UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).
Di Indonesia hal ini mendorong penyesuaian UUPPLH Tahun 2009 sebagai
perkembangan baru yang masih perlu dibahas serta bagaimana AMDAL menjadi
pembentuk hukum lingkungan.
MISI
Ikut ambil bagian dalam memerankan keberlanjutan lingkungan dengan
mengembangkan kerjasama dengan pemerintah, non pemerintah, dunia usaha
dan institusi lain di Indonesia
BISNIS PROSES
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) merupakan suatu kajian
studi tentang dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan dalam rencana
pembangunan proyek suatu industri / perusahaan. Jika lulus uji analisis, maka
perusahaan tersebut akan mendapatkan dokumen AMDAL dan baru bisa
menjalankan proyeknya.
• Kerangka acuan
• Analisis dampak lingkungan
• Penyajian informasi lingkungan
• Rencana pemantauan lingkungan
• Rencana pengelolaan lingkungan
AMDAL sudah diatur sejak tahun 1982 dan diperbarui pada tahun 1999
dan 2012. Secara umum isinya sama yakni mengatur tentang kegiatan usaha yang
berpotensi membawa dampak bagi lingkungan hidup (biotik, abiotik, kultural).
PENGELOLAAN AMDAL
Pelaksanaan AMDAL menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
mengatakan bahwasanya dalam pelaksanaan AMDAL harus mengikutsertakan
masyarakat yang terkena dampak dan dapat pula melibatkan pemerhati
lingkungan hidup.
Pengikutsertaan masyarakat sebagaimana dimaksud dan/atau pemerhati
lingkungan melalui:
a. Pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan; dan
b. Konsultasi publik.
Berdasarkan Pasal 55 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Dalam
kaitannya dengan masyarakat, Pengikutsertaan masyarakat dilakukan melalui
pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan atau juga melalui konsultasi
publik, pengikutsertaan masyarakat disini dilakukan sebelum Penyusunan AMDAL
dibuat. Masyarakat sebagaimana yang dimaksud di atas, dalam jangka waktu 5
(lima) hari terhitung sejak pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan, berhak
mengajukan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap rencana Usaha dan/atau
Kegiatan.
Pelaku usaha menyusun ANDAL dan RKL-RPL berdasarkan kerangka acuan,
ANDAL RKL-RPL yang telah disusun sebagaimana dimaksud diajukan kepada:
a. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui Komisi Penilai
AMDAL Pusat, untuk kerangka acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai
AMDAL Pusat;
b. Gubernur melalui Komisi Penilai AMDAL Provinsi, untuk kerangka acuan
yang dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL Provinsi atau;
c. Bupati/walikota melalui Komisi Penilai AMDAL kabupaten/kota, untuk
kerangka acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Kabupaten/Kota
d. Komisi Penilai AMDAL melakukan penilaian ANDAL dan RKL-RPL sesuai
dengan kewenangannya.
Selanjutnya Penilai Komisi Penilai AMDAL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 57 menyampaikan rekomendasi hasil penilaian ANDAL dan RKL-RPL kepada
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
kewenangannya.
Rekomendasi hasil penilaian ANDAL dan RKL-RPL sebagaimana dimaksud dapat
berupa:
a. Rekomendasi kelayakan lingkungan; atau
b. Rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.
KESIMPULAN
Berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, maka
AMDAL bermanfaat untuk mengetahui dampak yang akan ditimbulkan dalam
suatu usaha dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
lingkungan hidup dan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan izin
lingkungan, karena pada dasarnya proses penilaian Amdal atau permeriksaan
merupakan satu kesatuan dengan proses permohonan dan penerbitkan izin
lingkungan, sebab Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah merupakan
bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Secara umum pengaturan AMDAL tentang eksploitasi pertambangan
menurut Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2009 dimaksudkan agar supaya
lingkungan hidup terlindungi dan terkelola dengan baik, sedangkan sasaran dari
pengaturan AMDAL ini adalah dalam upaya melestarikan kemampuan lingkungan,
dengan analisis mengenai dampak lingkungan kondisi lingkungan tetap berada
pada suatu derajat mutu tertentu demi menjamin kesinambungan pembangunan.
Eksploitasi pertambangan pada prinsipnya berhubungan dengan perizinan, karena
sistem perizinan lingkungan dalam sistem perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 menentukan
bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL
wajib memiliki izin lingkungan.
SARAN
Sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, AMDAL
harus dibuat pada tahap paling dini dalam perencanaan kegiatan pembangunan.
Dengan kata lain, proses penyusunan dan pengesahan AMDAL harus merupakan
bagian dari proses perijinan satu kegiatan/usaha. Dengan cara ini dapat disaring
seberapa jauh menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di sisi lain, studi
AMDAL juga dapat memberi masukan bagi upaya-upaya untuk meningkatkan
dampak positif dari setiap usaha/kegiatan dalam memanfaatkan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Danusaputro Munadjat ST, Hukum Lingkungan, Buku.I Bina Cipta, Bandung, 1998.
Erwin Muhamad, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup, Cetakan Kedua. Jakarta : PT. Refika Aditama, 2009
Anonimous, 1997,”Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 ,”
tentang Pengeloaan Lingkungan Hidup.
Anonimous, 1999,”Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1999,”
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Sukananda, Satria. (2019). Pertanggungjawaban Perusahaan Terhadap Tidak
Terlaksananya Kewajiban Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate
Social Responsibility) di Indonesia. Yogyakarta: Tesis Program Pasca
Sarjana Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.
Silalahi, M. Daud., & Kristianto. (2016). Perkembangan Pengaturan Amdal di
Indonesia. Bandung: Keni Media.