Materi Bab Turunan
Materi Bab Turunan
MATERI
A. KALKULUS
1. LIMIT FUNGSI
Konsep limit fungsi merupakan bagian yang sangat penting dalam
Kalkulus. Banyak konsep lain yang didasarkan pada konsep limit fungsi, seperti
konsep kekontinuan fungsi dan konsep turunan fungsi. Sehingga memahami
konsep limit fungsi dapat dikatakan sebagai pintu pembuka bagi pemahaman
konsep-konsep kekontinuan dan juga konsep turunan.
Secara intuitif, ide dari limit fungsi f pada suatu titik c adalah L, adalah
bahwa nilai f(x) akan dekat dengan L jika x dekat dengan c.
Definisi Limit Fungsi
Misal AR. f : A R , cR. L R disebut limit dari f di c, jika untuk setiap >0
, terdapat >0, sehingga untuk sebarang |x – c| < , x di A, maka |f(x) – L | < .
Definisi ini seringkali disebut kriteria - dalam membuktikan limit fungsi
pada suatu titik tertentu. Inti langkah ini adalah jika diberikan sebarang > 0,
harus dapat ditemukan sehingga untuk sebarang x yang memenuhi |x – c| <
akan berakibat |f(x) – k | < jika memang benar limit fungsi f di titik c adalah L.
atau f(x)L , jika xc. Kemudian jika f tidak punya limit di titik c dikatakan f
divergen di c.
Teorema
2
Dalam menunjukan limit suatu fungsi pada nilai yang ditunjuk dengan
dengan meggunakan criteria - memerlukan suatu teknik tertentu, walaupun pada
dasarnya adalah “hanya” menentukan besarnya yang bergantung pada besarnya
yang diberikan. Namun terdapat tipe-tipe fungsi yang harus menggunakan “trik”
tertentu dalam mendapatkan yang diinginkan. Seringkali harus disusun analisis
pendahuluan sebelum secara sistematik dilakukan langkah formalnya. Berikut
beberapa contoh cara menentukan besarnya , dari yang diberikan.
1. lim k k .
x c
Analisis Pendahuluan: Dalam hal ini dapat dimisalkan f(x) = k dan L=k. Sehingga
untuk nilai x manapun |f(x) – k| adalah 0. Sehingga selalu lebih kecil dari
sebarang yang diberikan. Hal ini tentu memudahkan pemilihan , karena untuk
sebarang x yang memenuhi |x – c| < , untuk sebarang pilihan akan berakibat
|f(x) – k | < .
Jadi Berdasarkan criteria -, yaitu jika diambil sebarang > 0, dapat ditemukan
sehingga untuk sebarang x yang memenuhi |x – c| < akan berakibat |f(x) – k| <
. Jadi dapat disimpulkan lim k k .
x c
2. lim x c .
x c
Bentuk fungsi ini lebih komplek dari contoh sebelumnya, karena jika dimisalkan
f(x) = x dan L=c, maka nilai |f(x) – c | = x – c. Sehingga pilihan benar-benar
tergantung pada nilai yang diberikan, tidak bisa sebarang lagi seperti contoh
terdahulu.
Sehingga prosedur formalnya adalah sebagai berikut. Ambil >0 sebarang. Pilih
= , maka jika |x – c | < , akan berakibat |f(x) – c|< , karena |f(x) – L | = |x – c|.
3
2 2
3. lim x c
x c
Perhatikan bentuk fungsi f(x) = x2 dengan L = c2 pada contoh ini, tentunya
pembuktian nilai limitnya sama dengan c2 tidak dapat dilakukan analog dengan
cara pembuktian terdahulu. Disini tampak bahwa bentuk |f(x) – L | = |x2 – c2|
bentuknya lebih rumit dibangkan dengan bentuk pada contoh terdahulu.
Perhatikan bahwa |f(x) – L | = |x2 – c2| = |x + c| |x – c|, padahal akan dicari semua
nilai x yang memenuhi |x – c| < , harus dipenuhi |f(x) – L | < . Ini tidak bias
segera dilakukan karena |f(x) – L | = |x2 – c2| , memuat factor dalam bentuk |x + c|
dan |x – c| . Cara yang termudah adalah dengan membatasi nilai |x – c| dengan
suatu nilai tertentu, kemudian kita dapatkan batas dari nilai | x + c| dan baru dicari
nilai yang membatasi nilai |x – c|.
Analisis Pendahuluan.
Ambil > 0 sebarang. Akan dicari >0 , sehingga untuk x yang memenuhi |x – c|
< , harus dipenuhi |f(x) – L | <. Sekarang batasi dahulu nilai |x – c | misalkan
kurang dari 1( boleh nilai yang lain asalkan positif ). Selanjutnya dari |x – c | <1,
diperoleh |x| |c| + 1, sehingga |x+c| |x| + |c| 2|c| + 1.
Dari sini didapatkan jika |x – c| < 1, akan dipenuhi |f(x) – L | = |x2 – c2| = |x + c| |x
– c| ( 2|c| + 1 )|x – c|. Sehingga dari bentuk terakhir ini , jika dikehendaki
bernilai kurang dari > 0 yang diberikan, dapat dipilih nilai x sehingga |x – c| <
. Akibatnya jika dipilih inf 1, , maka jika |x – c | < , akan
2|c| 1 2|c| 1
berakibat |f(x) – L| < .
Definisi
Misal AR dan fungsi-fungsi f,g terdefinisi pada A ke R. Didefinisikan jumlah
f+g, selisih f – g , dan hasil kali fg di A ke R sebagai fungsi berikut, (f+g)(x) = f(x)
+ g(x), (f – g)(x) = f(x) – g(x), (fg)(x) = f(x)g(x), untuk setiap x A. Selanjutnya
4
jika bR , didefinisikan perkalian bf, sebagai fungsi (bf)(x) = bf(x) untuk setiap
xA. Akhirnya, jika h(x)0 untuk xA, didefinisikan hasilbagi f/h sebagai fungsi
f f ( x)
( x ) untuk setiap xA.
h h( x )
Berdasarkan definisi ini, dapat dikaji limit dari fungsi-fungsi yang didefinisikan
tersebut.
Teorema
Misal AR dan fungsi-fungsi f,g terdefinisi pada A ke R, cR titik cluster dari A
dan b R.
1. Jika lim f L dan lim g M , maka lim ( f g ) L M ,
x c x c x c
lim ( f g ) L M , lim fg LM , lim bf bL
x c x c x c
2. Jika h: AR, h(x)0 untuk setiap xA, dan lim h H 0, maka
x c
f L
lim .
x c g H
3.
x c
lim f lim f
n
x c
n
1
1
4. lim f n lim f n
x c x c
5. Jika lim f L , maka lim f L
x c x c
6. Jika lim f 0 , maka lim f 0
x c x c
7. Jika dipenuhi a f(x) b untuk setiap xA, xc, dan jika lim f ada
xc
maka a lim f b
xc
8. Jika dipenuhi g(x) f(x) h(x) untuk setiap xA, xc, dan jika L lim g
x c
lim h ada maka lim f = L.
x c xc
5
Limit di takhingga
Masalah lain yang muncul adalah adanya suatu fungsi yang dalam istilah
aljabar dikatakan mempunyai asimtot datar, yaitu fungsi-fungsi yang menuju
suatu bilengan real tertentu jika x menuju bilangan yang cukup besar ( x ),
1
seperti fungsi f(x) = , jika x . Berikut definisi limitnya.
x
Definisi
Misal AR, f : A R.
(a) Misalkan (a,) A untuk suatu aR. Suatu bilangan real L merupakan limit
dari fungsi f jika x , dan ditulis lim f LR , jika untuk setiap > 0,
x
terdapat bilangan asli K sedemikian sehingga untuk x > K, berlaku |f(x) – L |
< .
(b) Misalkan (-, b) A untuk suatu bR. Suatu bilangan real L merupakan limit
dari fungsi f jika x -, dan ditulis lim f LR , jika untuk setiap >0,
x
terdapat bilangan aslik K sedemikian sehingga untuk x < K, berlaku |f(x) – L |
< .
Limit Fungsi Aljabar
Menentukan limit fungsi berbeda dengan membuktikan bahwa bilangan
yang ditunjuk merupakan limit dari suatu fungsi yang diberikan. Pada beberapa
fungsi nilai limit dapat ditentukan dengan cara menentukan nilai fungsi di titik
yang ditunjuk.(jika fungsi tersebut terdefinisi pada titik yang ditunjuk). Berikut ini
diberikan cara menentukan limit fungsi aljabar.
Menentukan Limit dengan memfaktorkan atau merasionalkan bentuk akar.
Cara ini digunakan untuk menentukan nilai limit fungsi aljabar yang
g ( x)
berbentuk fungsi rasional yaitu f ( x) pada titik c dan x-c merupakan
h( x )
faktor dari fungsi g(x) maupun h(x). Bentuk fungsi f(x) dapat direduksi menjadi
fungsi yang tidak lagi memuat faktor x-c, sehingga limitnya sama dengan nilai
fungsinya.
6
Contoh:
x2 1 ( x 1)( x 1)
lim lim lim ( x 1) 2
x 1 x 1 x 1 x 1 x 1
x3 4x 2 7 4 7
3 3 1 3
x3 4x 2 7 x 3
x x x x 1
lim lim lim
x 3 6 x 2 x
2 3 2 3
3 6x 2x x 3 6 2
x
3
3 3 3
2
x x x x x
Limit Fungsi Trigonometri
Dalam menentukan limit fungsi trigonometri, salah satu hasil yang terkait dengan
sin x
limit fungsi trigonometri yang harus diingat adalah lim 1 dan
x 0 x
cos( x) 1
lim 0 .
x 0 x
cos( x) 1
masalah ini, untuk hasil lim 0 dapat dilakukan dengan langkah
x 0 x
7
2. KEKONTINUAN PADA SUATU TITIK
Dalam pembahasan tentang limit fungsi, sama sekali tidak diperhatikan
keterdefinisian fungsi yang dimaksud pada titik yang dibicarakan keberadaan
limitnya. Dengan kata lain keberadaan limit fungsi tidak tergantung pada
keterdefinisian fungsi yang dimaksud pada titik tersebut. Selanjutnya pada kajian
kekontinuan fungsi, keterdefinisian fungsi yang dimaksud pada titik yang
dibicarakan menjadi syarat utama, karena Kekontinuan suatu fungsi pada suatu
titik adalah menguji apakah limit fungsi tersebut sama dengan nilai fungsi pada
titik tersebut. Sebelum lebih jauh mengkaji karakteristik fungsi-fungsi kontinu,
berikut disajikan definisinya.
8
1 1
c A = {xR| x>0}, lim . Sedangkan di titik 0, fungsi f(x) tidak
x c x c
1
terdefinisikan. Jadi fungsi f ( x) tidak kontinu di 0.
x
3. TURUNAN FUNGSI DAN PENERAPANNYA
Definisi Turunan
Misalkan I R suatu selang dan fungsi f : I R, dan cI. Bilangan real L
disebut turunan fungsi f pada titik c jika untuk setiap bilangan 0 terdapat
bilangan 0 sedemikian sehingga untuk setiap x I dengan 0
f x f c
xc, berlaku L ε .
x c
Dalam hal ini kemudian seringkali dikatakan bahwa fungsi f differentiabel di titik
c, dan dan ditulis f’ (c) = L. Dengan pernyataan yang lain, turunan dari fungsi f di
f x f c
c dinyatakan dalam bentuk limit sebagai f c lim asalkan
x c xc
limitnya ada.
Secara umum, notasi yang di gunakan untuk menyatakan turunan suatu
fungsi f adalah f’ atau Df. Sedangkan jika fungsi ditulis dalam bentuk y=f(x)
dy
seringkali ditulis sebagai Dy atau . Selanjutnya dengan menggunakan definisi
dx
limit dapat ditentukan nilai turunan suatu fungsi pada suatu titik tertentu.
Pandang fungsi konstan f ( x) k , x , dengan k bilangan real. Untuk
f ( x ) f (c ) c c
titik c sebarang, 0, x c .
xc xc
f ( x ) f (c )
Akibatnya, f ' (c) lim lim 0 0 .
x c xc x c
9
Demikian juga, misal f ( x) x3 , x maka
f ( x) f (c) x 3 c 3 ( x c)( x 2 xc c 2 )
Untuk titik c sebarang ,
xc xc xc
= x 2 xc c 2 , asalkan xc.
1
bahwa f’(x)=3x2. Akhirnya, jika f ( x) , x 0.
x
1 1
f ( x ) f (c ) x c ( x ) 1
Untuk titik c sebarang,
xc x c xc ( x c) xc
1 1
asalkan xc. Akibatnya, f ' ( x) lim 2 .
x c xc c
1
Sehingga dapat disimpulkan bahwa f’(x)= .
x2
Berikut ini teorema-teorema yang terkait dengan turunan fungsi.
Teorema
Misalkan I R suatu interval,kemudian misalkan c I ,dan fungsi -fungsi f:I R
and g : I R adalah fungsi diferensiabel pada titik c , maka berlaku :
(a) Jika R , maka fungsi f diferensiabel pada titik c, dan f
' cf ' c
(b) Fungsi jumlah f + g diferensiabel pada titik c, dan f g
' c f ' c g ' c
(c) Fungsi hasilkali fg diferensiabel pada titik c, dan
fg' c f 'cgc f cg'c
(d) Jika fungsi g(c) 0, maka fungsi hasil bagi f/g diferensiabel pada titik c,
dan
f f 'c g c f c g 'c
c
g g c 2
Berikut adalah rumus- rumus turunan fungsi.
d 1
1. (ln x)
dx x
d x
2. (a ) a x . ln a
dx
10
d x
3. (e ) e x
dx
d
4. (sin x) cos x
dx
d
5. (cos x) sin x
dx
d 1
6. (tan x)
dx cos 2 x
d 1
7. (ctgx) 2
dx sin x
d d 1
8. (arcsin x) (arccos x)
dx dx 1 x2
d d 1
9. (arctgx) (arc cot gx)
dx dx 1 x2
Beberapa contoh Penggunaan Turunan
Y h
Q(x+h,f(x+h))
y = f(x) P(x,f(x))
x (x + h) X
l
Garis l pada gambar di atas memotong kurva y = f(x) di titik P(x,f(x)) dan
Q(x+h,f(x+h). Jika titik Q bergerak sepanjang kurva mendekati P maka h
akan mendekati nol dan garis l akan menjadi garis g, yaitu garis singgung
f ( x h) f ( x )
kurva dititik P. Gradien garis l adalah , sedangkan
h
f ( x h) f ( x )
gradien garis g adalah lim . Dari pembahasan
h 0 h
f ( x h) f ( x )
sebelumnya lim merupakan turunan dari fungsi f yaitu
h 0 h
f’(x).
11
Jadi gradien garis singgung kurva y =f(x) di titik (x,f(x)) adalah
f ( x h) f ( x )
f ' ( x) lim
h 0 h
Sedangkan persamaan garis singgung kurva y =f(x) di titik (a,f(a)) adalah
y f (a) f ' (a)( x a) atau y f (a) f ' (a)( x a)
Sehingga untuk menentukan persamaan garis singgung kurva
y 2 x 2 4 x 5 di titik (2,-5) dapat dilakukan sebagai berikut.
3. f ' ( x0 ) 0
12
4. f ' ( x0 ) tidak ada (tak memiliki turunan di x 0 )
Teorema:
Jika f’ dan f’’ ada pada setiap titik dalam selang terbuka (a, b) yang
memuat titik c, maka syarat perlu dan cukup supaya fungsi f mencapai
nilai ekstrim pada x = c adalah f’(c) = 0 dan f’’(c) ≠ 0.
Jika f’’(c) < 0, maka f(c) adalah nilai maksimum.
Jika f’’(c) > 0, maka f(c) adalah nilai minimum.
4. ANTI TURUNAN
Pada bagian ini akan dibahas tentang konsep “anti turunan” (anti
derevatif), “integral tak tentu” dari suatu fungsi dan beberapa hal dasar yang
pada akhirnya membantu kita untuk menemukan teknik yang sistematik dalam
menentukan suatu fungsi jika derivatifnya diketahui.
Kita telah memahami bahwa:
d d d 1 1
(sin x) cos x; ( x 2 7) 2 x; ( ) .
dx dx dx x x x
13
Jika A dan B adalah himpunan fungsi dan kita buat relasi “derivatifnya adalah”
dari A ke B, maka untuk beberapa fungsi di atas dapat diillustrasikan sebagai
berikut.
A “ derivatifnya adalah” B
f ( x) sin x cos x
2x
g ( x) x 2 7
1
1
h( x ) x x
x
t ( x) . . . x3 2 x
f ( x)dx F ( x) c ………………….(1)
Simbol dibaca “integral” dan f (x) disebut “integran”.
Pernyataan (1) dibaca “integral tak tentu dari fx) sama dengan F (x) ditambah c.
Kata “tak tentu” menunjukkan bahwa hasilnya tak tentu (banyak fungsi yang
14
mungkin), c disebut konstanta pengintegralan. Untuk menyederhanakan
penulisan, seringkali dx “dimasukkan” pada integran.
1 dx
Contoh, 1. dx ditulis dengan dx dan 2 dx ditulis dengan 2 .
x x
Sehingga kita dapat menulis:
1 1
4 xdx 2 x c , cos xdx sin x c , x x dx x c , 4 x dx x c ,
2 3 4
1 1 1 1 1 1
2 x dx 2 ln x c , 2 x dx 2 ln 2 x c , sin 2 x dx 2 cos 2 x c ,
sin 2 x dx cos xc
2
d x n 1 1
x dx n 1 x
n 1
3 [ ] x n , (n 1)
n
c
dx n 1
d
4
dx
[sin x] cos x cos x dx sin x c
d
5
dx
[ cos x] sin x sin x dx cos x c
d x
[e ] e x e dx e x c
x
6
dx
d 1 1
7
dx
[tgx]
cos 2 x cos 2
x
dx tgx c
d 1 1
8
dx
[ctgx]
sin 2 x sin 2
x
dx ctgx c
Dengan kata lain, f ( x)dx adalah fungsi yang derivatifnya adalah f (x ). Dengan
d
dx
demikian kita memperoleh hasil f ( x)dx f ( x) .
15
(b) [ f ( x) g ( x) ]dx f ( x)dx g ( x)dx
d 1 n 1
Kita perhatikan bahwa [ f ( x) n 1 c ] f ( x) n . f ' ( x)
dx n 1 n 1
= f ( x) n . f ' ( x)
1
f ( x) . f ' ( x) dx n 1 f ( x)
n 1
Dengan demikian, n
c.
1
f ( x) n df ( x)
n 1
f ( x) n1 c; n 1
Dengan metode yang sama seperti di atas (analog), dapat dikembangkan formula
yang lebih umum berikut.
No Anti Derivatif
1 dfx f ( x) c
df ( x)
2 f ( x)
ln f ( x) c
1
f ( x) df ( x) f ( x) n 1 c
n
3
n 1
4 cos f ( x) df ( x) sin f ( x) c
5 sin f ( x) df ( x) cos f ( x) c
e df ( x) e c
f ( x) f ( x)
6
df ( x)
7 cos 2
f ( x)
tgf ( x) c
df ( x)
8 sin 2
f ( x)
dx ctgf ( x) c
5. INTEGRAL PARSIAL
Teknik lain sebagai salah satu alternatif yang mungkin dapat dilakukan
untuk menentukan integral tak tentu adalah dengan pengintegralan parsial. Teknik
ini didasarkan pada turunan hasil kali dua fungsi.
d
f ( x).g ( x) f ( x).g , ( x) g ( x). f , ( x)
Misalkan u f ( x) dan v g ( x), maka
dx
.Dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan di atas (dan menggunakan
Teorema 1.4) kita peroleh f ( x).g ( x) f ( x).g , ( x)dx g ( x). f , ( x)dx
16
f ( x).g ( x)dx f ( x). g ( x) g ( x). f , ( x)dx .
,
Atau
Karena dv g , ( x)dx dan du f , ( x)dx , persamaan terakhir dapat ditulis sebagai
berikut.
u dv u.v v du
Persamaan di atas sering kita sebut dengan Rumus Integral Parsial (bagian demi
bagian).
3
3
1 3 2 = 2
(x 2 x) dx =
3 x x 3
karena f ( x) x 2 2 x kontinu pada
2
Sehingga,
1
1
1 3
[1,3] dan F ( x) x x 2 anti turunan dari f.
3
Sedangkan
0
sin x dx = cos x =2 karena f ( x) sin x kontinu pada [0, ] dan
0
anti turunan dari f adalah F ( x) cos x .
MENENTUKAN LUAS DAERAH BIDANG
Salah satu penggunaan integral tentu adalah untuk menentukan luas daerah
bidang. Tentu tidak semua daerah bidang dapat ditentukan luasnya dengan mudah.
Pada bagian ini kita akan membahas cara menentukan luas daerah bidang yang
dibatasi oleh beberapa kurva yang diketahui atau dapat ditentukan persamaannya.
17
Luas daerah yang dibatasi y f (x) , garis x a , garis x b dan sumbu
b
Y y=f(x)
a b X
2 2
L y dx ( x 1)dx
2
1 1
2
1 3 8 1 18
3 x x
= = 2 1 6.
3 3 3
1
Jika f bernilai negatif pada suatu sub interval [a,b], maka luas daerah D adalah
b
L f ( x) dx
a
sumbu Y adalah L f ( x) g ( x) dx
a
C
A
B 18
Jika daerah lingkaran diputar dengan sumbu garis m maka akan terbentuk torus
(seperti ban). m
Volume benda putar yang terjadi jika daerah yang dibatasi oleh kurva y f (x) ,
sumbu-X, garis x a dan garis x b diputar mengelilingi sumbu-X adalah:
b
V y 2 dx
a
Sehingga volume benda putar V yang terbentuk jika daerah yang dibatasi oleh
kurva y x , sumbu X dan garis x 4 diputar mengelilingi sumbu X adalah,
4
V = x dx xdx =
4 2 4
1 2 8 .
0 0
2 x
0
Kemudian volume benda putar V yang terbentuk jika daerah yang dibatasi oleh
kurva y x 3 , sumbu Y dan garis y 3 diputar mengelilingi sumbu Y adalah,
3
3 5
y dy y
3 2 3 2
93 9
V = 3 3
dy = y 3 .
5
0 03
5 0
19
B. TRIGONOMETRI
1. SATUAN SUDUT
Sebuah sudut dihasilkan oleh putaran sebuah sinar terhadap titik pangkalnya.
Terdapat beberapa satuan untuk menyatakan besar sudut :
Derajat siksagesimal, dimana satu putaran penuh dibagi menjadi 360 bagian
yang sama. Setiap bagian disebut 10 . Sehingga satu putaran penuh = 360 0
Radian.
Satu radian adalah besarnya sudut yang menghadap busur lingkaran yang
panjangnya sama dengan jari-jari.
AOB = 1 rad B
20
pendekatan 1 rad = 57,3.
hadapan sudut B adalah b, dan panjang sisi di
C A
b hadapan sudut C adalah c.
Gb. 1. perbandingan trigonometri
Terhadap sudut :
sin cos
tan cot
cos sin
1 1
sec csc
cos sin
21
3. KOORDINAT KARTESIUS DAN KOORDINAT KUTUB
Cara lain dalam menyajikan letak sebuah titik pada bidang xy selain koordinat
kartesius adalah dengan koordinat kutub.
Y Y
P(x,y) P(r, )
r
y y
O x O x
X X
Pada gambar A titik P(x,y) pada koordinat kartesius dapat disajikan dalam
koordinat kutub dengan P(r, ) seperti pada gambar B.
Jika koordinat kutub titik P(r, ) diketahui, koordinat kartesius dapat dicari
dengan hubungan:
x
cos x r cos sehingga koordinat kutubnya
r
adalah P( r cos , r sin )
y
y r sin
sin
r
4. NILAI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI UNTUK SUDUT
ISTIMEWA
Sudut istimewa adalah sudut yang perbandingan trigonometrinya dapat dicari
tanpa memakai tabel matematika atau kalkulator, yaitu: 0, 30, 45,60, dan
90. Sudut-sudut istimewa yang akan dipelajari adalah 30, 45,dan 90.
22
OA2 + OA2 = r2
2OA2 = 1
OA2 = OA = = OB
b. Sudut 300
Perhatikan segitiga sama sisi yang terbentuk, yakni segitiga OAB, dan C
terletakpada AB. dengan sudut COB = 30o . Segitiga OAB adalah segitiga
1
sama sisi dengan r =1, CB=CA= dan OC= 3
2 . Y
B
1 1
Sehingga P(x,y) adalah P ( 3, )
2 2 30O
30O C
O X
1
sin 30 A
2
1
cos 30 3
2
1 1
tan 30 3
3 3
Tabel nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut istimewa.
1 1 1
sin 0 2 3 1
2 2 2
1 1 1
cos 1 3 2 0
2 2 2
1 tak
tan 0 3 1 3 terdefinisi
3
1
cot tak 3 1 3 0
terdefinisi 3
23
Gambar grafik :
y=sin x
y= cos x
y= tangent x
24
sehingga XOP dapat bernilai 0 sampai dengan 90. Perlu diketahui bahwa
OP x 2 y 2 r dan r 0
didefinisikan dalam absis (x), ordinat (y), dan panjang OP (r) sebagai berikut:
absis P x panjang OP r
2. cos α 5. sec α
panjang OP r absis P x
ordinat P y absis P x
3. tan α 6. cot α
absis P x ordinat P y
Dengan memutar garis OP maka XOP = dapat terletak di kuadran I, kuadran
II, kuadran III atau kuadran IV, seperti pada gambar di bawah ini.
P(x,y) Y
Y
P(x,y)
y r
r
y
1 2
O x X x O X
Y Y
x 3 4 x
O X O X
y
r y
r
P(x,y)
P(x,y)
Sedangkan untuk mencari besar sudut jika diketahui harga sinus, cosinus atau
perbandingan trigonometri yang lain maka kita dapat mencarinya dengan Invers
Fungsi Trigonometri
Perhatikan y = Cos x
Misalkan x = /3 maka y = Cos /3 = ½
Ini berarti untuk setiap nilai x maka nilai y adalah tunggal
Misalkan y = ½ maka x = /3 + k.360 atau
25
x = - (/3) + k.360
Ini berarti bahwa jika y diketahui maka ditemukan lebih dari satu nilai x
y = Cos x : bila kita ingin menyatakan x dalam y maka :
x = Sudut yang nilai Cosinusnya y
x = Arcus Cosinus y
x = Arc Cos y atau x = Cos-1 y
Jadi untuk sudut x`dalam radian,
f = {(x,y) y = Cos x, x R} : merupakan fungsi dari R R, tetapi
f-1 = { (y,x) x = Cos-1 y ; -1 y 1 , y R} adalah Invers dari f atau relasi
Siklometri
Bagaimana menjadikan f-1 sebagai fungsi ??
Caranya adalah dengan membatasi daerah hasilnya.
Apabila daerah hasil relasi siklometri dibatasi maka relasi siklometri dapat
menjadi fungsi siklometri. Adapun pembatasan tersebut adalah sebagai berikut.
Fungsi Daerah Asal Daerah Hasil
x = Sin-1 y [ -1, 1]
[- , ]
2 2
Sudut-sudut yang berelasi dengan sudut adalah sudut (90 ), (180 ),
(360 ), dan -. Dua buah sudut yang berelasi ada yang diberi nama khusus,
misalnya penyiku (komplemen) yaitu untuk sudut dengan (90 - ) dan
pelurus (suplemen) untuk sudut dengan (180 - ). Contoh: penyiku sudut
50 adalah 40, pelurus sudut 110 adalah 70.
26
a. Perbandingan trigonometri untuk sudut dengan (90 - )
Dari gambar, Titik P1 (x1,y1) bayangan dari P(x,y) akibat pencerminan garis y
x, sehingga diperoleh:
Y y=x
P1(x1,y1)
y1 P(x,y)
r1
r
y
a. XOP = dan XOP1 = 90 -
(90-)
O x1
X
b. x1 = x, y1 = y dan r1 = r
x
sin 90
y1 x
1) cos
r1 r
cos 90
x1 y
2) sin
r1 r
tan 90
y1 x
3) cot
x1 y
Dari perhitungan tersebut maka rumus perbandingan trigonometri sudut
y1 (180-)
y
1). XOP = dan XOP1 = 180 -
x1 O x X
sin 180
y1 y
1) sin
r1 r
x x
2) cos 180 1 cos
r1 r
tan 180
y1 y
3) tan
x1 x
Dari hubungan di atas diperoleh rumus:
28
d. Perbandingan trigonometri untuk sudut dengan (- )
Dari gambar di samping diketahui titik P1(x1,y1) bayangan dari P(x,y) akibat
pencerminan terhadap sumbu x, sehingga
Y
a. XOP = dan XOP1 = - P(x,y)
b. x1 = x, y1 = y dan r1 = r r
(360-1)
y
maka diperoleh hubungan
x
y y O
1) sin 1
- x1 X
sin y1
r1 r r1
cos
x1 x
2) cos P1(x1,y1)
r1 r
Gb. sudut yang berelasi
y
tan 1
y
3) tan
x1 x
Dari hubungan di atas diperoleh rumus:
x
Y
P(x, y) Dari gambar di samping diperoleh cos ,
r
r y
y sin dan r x 2 y 2 .Sehingga
r
O x X
y 2 x2
Gb. . rumus identitas
sin cos
2 2
2 2
r r
29
x2 y2 r 2
2 1
r2 r
Jadi sin2 +cos2 1
1 tgn2 sec 2
Begitu pun untuk :
1 ctgn2 cos ec 2
30
AE AC cos cos
Sehingga AD AE DE
AC cos ( + ) AC cos cos AC sin sin
31
sin
Dengan mengingat tan , maka
cos
sin ( ) sin cos cos sin
tan ( )
cos ( ) cos cos sin sin
32
Rumusrumus variasi bentuk lain yang memuat cos 2 dapat diturunkan
dengan mengingat rumus dasar cos2 + sin2 1.
cos 2 cos2 sin2 cos 2 cos2 sin2
cos2 (1 cos2) (1 sin2) sin2
2cos2 1 1 2 sin2
2 tan
tan 2
1 tan 2
33
sin ( + ) + sin ( ) 2 sin cos
Dalam pembahasan kali ini kita akan memanfaatkan aturan sinus dan aturan
cosinus untuk menghitung luas segitiga.
Perhatikan
Luas ABC=
Sedangkan jika kita mengganti posisi garis tinggi segitiga misalnya dari sudut
A dan tegak lurus terhadap BC akan diperoleh rumus luas segitiga yang lain
yaitu
Rumus luas segitiga ini dimanfaatkan untuk menghitung luas segitiga yang
diketahui besarnya salah satu sudut dan dua sisi yang mengapit sudut
tersebut.
34
35