Anda di halaman 1dari 56

WALI KOTA BANDUNG

PERATURAN WALI KOTA BANDUNG


NOMOR ........ TAHUN 2020

TENTANG

TATA KELOLA
UPT PUSKESMAS SUKARAJA KOTA BANDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,


WALI KOTA BANDUNG

Menimbang : a. bahwa dengan diterbitkannya Peraturan Menteri


Dalam WALI KOTA
Negeri BANDUNG
Nomor 61 tahun 2007 yang
disempurnakan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
No 79 tahun 2018 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah dan
Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, maka
perlu ditindaklanjuti dengan disusunnya Pola Tata
Kelola bagi Puskesmas yang akan melaksanakan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud huruf a diatas maka perlu penetapan
Wali Kota tentang Pedoman Pola Tata Kelola
UPT Puskesmas Sukaraja yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

1
Mengingat : 1. Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2004 nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4438);
2. Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
3. Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005
nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 4502);
4. Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2005 nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
nomor 4578);
5. Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2005 nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4502);
6. Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah;
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
nomor 28 tahun 2004 tentang Akuntabilitas
Pelayanan Publik;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 6 tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan
Standar Pelayanan Minimal;

2
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59
tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 61
tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 79 tahun 2007
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian
Standar Pelayanan Minimal;
12. Peraturan menteri dalam negeri nomor 79 tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD);
13. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 10
Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Kota Bandung
14. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah;
15. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 5
Tahun 2013 tentang Pembentukan dan Susunan
Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung;
16. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 9
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
17. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 3
Tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan;
18. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 10
Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Kota Bandung;
19. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah;
21. Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 413 Tahun 2010
Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit
Pelaksana Teknis pada Lembaga Teknis Daerah dan
Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah
Kota Bandung.

3
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN WALI KOTA BANDUNG TENTANG TATA


KELOLA UPT PUSKESMAS SUKARAJA
KOTA BANDUNG.
Kesatu : Menetapkan Tata Kelola UPT Puskesmas Sukaraja
seperti tersebut dalam lampiran Surat Keputusan ini;
Kedua : Tata Kelola UPT Puskesmas Sukaraja sebagaimana
tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Surat Keputusan ini;
Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Bandung
Tanggal :

Wali Kota Bandung

ODED MOHAMAD DANIAL

Diundangkan di Bandung
Sekretaris Daerah Kota Bandung

Lembaran Daerah

4
Lampiran Keputusan Wali Kota Bandung
Nomor : Tahun 2019

TATA KELOLA
UPT PUSKESMAS SUKARAJA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Pedoman Pola Tata Kelola ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kota Bandung ;
2. Pemerintah Daerah adalah WALI KOTA beserta perangkat daerah
otonom yang lain sebagai bagian eksekutif daerah ;
3. WALI KOTA adalah WALI KOTA Bandung ;
4. Kepala Dinas Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kota Bandung;
5. Pelayanan kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada masyarakat dalam rangka promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif ;
6. Puskesmas adalah UPT Puskesmas Sukaraja ;
7. Peraturan Pola Tata Kelola Puskesmas adalah peraturan yang
mengatur tentang hubungan antara Pemerintah Kota Bandung
sebagai pemilik Puskesmas dengan pengelola ;
8. Dewan Pengawas adalah pengawas yang melakukan pengawasan
pengelolaan BLUD dibentuk dengan keputusan WALI KOTA atas
usulan Kepala Dinas Kesehatan dengan keanggotaan yang
memenuhi persyaratan dan peraturan yang berlaku ;
9. Jabatan Struktural adalah jabatan yang secara nyata dan tegas
diatur dalam organisasi, yang terdiri atas Pejabat Pengelola dengan
sebutan Kepala Puskesmas, Pejabat Adminstrasi dan Keuangan

5
dengan sebutan Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Pejabat Teknis
dengan sebutan Kepala Sub Bagian Pelayanan
10. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil
dalam satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta
bersifat mandiri ;
11. Kepala adalah Kepala UPT Puskesmas Sukaraja ;
12. Kepala Subag TU adalah Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada
UPT Puskesmas Sukaraja ;
13. Tokoh masyarakat adalah mereka yang karena prestasi dan
perilakunya dapat dijadikan contoh / tauladan bagi masyarakat ;
14. Unit pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya
kesehatan, yaitu Balai Pengobatan Umum, Balai Pengobatan Gigi,
Pelayanan KIA/KB, Pelayanan MTBS, Pelayanan TB-HIV, Pelayanan
Gizi, Apotik, Pelayanan Sanitasi, Laboratorium, dan lain-lain ;
15. Satuan Pemeriksa Internal (SPI) adalah perangkat Dinas Kesehatan
yang bertugas melakukan pengawasan dan pengendalian internal
dalam rangka membantu Kepala Puskesmas untuk meningkatkan
kinerja pelayanan, keuangan dan kinerja manfaat dalam
menyelenggarakan bisnis yang sehat di Puskesmas Kota Bandung;
16. PNS adalah Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas yang selanjutnya
disingkat PNS di Puskesmas;
17. Kredensial adalah penapisan tenaga dokter yang dilakukan oleh
komite medik untuk mengetahui keterampilan, pengetahuan,
kualitas dan atitude dokter yang akan bekerja di Puskesmas.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Pedoman Tata Kelola Puskesmas dimaksudkan sebagai peraturan
dasar yang mengatur hubungan antara Wali Kota sebagai pemilik

6
dengan Pejabat Pengelola yang merupakan pedoman bagi Puskesmas
dalam pengelolaan Puskesmas, dan pedoman dalam menyusun
kebijakan operasional Puskesmas.
(2) Pedoman Tata Kelola Puskesmas ditujukan untuk :
a. Tercapainya kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah dan
Pejabat Pengelola ;
b. Tertatanya penerapan profesionalisme yang bertanggung jawab
terhadap mutu layanan yang sesuai standar di Puskesmas.

BAB III
POLA TATA KELOLA PUSKESMAS

Bagian Kesatu
IDENTITAS
Pasal 3

Nama Puskesmas adalah UPT Puskesmas Sukaraja. Jenis dan kelas


Puskesmas adalah Puskesmas Non Perawatan berlokasi di
Jln. Mega Raya I no 51 Kecamatan Cicendo, Kode Pos 40175, Kota
Bandung.

Bagian Kedua
FALSAFAH, VISI, MISI, TUJUAN STRATEGIS DAN NILAI-NILAI DASAR
Pasal 4

(1) Falsafah Puskesmas Sukaraja adalah :


“Melayani dengan Ikhlas dari Hati”

(2) Visi Puskesmas Sukaraja

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan


pada akhir periode perencanaan pembangunan daerah. Visi juga dapat
diartikan sebagai arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah

7
yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction)
yang menjawab permasalahan pembangunan daerah dan/atau isu
strategis yang harus diselesaikan dalam jangka menengah. Dengan
mempertimbangkan arah pembangunan jangka panjang daerah,
kondisi, permasalahan, dan tantangan pembangunan yang dihadapi
serta isu-isu strategis maka Visi Kota Bandung Tahun 2018-2023,
yaitu:

Penjabaran visi tersebut adalah sebagai berikut:

Bandung : Meliputi seluruh wilayah dan isinya. Artinya


Kota Bandung dan seluruh warganya yang berada di
dalam satu kawasan dalam batas-batas tertentu yang
berkembang sejak tahun 1810 hingga sekarang,
Unggul : Dengan berbagai capaian prestasi yang telah diraih
pada periode sebelumnya, maka Pemerintah Kota
Bandung akan terus berusaha untuk menjadi yang
terbaik disetiap sektor serta tetap menjadi contoh bagi
daerah lain dalam bentuk terobosan bagi
pembangunan daerah. Dukungan SDM Kota Bandung
yang berkualitas baik secara fisik dan mental akan
berdampak positif tidak hanya terhadap peningkatan
daya saing dan kemandirian daerah, namun juga
dalam mendukung pembangunan Kota Bandung.
Nyaman : Dalam rangka menjaga kesinambungan
pembangunan, maka kualitas infrastruktur yang
sudah baik harus terus ditingkatkan dengan tetap
memperhatikan dampak terhadap kualitas
lingkungan. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
seperti tanah, air dan udara harus terpenuhi dengan

8
baik sehingga nyaman untuk ditinggali dengan ruang-
ruang kota dan infrastruktur pendukungnya yang
responsif terhadap berbagai aktifitas dan perilaku
penghuninya. Kebutuhan ruang dalam konteks
pelaksanaan pembangunan harus tetap berpihak
terhadap lingkungan,
Sejahtera : Kesejahteraan lahir dan batin yang ingin diwujudkan
merupakan kesejahteraan yang berbasis pada
individu, keluarga dan lingkungan sebagai dasar
pengokohan sosial. Masyarakat sejahtera tidak hanya
dalam konteks lahiriah dan materi saja, melainkan
juga sejahtera jiwa dan batiniah. Kesejahteraan dalam
arti yang sejati adalah keseimbangan hidup yang
merupakan buah dari kemampuan seseorang untuk
memenuhi tuntutan dasar seluruh dimensi dirinya
meliputi ruhani, akal, dan jasad. Kesatuan elemen ini
diharapkan mampu saling berinteraksi dalam
melahirkan masa depan yang cerah, adil dan
makmur. Keterpaduan antara sejahtera lahiriah dan
batiniah adalah manifestasi dari sejahtera yang
paripurna. Kesejahteraan seperti inilah yang akan
membentuk kepercayaan diri yang tinggi pada
masyarakat Kota Bandung untuk mencapai kualitas
kehidupan yang semakin baik hingga menjadi teladan
bagi kota lainnya.

Agamis : Merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,


manifestasi dari kesempurnaan kehidupan beragama
sebagai wujud perintah Tuhan bahwa tujuan akhir
dari kehidupan beragama harus mampu menjadi
rahmat bagi alam semesta. Terwujudnya masyarakat
yang agamis adalah kondisi yang harus hadir
sepanjang tahun 2018-2023. Dalam masyarakat yang

9
agamis semua warga masyarakat mengamalkan
ajaran agama masing-masing ke dalam bentuk cara
berfikir, bersikap dan berbuat. Ajaran agama tidak
saja hanya dijadikan kegiatan ritual namun juga
diimplementasikan ke dalam pencapaian pelaksanaan
pembangunan dan pengembangan sosial
kemasyarakatan.

Dengan demikian visi Terwujudnya Kota Bandung yang Unggul,


Nyaman, Sejahtera dan Agamis bermakna “Layanan dasar yang
unggul dalam hal birokrasi, pembangunan manusia, infrastruktur dan
layanan publik lainnya akan menghadirkan kenyamanan dalam
melakukan aktivitas sosial ekonomi sehari-hari, serta kemudahan
dalam berinvestasi dan berwirausaha yang pada gilirannya akan
secara terus menerus meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat
yang menjadi tujuan akhir pembangunan. Sedangkan, agamis adalah
perwujudan nilai-nilai luhur yang mencerminkan kepatuhan terhadap
norma dan aturan sebagai pijakan dasar dalam bermasyarakat”.
Untuk mewujudkan Visi Kota Bandung Tahun 2018-2023 yaitu
Terwujudnya Kota Bandung yang Unggul, Nyaman,
Sejahtera, dan Agamais. Dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan kondisi umum pencapaian pembangunan
kesehatan 2023, potensi dan permasalahan kesehatan serta
lingkungan strategis baik Internal maupun Eksternal maka
ditetapkan Visi UPT Puskesmas Sukaraja, yaitu :

“Pilihan utama dalam pelayanan kesehatan dasar di


masyarakat perkotaan.”

Makna yang terkandung dalam visi UPT Puskesmas Sukaraja


tersebut dijelaskan dalam Tabel 4.1 berikut.

10
Tabel 4.1 Penjelasan Visi Puskesmas Sukaraja Bunten Barat

VISI POKOK VISI PENJELASAN VISI


Pilihan utama Pelayanan UPT Puskesmas Sukaraja, sebagai
dalam pelayanan kesehatan dasar pusat kesehatan masyarakat yang
kesehatan dasar di perkotaan mengutamakan upaya preventif dan
di masyarakat promotif tanpa mengesampingkan
perkotaan kegiatan kuratif dan rehabilitatif
berusaha untuk menjadi Puskesmas
yang unggul untuk menjadi pilihan
utama fasilitas kesehatan dasar
masyarakat perkotaan dan
menjadikan masyarakat di wilayah
kerjanya menjadi masyarakat yang
sehat.

Pokok visi UPT Puskesmas Sukaraja menunjukkan bahwa


UPT Puskesmas Sukaraja merupakan penyelenggara dan pelaksana
Pembangunan Kesehatan di wilayah kerjanya untuk mampu
mewujudkan masyarakat sehat dan menjadi puskesmas dengan
pelayanan bermutu.

(3) Misi Puskesmas Sukaraja


Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Dengan memperhatikan faktor-
faktor lingkungan strategis internal dan eksternal. Rumusan Misi Kota
Bandung yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Membangun Masyarakat yang humanis, agamis, berkualitas dan
berdaya saing
Pemerintah Kota Bandung dengan berlandaskan nilai-nilai agama dan
budaya, berkomitmen memberikan kemudahan serta menjamin
terselenggaranya pelayanan pendidikan, kesehatan dan sosial yang
bermutu, adil dan merata.

11
2. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Melayanai, Efektif,
Efisien, dan Bersih
Pemerintah Kota Bandung membangun sumber daya aparatur yang
berintegritas dan kompeten, melalui smart government yang
terintegrasi untuk mewujudkan pelayanan publik yang efektif, efisien
dan prima
3. Membangun Perekonomian yang Mandiri, Kokoh, dan
Berkeadilan
Kota Bandung sebagai sebuah kota jasa, mendorong kesejahteraan
masyarakat yang merata dan berkeadilan melalui pertumbuhan
ekonomi yang berbasis padat tenaga kerja dan UMKM lokal
4. Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang,
pembangunan infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan
ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan
Pemerintah Kota Bandung mendorong pembangunan infrastruktur dan
penataan ruang secara sinergis dengan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan dasar sesuai daya dukung lingkungan, melalui sistem
yang inklusif, terintegrasi, dan berkelanjutan
5. Mengembangkan pembiayaan kota yang partisipatif, kolaboratif
dan terintegrasi
Pemerintah Kota Bandung berkomitmen menyelenggarakan
pembangunan kota secara partisipatif, kolaboratif dan terintegrasi
dengan melibatkan masyarakat dan swasta

Misi merupakan rumusan upaya-upaya yang akan dilaksanakan


untuk mewujudkan visi Puskesmas Sukaraja. Misi
UPT Puskesmas Sukaraja merupakan bentuk uraian upaya yang akan
dilakukan. Berdasarkan Misi Kota Bandung Tahun 2018 – 2023 maka
dalam perencanaan misi UPT Puskesmas Sukaraja ini penting untuk
memberikan kerangka dalam mencapai tujuan dan sasaran yang akan
dicapai.

12
Misi UPT Puskesmas Sukaraja sebagai berikut :

1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan


mengutamakan upaya preventif dan promotif.

2. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang


amanah, santun dan berstandar nasional, meliputi pelayanan
medik dasar dan pelayanan kesehatan masyarakat.

3. Mengembangkan kompetensi SDM yg meliputi skill, knowledge dan


attitude agar mampu memberikan pelayanan prima sehingga dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan.

4. Memanfaatkan fasilitas dan alat kesehatan secara efektif


semaksimal mungkin dengan perencanaan pengembangan fasilitas
dan alat kesehatan secara bertahap agar tercapai kelengkapan
sesuai dengan standar nasional

5. Mengembangkan gedung puskesmas menjadi lebih atraktif melalui


perencanaan pengembangan dengan desain interior dan eksterior
asri dan nyaman.

6. Memelihara dan meningkatkan kerjasama lintas sektoral dan


kerjasama dengan pihak swasta baik di bidang kesehatan maupun
di bidang lainnya di wilayah kerja puskesmas dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

7. Mengembangkan sistem-sistem manajemen sesuai amanah BLUD.

Misi UPT Puskesmas Sukaraja perlu dijelaskan supaya mampu


diimplementasikan menjadi langkah-langkah pelaksanaan
pembangunan kesehatan, yaitu:

1. Misi Pertama : Meningkatkan status kesehatan


masyarakat dengan mengutamakan upaya preventif dan
promotif, dengan cara :

a. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.


b. Lebih mengutamakan memberikan promosi,

13
penyuluhan kesehatan dan edukasi kesehatan dalam
rangka meningkatkan status kesehatan warga
dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitative.
2. Misi Kedua : Memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang amanah, santun dan berstandar nasional,
meliputi pelayanan medik dasar dan pelayanan kesehatan
masyarakat, dengan cara :
a. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
standart operasioanal prosedur.
b. Mengedepankan kepuasan pelanggan dalam setiap
pelayanan yang diberikan Puskesmas.
3. Misi Ketiga : Mengembangkan kompetensi SDM yg meliputi
skill, knowledge dan attitude agar mampu memberikan
pelayanan prima sehingga dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggan, memalui cara:

a. Memberikan pelatihan atau training untuk menambah


kemampuan petugas Puskesmas baik kemampuan
intelegensi, maupun soft skill yang termasuk pelatihan
kepribadian untuk mendukung dalam memberikan service
exelent pada pelanggan.

b. Melakukan dinamisasi staff yang rutin sebagai sarana


sharing ilmu para petugas puskesmas.

4. Misi keempat : Memanfaatkan fasilitas dan alat kesehatan


secara efektif semaksimal mungkin dengan perencanaan
pengembangan fasilitas dan alat kesehatan secara bertahap
agar tercapai kelengkapan sesuai dengan standar nasional,
melalui cara :

a. Pemeliharaan alat kesehatan yang terjawal.


b. Inventarisis alat yang di miliki oleh
Puskesmas Sukaraja.

14
5. Misi Kelima : Mengembangkan gedung puskesmas menjadi
lebih atraktif melalui perencanaan pengembangan dengan
desain interior dan eksterior asri dan nyaman.

a. Mengajukan relokasi Puskesmas untuk memudahkan


pelanggan atau masyarakat dalam mendapatkan akses ke
Puskesmas.

b. Mengadakan rehab atau renovasi bangunan sesuai


dengan Permenkes No.73 Tahun 2016 , untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan.

6. Misi Keenam : Memelihara dan meningkatkan kerjasama lintas


sektoral dan kerjasama dengan pihak swasta baik di bidang
kesehatan maupun di bidang lainnya di wilayah kerja
puskesmas dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat.

a. Melibatkan lintas sektoral dalam penyelenggaraan


program – program puskesmas.

7. Misi Ketujuh : Mengembangkan sistem-sistem manajemen


sesuai amanah BLUD.

a. Adaptasi sistem keuangan dengan kaidah BLUD

(4) Tujuan Strategis :


a. Terpenuhinya tenaga kesehatan dengan kompetensi yang
berkualitas di semua lini pelayanan
b. Terpenuhinya kebutuhan ruangan pelayanan yang lebih memenuhi
kebutuhan keamanan, kenyamanan dan keindahan
c. Tersedianya peralatan medis dan non medis yang memadai dalam
meningkatkan akurasi pelayanan sesuai standar.
d. Terselenggaranya program unggulan (program pengembangan) yang
berorientasi kepada pelayanan kesehatan program penyelidikan
epidemiologi dan penanggulangan KLB

15
e. Terselenggaranya puskesmas yang “mandiri” dalam keuangan dan
pengembangan pelayanan kesehatan

(5) Nilai-nilai dasar (Values) :


“Memberikan pelayanan yang Kompeten, Amanah dan Ramah untuk
masyarakat”.

Bagian Ketiga
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI PUSKESMAS
Pasal 5

(1) Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kota adalah sebagai


Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
kota di wilayah kerjanya
(2) Puskesmas dipimpin oleh seorang kepala UPT puskesmas yang
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
melalui Sekretaris Dinas
(3) Puskesmas mempunyai tugas pokok, melaksanakan pelayanan,
pembinaan dan pengembangan dalam bidang kesehatan serta menjadi
pusat pelayanan kesehatan strata pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan meliputi upaya kesehatan wajib dan
upaya kesehatan pengembangan
(4) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada
ayat Puskesmas mempunyai fungsi sebagai :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, Puskesmas
selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia
usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan dan mendukung
pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
16
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat, Puskesmas selalu berupaya agar
perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiyaannya,
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan,
keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya
masyarakat setempat.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama, Puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
puskesmas meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
d. Melaksanakan sebagian tugas tugas Dinas Kesehatan di bidang
pelayanan kesehatan masyarakat sesuai jenis dan kewenangannya,
antara lain :

i. Penyusunan rencana dan teknis operasional pelaksanaan


pelayanan kesehatan kepada masyarakat

ii. Pelaksanaan operasional pelayanan dasar kesehatan


masyarakat dan pembangunan kesehatan masyarakat di
wilayah kerja sesuai dengan kewenangan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan.

iii. Pelaksanaan ketatausahaan UPT Puskesmas

iv. Pelaksanaan pengawasan, pengendalian, evaluasi dan


pelaporan kegiatan puskesmas

17
(5) Dalam melaksanakan fungsinya Puskesmas berkoordinasi dengan
Kantor Kecamatan, Dinas Kesehatan Kota Bandung, Jaringan
Pelayanan Kesehatan Strata Pertama, Jaringan pelayanan Kesehatan
Rujukan, Lintas sektoral dan Masyarakat.

Bagian Keempat
KEWAJIBAN PUSKESMAS
Pasal 6

(1) Setiap Puskesmas mempunyai kewajiban :


a. Memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
b. Memberikan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerjasama internal dan antar profesi;
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
g. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya;
h. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan Sistem Rujukan.

Bagian Kelima
KEDUDUKAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 7

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup,


pengembangan dan kemajuan Puskesmas sesuai dengan yang
diharapkan oleh masyarakat.

18
(2) Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tanggung jawabnya
mempunyai kewenangan.
a. Menetapkan peraturan tentang Pola Tata Kelola, dan Standar
Pelayanan Minimal Puskesmas beserta perubahannya;
b. Membentuk dan menetapkan Pejabat Pengelola dan
Dewan Pengawas;
c. Memberhentikan Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas karena
sesuatu hal yang menurut peraturannya membolehkan untuk
diberhentikan;
d. Menyetujui dan mengesahkan Rencana Strategi Bisnis
(Business Plan) dan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) dan;
e. Memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar ketentuan
yang berlaku dan memberikan penghargaan kepada pegawai yang
berprestasi.
(3) Pemerintah Daerah bertanggungjawab menutup defisit Puskesmas
yang bukan karena kesalahan dalam pengelolaan setelah diaudit oleh
auditor independen.
(4) Pemerintah Daerah bertanggunggugat atas terjadinya kerugian pihak
lain, termasuk pasien,akibat kelalaian dan / atau kesalahan dalam
pengelolaan Puskesmas.

Bagian Keenam
DEWAN PENGAWAS
Paragraf I
Pembentukan Dewan Pengawas
Pasal 8

(1) Dewan Pengawas dibentuk dengan keputusan Wali Kota atas usulan
Kepala Dinas;
(2) Jumlah anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebanyak 3 (tiga) orang
dan seorang diantara anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai
Ketua Dewan Pengawas;

19
(3) Persyaratan menjadi anggota Dewan Pengawas adalah, unsur Pejabat
SKPD yang berkaitan dengan kegiatan BLUD, Pejabat dilingkungan
satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah dan tenaga ahli yang sesuai
dengan kegiatan BLUD.

Paragraf 2
Tanggung Jawab, Tugas, Fungsi, Kewajiban dan Kewenangan
Pasal 9

(1) Dewan Pengawas bertanggungjawab kepada Wali Kota melalui


Sekretaris Daerah Kota Bandung.
(2) Dewan Pengawas bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pengelolaan Puskesmas yang dilakukan oleh Pejabat
Pengelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dewan Pengawas berfungsi sebagai pelaksana yang melaksanakan
peran Wali Kota dalam bidang pengawasan dan pembinaan yang dapat
menjamin perkembangan dan kemajuan Puskesmas.
(4) Dewan Pengawas berkewajiban :
a. Memberikan pendapat dan saran kepada Wali Kota mengenai
Rencana Bisnis Anggaran yang diusulkan oleh Pejabat Pengelola.
b. Mengikuti perkembangan kegiatan Puskesmas dan memberikan
pendapat serta saran kepada Wali Kota mengenai setiap masalah
yang dianggap penting bagi pengelolaan Puskesmas.
c. Melaporkan kepada Wali Kota tentang kinerja Puskesmas.
d. Memberikan masukan kepada Kepala Puskesmas dalam
melaksanakan pengelolaan Puskesmas.
e. Melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan maupun
non keuangan, serta memberikan saran dan catatan-catatan
penting untuk ditindak lanjuti oleh Kepala Puskesmas dan ;
f. Memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja.
(5) Dewan Pengawas berwenang :
a. Memeriksa buku-buku, surat-surat, dan dokumen-dokumen.

20
b. Meminta penjelasan pejabat pengelola.
c. Meminta pejabat pengelola dan atau pejabat lain sepengetahuan
pejabat pengelola untuk menghadiri rapat dewan pengawas.
d. Mengajukan anggaran untuk keperluan tugas-tugas Dewan
Pengawas.
e. Mendatangkan ahli, konsultan atau lembaga independen lainnya
jika diperlukan.
(6) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Wali Kota
secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun dan
sewaktu-waktu diperlukan.

Paragraf 3
Keanggotaan Dewan Pengawas
Pasal 10

(1) Anggota Dewan Pengawas dapat terdiri dari unsur – unsur ;


a. Pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berkaitan dengan
kegiatan Puskesmas.
b. Pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah dan;
c. Tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan Puskesmas.
(2) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya
dengan pengangkatan Kepala Puskesmas.
(3) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi Dewan Pengawas, yaitu :
a. Memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang berkaitan
dengan kegiatan Puskesmas, serta dapat menyediakan waktu yang
cukup untuk melaksanakan tugasnya.
b. Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota Kepala atau
Komisaris, atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah
sehingga menyebabkan suatu badan usaha pailit atau orang yang
tidak pernah melakukan tindak pidana yang merugikan daerah
dan;

21
c. Mempunyai kompetensi dalam bidang manajemen keuangan,
sumber daya manusia dan mempunyai komitmen terhadap
peningkatan kualitas pelayanan publik.

Paragraf 4
Masa Jabatan Dewan Pengawas
Pasal 11

(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan paling lama selama
5 (lima) tahun, dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa
jabatan berikutnya.
(2) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya oleh
Wali Kota;
(3) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebelum waktunya apabila :
a. Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
b. Tidak melaksanakan ketentuan perundang – undangan ;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Puskesmas ; atau
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak pidana
dan / atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya
melaksanakan pengawasan atas Puskesmas.

Paragraf 5
Sekretaris Dewan Pengawas
Pasal 12

(1) Wali Kota dapat mengangkat Sekretaris Dewan Pengawas untuk


mendukung kelancaran tugas Ketua Dewan Pengawas.
(2) Sekretaris Dewan Pengawas bukan merupakan anggota
Dewan Pengawas.

22
Paragraf 6
Biaya Dewan Pengawas
Pasal 13

Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Dewan Pengawas


termasuk honorarium anggota dan Sekretaris Dewan Pengawas
dibebankan pada Dinas Kesehatan.

Bagian Ketujuh
PEJABAT PENGELOLA
Paragraf 1
Komposisi Pejabat Pengelola
Pasal 14

Pejabat Pengelola Puskesmas adalah pimpinan Puskesmas yang


bertanggungjawab terhadap kinerja operasional Puskesmas, terdiri atas ;
(1) Pemimpin, selanjutnya disebut Kepala
(2) Pejabat Administrasi dan Keuangan, selanjutnya disebut Ka Subag TU.
(3) Pejabat Teknis Pelayanan, selanjutnya disebut Kepala Subag
Pelayanan.

Pasal 15

Kepala bertanggungjawab kepada Wali Kota melalui Kepala


Dinas Kesehatan terhadap operasional dan keuangan Puskesmas secara
umum dan keseluruhan.

Pasal 16

Pejabat Adminstrasi dan Keuangan dan Pejabat Teknis Pelayanan


bertanggungjawab kepada Kepala.

23
Pasal 17

(1) Komposisi Pejabat Pengelola Puskesmas dapat dilakukan perubahan,


baik jumlah maupun jenisnya, setelah melalui analisis organisasi dan
analisis jabatan guna memenuhi tuntutan perubahan.
(2) Perubahan komposisi Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Wali Kota.

Paragraf 2
Pengangkatan Pejabat Pengelola
Pasal 18

(1) Pejabat Pengelola adalah seorang Tenaga Kesehatan.


(2) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan Pejabat Pengelola
Puskesmas ditetapkan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan
praktik bisnis yang sehat.
(3) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keahlian
berupa pengetahuan,keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam tugas jabatan, yang mengacu kepada Peraturan Perundang
undangan yang berlaku.
(4) Kebutuhan praktik bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud pada (1)
merupakan kesesuaian antara kebutuhan jabatan, kualitas dan
kualifikasi.
(5) Pejabat Pengelola Puskesmas diangkat dan diberhentikan dengan
keputusan Wali Kota.

Pasal 19

(1) Dalam hal Kepala berasal dari unsur Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka
yang bersangkutan merupakan pengguna anggaran dan barang
daerah.

24
(2) Dalam hal Kepala berasal dari unsur non Pegawai Negeri Sipil, maka
yang bersangkutan bukan merupakan pengguna anggaran dan barang
daerah.
(3) Dalam hal Kepala bukan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), maka yang menjadi pengguna anggaran dan barang
daerah adalah Ka Subag Tata Usaha yang berasal dari unsur Pegawai
Negeri Sipil.

Paragraf 3
Persyaratan menjadi Kepala, dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Pasal 20

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala adalah :


(1) Seorang tenaga kesehatan, yang mempunyai keahlian dalam bidang
kesehatan masyarakat sesuai dengan Peraturan dan Perundang
Undangan yang berlaku.
(2) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah menjadi
pemimpin perusahaan yang dinyatakan pailit;
(3) Berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan atau Non Pegawai
Negeri Sipil.
(4) Bersedia membuat Surat Pernyataan Kesanggupan untuk
menjalankan praktik bisnis sehat di Puskesmas dengan meningkatkan
kinerja pelayanan, kinerja keuangan dan kinerja manfaat bagi
masyarakat.
(5) Memenuhi syarat administrasi kepegawaian bagi Kepala yang
berstatus Pegawai Negeri Sipil.

Pasal 21

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha
adalah :

25
(1) Seorang tenaga kesehatan atau sarjana akuntansi/ekonomi atau D3
akuntansi yang memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan
dan atau pengalaman di bidang administrasi dan keuangan/akuntansi
di Puskesmas.
(2) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah menjadi
pemegang keuangan perusahaan yang dinyatakan pailit.
(3) Mampu melaksanakan koordinasi di lingkup administrasi dan
keuangan.
(4) Berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan memenuhi syarat
administrasi kepegawaian.
(5) Bersedia membuat Surat Pernyataan Kesanggupan untuk
menjalankan prinsip pengelolaan keuangan yang sehat di Puskesmas.

Pasal 22

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Ka Subag Pelayanan adalah :


(1) Seorang tenaga kesehatan,yang memenuhi kriteria keahlian, integritas,
kepemimpinan dan pengalaman di bidang pelayanan.
(2) Mampu melaksanakan koordinasi di lingkup pelayanan Puskesmas.
(3) Berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan memenuhi syarat
administrasi kepegawaian
(4) Bersedia membuat Surat Pernyataan Kesanggupan untuk
meningkatkan dan mengembangkan pelayanan di Puskesmas.

Paragraf 4
Pemberhentian Kepala dan Kepala Subag
Pasal 23

Kepala dan Kepala Subag dapat diberhentikan karena :


(1) Meninggal dunia.
(2) Berhalangan secara tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.
(3) Tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik.

26
(4) Melanggar misi, kebijakan atau ketentuan-ketentuan lain yang telah
digariskan.
(5) Mengundurkan diri karena alasan yang patut.
(6) Terlibat dalam suatu perbuatan melanggar hukum yang telah
mempunyai ketetapan hukum

Paragraf 5
Tugas dan Kewajiban, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab Kepala
dan Kepala Subag
Pasal 24

Tugas dan Kewajiban Kepala adalah :


a. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dalam wilayah kerjanya sesuai dengan visi misi
puskesmas yang telah ditetapkan
b. Menyusun program kerja dan rencana kegiatan
c. Menyusun dan mengkoordinasikan rencana program bidang pelayanan
dan pemberdayaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya sesuai
dengan mekanisme perencanaan daerah
d. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan
e. Memeriksa dan menyempurnakan hasil kerja bawahan
f. Mengkoordinasikan penyusunan usulan anggaran
g. Membuat pedoman dan petunjuk teknis dan administrasi sesuai
dengan rencana kegiatan
h. Melaksanakan kegiatan pembangunan, pelayanan dan pembinaan
kesehatan masyarakat sesuai dengan rencana yang disusun
i. Melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
j. Menyelenggarakan kesehatan lingkungan
k. Menyelenggarakan kesehatan ibu anak dan usia lanjut
l. Menyelenggarakan program keluarga berencana bekerjasama dengan
instansi terkait
m. Melakukan pembinaan peningkatan perbaikan gizi masyarakat

27
n. Melaksanakan pengelolaan obat esensial dan alat kesehatan
o. Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan obat dan NAPZA
bekerjasama dengan instansi terkait
p. Memberikan pelayanan restribusi bidang kesehatan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
q. Melaksanakan pembinaan upaya kesehatan peran serta masyarakat
r. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
s. Mengusulkan sarana dan prasarana kerja sesuai dengan kebutuhan
t. Melaksanakan evaluasi dan pengawasan pelaksanaan kebijakan
bidang pelayanan dan pemberdayaan kesehatan masyarakat pada
wilayah kerja
u. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya sesuai dengan petunjuk
atasan

Pasal 25

Fungsi Kepala adalah :


a. Penentu kebijakan operasional dibidang pelayanan kesehatan
masyarakat;
b. Penyelenggara Pelayanan kesehatan masyarakat yang menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang pelayanan
kesehatan;
c. Penyusun perencanaan, implementasi, monitoring, evaluasi dan
pelaporan di bidang pelayanan kesehatan.
d. Pelaksana pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan
serta pengabdian masyarakat.
e. Pengelola akuntansi dan keuangan.
f. Pengelola urusan kepegawaian, hukum, hubungan masyarakat,
organisasi dan tata laksana, serta rumah tangga, perlengkapan dan
umum

28
Pasal 26

Wewenang Kepala adalah :


a. Menetapkan perencanaan strategi bisnis Puskesmas
b. Melakukan pengelolaan dan pengendalian operasional Puskesmas
c. Menyelenggarakan pelayanan operasional di semua lini
d. Melakukan pengawasan, pengendalian dan evaluasi terhadap
operasional puskesmas, baik dalam bidang pembelajaran
pengembangan Sumber Daya Manusia, proses bisnis internal
Puskesmas, upaya memuaskan pelanggan, pengendalian pemanfaatan
serta pelaporan keuangan
e. Menandatangani perjanjian dengan pihak lain untuk jenis perjanjian
yang bersifat teknis operasional pelayanan
f. Mendelegasikan sebagian kewenangan kepada jajaran di bawahnya.
g. Meminta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dari semua
Wakil Kepala
h. Memberikan penghargaan dan sanksi

Pasal 27

Tanggungjawab Kepala menyangkut hal-hal sebagai berikut :


a. Terselenggaranya operasionalisasi organisasi Puskesmas;
b. Terselenggaranya pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas
standar nasional dana kuntabel
c. Terwujudnya kelancaran, efektivitas dan efisiensi kegiatan
Puskesmas.
d. Penyelenggaraan program kerja, pengendalian, pengawasan dan
pelaksanaan serta laporan kegiatannya.
e. Meningkatkan akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan
masyarakat.

29
Pasal 28

(1) Tugas dan kewajiban Kepala Sub Bagian Tata Usaha adalah
melaksanakan surat menyurat, urusan keuangan, rumah tangga dan
perlengkapan, administrasi dan kepegawaian, penyusunan rencana
dan program kerja serta pelaporan
(2) Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), mempunyai fungsi sebagai :
a. Pengelola surat menyurat dan kearsipan
b. Menyiapkan Daftar Pelaksanaan Anggaran Puskesmas
c. Pengelola Administrasi perlengkapan kerumah tanggaan
d. Pengelola Administrasi Kepegawaian
e. Penyusun rencana dan program kerja serta pelaporan
f. Melakukan Pengelolaan Pendapatan dan biaya
g. Menyelenggarakan pengelolaan kas
h. Melakukan pengelolaan utang piutang
i. Menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap dan investasi
j. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan
k. Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan
l. Mengkoordinasikan pengelolaan sistem remunerasi, pola tarif dan
administrasi keuangan
m. Pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala

Pasal 29

Tugas dan kewajiban Kepala Pelayanan adalah :


1. Menyusun rencana pelayanan medis dengan mempertimbangkan
rekomendasi dari komite-komite yang ada di Puskesmas.
2. Melaksanakan kegiatan pelayanan medis sesuai dengan Rencana
Bisnis Strategis.
3. Memonitor pelaksanaan kegiatan pelayanan medis.

30
4. Mempertanggungjawabkan kinerja pelayanan di bidang pelayanan
medis.
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala.

Pasal 30

Fungsi Kepala Sub Bagian Pelayanan adalah :


a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan dan
pelayanan administrasi dan teknis di bidang pelayanan medis dan
keperawatan.
b. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Pasal 31

Tugas dan kewajiban Kepala Pelayanan Penunjang adalah :


1. Menyusun rencana pelayanan penunjang medis dan non medis
dengan mempertimbangkan rekomendasi dari komite-komite yang
ada di Puskesmas;
2. Melaksanakan kegiatan pelayanan penunjang medis dan non
medis sesuai dengan Rencana Bisnis Strategis;
3. Memonitor pelaksanaan kegiatan pelayanan penunjang medis dan
non medis;
4. Mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidang pelayanan
penunjang medis dan non medis;
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan

Pasal 32

Fungsi Kepala Pelayanan Penunjang adalah:

31
1. Pengkoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis,
pelaksanaan dan pelayanan administrasi dan teknis di bidang
pelayanan penunjang medis dan non medis.
2. Pengkoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis,
pelaksanaan dan pelayanan administrasi dan teknis di bidang
pendidikan, pelatihan dan penelitian.
3. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Kepala sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Bagian Kedelapan
Organisasi Pelaksana
Paragraf 1
Pelaksana Teknis Lapangan
Pasal 33

(1) Guna memungkinkan penyelenggaraan kegiatan pelayanan,


pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan
kesehatan dibentuk Pelaksana Teknis Lapangan yang merupakan unit
pelayanan non struktural.
(2) Pembentukan Pelaksana Teknis Lapangan ditetapkan dengan
keputusan Kepala.
(3) Dalam melaksanakan kegiatan operasional pelayanan Pelaksana
Teknis Lapangan, berkoordinasi dengan Ka Subbag Tata Usaha dan
Ka Subag Pelayanan.

Pasal 34

(1) Pembentukan dan perubahan instalasi didasarkan atas analisis


organisasi dan kebutuhan.
(2) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi/poli
dilaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas

32
Pasal 35

Kepala Pelaksana Teknis Lapangan mempunyai tugas dan kewajiban


merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi, serta
melaporkan kegiatan pelayanan di Lapangan.

Paragraf 2
Tim Pelaksana
Pasal 36

(1) Guna memungkinkan dukungan penyelenggaraan kegiatan


pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan kesehatan dibentuk Timyang merupakan pejabat
fungsional, yang berada langsung dibawah Kepala.
(2) Pembentukan Timditetapkan dengan keputusan Kepala
(3) Tim dipimpin oleh Ketua Tim
(4) Dalam melaksanakan tugasnya Tim berkoordinasi dengan unit unit
lain.

Pasal 37

(1) Pembentukan Tim berdasarkan analisis kebutuhan


(2) Perubahan Tim dilaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas

Paragraf 3
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 38

(1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional


yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai bidang
keahliannya.

33
(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang ada.
(3) Kelompok jabatan fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing – masing yang berlaku.
(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai peraturan
perundang – undangan yang berlaku.

Bagian Kesembilan
ORGANISASI PENDUKUNG
Paragraf 1
Satuan Pemeriksa Internal
Pasal 39

Guna membantu Kepala dalam pemeriksaan internal dan monitoring


dibentuk Satuan Pemeriksa Internal.

Pasal 40

(1) Tugas pokok Satuan Pemeriksa Internal adalah :


a. Pemeriksaan terhadap pelaksanaan dan operasional Puskesmas.
b. Menilai pengendalian pengelolaan/pelaksanaan kegiatan
Puskesmas.
c. Memberikan saran perbaikan kepada Kepala.
(2) Fungsi Satuan Pemeriksa Internal adalah :
a. Melakukan pemeriksaan terhadap segala kegiatan di lingkungan
Puskesmas
b. Melakukan penelusuran kebenaran.
c. Melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat
Pemeriksa Internal.

34
Bagian Kesepuluh
TATA KERJA
Pasal 41

Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi di


lingkungan Puskesmas wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan cross functional approach secara vertikal, horizontal dan
diagonal baik di lingkungannya serta dengan unit lain sesuai tugas
masing-masing.

Pasal 42

Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya


masing – masing dan apabila terjadi penyimpangan, wajib mengambil
langkah – langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 43

Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggungjawab memimpin dan


mengkoordinasikan bawahan dan memberikan bimbingan serta petunjuk
bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

Pasal 44

Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi


petunjuk dan bertanggungjawab kepada atasan serta menyampaikan
laporan berkala pada waktunya.

35
Pasal 45

Setiap laporan yang diterima oleh setiap pimpinan satuan organisasi dari
bawahan, wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk melakukan corrective action dan memberikan petunjuk kepada
bawahannya.

Pasal 46

Kepala Subag Tata Usaha, Kepala Subag Pelayanan, wajib menyusun


laporan akuntabilitas (accountability system) dan wajib menyampaikan
laporan berkala kepada atasannya.

Pasal 47

Dalam menyampaikan laporan kepada atasannya, tembusan laporan


lengkap dengan semua lampirannya disampaikan pula kepada satuan
organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

Pasal 48

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi


dibantu oleh kepala unit organisasi di bawahnya dan dalam rangka
pemberian bimbingan dan pembinaan kepada bawahannya masing –
masing wajib mengadakan rapat berkala.

Bagian Kesebelas
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Paragraf 1
Tujuan Pengelolaan
Pasal 49

36
Pengelolaan Sumber Daya Manusia merupakan pengaturan dan
kebijakan yang jelas mengenai Sumber Daya Manusia yang berorientasi
pada pemenuhan secara kuantitatif dan kualitatif untuk mendukung
pencapaian tujuan organisasi secara efisien.

Pasal 50

(1) Sumber Daya Manusia Puskesmas dapat berasal dari PNS dan
Non PNS.
(2) Penerimaan pegawai Puskesmas adalah sebagai berikut :
a. Untuk pegawai yang berstatus PNS dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku ;
b. Untuk pegawai Non PNS dapat dilakukan dengan mekanisme
rekruitmen, outsourching, Kerja Sama Operasional (KSO), magang,
atau cara – cara lain yang efektif dan efisien
(3) Rekruitmen pegawai PNS maupun Non PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dilakukan dengan cara seleksi, meliputi seleksi
administrasi, test psikologi, seleksi akademik dan keterampilan,
wawancara dan test kesehatan.
(4) Outsourching pegawai dilaksanakan berdasarkan kebutuhan tenaga
yang ditetapkan oleh Kepala dan dilaksanakan oleh bidang SDM,
sesuai ketentuan yang berlaku.
(5) Kerjasama Operasional pegawai dilaksanakan berdasarkan kebutuhan
tenaga yang ditetapkan oleh Kepala dan dilakukan oleh Ka Sub bagian
Tata Usaha.

Paragraf 2
Penghargaan dan Sanksi
Pasal 51
(1) Untuk mendorong motivasi kerja dan produktivitas pegawai maka
kepala UPT Puskesmas dapat menerapkan kebijakan dalam bentuk
penghargaan dan sanksi.

37
(2) Penghargaan dan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dalam bentuk imbal jasa (remunerasi) sesuai dengan kinerja, dan
sanksi bagi pegawai yang tidak memenuhi ketentuan atau melanggar
peraturan yang ditetapkan.

Pasal 52

(1) Kenaikan pangkat PNS merupakan penghargaan yang diberikan atas


prestasi kerja dan pengabdian pegawai yang bersangkutan terhadap
negara berdasarkan sistem kenaikan pangkat reguler dan kenaikan
pangkat pilihan sesuai ketentuan yang berlaku.
(2) Kenaikan pangkat pegawai non PNS adalah merupakan penghargaan
yang diberikan atas prestasi kerja pegawai berdasarkan kinerja yang
bersangkutan dan diberikan berdasarkan penilaian melalui sistem
akuntabilitas Puskesmas.

Pasal 53

(1) Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada PNS yang tidak


menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu, termasuk PNS
yang :
a. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki
jabatan struktural atau fungsional tertentu.
b. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi
induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah
ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.
(2) Kenaikan pangkat pilihan adalah penghargaan yang diberikan kepada
PNS yang menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional
tertentu.

38
Pasal 54

(1) Rotasi PNS dan non PNS dilaksanakan dengan tujuan untuk
peningkatan kinerja dan pengembangan karir :
(2) Rotasi dilaksanakan dengan mempertimbangkan :
a. Penempatan seseorang pada pekerjaan yang sesuai dengan
pendidikan dan keterampilannya;
b. Masa kerja di unit tertentu.
c. Pengalaman pada bidang tugas tertentu.
d. Kegunaannya dalam menunjang karir.
e. Kondisi fisik dan psikis pegawai.

Paragraf 3
Pengangkatan Pegawai
Pasal 55

(1) Pegawai Puskesmas dapat berasal dari PNS dan / atau non PNS yang
profesional sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pegawai Puskesmas yang berasal dari non PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat dipekerjakan secara tetap atau
berdasarkan kontrak.
(3) Pengangkatan pegawai Puskesmas yang berasal dari PNS disesuaikan
dengan peraturan perundang – undangan.
(4) Pengangkatan pegawai Puskesmas yang berasal dari non PNS
dilakukan berdasarkan pada prinsip efektifitas, efisiensi, ekonomis
dan produktif dalam peningkatan pelayanan.
(5) Pengangkatan pegawai Puskesmas yang berasal dari non PNS diatur
lebih lanjut dengan peraturan Wali Kota.

Paragraf 4
Disiplin Pegawai
Pasal 56

39
(1) Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai – nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban yang
dituangkan dalam:
a. Daftar hadir.
b. Laporan kegiatan.
c. Daftar penilaian pekerjaan pegawai.
(2) Tingkatan dan jenis hukuman disiplin pegawai, meliputi :
a. Hukuman disiplin ringan, yang terdiri dari teguran lisan, teguran
tertulis dan pernyataan tidak puas secara tertulis.
b. Hukuman disiplin sedang, yang terdiri dari penundaan kenaikan
gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun, penurunan gaji
sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu)
tahun, dan penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama
1 (satu) tahun.
c. Hukuman disiplin berat yang terdiri dari penurunan pangkat
setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun,
pembebasan dari jabatan, pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS, dan pemberhentian tidak hormat
sebagai PNS.

Paragraf 5
Pemberhentian Pegawai
Pasal 57

(1) Pemberhentian PNS diatur menurut peraturan perundang-undangan


tentang pemberhentian PNS.
(2) Pemberhentian pegawai non PNS dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut.
a. Pemberhentian atas permintaan sendiri dilaksanakan apabila
pegawai Puskesmas non PNS mengajukan permohonan

40
pemberhentian sebagai pegawai pada masa kontrak dan atau tidak
memperpanjang masa kontrak.
b. Pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun dilaksanakan
apabila pegawai Puskesmas non PNS telah memasuki masa batas
usia pensiun sebagai berikut :
1. Batas usia pensiun tenaga medis 60 tahun.
2. Batas usia pensiun tenaga paramedis 58 tahun.
3. Batas usia pensiun tenaga non medis 58 tahun.
(3) Pemberhentian tidak atas permintaan sendiri dilaksanakan apabila
pegawai Puskesmas non PNS melakukan tindakan – tindakan
pelanggaran sesuai yang diatur dalam pasal tentang disiplin pegawai.

Bagian Kedua Belas


REMUNERASI
Pasal 58

Remunerasi adalah imbal jasa atau upah kerja yang dapat berupa gaji,
tunjangan, honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan atau
pensiun yang diberikan kepada pejabat pengelola Puskesmas dan pegawai
Puskesmas yang ditetapkan dalam peraturan Wali Kota.

Pasal 59

(1) Pejabat pengelola Puskesmas, Dewan Pengawas, sekretaris Dewan


Pengawas dan pegawai Puskesmas dapat diberikan remunerasi sesuai
dengan tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang
diperlukan.
(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan imbalan
kinerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif,
bonus atas prestasi, pesangon, dan/atau pensiun.

41
(3) Remunerasi bagi Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam bentuk
honorarium.
(4) Sistem remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk
Puskesmas ditetapkan dengan peraturan Wali Kota berdasarkan
usulan pimpinan Puskesmas melalui Kepala Dinas Kesehatan.

Pasal 60

Penetapan remunerasi dalam bentuk gaji pimpinan Puskesmas,


mempertimbangkan faktor – faktor yang berdasarkan:
a. Ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola Puskesmas, tingkat
pelayanan serta produktivitas
b. Pertimbangan persamaannya dengan industri pelayanan sejenis ;
c. Kemampuan pendapatan Puskesmas yang bersangkutan, dan
d. Kinerja operasional Puskesmas yang ditetapkan oleh Wali Kota
dengan mempertimbangkan antara lain indikator keuangan,
pelayanan, dan manfaat bagi masyarakat.

Pasal 61

Remunerasi dalam bentuk honorarium Dewan Pengawas ditetapkan


sebagai berikut :
(1) Honorarium Ketua Dewan Pengawas paling banyak sebesar 40%
(empat puluh persen) dari gaji Pemimpin Puskesmas.
(2) Honorarium anggota dewan pengawas paling banyak sebesar 36%
(tiga puluh enam persen) dari gaji pemimpin Puskesmas.
(3) Honorarium sekretaris dewan pengawas paling banyak sebesar 15%
(lima belas persen) dari gaji pemimpin Puskesmas.

42
Pasal 62

(1) Remunerasi dalam bentuk jasa pelayanan bagi pejabat pengelola dan
pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (2) dapat
dihitung berdasarkan indikator penilaian dalam bentuk poin yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan.
(2) Pegawai Puskesmas yang berstatus PNS, gaji pokok dan tunjangan
mengikuti peraturan perundang – undangan tentang gaji dan
tunjangan PNS serta dapat diberikan tambahan penghasilan sesuai
remunerasi yang ditetapkan oleh Wali Kota sebagaimana dimaksud
dalam pasal 57 ayat (1).

Pasal 63

(1) Pejabat pengelola, Dewan pengawas dan Sekretaris dewan pengawas


yang diberhentikan sementara dari jabatannya memperoleh
penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari remunerasi/
honorarium bulan terakhir yang berlaku sejak tanggal diberhentikan
sampai dengan ditetapkannya keputusan definitif tentang jabatan
yang bersangkutan.
(2) Bagi pejabat pengelola berstatus PNS yang diberhentikan sementara
dari jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memperoleh
penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari remunerasi bulan
terakhir di Puskesmas sejak tanggal diberhentikan atau sebesar gaji
PNS berdasarkan surat keputusan pangkat terakhir.

Bagian Ketiga Belas


STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Pasal 64
(1) Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan
umum yang diberikan oleh Puskesmas, Wali Kota menetapkan Standar
Pelayanan Minimal Puskesmas dengan peraturan Wali Kota.

43
(2) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diusulkan oleh pimpinan Puskesmas.
(3) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
harus mempertimbangkan jenis dan mutu pelayanan.

Pasal 65

(1) Standar Pelayanan Minimal harus memperhatikan dimensi mutu


layanan sebagai berikut:
a. akses
b. efektifitas.
c. efisiensi
d. keselamatan dan keamanan
e. kenyamanan
f. kesinambungan pelayanan
g. kompetensi teknis
h. hubungan antar manusia

Bagian Keempat Belas


PENGELOLAAN KEUANGAN
Pasal 66

Pengelolaan keuangan Puskesmas berdasarkan pada prinsip efektivitas,


efisiensi dan produktivitas dengan berazaskan akuntabilitas dan
transparansi.

Pasal 67

Dalam rangka penerapan prinsip dan azas sebagaimana dimaksud pasal


66, maka dalam penatausahaan keuangan diterapkan sistem akuntansi
berbasis akrual (SAK) dan standar akuntansi pemerintahan (SAP).

44
Pasal 68

Subsidi dari pemerintah untuk pembiayaan Puskesmas dapat berupa


biaya gaji, biaya pengadaan barang modal, dan biaya pengadaan barang
dan jasa, dan biaya Operasional Puskesmas.

Bagian Kelima Belas


TARIF LAYANAN
Pasal 69

(1) Puskesmas dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai


imbalan atas barang dan / atau jasa layanan yang diberikan.
(2) Imbalan atas barang dan / atau jasa layanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar
perhitungan biaya satuan per unit layanan.
(3) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk menutup seluruh
atau sebagian dari biaya per unit layanan.
(4) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa
besaran tarif dan / atau pola tarif sesuai jenis layanan Puskesmas.

Pasal 70

(1) Tarif layanan Puskesmas diusulkan oleh Kepala Dinas Kesehatan


kepada Wali Kota melalui Sekertaris Daerah
(2) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
peraturan Wali Kota.
(3) Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli
masyarakat, serta kompetisi yang sehat.

45
Pasal 71

(1) Peraturan Wali Kota mengenai tarif layanan Puskesmas dapat


dilakukan perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan.
(2) Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
secara keseluruhan maupun per unit layanan.
(3) Proses perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) berpedoman pada ketentuan pasal 69.

Bagian Keenam Belas


PENDAPATAN DAN BIAYA
Paragraf 1
Pendapatan
Pasal 72

Pendapatan Puskesmas dapat bersumber dari :


a. Jasa layanan.
b. Hibah.
c. Hasil kerjasama dengan pihak lain
d. APBD.
e. DAK APBN
f. Lain – lain pendapatan Puskesmas yang sah.

Pasal 73

(1) Pendapatan Puskesmas yang bersumber dari jasa layanan dapat


berupa imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan
kepada masyarakat.
(2) Pendapatan Puskesmas yang bersumber dari hibah dapat berupa
hibah terikat dan hibah tidak terikat.

46
(3) Hasil kerjasama dengan pihak lain dapat berupa perolehan dari
kerjasama operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang
mendukung tugas dan fungsi Puskesmas.
(4) Pendapatan Puskesmas yang bersumber dari pendapatan yang berasal
dari otorisasi kredit anggaran pemerintah daerah bukan dari kegiatan
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
(5) Pendapatan Puskesmas yang bersumber dari Anggaran Dana Alokasi
Khusus (DAK) dapat berupa pendapatan yang berasal dari pemerintah
dalam rangka pelaksanaan dekonsentasi dan/atau tugas pembantuan
dan lain – lain.
(6) Puskesmas dalam melaksanakan anggaran dekonsentrasi dan/atau
tugas pembantuan, proses pengelolaan keuangan diselenggarakan
secara terpisah berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam
pelaksanaan DAK APBN.
(7) Lain – lain pendapatan Puskesmas yang sah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 72 huruf e, antara lain :
a. Hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan.
b. Hasil pemanfaatan kekayaan.
c. Jasa giro.
d. Pendapatan bunga.
e. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
f. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
Puskesmas.
g. Hasil investasi.

Pasal 74

(1) Seluruh pendapatan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


73 kecuali yang berasal dari hibah terikat, dapat dikelola langsung
untuk membiayai pengeluaran Puskesmas sesuai RBA.

47
(2) Hibah terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperlakukan
sesuai peruntukkannya.
(3) Seluruh pendapatan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
72 huruf a, huruf b, huruf c dan huruf e, dilaksanakan melalui
rekening kas Puskesmas dan dicatat dalam kode rekening kelompok
pendapatan asli daerah pada jenis lain – lain pendapatan asli daerah
yang sah dengan obyek pendapatan Puskesmas.
(4) Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan
kepada pejabat pengelola keuangan daerah setiap triwulan.
(5) Format laporan pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mengacu kepada
Permendagri No 79 Tahun 2018.

Paragraf 2
Belanja dan Biaya
Pasal 75

(1) Belanja Puskesmas merupakan belanja operasi dan belanja modal.


(2) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup
seluruh belanja yang menjadi beban Puskesmas dalam rangka
menjalankan tugas dan fungsi.
(3) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mencakup seluruh biaya yang menjadi beban Puskesmas dalam
rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi.
(4) Biaya Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dialokasikan
untuk membiayai program peningkatan pelayanan.
(5) Pembiayaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), dialokasikan sesuai dengan kelompok, jenis, program dan
kegiatan.

48
Pasal 76

(1) Belanja operasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2),


terdiri dari :
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Bunga
d. Belanja Lain-lain
(2) Belanja Modal sebagaimana dimaksud pada pasal 75 ayat (1) terdiri
dari :
a. Belanja Tanah
b. Belanja Peralatan dan Mesin
c. Belanja Gedung dan Bangunan
d. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
e. Belanja Aset Tetap Lainnya
(3) Pembiayaan berkaitan dengan:
a. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun anggaran
sbelumnya (SILPA)
b. Divestasi
c. Penerimaan utang atau pinjaman
(4) Pengeluaran pembiayaan terdiri dari :
a. Investasi
b. Pembayaran pokok utang atau pinjaman

Pasal 77

(1) Seluruh pengeluaran biaya Puskesmas yang bersumber sebagaimana


dimaksud dalam pasal 70 dilaporkan kepada Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD) setiap triwulan.
(2) Seluruh pengeluaran biaya Puskesmas yang bersumber sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menerbitkan

49
Surat Perintah Membayar (SPM) pengesahan yang dilampiri dengan
Surat Pernyataan Tanggungjawab (SPTJ).
(3) Format SPTJ sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan format laporan
pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai peraturan
yang berlaku.

Pasal 78

(1) Pengeluaran biaya Puskesmas diberikan fleksibilitas dengan


mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan
(2) Fleksibilitas pengeluaran biaya Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), merupakan pengeluaran biaya yang disesuaikan dan
signifikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang batas RBA
yang telah ditetapkan secara definitif.
(3) Fleksibilitas pengeluaran biaya Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), hanya berlaku untuk biaya Puskesmas yang berasal dari
pendapatan selain dari APBN/APBD dan hibah terikat.
(4) Fleksibilitas pengeluaran biaya Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), tidak berlaku untuk Puskesmas BLUD bertahap.
(5) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, Kepala mengajukan usulan
tambahan anggaran dari APBD kepada PPKD melalui Kepala Dinas.

Pasal 79

(1) Ambang batas RBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (2),
ditetapkan dengan besaran persentase.
(2) Besaran presentase sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditemtukan
dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional Puskesmas.
(3) Besaran presentase sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan
dalam RBA dan Daftar Pelaksananaan Anggaran (DPA) Puskesmas oleh
PPKD.

50
(4) Persentase ambang batas tertentu sebagaimana dimaksud ayat (1),
merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi, dapat dicapai, terukur,
rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.

Bagian Ketujuh belas


PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAIN
Pasal 80

(1) Pengelolaan sumber daya lain yang terdiri dari sarana, prasarana,
gedung, jalan akan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Pengelolaan sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan mutu pelayanan
dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Puskesmas.

Bagian Kedelapan belas


PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH PUSKESMAS
Pasal 81

(1) Kepala menunjuk petugas yang mengelola lingkungan Puskesmas


antara lain lingkungan fisik, kimia, biologi serta pembuangan limbah
yang berdampak pada kesehatan lingkungan internal dan eksternal
serta halaman, taman, dan lain-lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Tugas Pokok Pengelola Lingkungan dan Limbah Puskesmas meliputi
pengelolaan limbah dan sampah, pengawasan dan pengendalian
vector/serangga, sistem pengelolaan lingkungan fisik dan biologi
Puskesmas serta menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk
kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian/pengembangan di bidang
penyehatan lingkungan Puskesmas.
(3) Fungsi Pengelola Lingkungan dan Limbah Puskesmas.
a. Penyehatan ruang dan bangunan Puskesmas.

51
b. Penyehatan makanan dan minuman.
c. Penyehatan air bersih dan air minum.
d. Pemantauan pengelolaan linen.
e. Pengelolaan sampah.
f. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu.
g. Desinfeksi dan sterilisasi ruang.
h. Pengelolaan air limbah.
i. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.

Bagian Kesembilan Belas


PRINSIP TATA KELOLA
Pasal 82

(1) Puskesmas beroperasi berdasarkan pola tata kelola atau peraturan


internal, yang memuat antara lain :
a. Struktur organisasi.
b. Prosedur kerja.
c. Pengelompokkan fungsi yang logis dan.
d. Pengelolaan sumber daya manusia.
(2) Tata kelola sebagaimana dimaksud ayat (1) memperhatikan prinsip
antara lain :
a. Transparansi.
b. Akuntabilitas.
c. Responsibilitas.
d. Independensi.

Pasal 83

(1) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 82 ayat (1)


huruf a menggambarkan posisi jabatan, pembagian tugas, fungsi,
tanggung jawab dan wewenang dalam organisasi. Hal ini sudah sesuai
dengan Peraturan Wali Kota No. 199 Tahun 2018 tentang Perubahan

52
atas Peraturan Wali Kota Bandung No. 160 Tahun 2017 tentang
Pembentukan, Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi
serta Tatakerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Kesehatan
Kota Bandung.
(2) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 82 ayat (1) huruf b
menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi jabatan
dan fungsi dalam organisasi.
(3) Pengelompokkan fungsi yang logis sebagaimana dimaksud dalam pasal
82 ayat (1) huruf c, menggambarkan pembagian yang jelas dan
rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai
dengan prinsip pengendalian intern dalam rangka efektivitas
pencapaian organisasi.
(4) Pengelolaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam
pasal 82 ayat(1) huruf d, merupakan pengaturan dan kebijakan yang
jelas mengenai sumber daya manusia yang berorientasi pada
pemenuhan secara kuantitatif/kompeten untuk mendukung
pencapaian tujuan organisasi secara efisien, efektif dan produktif.

Pasal 84

(1) Transparansi sebagaimana dimaksud dalam pasal 82 ayat (2) huruf a,


merupakan asas keterbukaan yang dibangun atas dasar kebebasan
arus informasi agar informasi secara langsung dapat diterima bagi
yang membutuhkan.
(2) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud dalam pasal 82 ayat (2) huruf b,
merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem yang dipercayakan pada
Puskesmas agar pengelolaannya dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Responsibilitas sebagaimana dimaksud dalam pasal 82 ayat (2) huruf
c, merupakan kesesuaian atau kepatuhan didalam pengelolaan
organisasi terhadap bisnis yang sehat serta perundang – undangan.
(4) Independensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 81 ayat (2) huruf d,
merupakan kemandirian pengelolaan organisasi secara profesional

53
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang – undangan
dan prinsip bisnis yang sehat.
(5) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud ayat (2) diwujudkan dalam
perencanaan, evaluasi dan laporan pertanggungjawaban dalam sistem
pengelolaan keuangan, hubungan kerja dalam organisasi, manajemen
SDM, pengelolaan aset,dan manajemen pelayanan.

BAB IV
KERAHASIAAN DAN INFORMASI MEDIS
Pasal 85

(1) Puskesmas :
a. Puskesmas berhak membuat peraturan yang berlaku di Puskesmas
sesuai dengan kondisi yang ada di Puskesmas;
b. Puskesmas wajib menyimpan rekam medis sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
c. Resume rekam medis dapat diberikan kepada pasien ataupun pihak
lain atas ijin pasien secara tertulis;
d. Resume rekam medis dapat diberikan untuk kepentingan peradilan
dan asuransi sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
(2) Dokter :
a. Mendapatkan informasi yang lengkap dan jujur dari pasien yang
dirawat atau keluarganya;
b. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; dan
c. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan
perundang – undangan, profesi dan etika hukum dan kedokteran.
(3) Pasien :
a. Berhak mengetahui peraturan dan ketentuan Puskesmas yang
mengatur sikap tindakan sebagai pasien;

54
b. Wajib memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
masalah kesehatannya;
c. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
antara lain :
- Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
- Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
- Alternatif tindakan lain dan resikonya.
- Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan.
- Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
d. Meminta konsultasi kepada dokter lain (second opinion) terhadap
penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang
merawatnya;
e. Mendapatkan isi rekam medis; dan
f. Membuka isi rekam medis untuk kepentingan peradilan, sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

BAB V
KETENTUAN LAIN – LAIN
Pasal 86

Hal – hal yang belum diatur dalam peraturan Wali Kota ini sepanjang
mengenai tehnik pelaksanaannya akan diatur kemudian.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 87

Peraturan Wali Kota ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

55
Ditetapkan di Bandung

Pada tanggal, ....... ....... 2019


Wali Kota Bandung

ODED MOHAMAD DANIAL

Diundangkan dalam Lembaran Negara


SEKRETARIS DAERAH
Kota Bandung

56

Anda mungkin juga menyukai