26903referat Paronikia
26903referat Paronikia
I. PENDAHULUAN
proksimal yang tampak sebagai nyeri eritema periungual, kadang pula terdapat
kronis lebih sering disebabkan oleh faktor mekanis. Jika pada daerah periungual
pyogenik didapatkan lipatan kulit sekitar kuku yang purulent, nyeri eritema oleh
karena adanya abses Sedangkan paronikia yang disebakan oleh jamur seperti
aureus. Selain itu, bakteri lain yang menyebabkan paronikia adalah Streptococcus
kelembaban yang berlebihan. Secara klinis, paronikia tampak sebagai kondisi akut
maupun kronis. Seseorang dengan pekerjaan tukang roti, bartender dan pencuci
1
Kelainan pada kuku dapat menimbulkan rasa nyeri, mempengaruhi
penampilan dan fungsi kuku. Pemeriksaan kuku jari tangan dan kaki perlu
penyakit lain.(1)
menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail
root) bagian yang terbuka diatas jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut
lempeng kuku (nail plate) dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas.
Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm
perminggu. Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku (nail groove). Kulit
tipis yang menutup kuku dibagian proksimal disebut eponikium, sedang kulit
Kuku adalah satu unit yang kompleks yang terdiri dari lima struktur kulit
yang terdiri atas: matriks kuku, lempeng kuku, kuku, kutikula (eponychium), dan
lipatan kuku. Kutikula adalah hasil dari lipatan proksimal dan terletak diantara
kulit dan lempeng kuku. Konfigurasi ini menyediakan segel tahan air dari iritasi
II. DIAGNOSIS
I. DIAGNOSIS
2.1 ANAMNESIS
a. Anamnesis umum
Tanyakanlah data pribadi pasien: nama, umur, alamat,
dan pekerjaan
Tanyakanlah apa yang menyebabkan pasien datang ke
dokter (Keluhan utama)
2
Untuk heteroanamnesis tanyakan hubungan pasien
dengan pengantar
b. Anamnesis terpimpin
3
2.3 Pemeriksaan Penunjang:
Bakteri dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan biopsy kulit
dan kultur. Specimen untuk kultur bias diambil dari apusan
tenggorokan, darah dan cairan seropurulen pada lesi. Pada
pemeriksaan darah rutin menunjukkan adanya
polimorfonuklear leukositosis, meningkatnya laju endip darah
(LED) dan juga meningkatnya C-reaktif protein.
Histologi Erisipelas menunjukkan edema dermal, dilatasi
pembuluh darah, dan invasi streptokkus pada jaringan lunak
dan limfatik. Invasi bakteri ini menyebabkan infiltrate
inflamasi kulit yang terdiri atas neutrofil dan sel mononuclear.
Invasi bakteri pada pembuluh darah local mungkin saja terlihat.
Paronikia akut
ataupun tidak langsung dengan kutikula atau lipatan kuku. Trauma tersebut
mungkin relatif kecil akibat aktivitas biasa seperti mencuci piring, cedera dari
serpihan atau duri, onychophagia (menggigit kuku), adanya bintil kuku, mengisap
kembali kutikula), kuku palsu dan lainnya. Penyebab paling umum paronikia akut
4
Biasanya di daerah perionychial terdapat eritema dan meradang, dan pada kuku
muncul memar bahkan distorsi. Jika tidak ditangani, dapat terbentuk nanah atau
Paronikia Kronis
proksimal akibat iritasi dan alergens. Pada paronikia kronis, kutikula terpisah dari
lempeng kuku, meninggalkan daerah antara lipatan kuku proksimal dan rentan
terhadap infeksi oleh bakteri dan jamur patogen. Paronikia kronis telah dilaporkan
banyak terjadi pada pekerja laundry, pembersih rumah dan kantor, penjamah
makanan, koki, pencuci piring, bartender, koki, dan perenang. Pada paronikia
Candida sering terisolasi pada pasien dengan paronychia kronis, kondisi ini bukan
paronikia kronis. Indinavir adalah penyebab paling umum dari paronychia kronis
atau berulang jari-jari kaki atau jari pada orang yang terinfeksi dengan HIV.
Paronikia juga telah dilaporkan pada pasien yang memakai cetuximab (Erbitux),
5
Gambaran Klinis
tekan dan tampak seperti boggy nails. Gejala prodromal muncul selama 6 minggu
ataupun bisa lebih lama. Jarang berfluktuasi dan sudah jarang ditemukan adanya
terjadi secara episodic terutama jika terkena air atau berada di lingkungan yang
lembab. Akhirnya piring kuku menjadi tebal dan berubah warna. Kuikula dan
lipatan kuku mungkin terpisah dari lempeng kuku, membentuk celah untuk tempat
Paronikia kronis dapat juga disebabkan oleh Mycobacteria atypical, basil gram
III. DIAGNOSIS
Paronikia Akut
temuan pada pemeriksaan fisik pada lipatan kuku. digital tes tekanan dapat
membantu pada tahap awal infeksi ketika ada keraguan tentang keberadaan atau
luas dari suatu abses dilakukan dengan meminta pasien menentang ibu jari dan
jari yang terkena dampak, sehingga menerapkan tekanan ringan pada aspek volar
distal digit yang terkena dampak. Peningkatan tekanan di dalam lipatan kuku
(terutama di rongga abses) menyebabkan blansing dari kulit diatasnya dan batas
yang jelas dari abses. Pada pasien dengan infeksi berat atau abses, spesimen harus
6
Gambar 1: Paronikia akut disertai akumulasi pus
Paronikia Kronik
kuku dan riwayat perendaman terus menerus tangan di air, kontak dengan sabun,
deterjen, atau bahan kimia lainnya ataupun penggunaan obat sistemik (retinoid,
ARV, antibodi anti-EGFR). Manifestasi klinis yang mirip dengan paronikia akut :
eritema, nyeri, dan bengkak, dengan pencabutan kuku, dan tidak adanya kutikula
yang berdekatan. Nanah bisa terbentuk di bawah kuku. Satu atau beberapa kuku
biasanya terkena terutama ibu jari dan jari kedua atau ketiga. Dominan lempengan
kuku menjadi menebal dan berubah warna, dengan melintang seperti Beau’s line
(akibat peradangan matriks kuku), dan kuku hilang. Paronychia kronis umumnya
muncul setidaknya enam minggu pada saat diagnosis. Kondisi ini biasanya
acute exacerbation.(3)
7
Gambar 2: Paronikia Kronik pada pasien dengan dermatitis(3)
Diagnosis Banding
proksimal sehingga terlihat seperti paronikia akut berulang. Paronychia akut harus
perawatan kesehatan sebagai akibat dari topikal inoculation. Kondisi juga dapat
mempengaruhi anak-anak yang tampak sehat setelah infeksi herpes oral primer.
honeycomb dan dapat dikonfirmasi dengan tes Tzanck atau biakan virus. Insisi
Terapi penekanan dengan tujuh sampai 10 hari saja dari acyclovir 5% salep atau
krim (Zovirax) atau agen antiviral oral seperti acyclovir, famciclovir (Famvir),
atau valacyclovir (Valtrex) dapat diberikan, namun bukti dari uji klinis yang
8
IV. PENATALAKSANAAN
Lesi awal paling baik diobati dengan antibiotik tetapi jika tidak terdapat
kuku tanpa drainase pada insisi awal. Hal ini memberikan kemudahan lebih cepat
pengobatan dengan steroid topikal pada waktu yang sama dengan terapi antibiotik.
(7)
lebih awal, paronychia akut tanpa abses yang jelas dapat diobati tanpa dioperasi.
menyelesaikan dengan membasahi dengan air hangat 3-4 kali sehari. Pasien
dengan selulitis luas atau dengan riwayat diabetes, penyakit pembuluh darah
paronikia tersebut akut atau kronis dan kemudian memberi terapi yang sesuai.(8)
9
Paronikia Akut :
tidak terbentuk, penggunaan air hangat kompres dan merendam kuku yang terkena
kedalam larutan Burow (yaitu, aluminium asetat). Acetaminophen atau obat anti-
topikal saja.(3)
Paronikia Kronik :
dan peradangan yang mendasari. Anti jamur spektrum luas topikal dapat
bermanfaat. Dari suatu penelitian yang dilakukan kepada 45 orang dewasa dengan
minggu didapatkan setelah sembilan minggu, lebih dari setengah pasien dalam
kelompok steroid topikal dapat disembuhkan (91% : 49%, P <0,01; jumlah yang
10
Prognosis
biasanya memakan waktu beberapa minggu atau bulan. Dalam kasus ringan
sampai sedang, sembilan minggu terapi obat biasanya efektif. Untuk kasus, berat
eksisi lipatan kuku proksimal dengan avulsi kuku dapat menyebabkan tingkat
penghalang air di lipatan kuku). Jika pasien tidak diobati, sporadis, membatasi
diri, episode menyakitkan peradangan akut harus diharapkan sebagai hasil dari
Pencegahan
Pasien harus menghindari trauma lebih lanjut untuk atau kuku palsu. Kuku
harus dipangkas secara semilunar tepi halus dengan bersih, tajam lempeng kuku
trimer. Kuku kaki harus dipangkas rata dengan ujung kaki. Pasien seharusnya
tidak menggigit lempeng kuku atau lipatan kuku bagian lateral. Pasien juga harus
menghindari paparan tangan yang terlalu lama untuk kelembaban. (Karet atau
lateks bebas sarung tangan dapat dipakai.) Jika pasien sering mencuci tangan,
11
DAFTAR PUSTAKA
2. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DA. Wolff K.
Disease of The Skin. 10th Edition, Elsevier Saunders. p. 254 and 310
5. Ferrie, F. Paronychia. Ferri’s Clinical Advisor. Elsevier Saunders. 2014; p
891.
6. Rockwell, PG. Acute and Chronic Paronychia. Journal of University of
Medscape. 2013
12
13