Anda di halaman 1dari 13

RESUME PENETAPAN TARIF SEWA LAHAN/BMN

PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

NOMOR : PER-06/MBU/2011

TENTANG

PEDOMAN PENDAYAGUNAAN AKTIVA TETAP BADAN USAHA MILIK NEGARA

Pasal 1

2. Pendayagunaan Aktiva Tetap adalah optimalisasi pemanfaatan Aktiva Tetap BUMN melalui
kerjasama dengan Mitra.

Pasal 6

(1) Pendayagunaan Aktiva Tetap dilakukan dengan cara antara lain:

a. Bangun Guna Serah;


b. Bangun Serah Guna;
c. KSO;
d. KSU;
e. Sewa; atau
f. Pinjam Pakai

Pasal 24

Pendayagunaan Aktiva Tetap dengan cara Sewa, dilakukan terhadap Aktiva Tetap BUMN berupa
tanah, bangunan dan/atau Aktiva Tetap lainnya.

Pasal 36

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri ini, diatur oleh
Direksi masing-masing BUMN.

Pasal 40

Sepanjang belum diatur dalam anggaran dasar, Aktiva Tetap yang telah ditetapkan menjadi aktiva
sewaan, baik sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini maupun yang penetapannya dilakukan
berdasarkan Peraturan Menteri ini, pelaksanaan sewanya, temasuk penetapan tarif Sewa
sepenuhnya menjadi kewenangan Direksi, dengan tetap mengupayakan hasil yang optimal bagi
perusahaan.

Kesimpulan :

Penetapan tarif sewa lahan / aktiva tetap BUMN belum diatur secara terperinci dalam Peraturan
Menteri ini, akan tetapi di kewenangan penetapannya diserahkan sepenuhnya kepada Direksi
masing-masing BUMN.
PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA

NOMOR : PER-13/MBU/09/2014

TENTANG

PEDOMAN PENDAYAGUNAAN ASET TETAP BADAN USAHA MILIK NEGARA

Pasal 1

Direksi harus menyusun daftar Aset Tetap yang kurang dan/atau tidak optimal pemanfaatannya

disertai dengan penjelasan mengenai lokasi, kondisi, status kepemilikan, rencana awal

pemanfaatan oleh perusahaan dan khusus terhadap Aset Tetap berupa tanah dan/atau bangunan

disertai dengan penjelasan mengenai Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dimana Aset Tetap

tersebut berada.

Pasal 2

(1) Dalam rangka optimalisasi nilai perusahaan, BUMN melakukan pendayagunaan Aset Tetap

yang dimiliki dan/atau dikuasai.

(2) Pendayagunaan Aset Tetap dapat dilakukan sendiri oleh BUMN atau melalui kerjasama

dengan pihak lain.

(3) Pendayagunaan Aset Tetap yang dilakukan sendiri oleh BUMN, pelaksanaannya sepenuhnya

menjadi kewenangan Direksi sesuai dengan mekanisme internal perusahaan.

(4) Pendayagunaan Aset Tetap melalui kerjasama dengan pihak lain, dilakukan berdasarkan

ketentuan yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

(5) Direksi dapat menyusun peraturan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan

Peraturan Menteri ini.

LAMPIRAN

BAB III

PENDAYAGUNAAN ASET TETAP

I. CARA PENDAYAGUNAAN ASET TETAP

1. Pendayagunaan Aset Tetap dilakukan dengan cara, antara lain:


a. Bangun Guna Serah /BGS;

b. Bangun Serah Guna /BSG;

c. Kerjasama Operasi /KSO;

d. Kerjasama Usaha /KSU;

e. Sewa; atau

f. Pinjam Pakai.

IV. SEWA

4. UANG SEWA

4.1 BUMN berhak mendapatkan uang Sewa tahunan atau periode tertentu dari Mitra

yang dibayarkan sekaligus di muka yang dituangkan dal am perjanjian.

4.2 Uang Sewa tersebut harus memperhitungkan:

a. Pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

b. Asuransi objek Sewa.

c. Biaya pemeliharaan objek Sewa termasuk sarana dan prasarana yang melekat

pada objek Sewa.

d. Pajak Bumi dan Bangunan.

e. Biaya atau kewajiban lainnya yang terkait dengan objek Sewa.

4.3 Tarif uang Sewa tersebut ditetapkan oleh Direksi dengan memperhatikan rencana

penggunaan oleh Mitra, nilai pasar setempat, estimasi kenaikan nilai Aset Tetap,

dan faktor lain yang relevan.

6. ASET TETAP SEWAAN

6. 1. Direksi dapat menetapkan Aset Tetap tertentu sebagai Aset Tetap untuk sewaan

berdasarkan persetujuan RUPS/Menteri. Persetujuan RUPS/Menteri tersebut dapat

diberikan sekaligus terhadap beberapa Aset Tetap.

6. 2. Penetapan Aset Tetap sewaan tersebut tidak boleh mengganggu kegiatan

operasional perusahaan.

6. 3. Pendayagunaaan Aset Tetap sewaan dengan cara Sewa kepada Mitra dilakukan

dengan memperhatikan ketentuan Sewa tersebut di atas.

6. 4. Sepanjang belum diatur dalam anggaran dasar, Aset Tetap yang telah ditetapkan
menjadi aset sewaan, baik sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini maupun yang

penetapannya dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri ini, pelaksanaan Sewanya,

termasuk penetapan tarif Sewa, sepenuhnya menjadi kewenangan Direksi, dengan

tetap mengupayakan hasil yang optimal bagi perusahaan.


PERATURAN MENTERI KEUANGAN

NOMOR 96/PMK.06/2007

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN, PENGHAPUSAN, DAN


PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK NEGARA

Pasal 5

(4) Pemanfaatan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
dalam bentuk:

a. sewa;
b. pinjam pakai;
c. kerjasama pemanfaatan;
d. bangun guna serah dan bangun serah guna.

Pasal 8

Ketentuan mengenai formula tarif sewa, ditetapkan dalam Lampiran II.A Peraturan Menteri
Keuangan ini.

LAMPIRAN II.A

FORMULA TARIF SEWA ATAS PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK KEKAYAAN NEGARA

Besarnya biaya sewa Barang Milik Negara dihitung dengan formula sebagai berikut:

1. Formula Sewa Tanah Kosong

St = 3,33 % x (Lt x Nilai tanah)

Keterangan:

a. St = Sewa tanah

Lt = Luas tanah (M2)

Nilai Tanah = Nilai tanah berdasarkan hasil penilaian dengan estimasi terendah
menggunakan NJOP (per M2)

b. Luas tanah dihitung berdasarkan pada gambar situasi/peta tanah atau sertifikat tanah
dalam meter persegi.

2. Sewa Tanah dan Bangunan

Stb = (3,33% x Lt x Nilai tanah) + ( 6,64% x Lb x Hs x Nsb)

Keterangan:

a. Lb = Luas lantai Bangunan (M2)


Hs = Harga satuan bangunan standar dalam keadaan baru (Rp/M2)

Nsb = Nilai sisa bangunan (%)

- Penyusutan untuk bangunan permanen = 2 % / tahun

- Penyusutan untuk bangunan semi permanen = 4 % / tahun

- Penyusutan untuk bangunan darurat = 10 % / tahun

- penyusutan maksimal 80 %

b. Luas bangunan dihitung berdasarkan luas lantai bangunan sesuai gambar dalam meter
persegi.
c. Harga satuan bangunan

− Harga Satuan bangunan per M2 sesuai klasifikasi/tipe dalam keadaan baru berdasarkan
keputusan pemerintah daerah kabupaten/kota setempat pada tahun yang bersangkutan.

− Harga satuan tertinggi rata-rata per M2 bangunan bertingkat untuk Bangunan Gedung
Negara.

Jumlah lantai bangunan


Harga satuan per M2 tertinggi

Bangunan 1 lantai 1,000 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 2 lantai 1,090 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 3 lantai 1,120 standar harga gedung bertingkat


Bangunan 4 lantai 1,135 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 5 lantai 1,162 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 6 lantai 1,197 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 7 lantai 1,236 standar harga gedung bertingkat


Bangunan 8 lantai 1,265 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 9 lantai 1,299 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 10 lantai 1,333 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 11 lantai 1,364 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 12 lantai 1,393 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 13 lantai 1,420standar harga gedung bertingkat
Bangunan 14 lantai 1,445 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 15 lantai 1,468 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 16 lantai 1,489 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 17 lantai 1,508 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 18 lantai 1,525 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 19 lantai 1,541 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 20 lantai 1,556 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 21 lantai 1,570 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 22 lantai 1,584 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 23 lantai 1,597 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 24 lantai 1,610 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 25 lantai 1,622 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 26 lantai 1,634 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 27 lantai 1,645 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 28 lantai 1,656 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 29 lantai 1,666 standar harga gedung bertingkat


Bangunan 30 lantai 1,676 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 31 lantai 1,686 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 32 lantai 1,695 standar harga gedung bertingkat


Bangunan 33 lantai 1,704 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 34 lantai 1,713 standar harga gedung bertingkat


Bangunan 35 lantai 1,722 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 36 lantai 1,730 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 37 lantai 1,738 standar harga gedung bertingkat
Bangunan 38 lantai 1,746 standar harga gedung bertingkat

d. Dalam hal sisa bangunan menurut umur tidak sesuai dengan kondisi nyata, maka Nsb
ditetapkan berdasarkan kondisi bangunan sebagai berikut:

- baik = 85% s.d. 100 % siap pakai/perlu pemeliharaan awal

- rusak ringan = 70% s.d. < 85% rusak sebagian non struktur

- rusak berat = 55% s.d. < 70% rusak sebagian non struktur/struktur

- rusak berat = 35% s.d. < 55% rusak sebagian besar non struktur/struktur

Sewa Prasarana Bangunan

Sp = 6,64% x Hp x Nsp

a. Keterangan:
Sp = sewa prasarana bangunan (Rp/tahun)

Hp = harga prasarana bangunan dalam keadaan baru (Rp)

Nsp = nilai sisa prasarana bangunan (%)

b. Besar penyusutan / tahun dihitung dengan ketentuan:

- pekerjaan halaman = 5 %

- mesin/instalasi = 10 %

- furniture/elektronik = 25 %

- penyusutan maksimal = 80 %

3. Sewa Selain Tanah dan/atau Bangunan

Formula tarif sewa ditetapkan oleh masing-masing pengguna barang berkoordinasi dengan
instansi teknis terkait.
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 33/PMK.06/2012

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK NEGARA

Formula Tarif Sewa BMN (Pasal 19)

(Tarif Sewa BMN = Tarif Pokok Sewa x Faktor Penyesuai Sewa)

Tarif Pokok Sewa


Tarif pokok sewa dibedakan menjadi :

1. BMN berupa tanah; (Pasal 21-24)

Tarif Pokok Sewa Tanah = 3,33% x Lt x Nt

Keterangan :
3,33% : Faktor variabel sewa tanah
Lt : Luas tanah dihitung berdasarkan gambar situasi/peta tanah atau sertifikat
tanah yang dihitung dalam m2.
Nt : Nilai tanah (Rp/m2)

 Nilai tanah tersebut merupakan nilai wajar atas tanah.


 Dikecualikan apabila nilai wajar atas tanah tidak ada, sepanjang nilai buku BMN berupa
sebagian tanah dan/atau bangunan yang akan disewakan dengan nilai buku sampai dengan
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), penggunaan nilai dalam pengajuan usulan Sewa
yang dilakukan oleh Pengguna Barang :
a. Apabila nilai wajar atas tanah tidak ada, dapat digunakan nilai buku yang tercatat
dalam Daftar Barang Pengguna/Kuasa Pengguna atau Laporan Barang Pengguna/Kuasa
Pengguna, atau;
b. Apabila nilai wajar dan nilai buku tidak ada dapat digunakan indikasi nilai yang
mencerminkan perkiraan nilai tanah.

2. BMN berupa bangunan (Pasal 25-31)

Tarif Pokok Sewa Bangunan = 6,64% x Lb x Nb

Keterangan :
6,64% : Faktor variabel sewa bangunan
Lb : Luas bangunan merupakan luas lantai bangunan sesuai gambar dalam m2
Nb : Nilai bangunan (Rp/m2)

 Nilai bangunan tersebut merupakan nilai wajar atas bangunan.


 Dikecualikan apabila nilai wajar atas bangunan tidak ada, sepanjang nilai buku BMN berupa
tanah dan/atau bangunan yang akan disewakan sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah), penggunaan nilai dalam pengajuan usulan Sewa yang dilakukan oleh
Pengguna Barang:
a. Apabila nilai wajar atas bangunan tidak ada dapat digunakan harga satuan bangunan.
b. Apabila nilai wajar dan harga satuan bangunan tidak ada dapat digunakan nilai buku
yang tercatat dalam Daftar Barang Pengguna/Kuasa Pengguna atau Laporan Barang
Pengguna/ Kuasa Pengguna atau;
c. Apabila nilai wajar, harga standar bangunan untuk menghitung harga satuan bangunan
dan nilai buku tidak ada.dapat digunakan indikasi nilai yang mencerminkan perkiraan
nilai bangunan.

Harga satuan bangunan = Hs x Nsb

Keterangan :

Hs : Harga satuan bangunan standar dalam keadaan baru (Rp/m2)

Nsb : Nilai sisa bangunan (%)

 Nilai sisa bangunan (Nsb) merupakan nilai sisa bangunan dalam persentase setelah
diperhitungkan penyusutan.
a. Penyusutan untuk bangunan permanen = 2 % / tahun
b. Penyusutan untuk bangunan semi permanen = 4 % / tahun
c. Penyusutan untuk bangunan darurat = 10 % / tahun
d. penyusutan maksimal 80 %
 Dalam hal sisa bangunan menurut umur tidak sesuai dengan kondisi nyata, maka nilai
sisa bangunan (Nsb) ditetapkan berdasarkan kondisi bangunan dengan perhitungan:
a. untuk kondisi baik, siap pakai/perlu pemeliharaan awal, sebesar 85% - 100%
b. untuk kondisi rusak ringan, rusak sebagian non struktur, sebesar 70% - 85%
c. untuk kondisi rusak berat:
 pada sebagian bangunan non struktur/struktur
 , sebesar 55% - 70%
 pada sebagian besar bangunan non struktur/struktur, sebesar 35% - 55%
 Dalam hal bangunan yang akan disewakan lebih dari 1 (satu) lantai, maka harga satuan
bangunan standar dikalikan dengan faktor jumlah lantai bangunan sesuai ketentuan
yang diatur dalam Lampiran PMK ini.

Jadi Tarif Pokok Sewa Bangunan = (6,64% x Lb x Hs x Nsb)

3. BMN berupa tanah dan bangunan (Pasal 32)

Tarif Pokok Sewa Tanah dan Bangunan


= Tarif Pokok Sewa Tanah + Tarif Pokok Sewa Bangunan
= (3,33% x Lt x Nt) + (6,64% x Lb xNb)
Atau
= (3,33% x Lt x Nt) + (6,64% x Lb x Hs x Nsb)
4. BMN selain tanah dan/atau bangunan. (Pasal 33-37)

Tarif Pokok Sewa Prasarana Bangunan = 6,64% x Hp

Keterangan :
6,64% : Faktor variabel sewa prasarana bangunan
Hp : Nilai prasarana bangunan dalam keadaan baru (Rp/M2)

 Nilai prasarana bangunan merupakan nilai wajar atas prasarana bangunan.


 Dikecualikan apabila nilai wajar atas prasarana bangunan tidak ada, penggunaan nilai
dalam pengajuan usulan Sewa yang dilakukan oleh Pengguna Barang:
a. Apabila nilai wajar atas prasarana bangunan tidak ada, dapat digunakan nilai buku
prasarana bangunan yang tercatat dalam Daftar Barang Pengguna/Kuasa Pengguna
atau Laporan Barang Pengguna/Kuasa Pengguna, atau;
b. Apabila nilai wajar dan nilai buku tidak ada dapat digunakan indikasi nilai yang
mencerminkan perkiraan nilai prasarana bangunan.
 Nilai buku merupakan nilai setelah diperhitungkan penyusutan yang mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penyusutan BMN.
 Apabila nilai buku prasarana bangunan yang tercatat dalam Daftar Barang
Pengguna/Kuasa Pengguna atau Laporan Barang Pengguna/Kuasa Pengguna belum
memperhitungkan penyusutan, maka nilai buku prasarana bangunan dihitung:

Nilai Buku Prasarana Bangunan = Hp x Nsp

Keterangan :

Hp : Harga prasarana bangunan dalam keadaan baru (Rp/m2)

Nsp : Nilai sisa prasarana bangunan (%)

 Nilai sisa prasarana bangunan merupakan nilai sisa prasarana bangunan dalam persentase
setelah diperhitungkan penyusutan yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai penyusutan BMN.
 Apabila belum terdapat pengaturan mengenai penyusutan, maka perhitungan penyusutan
dihitung:
a. untuk prasarana berupa pekerjaan halaman sebesar 5% / tahun
b. untuk prasarana berupa mesin atau instalasi sebesar 10% / tahun
c. untuk prasarana berupa alat perabot dan elektronik sebesar 25% / tahun
d. Penyusutan maksimal sebesar 80% / tahun

Jadi Tarif Pokok Sewa Prasarana Bangunan = 6,64% x Hp x Nsp

Faktor Penyesuai Sewa (Pasal 38-44)


Faktor penyesuai Sewa dihitung dalam persentase meliputi:

1. Jenis kegiatan usaha penyewa yang dikelompokkan menjadi:


a. kegiatan bisnis;
b. kegiatan non bisnis;
c. kegiatan sosial.
2. Bentuk kelembagaan penyewa yang dikelompokkan menjadi :
a. Kategori I
b. Kategori II
c. Kategori III
3. Periodesitas Sewa yang dikelompokkan menjadi :
a. Per Tahun
b. Per Bulan
c. Per Hari
d. Per Jam

Besarnya Faktor Penyesuai Sewa dapat dilihat pada tabel berikut :

Jenis Kegiatan Usaha Penyewa


I. Bentuk Kelembagaan Penyewa
a. Bisnis b. Non Bisnis c. Sosial
a. Kategori I 100% 50% 10%
i. Swasta, kecuali yayasan dan koperasi
ii. Badan Usaha Milik Negara
iii. Badan Usaha Milik Daerah
iv. Badan hukum yang dimiliki negara
v. Lembaga pendidikan asing
b. Kategori II 100% 40% 5%
i. Yayasan
ii. Koperasi
iii. Lembaga Pendidikan Formal
iv. Lembaga Pendidikan Non Formal
c. Kategori III 100% 30% 5%
i. Lembaga sosial
ii. Lembaga kemanusiaan
iii. Lembaga keagamaan
iv. Unit penunjang kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan/negara

II. Periodesitas Sewa Persentase


a. per Tahun 100%
b. per Bulan 130%
c. per Hari 160%
d. per Jam 190%

Pasal 77

Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, ketentuan mengenai pemanfaatan BMN
dalam bentuk Sewa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan Dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Lampiran PMK No.33/PMK.06/2012

FAKTOR JUMLAH LANTAI BANGUNAN


DALAM PERHITUNGAN HARGA SATUAN BANGUNAN STANDAR

No Jumlah Lantai Bangunan Harga Satuan Per m2 Tertinggi


1 Bangunan 1 lantai 1,000 standar harga gedung bertingkat
2 Bangunan 2 lantai 1,090 standar harga gedung bertingkat
3 Bangunan 3 lantai 1,120 standar harga gedung bertingkat
4 Bangunan 4 lantai 1,135 standar harga gedung bertingkat
5 Bangunan 5 lantai 1,162 standar harga gedung bertingkat
6 Bangunan 6 lantai 1,197 standar harga gedung bertingkat
7 Bangunan 7 lantai 1,236 standar harga gedung bertingkat
8 Bangunan 8 lantai 1,265 standar harga gedung bertingkat
9 Bangunan 9 lantai 1,299 standar harga gedung bertingkat
10 Bangunan 10 lantai 1,333 standar harga gedung bertingkat
11 Bangunan 11 lantai 1,364 standar harga gedung bertingkat
12 Bangunan 12 lantai 1,393 standar harga gedung bertingkat
13 Bangunan 13 lantai 1,420 standar harga gedung bertingkat
14 Bangunan 14 lantai 1,445 standar harga gedung bertingkat
15 Bangunan 15 lantai 1,468 standar harga gedung bertingkat
16 Bangunan 16 lantai 1,489 standar harga gedung bertingkat
17 Bangunan 17 lantai 1,508 standar harga gedung bertingkat
18 Bangunan 18 lantai 1,525 standar harga gedung bertingkat
19 Bangunan 19 lantai 1,541 standar harga gedung bertingkat
20 Bangunan 20 lantai 1,556 standar harga gedung bertingkat
21 Bangunan 21 lantai 1,570 standar harga gedung bertingkat
22 Bangunan 22 lantai 1,584 standar harga gedung bertingkat
23 Bangunan 23 lantai 1,597 standar harga gedung bertingkat
24 Bangunan 24 lantai 1,610 standar harga gedung bertingkat
25 Bangunan 25 lantai 1,622 standar harga gedung bertingkat
26 Bangunan 26 lantai 1,634 standar harga gedung bertingkat
27 Bangunan 27 lantai 1,645 standar harga gedung bertingkat
28 Bangunan 28 lantai 1,656 standar harga gedung bertingkat
29 Bangunan 29 lantai 1,666 standar harga gedung bertingkat
30 Bangunan 30 lantai 1,676 standar harga gedung bertingkat
31 Bangunan 31 lantai 1,686 standar harga gedung bertingkat
32 Bangunan 32 lantai 1,695 standar harga gedung bertingkat
33 Bangunan 33 lantai 1,704 standar harga gedung bertingkat
34 Bangunan 34 lantai 1,713 standar harga gedung bertingkat
35 Bangunan 35 lantai 1,722 standar harga gedung bertingkat
36 Bangunan 36 lantai 1,730 standar harga gedung bertingkat
37 Bangunan 37 lantai 1,738 standar harga gedung bertingkat
38 Bangunan 38 lantai 1,746 standar harga gedung bertingkat
39 Bangunan 39 lantai 1,754 standar harga gedung bertingkat
40 Bangunan 40 lantai 1,761 standar harga gedung bertingkat

Anda mungkin juga menyukai