Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan media yang dipakai manusia untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Selain bentuknya yang dinamis karena selalu berubah mengikuti perkembangan zaman,
bahasa juga merupakan suatu perangkat yang baku yang mesti ditaati peraturannya, baik
bahasa yang berbentuk lisan maupun tulis. Peraturan dibuat untuk mengatur agar bahasa
dapat dipakai sebagai media untuk mempermudah manusia dalam melakukan kegiatan
berbahasa.Namun, dalam melakukankegiatan berbahasa terkadang terjadi kesalahan
berbahasa yang dilakukan oleh pengguna bahasa tersebut, entah kesalahan yang disengaja
atau tidak disengaja.
Morfologi bahasa Indonesia merupakan aspek yang mempelajari aturan kata bahasa
Indonesia, penggunaan bahasa yang baku, baik, dan benar. Morfologi bahasa Indonesia
adalahbagian linguistik yang mempelajari tentang morfem, sedangkan proses morfologi
bahasa Indonesia adalah proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Menurut Sumadi
(2015: 67) ada tiga macam proses morfologis bahasa Indonesia, yaitu (1) afiksasi atau
imbuhan, (2) reduplikasi atau pengulangan, dan (3) pemajemukan atau komposisi. Banyak
kesalahan atau problematika yang dalam proses morfologis, salah satunya afiksasi.
Dalam kehidupan berbahasa terkadang ada imbuhan kata atau afiksasi yang melenceng
dari aturan atau bahkan tidak seharusnya di afiksasikan, seperti bentuk dasar ‘nyusun’ yang
seharusnya ‘menyusun’. Oleh sebab itu, penulis akan menganalisis problematika atau
kesalahan pada bidang afiksasi dalam proses morfologi karena ada beberapa sumber
kesalahan yang diyakini dalam tataran bidang ilmu morfologi, seperti kesalahan dalam
imbuhan pada bentuk dasar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian problematika dan Afiksasi bahasa Indonesia?
2. Apa saja problematika afiksasi bahasa Indonesia?
3. Apa faktor penyebab timbulnya problematika afiksasi?
Problematika B.I | 1
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian problematika dan Afiksasi bahasa Indonesia
2. Menjelaskan problematika afiksasi
3. Menjelaskan faktor penyebab timbulnya problematika afiksasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Problematika dan Morfologi Bahasa Indonesia

2.1.1 Pengertian Problematika Bahasa Indonesia

Problematika B.I | 2
Problematika bahasa Indonesia yaitu adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Bahasa Indonesia yang bermasalah ialah yang berbeda antara yang di idealkan
dengan yang ada dengan pemakaian bahasa Indonesia di masyarakat. Secara harfiah
problematik sebagai fenomena dalam bahasa Indonesia yaitu suatu permasalahan yang
muncul atau yang dimunculkan dalam bahasa Indonesia, baik permasalahan yang secara
konseptual maupun permasalahan yang muncul dalam pemakaian bahasa Indonesia. Secara
istilah problematika bahasa Indonesia adalah kajian terhadap segala permasalahan bahasa
Indonesia yang meliputi identifikasi permasalahan yang muncul, analisis sebab kemunculan
dan alternatif pemecahan.

Problematika bahasa Indonesia adalah berbagai gejala kebahasaan yang meliputi


aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.Problematik bahasa Indonesia afiksasi
meliputi kata benda yang tidak boleh disisipi kata benda, seharusnya luluh tetapi tidak luluh.

2.1.2 Pengertian Afiksasi Bahasa Indonesia

Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan


afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Misalnya
mengimbuhahkan ber- pada bentuk dasar komunikasi menjadi berkomunikasi, buat menjadi
berbuat, tanggungjawab menjadi bertanggung jawab, bekas menjadi berbekas, sepeda motor
menjadi bersepeda motor. Pengimbungan meN- pada bentuk dasar coba menjadi mencoba,
adu menjadi mengadu, pertanggungjawabkan menjadi mempertanggungjawabkan.

Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif dalam pembentukan kata, hal tersebut
terjadi karena bahasa indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi. Sistem aglutinasi
adalah proses dalam pembentukan unsur-unsurnya dilakukan dengan jalan menempelkan atau
menambahkan unsur selainnya

2.2 Problematikaafiksasi Bahasa Indonesia

2.2.1 Afiks yang Luluh dan tidak diluluhkan

penulisan ataupun pemakaian afiksasi bahasa Indonesia banyak menimbulkan masalah-


masalah, antara lain sebagai berikut:

Kaidah afiksasi awalan me(N)- dan pe(N)- manakala memasuki kata dasar yang dimulai
huruf k, p, t, s ada yang luluh, namun juga ada yang tidak luluh.

Problematika B.I | 3
a. Dalam kelas bahasa Indonesia me(N)- dan pe(N)- jika memasuki kata dasar yang berawal
huruf k luluh seperti:

me(N) + keras Mengeras


me(N) + kuak Menguak
me(N) + kabar Mengabari
me(N) +kecewa Mengecewakan
me(N) + kubur Mengubur
me(N) + Kabul Mengabulkan
pe(N) + kukuh Pengukuhan
pe(N) + keras Pengeras
pe(N) + kerdil Pengerdilan
pe(N) + karang Pengarang

b. kata yang berawalan k bertemu dengan me(N) atau pe(N) tidak luluh seperti:

me(N) + kaji Mengkaji


me(N) + kali Mengkali
me(N) + khayal Mengkhayal
me(N) + kristal Mengkristal

pe(N) + khusus Pengkhususan


pe(N) + harapan Pengharapan

c. fonem awal /k/, seperti pada dasar kalah, menjadi luluh..

me(N) + potong Memotong


me(N) +pahat Memahat
me(N)+pangkas Memangkas
me(N) + patuhi Mematuhi
me(N) + preduli Memedulikan

Problematika B.I | 4
pe(N) + paksa Pemaksaan
pe(N) + pakai Pemakai
pe(N) + papar Pemaparan

d. Namun ada beberapa kata yang berawalan p bertemu dengan me(N) tidak luluh seperti:

me(N) + provokasi Memprovokasi


me(N) + produksi Memproduksi

e. Dalam kelas bahasa Indonesia me(N)- dan pe(N)- jika memasuki kata dasar yang berawal
huruf t luluh seperti:

me(N) + tata Menata


me(N)+tutup Menutup
me(N) + turut Menurut
me(N) +tulis Menulis
me(N) + tangkap Menangkap

me(N) + tarik Menarik


me(N)+tanam Menanam
me(N) + tahan Menahan
me(N) + tagih Menagih
me(N) + taat Menaati

pe(N) + tata Penata


pe(N) + tutup Penutup
pe(N) + turut penurut
pe(N) + tulis penulis

Problematika B.I | 5
f. Namun ada beberapa kata yang berawalan t bertemu dengan me(N) atau pe(N) tidak luluh
seperti:

me(N) + tertawa Mentertawakan


me(N) + tradisi mentradisikan
me(N) + traktir mentraktir

pe(N) + transkripsi pentranskripsi

g. Fonem /t/ kadang-kadang luluh, kadang-kadang tidak. Dengan demikian, kata yang sering
dipakai umumnya cenderung luluh, sedangkan yang jarang dipakai lebih sering muncul tanpa
peluluhan.

Dalam kelas bahasa Indonesia me(N)- dan pe(N)- jika memasuki kata dasar yang berawal
huruf s luluh seperti:

me(N) + sayang Menyayangi


me(N) + sapu menyapu
me(N) + sangkal menyangkal
me(N) + saran menyarankan
me(N) + susah menyusahkan

pe(N) + sapu Penyapu


pe(N)+sangkal penyangkal
pe(N) + sikat penyikat
pe(N) + syair Penyair

Problematika B.I | 6
h. Namun ada beberapa kata yang berawalan s bertemu dengan me(N) atau pe(N) tidak luluh
seperti:

me(N)+struktur Menstrukturkan
me(N)+steril mensterilkan
me(N)+syukur mensyukuri
me(N)+syarat mensyaratkan
me(N) + sponsor mensponsori
me(N)+stabil menstabilkan
me(N)+standar menstandarkan
me(N)+stempel menstempel
me(N)+spekulasi menspekulasi
me(N) + stimulasi menstimulasi
pe(N)+sponsor Pensponsoran
pe(N) + stabil Penstabil
pe(N) + standar penstandaran

Analisis peluluhan pada fonem atau kata yang berawalan k, p, t, s pada awal morfem
hilang akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawalan
dengan fonem-fonem. Namun banyak juga huruf-huruf yang berawlan k, p, t, s yang tidak
luluh seperti mentertawakan fonem t tidak hilang sebab fonem tersebut merupakan fonem
awal dari bentuk dasar kata tersebut. Bentuk dasar kata mentertawakan yang memiliki bentuk
dasar tawa dan mendapat morfem men-ter-kan. Begitu juga pada kata penterjemah yang asal
katanya diadopsi dari bahasa asing, maka fonem k, p, t, s tidak hilang (Suhardi, 2013:126).

2.2.2.Morfofonemik Awalan Ber-

Rambut ber + rambut Berambut


Rias ber + rias Berias
Ruang ber + ruang Beruang

Awalan ber- berubah bentuknya be- jika bergabung dengan bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /r/ jadi, fonem /r/ pada awalan ber- itu dihilangkan.

Problematika B.I | 7
Peristiwa penghilangan fonem /r/ pada kata seperti berrambut menjadi berambut.

Kerja ber + kerja Bekerja


Serta ber + serta Beserta
Terbang ber + terbang Beterbangan
Pergi ber + pergi Bepergian
Awalan ber- berubah bentuknya menjadi be- jika bergabung dengan bentuk dasar yang suku
pertamanya berakir dengan /r/. pada bentuk kata seperti berkerja menjadi bekerja terjadi
perisriwa disimilasi, yakni berubahnya dua fonem yang sama menjadi tidak sama.

Karya ber + karya Berkarya


Firman ber + firman Berfirman
Kurban ber + kurban Berkurban
terminal ber + terminal Berterminal
Sorban ber + sorban Bersorban
Awalan ber- tidak berubah bentuknya menjadi be- karena suku pertama berakhir dengan /ar/,
/ir/, /ur/, /er/, dan /or/ bukan /er/.

Ajar ber + ajar Belajar


Unjur ber + unjur Belunjur (selonjor)
Awalan ber- berubah bentuknya menjadi bel- jika bergabung dengan bentuk dasar ajar dan
ujur (terbatas pada dua kata ini).Perubahan bentuk ayng terjadi dari berajar menjadi belajar
disebut disimilasi.

2.2.3.Morfofonemik Awalan ter-

Rasa ter + rasa Terasa


Riang ter + riang Teriang
Realisasi ter + realisasi Terealisaasi

Awalan ter- berubah bentuknya menjadi te- jika bergabung dengan bentuk dasar yang
berawal dengan fonem /r/.jadi, fonem /r/ pada awalan ter- itu dihilangkan peristiwa
penghilangan /r/ pada kata seperti terrasa menjadi terasa.

Bersit ter + bersit Tebersit

Problematika B.I | 8
Percik ter + percik Tepercik
Awalan ter- berubah bentuknya jika bergabung dengan bentuk dasar yang suku pertamanya
berakhir dengan /er/.

Sirna ter + sirna Tersirnakan


Kurban ter + kurban Terkurbankan
organisasi ter + organisasi Terorganisasi
Awalan ter tidak berubah bentuknya menjadi te- karena suku pertama bentuk dasar yang
digabungi berakhir dengan /ar/ /ir/ /ur/ dan /or/ bukan /er/.

Ajar ter + anjur telanjur (x terlanjur)


Antar ter + antar telantar (x terlantar)
Awalan ter- berubah bentuknya menjadi tel- jika bergabung dengan bentuk dasar anjur dan
antar (terbatas pada satu kata ini).

2.2.4.Adjektiva atau Kata sifat Berkonfiks Ke-an

Masalah yang ada dalam adjektiva berkonfiks ke-an adalah:

ke + besar + an Kebesaran
ke + ibu + an keibuan
ke + bapak +an kebapakan
ke + sempit+an kesempitan
ke +kurang+an kekurangan
Adjektiva yang berpola ke-an memerikan sifat “mirip dengan” apa yang diuangkapkan oleh
nomina yang menjadi bentuk dasar bentuk itu. proses penurunan ini adalah melalui
pembentuk nomina abstrak dengan konfiks ke-an (Alwi dkk, 2010:202).

2.2.5.Nomina atau Kata Benda Berkonfiks Ke-an

Masalah yang ada dalam nomina atau kata benda berkonfiks ke-an adalah:
ke + adil + an Keadilan
ke + diam+ an kediaman
ke + duduk+ an kedudukan
ke + bangsa + an kebangsaan
ke + rakyat + an kerakyatan

Problematika B.I | 9
ke + camat + an kecamatan
Konfiks bila sumbernya adalah nomina, maknanya merujuk pada kebstrakan atau kantor atau
wilayah kekuasaan. Ciri keabstarakan ini juga terjadi pada ke-an dengan adjektiva (Alwi dkk,
2010:240).

2. 3.Sebab Timbulnya Masalah Afiksasi Bahasa Indonesia

Bahasa memiliki sifat yang dinamis, termasuk juga bahasa Indonesia.Walaupun diakatakan
mempunyai sistem dalam pemakaiannya selalu timbul masalah-masalah, baik masalah yang
berhubungan dengan pengucapan bunyi bahasa, bentukan kata, penulisan, dan pemakian
kalimat. Dari penjbaran diatas ada beberapa problematika dalam aspek afiksas bahasa
Indonesia, kami menyimpulkan ada beberapa penyebab problemtika dalam afiksasi.

1. Masih mengikuti kaidah bahasa asal kata, baik dari bentuk serapan maupun bentuk
terjemahan. Sehingga dalam proses afiksasi menyebabkan ketidakcocokan dengan
kaidah bahasa Indonesia yang terlaku.
2. Kesulitannya pembaca dalam menerapkan kaidah bahasa Indonesia apabila kaidah
tersebut harus bergandengan dengan kata itu sendiri. Contoh dalam kata ber-kerja
yang dipermudah menjadi kata bekerja.
3. Akibat adanya 2 huruf yang sama, sehingga salah satu dari huruf tersebut dimasukkan
kedalalam huruf yang sama. Contoh dalam kata ter-rasa yang menjadi terasa

2.4 Solusi untuk Masalah Afiksasi Bahasa Indonesia

Problematika B.I | 10

Anda mungkin juga menyukai