Anda di halaman 1dari 8

Prefiksasi dalam Bahasa Sunda

Hanna Kamilah Fajri


hannakmlhff@gmail.com
Sastra Inggris, Sekolah Tinggi Bahasa Asing Sebelas April Sumedang

Abstrak
Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, bahasa telah berkembang untuk melengkapi kebutuhan
manusia. Dalam bahasa terdapat ilmu yang disebut lingusitik. Dimana linguistik
dibagi beberapa cabang yang salah satunya ialah morfologi. Afiksasi merupakan
hal yang dipelajari dalam morfologi. Afiksasi juga adalah salah satu contoh
perkembangan bahasa. Afiksasi adalah salah satu perkembangan bahasa yang
selalu digunakan oleh orang-orang. Ada banyak kata baru yang muncul dengan
menggunakan afiksasi. Afiksasi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu prefiks, infiks,
dan sufiks. Peneliti bermaksud untuk menganalisis prefiks dalam bahasa Sunda.
Namun, penelitian ini berfokus pada prefiks {n-}, {ny-}, {m-}, {ng-}, {ti-}, {sa-}
dan {ka-}. Prefiks ini dianalisis karena selalu digunakan oleh masyarakat suku
Sunda. Penelitian ini berjudul "Prefiksasi dalam Bahasa Sunda" yang bertujuan
untuk menemukan proses awalan (prefiks) yang digunakan dalam bahasa Sunda.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Peneliti
mengumpulkan data yang terlibat langsung dan tidak terlibat langsung dalam
percakapan dengan penutur bahasa Sunda dan juga melalui studi literatur.
Penelitian ini menggunakan teori (Katamba, 1993:44) yang menegaskan bahwa
prefiks adalah afiks yang melekat sebelum akar atau batang atau dasar. Peneliti
berkesimpulan bahwa kata yang mengalami prefiksasi kelas katanya dapat
mengalami perubahan dan atau tidak mengalami perubahan, namun maknanya
pasti mengalami perubahan.

Kata Kunci: Afiksasi, Bahasa Sunda, Prefiks

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan keberagaman suku, budaya, agama, dan bahasa. Di
Indonesia memiliki kurang lebih 700 bahasa daerah, salah satunya bahasa Sunda. Dimana bahasa
Sunda merupakan bahasa ibu bagi suku Sunda yang berada di Jawa Barat dan Banten. Bahasa
adalah suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan suatu informasi kepada
orang lain. Informasi yang dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh
pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diguanakan. Bahasa memiliki tiga bentuk yaitu
lisan, tulisan, dan isyarat. Dalam bahasa dikenal dengan linguistik. Linguistik adalah ilmu
tentang bahasa, ilmu yang mengkaji, atau mempelajari bahasa secara umum, yang mencakup
bahasa daerah, bahasa Indonesia, atau bahasa asing. Adapun cabang dari linguistik yaitu
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam salah satu cabang linguistik yaitu morfologi
terdapat materi mengenai afiksasi. Afiks terdapat pada awalan, akhiran, dan campuran. Yang
akan dijadikan objek pada penelitian ini yaitu afiks awalan atau prefiks pada bahasa Sunda. Hal

1
yang menjadi masalah ialah penggunaan dan maknanya dari prefiks tersebut. Bahasa Sunda
adalah bahasa daerah internasional yang terletak di peringkat ke-33 di dunia berdasarkan data
dari Organisasi Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Setiap bahasa memiliki aturan dan pola khusus dalam pembentukan kata-kata individu yang
berbeda dari bahasa lain, termasuk bahasa Sunda. Salah satu bentuk tata bahasa Sunda yang
menarik untuk dipelajari adalah proses prefiks.

DASAR TEORI
Afiksasi merupakan bagian dari analisis morfologi. Afiksasi diartikan sebagai satuan gramatikal
terikat yang pada suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang
memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata
baru. Afiksasi merupakan bagian dari morfem terikat. Morfem terikat sendiri adalah morfem
yang tidak dapat berdiri sendiri (dependent) dan tidak berpotensi membentuk kata, namun
berpotensi membentuk imbuhan.
Dalam afiksasi terdapat afiksasi dibagian depan, belakang, dan campuran. Imbuhan (afiksasi)
terbagi lagi menjadi tiga yaitu: prefiks, infiks, dan sufiks. Dalam penelitian ini akan berfokus
pada proses awalan (prefiksasi) dalam Bahasa Sunda. Prefiks adalah afiks yang melekat sebelum
akar atau batang atau dasar (Katamba, 1993:44). Adapun menurut Kridalaksana afiksasi
merupakan sebuah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke dalam bentuk lain akan
mengubah makna gramatikalnya.
Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh karena adanya proses gramatikal yang
diantaranya: afiksasi, reduplikasi, atau perubahan bentuk kata
(misalnya play menjadi playing, plays, atau played). Makna gramatikal umumnya diperoleh
melalui proses infleksional dan derivasional.
Bahasa Sunda merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Sunda yang berada di lingkungan
Jawa Barat dan Banten. Bahasa Sunda memiliki vokal yang lebih banyak daripada bahasa
Indonesia yaitu a, i, u, o, e, é, dan eu, sedangkan konsonannya sama.
Adapun rarangkén hareup (awalan atau prefiks), yang mengimbuh di depan dasar kata, yaitu
prefiks n-,prefiks m-, prefiks ny-, prefiks ng-, prefiks pa-, prefiks pi-, prefiks pang-, prefiks sa-,
prefiks si-, prefiks ti-, prefiks di-, prefiks ka-, prefiks ba-, prefiks per-.

METODOLOGI PENELITIAN
Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Sugiyono (2011), metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.
Peneliti mengambil data yang diperoleh melalui studi literatur dengan referensi berupa jurnal,
buku, dan internet.

2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan penelitian, peneliti mendapatkan hasil studi literatur mengenai prefiksasi
dalam bahasa Sunda.
Prefiks
Prefiksasi dalam bahasa Sunda adalah sebagai berikut:
Prefiks Kata Dasar Prefiksasi Kata Baru
Ng- Korondang Ng- + korondang Ngorondang
Omong Ng- + omong Ngomong
Konci Ng- + konci Ngonci
Karang Ng- + karang Ngarang
Ambeu Ng- + ambeu Ngambeu
Tabel 1. Prefiks ng-
Kata dasar korondang yang berarti rangkak dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba.
Jika ditambah prefiks {ng-} maka berubah menjadi ngorondang yang berarti merangkak dalam
bahasa Indonesia dengan kelas kata yang tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal
menjadi gramatikal.
Kata dasar omong yang berarti bicara dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah prefiks {ng-} maka berubah menjadi ngomong yang berarti berbicara dalam bahasa
Indonesia dengan kelas kata yang juga berubah menjadi verba. Namun, maknanya berubah dari
makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar konci yang berarti kunci dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah prefiks {ng-} maka berubah menjadi ngonci yang berarti mengunci dalam bahasa
Indonesia dengan kelas kata yang juga berubah menjadi verba. Namun, maknanya berubah dari
makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar karang yang berarti karang dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah prefiks {ng-} maka berubah menjadi ngarang yang berarti mengarang dalam bahasa
Indonesia dengan kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi
gramatikal.
Kata dasar ambeu yang berarti cium dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah prefiks {ng-} maka berubah menjadi ngambeu yang berarti mencium atau membau
dalam bahasa Indonesia dengan kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal
menjadi gramatikal.

Prefiks Kata Dasar Prefiksasi Kata Baru


N- Toél N- + toél Noél
Titip N- + titip Nitip
Tutup N- + tutup Nutup
Tampi N- + tampi Nampi

3
Tingal N- + tingal Ningal
Tabel 2. Prefiks n-
Kata dasar toél yang berarti colek dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah prefiks {n-} maka berubah menjadi noél yang berarti mencolek dengan kelas kata yang
juga berubah menjadi verba. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar titip yang berarti titip dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah prefiks {n-} maka berubah menjadi nitip yang berarti menitip dengan kelas kata tetap.
Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar tutup yang berarti tutup dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah dengan prefiks {n-} maka berubah menjadi nutup yang berarti menutup dengan kelas
kata yang juga berubah menjadi verba. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi
gramatikal.
Kata dasar tampi yang berarti terima dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {n-} maka berubah menjadi nampi yang berarti menerima dengan kelas
kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar tingal yang berarti lihat dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {n-} maka berubah menjadi ningal yang berarti melihat dengan kelas
kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.

Prefiks Kata Dasar Prefiksasi Kata Baru


M- Bawa M- + bawa Mawa
Pacul M- + pacul Macul
Pangku M- + pangku Mangku
Pénta M- + pénta Ménta
Potong M- + potong Motong
Tabel 3. Prefiks m-
Kata dasar bawa yang berarti bawa dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {m-} maka berubah menjadi mawa yang berarti membawa dengan
kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar pacul yang berarti cangkul dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah dengan prefiks {m-} maka berubah menjadi macul yang berarti mencangkul dengan
kelas kata yang juga berubah menjadi verba. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal
menjadi gramatikal.
Kata dasar pangku yang berarti angkat dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {m-} maka berubah menjadi mangku yang berarti mengangkat dengan
kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar pénta yang berarti minta dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {m-} maka berubah menjadi ménta yang berarti meminta dengan kelas
kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.

4
Kata dasar potong yang berarti potong dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah dengan prefiks {m-} maka berubah menjadi motong yang berarti memotong dengan
kelas kata yang juga berubah menjadi verba. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal
menjadi gramatikal.

Prefiks Kata Dasar Prefiksasi Kata Baru


Ny- Seuseuh Ny- + seuseuh Nyeuseuh
Jieun Ny- + jieun Nyieun
Cokot Ny- + cokot Nyokot
Sisi Ny- + sisi Nyisi
Sedot Ny- + sedot Nyedot
Tabel 4. Prefiks ny-
Kata dasar seuseuh yang berarti cuci dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {ny-} maka berubah menjadi nyeuseuh yang berarti mencuci dengan
kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar jieun yang berarti buat dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {ny-} maka berubah menjadi nyieun yang berarti membuat dengan
kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar cokot yang berarti ambil dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {ny-} maka berubah menjadi nyokot yang berarti mengambil dengan
kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar sisi yang berarti pinggir dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah dengan prefiks {ny-} maka berubah menjadi nyisi yang berarti menepi dengan kelas
kata yang juga berubah menjadi verba. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi
gramatikal.
Kata dasar sedot yang berarti sedot dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {ny-} maka berubah menjadi nyedot yang berarti menyedot dengan
kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.

Prefiks Kata Dasar Prefiksasi Kata Baru


Ka- Tajong Ka- + tajong Katajong
Candak Ka- + candak Kacandak
Tincak Ka- + tincak Katincak
Tempo Ka- + tempo Katempo
Ténjo Ka- + ténjo Katénjo
Tabel 5. Prefiks ka-
Kata dasar tajong yang berarti tendang dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambahkan prefiks {ka-} maka berubah menjadi katajong berarti tertendang dengan kelas kata
tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.

5
Kata dasar candak yang berarti ambil dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambahkan dengan prefiks {ka-} maka berubah menjadi kacandak berarti terambil dengan
kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar tincak yang berarti injak dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambahkan dengan prefiks {ka-} maka berubah menjadi katincak berarti terinjak dengan kelas
kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar tempo dan ténjo yang berarti lihat dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba.
Jika ditambahkan dengan prefiks {ka-} maka berubah menjadi katempo dan katénjo berarti
terlihat dengan kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi
gramatikal.

Prefiks Kata Dasar Prefiksasi Kata Baru


Ti- Solédat Ti- + solédat Tisolédat
Catrok Ti- + catrok Ticatrok
Beubeut Ti- + beubeut Tibeubeut
Pental Ti- + pental Tipental
Guling Ti- + guling Tiguling
Tabel 6. Prefiks ti-
Kata dasar solédat yang berarti peleset dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah prefiks {ti-} maka berubah menjadi tisolédat berarti terpeleset dengan kelas kata tetap.
Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar catrok yang berarti jatuh (dengan posisi bagian rahang terlebih dahulu), memiliki
kelas kata verba. Jika ditambah dengan prefiks {ti-} maka berubah menjadi ticatrok yang berarti
terjatuh dengan kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi
gramatikal.
Kata dasar beubeut yang berarti banting dalam bahasa Indonesia memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {ti} maka berubah menjadi tibeubeut yang berarti terbanting dengan
kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar pental yng berarti pental dalam bahasa Indonesia memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {ti-} maka berubah menjadi tipental yang berarti terpental dengan kelas
kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi gramatikal.
Kata dasar guling yang berarti guling dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata verba. Jika
ditambah dengan prefiks {ti-} maka berubah menjadi tiguling yang berarti terguling atau
tergelincir dengan kelas kata tetap. Namun, maknanya berubah dari makna leksikal menjadi
gramatikal.
Prefiks {ti-} dalam bahasa sunda memiliki fungsi yang sama dengan prefiks {ka-}. Namun,
penggunaan nya berbeda yakni penggunaan {ti-} digunakan untuk peristiwa kecelakaan.

6
Prefiks Kata Dasar Prefiksasi Kata Baru
Sa- Imah Sa- + imah Saimah
Kali Sa- + kali Sakali
Pasang Sa- + pasang Sapasang
Pihak Sa- + pihak Sapihak
Jalan Sa- + jalan Sajalan
Tabel 7. Prefiks sa-
Kata dasar imah yang berarti rumah dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah dengan prefiks {sa-} maka berubah menjadi saimah berarti serumah atau satu rumah.
Serumah memiliki kelas kata yang sama, namun maknanya berubah dari makna leksikal menjadi
gramatikal.
Kata dasar kali yang berarti kali dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah dengan prefiks {sa-} maka beruah mejadi sakali berarti sekali atau satu kali. Sekali
memiliki kelas kata yang juga berubah menjadi adverbia dengan maknanya berubah dari makna
leksikal menjadi makna gramatikal.
Kata dasar pasang yang berarti pasang dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah dengan prefiks {sa-} maka berubah menjadi sapasang berarti sepasang atau satu
pasang. Sepasang memiliki kelas kata yang sama, namun maknanya berubah dari makna leksikal
menjadi gramatikal.
Kata dasar pihak yang berarti pihak dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah dengan prefiks {sa-} maka berubah menjadi sapihak berarti sepihak atau sekubu.
Sepihak memiliki kelas kata yang sama, namun maknanya berubah dari makna leksikal menjadi
gramatikal.
Kata dasar jalan yang berarti jalan dalam bahasa Indonesia memiliki kelas kata nomina. Jika
ditambah dengan prefiks {sa-} maka berubah menjadi sajalan yang berarti sejalan atau sejajar.
Sejalan memiliki kelas kata yang sama, namun maknanya berubah dari makna leksikal menjadi
gramatikal.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian, terdapat 7 macam proses awalan (prefiksasi) dalam Bahasa Sunda, yaitu
prefiks {ny-}, {ng-}, {n-}, {m-}, {ka-}, {ti-}, dan {sa-}. Prefiks {n-}, {m-}, {ny-},{ng-} awalan
ini berfungsi untuk menjelaskan tindakan atau proses. Prefiks {ka-} berfungsi untuk menjelaskan
tindakan yang tidak disengaja. Prefiks {sa-} menunjukkan satu (bilangan) atau satu kesatuan
dalam kata sifat. Prefiks {ti-} berfungsi untuk menjelaskan situasi yang tidak sengaja dengan
konteks kecelakaan. Kata yang mengalami prefiksasi kelas katanya dapat mengalami perubahan
dan atau tidak mengalami perubahan, namun makna nya pasti mengalami perubahan.

REFERENSI
Denafri, B. d. (2019). Affixation Process in Sundanese. Arbitrer, 6(2), 87-91.

7
Hidayat, A. (2012). Google. Retrieved from Statistikian: https://www-statistikian-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.statistikian.com/2012/10/penelitian-
kualitatif.html?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D%3D#
aoh=16096041686976&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%2
0%251%24s&ampshare=https%
Katamba, F. (1993). Morphology. London: The Macmillan Press .
Morfologi. (n.d.). Google. Retrieved from Morfologi:
http://kelompokmorfologi.blogspot.com/2012/12/?m=1
Romli, M., & Wildan , M. (2015). Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda. Sasindo
Unpam, 2(2), 1-9.

Anda mungkin juga menyukai